Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

NAMA KELOMPOK :

NURUL SYAKIRAH (PO713201181041)

NURUL USWATUN KHOTIMAH (PO7132O1181042)

PUTRI AMALIA FEBRIANI (PO713201181043)

KELAS : 3.A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI DIII KEPERAWATAN
KASUS:

1. Seorang wanita usia 25 tahun masuk RS dengan kondisi kesadaran menurun. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa pasien memiliki riwayat TBC dan radang telinga tengah.
Saat pengukuran suhu tubuh didapatkan SB = 40⁰C; Nadi = 110 x/menit; Pernapasan 26
x/menit; TD=150/95 x/menit; klien menggigil dan terdapat kejang; kekakuan otot ; terdapat
kaku kuduk;Menurut keluarga bahwa sebelum kehilangan kesadaran pasien seringkali
mengeluh sakit kepala.
2. Seorang laki-laki usia 40 tahun masuk RS dengan kondisi kejang. Hasil pengkajian Nampak
pasien mengeluarkan kata-kata tanpa makna, mata selalu tertutup, kadangkala
menunnjukkan posisi dekortikasi. Saat pengukuran suhu tubuh didapatkan SB = 39,2⁰C;
Nadi = 105 x/menit; Pernapasan 28 x/menit; TD=160/90 x/menit; Menurut keluarga bahwa
sebelum kehilangan kesadaran pasien seringkali mengeluh sakit kepala dan muntah

Dari kasus diatas :

1. Apa yang anda ketahui dari kasus diatas


Jawaban:
(Kasus 1)
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pasien memiliki riwayat TBC dan radang telinga
tengah. Saat pengukuran suhu tubuh didapatkan SB = 40⁰C; Nadi = 110 x/menit;
Pernapasan 26 x/menit; TD=150/95 x/menit; klien menggigil dan terdapat kejang; kekakuan
otot ; terdapat kaku kuduk;Menurut keluarga bahwa sebelum kehilangan kesadaran pasien
seringkali mengeluh sakit kepala.

(Kasus 2)
Hasil pengkajian nampak pasien mengeluarkan kata-kata tanpa makna, mata selalu
tertutup, kadangkala menunnjukkan posisi dekortikasi. Saat pengukuran suhu tubuh
didapatkan SB = 39,2⁰C; Nadi = 105 x/menit; Pernapasan 28 x/menit; TD=160/90 x/menit;
Menurut keluarga bahwa sebelum kehilangan kesadaran pasien seringkali mengeluh sakit
kepala dan muntah.

2. Apa yang belum anda ketahui dari kasus diatas (kaitan untuk penegakan masalah/diagnosa
keperawatan)
Jawaban:
Dibutuhkan pemeriksaaan penunjang yang lainnya guna untuk menegakkan diagnose
yaitu: CT scan, pemeriksaan darah legkap(Hb, LED, kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit,
dan kultur) dan pemeriksaan fungsi lumbal untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan
intracranial. Untuk kasus 2 juga dibutuhkan riwayat penyakit sebelumnya untuk membantu
dalam menegakkan diagnosa keperawatan.

3. Uraikan pemeriksaan fisik persarafan yg harus dilakukan pada pasien diatas.


(Kasus 1)
Pemeriksaan saraf kranial
 Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan fungsi penciuman.
 Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema
mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi
subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
 Saraf III, IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang
tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut
meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan
reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis
mengeuh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
 Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah
dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
 Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
 Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
 Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
 Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha
dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (regiditas nukal)
 Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.

(Kasus 2)

4. Bagaimana pula dengan kaitan kasus diatas dengan peningkatan tekanan intra kranial
Jawaban:
(Kasus 1)
Tekanan intracranial (TIK) adalah tekanan yang dihasilkan dari kombinasi volume 3
komponen yaitu jaringan otak, volume darah, dan cairan serebrospinalis. Berdasarkan data
pada kasus 1 didapat diagnosa medisnya adalah meningitis. Meningitis adalah peradangan
pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal colum yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat, nah karena adanya peradangan ini terjadilah penigkatan
aliran darah ke otak, menyebabkan volume darah meningkat lalu menyebabkan tekanan
intracranial.

(Kasus 2)
Berdasarkan data pada kasus 2 didapat diagnose medisnya adalah Encephelitsi.
Encephelitis adalah radang otak yang disebabkan oleh virus terjadi di jaringan otak.
Akibatnya peradangan di jaringan otak ini maka aliran darah ke otak pun meningkat,
menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak,volume darah kemudian meningkat lalu
terjadi tekanan intracranial.

5. Rumuskan masalah keperawatan sesuai kasus diatas


Jawaban:
(Kasus 1)
a. Hipertermi b/d proses penyakit
b. Risiko injury b/d kejang tonik klonik, disorientasi
(Kasus 2)
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c. Resiko trauma b.d. penurunan koordinasi otot

6. Rumuskan rencana tindakan dari tiap masalah/diagnosa keperawatan


Jawaban:
(Kasus 1)
a. Hipertermi b/d proses penyaki

Tujuan Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama3x24
jam pasien menunjukkan
suhu tubuh dalam batas
normal dengan kriteria
hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang
normal v
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing, merasa nyaman

b. Risiko injury b/d kejang tonik klonik, disorientasi


(Kasus 2)
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.

