NAMA KELOMPOK :
KELAS : 3.A
1. Seorang wanita usia 25 tahun masuk RS dengan kondisi kesadaran menurun. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa pasien memiliki riwayat TBC dan radang telinga tengah.
Saat pengukuran suhu tubuh didapatkan SB = 40⁰C; Nadi = 110 x/menit; Pernapasan 26
x/menit; TD=150/95 x/menit; klien menggigil dan terdapat kejang; kekakuan otot ; terdapat
kaku kuduk;Menurut keluarga bahwa sebelum kehilangan kesadaran pasien seringkali
mengeluh sakit kepala.
2. Seorang laki-laki usia 40 tahun masuk RS dengan kondisi kejang. Hasil pengkajian Nampak
pasien mengeluarkan kata-kata tanpa makna, mata selalu tertutup, kadangkala
menunnjukkan posisi dekortikasi. Saat pengukuran suhu tubuh didapatkan SB = 39,2⁰C;
Nadi = 105 x/menit; Pernapasan 28 x/menit; TD=160/90 x/menit; Menurut keluarga bahwa
sebelum kehilangan kesadaran pasien seringkali mengeluh sakit kepala dan muntah
(Kasus 2)
Hasil pengkajian nampak pasien mengeluarkan kata-kata tanpa makna, mata selalu
tertutup, kadangkala menunnjukkan posisi dekortikasi. Saat pengukuran suhu tubuh
didapatkan SB = 39,2⁰C; Nadi = 105 x/menit; Pernapasan 28 x/menit; TD=160/90 x/menit;
Menurut keluarga bahwa sebelum kehilangan kesadaran pasien seringkali mengeluh sakit
kepala dan muntah.
2. Apa yang belum anda ketahui dari kasus diatas (kaitan untuk penegakan masalah/diagnosa
keperawatan)
Jawaban:
Dibutuhkan pemeriksaaan penunjang yang lainnya guna untuk menegakkan diagnose
yaitu: CT scan, pemeriksaan darah legkap(Hb, LED, kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit,
dan kultur) dan pemeriksaan fungsi lumbal untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan
intracranial. Untuk kasus 2 juga dibutuhkan riwayat penyakit sebelumnya untuk membantu
dalam menegakkan diagnosa keperawatan.
(Kasus 2)
4. Bagaimana pula dengan kaitan kasus diatas dengan peningkatan tekanan intra kranial
Jawaban:
(Kasus 1)
Tekanan intracranial (TIK) adalah tekanan yang dihasilkan dari kombinasi volume 3
komponen yaitu jaringan otak, volume darah, dan cairan serebrospinalis. Berdasarkan data
pada kasus 1 didapat diagnosa medisnya adalah meningitis. Meningitis adalah peradangan
pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal colum yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat, nah karena adanya peradangan ini terjadilah penigkatan
aliran darah ke otak, menyebabkan volume darah meningkat lalu menyebabkan tekanan
intracranial.
(Kasus 2)
Berdasarkan data pada kasus 2 didapat diagnose medisnya adalah Encephelitsi.
Encephelitis adalah radang otak yang disebabkan oleh virus terjadi di jaringan otak.
Akibatnya peradangan di jaringan otak ini maka aliran darah ke otak pun meningkat,
menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak,volume darah kemudian meningkat lalu
terjadi tekanan intracranial.
Tujuan INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik
keperawatan selama3x24 jam dapat menghilangkan
pasien menunjukkan nyeri ketidaknyamanan dan
hilang/terkontrol ditandai memeperbesar efek terapi
dengan: analgetik
menunjukkan postur rileks Berikan lingkungan yang Menurunkan reaksi
dan mampu istirahat/tidur tenang, ruangan agak gelap terhadap stimulasi dari luar
dengan tepat sesuai indikasi. atau sensitivitas terhadap
cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan
yang akan dilakukan
kemudian. Tingkatkan tirah
baring, bantu kebutuhan
perawatan diri pasien.
Menurunkan gerakan yang
dapat meningkatkan nyeri.
Berikan latihan rentang Dapat membantu
gerak aktif/pasif secara tepat merelaksasikan ketegangan
dan masase otot daerah otot yang meningkatkan
leher/bahu. reduksi nyeri atau rasa tidak
nyaman tersebut.
7. Profesi apa saja yang harus dilibatkan dalam penanganan kasus diatas
Jawaban:
(Kasus 1 & Kasus 2)
Yang harus dilibatkan dalam penanganan kasus di atas yaitu : Dokter, perawat, ahli gizi,dan
apoteker.
(Kasus 2)
- Pemeriksaan Penunjang
1. Biakan dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. Biakan dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil
nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika. Biakan
dari feses, untuk jenis enterovirus sering
didapat hasil yang positif.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh.
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah
sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf,
bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan
kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex,
ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Anania, 2002).
10. Jika anda harus berkolaborasi dengan profesi gizi maka bagaimana perencanaan diet yang
seharusnya.
Jawaban:
Perencanaan diatas untuk kasus diatas adalah diet TKTP menjadi pilihan utama untuk kasus
penyakit inveksi akut seperti meningitis guna meningkatkan daya tahan tubuh untuk
melawan infeksi, disamping obat obatan suportif yang diberikan dokter.