Tujuan INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan Berikan tindakan nyaman. Tindakan non analgetik
keperawatan selama3x24 jam dapat menghilangkan
pasien menunjukkan nyeri ketidaknyamanan dan
hilang/terkontrol ditandai memeperbesar efek terapi
dengan: analgetik
menunjukkan postur rileks Berikan lingkungan yang Menurunkan reaksi
dan mampu istirahat/tidur tenang, ruangan agak gelap terhadap stimulasi dari luar
dengan tepat sesuai indikasi. atau sensitivitas terhadap
cahaya dan meningkatkan
istirahat/relaksasi
Kaji intensitas nyeri. Untuk menentukan tindakan
yang akan dilakukan
kemudian. Tingkatkan tirah
baring, bantu kebutuhan
perawatan diri pasien.
Menurunkan gerakan yang
dapat meningkatkan nyeri.
Berikan latihan rentang Dapat membantu
gerak aktif/pasif secara tepat merelaksasikan ketegangan
dan masase otot daerah otot yang meningkatkan
leher/bahu. reduksi nyeri atau rasa tidak
nyaman tersebut.

b. Hipertermi b.d reaksi inflamasi

Tujuan Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan Monitor suhu sesering Mencegah terjadinya
keperawatan selama3x24 jam mungkin hiperpireksia
pasien menunjukkan suhu Monitor warna dan suhu Kulit yn merah dan hangat
tubuh dalam batas normal kulit menunjukkan kenaikan suhu
dengan kreiteria hasil: tubuh.
Indikator: 1. Suhu 36 – 37C 2. Monitor tekanan darah, Mengetahui respon
Nadi dan RR dalam rentang nadi dan RR fisiologis dari kenaikan
normal 3. Tidak ada suhu tubuh
perubahan warna kulit dan Monitor WBC, Hb, dan Hct WBC yg tinggi
tidak ada pusing, merasa menunjukkan hipertermi krn
nyaman infeksi, Hb dan HCT yang
rendah menunjukkan
hipertermi karena
kehilangan cairan
Monitor intake dan output Terkait dengan kenaikan
cairan suhu akibat kekurangan
cairan
Berikan anti piretik Menurunkan suhu tubuh
secara farmakologis
Berikan antibiotik yang Hipertermi karena infeksi
sesuai dapat hilang jika infeksi
hilang.
Selimuti pasien Lakukan jika pasien
menggigil.
Berikan cairan intravena Mencegah kekurangan
cairan akibat panas tubuh yg
tinggi.
Kompres pasien pada lipat Memicu vasodilatasi
paha dan aksila pembuluh darah besar shg
suhu perifer menjadi dingin.
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)

c. Resiko trauma b.d. penurunan koordinasi otot

Tujuan Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan Sediakan lingkungan yang mencegah cidera dari
keperawatan selama 3x24 aman untuk pasien eksternal saat terjadi kejang.
jam klien tidak mengalami Identifikasi kebutuhan menyediakan lingkungan yg
trauma dengan kriteria hasil: keamanan pasien, sesuai nyaman sesuai kebutuhan
Indikator: 1. Pasien terbebas dengan kondisi fisik dan pasien.
dari trauma fisik 2. Keluarga fungsi kognitif pasien dan
mampu mengontrol resiko riwayat penyakit terdahulu
trauma yang mungkin terjadi pasien
Memasang side rail tempat mencegah pasien jatuh dari
tidur tempat tidur
Memberikan penerangan pada pasien ensefalitis
yang cukup mengalamai fotofobia, shg
penerangan harus lebih
redup.
Menganjurkan keluarga keluarga dapat mencegah
untuk menemani pasien. pasien dari cidera.
Berikan penjelasan pada agar keluarga pasien
pasien dan keluarga atau memahami keadaan pasien
pengunjung adanya yang mengalami penurunan
perubahan status kesehatan kesadaran dan disfungsi
dan penyebab penyakit pada otaknya setidaknya
hingga infeksi pada otak
teratasi.

7. Profesi apa saja yang harus dilibatkan dalam penanganan kasus diatas
Jawaban:
(Kasus 1 & Kasus 2)
Yang harus dilibatkan dalam penanganan kasus di atas yaitu : Dokter, perawat, ahli gizi,dan
apoteker.

8. Apa saja yang harus dikolaborasikan dengan profesi kesehatan lain


Jawaban:
(Kasus 1 & Kasus 2)
Yang harus dikolaborasi dengan profesi kesehatan yaitu mengenai penyakit yang diderita
klien, kebutuhan pasien, obat yang dibutuhkan, dan diet yang tepat.

9. Uraikan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan manfaatnya


Jawaban:
(Kasus 1)
- Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pungsi lumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat
tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa,
kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di
samping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal, gigi
geligi) dan foto dada (Smeltzer, 2002).

(Kasus 2)
- Pemeriksaan Penunjang
1. Biakan dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. Biakan dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil
nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika. Biakan
dari feses, untuk jenis enterovirus sering
didapat hasil yang positif.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh.
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah
sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf,
bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan
kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex,
ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Anania, 2002).

10. Jika anda harus berkolaborasi dengan profesi gizi maka bagaimana perencanaan diet yang
seharusnya.
Jawaban:
Perencanaan diatas untuk kasus diatas adalah diet TKTP menjadi pilihan utama untuk kasus
penyakit inveksi akut seperti meningitis guna meningkatkan daya tahan tubuh untuk
melawan infeksi, disamping obat obatan suportif yang diberikan dokter.

Anda mungkin juga menyukai