Anda di halaman 1dari 16

C.

Aburtus
1) Definisi
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umur
kehamilan kuarnag dari 28 mminggu (Manuaba,1998 : 214).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan (Sarwono, 2006).
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 Minggu atau berat janin
belum mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya
pendarahan pada wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan USG,
sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan mejadi 2 jenis, yang
pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin dimana
gambaran USG menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan
jenis yang kedua adalah abortus karena kematian janin, dimana janin tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan
yang sesuai dengan usia kehamilan (Obstetric patologi FK UNPAD).

Sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat hidup diluar
kandungan, mempumyai berat badan 297 gram waktu lahir, akan tetapi,
karena yang dilahirkan dengan berat badan bawah500 gram dapat hidup terus
maka definisi abortusyaitu : berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat
tertentu) pada waktu sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu hidup diluar kandungan (Ilmu Kebidanan, 2006).
2) Etiologi
Beberapa faktor dapat menyebabkan abortus antara lain :
a) Faktor janin, faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik,
dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang
paling sering dijumpai pada abortus adalahgangguan pertumbuhan zigot,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan
abortuss pada trimester pertama, yakni : (a) kelainan telur, telor kosong
(blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom, (monosomi,
trisomi, atau poliploidi), (b) embrio dengan kelainanlokal, (c)
abnormalitaspembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).
b) Faktor ibu : (a) Kelainan endrokrin (hormonal) misalnya kekurangan
tiroid, kencing manis; (b) Faktor kekebalan (imonologi), misalnya pada
penyait lupus, anti phospholipid syndrome; (c) infeksi, diduga akibat
beberapa virus seperti cacar air, campak jerman, toksoplasma, herpes,
kiamidia; (d) Kelemahan otot leher rahim; (d) kelainan bentuk rahim.
c) Faktor Bapak : Kelaina kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
d) Faktor genetik 9,10, sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik.
Paling seing ditemukan kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab
paling sering menimbilkan abortus spontan adalah abnormlitas kromosom
pada janin lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pafa trimester
pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik. Abnormalitas
genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi (abnormaliats
komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang menyebabkan
lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi menyebabkan sekitar 22% dari
abortus spontan yang terjadi akibat kelainan kromosom. Sekitar 3-5%
pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang erulang salah satu
dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal.
Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan kariotipe dimana bahan
pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut. Tetapi tentunya
pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesia dan biayanya cukup
tinggi.
e) Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-
15% wanita dengan abortus spontan yang rekuren ; Lesi anatomi kogenital
yaitu kelainan Duktus Mullenian (uterus bersepta). Duktus Mullenian
biaanya ditemuan pada keguguran trimester ke dua; Kelainan kogenital
arteri uterina yang embahayakan aliran darah endometrium; Kelainan yang
didapat misalnya adliesi intrauterun (synechia), leimioma, dan
endometriosis. Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan
kejadian abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks,
kongetal dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi
kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat
menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada
uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan
leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari
pemeriksaan ultrasonogrfi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi
dan laparoskopi (prosedur diagnostik).
f) Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan
USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dpat mengetahui
adanya suatu mioma terutama terutama jenis submukosa. Mioma
submukosa merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat menggangu
implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya mioma pada pasien ini
maka perlu dieksplorasilebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan
apakah mioma ini berhubungan langsung dnegan adanya ROB pada pasien
ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan
operasi.
g) Faktor endokrin: (a) Faktor endokrin berpotensi menyebabkan abortus
pada sekitar 10-20% kasus; (b) Insufisiensi fase luteal (Fungsi corpus
luteum yang abnormal dengan tidak cukup produksi progesteron); (c)
Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik
ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran.
h) Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes
melitus, dan defesiensi progesteron. Hipertiroidismus tampaknya tidak
berkaitan dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981).
Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikan insiden abortus
(Sutherherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena
kurangnya sekresi hormon tersebut dan korpus luteum atau plasenta,
mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron
berfunsimempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara
teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian
turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
i) Faktor infeksi, infeksi termasuk infeksi yang disebabkan oleh yang
diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus),
malaria infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan
berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab
antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus,
Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang
menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan.
Namun untuk lebih memastikan penyebab, dpaat dilakukan pemeriksaan
kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.
j) Faktor imunologi : terdapat antibodikardiolipid yang mengkibatkan
pembekuan darah pada ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin
karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imonologis yang
telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang
berualng antara lain : antibodi antinuiclear, antikoagulan lupus dan
antibodi cardiolipm. Adanya penanda ini meskipun gejalan klinis tidak
dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas
golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.
k) Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan, pada awal kehamilan,
penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu, misalnya
penyakit tuberkolusis atau karsinomatosis jarang enyebabkan abortus;
sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa
melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis,
penyakit liver/ginjalkronis) dapat diketahuia lebih mendalam melalui
anamnesa yang baik. Penting juga diketahui perjalanan penyakitnya jika
memang pernah menderita infeksi berat, seperti apakah sudah diterapi
dengan tepat dan adekuat. Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan
beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan gula darah, tes
fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai apakah ada gangguan fungsi
hiper dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian dapat menimbulkan
gangguan pada kehamilan seperti persalinan prematur.
l) Faktor Nutrisi, malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan
paling besar menjadi pedisposisi abortus. Meskipus demikian, belum
ditemukan bukti yang menyatakan defesiensi salah satu/semua nutrien
dalam mekanisme merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
m)Obat-obat rekreasional dan tosin lingkungan persediaan obat-obatan
rekreasional yang dianggap margenik harus dicari dan anamnesa seperti
tembakau dan alkohol yang berperan karena jika ada kemungkinan ini
menimbulkan satu yang berperan.
n) Faktor psikologis dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang
berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan
sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum
matang secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan
kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapatkan kepercayaan pasien,
dan merencanakan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

Pada penderita ini, penyebab yang menetab pada terjadinya abortus spontan
yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi penderita
untuk melakukan pemetiksaan lengkap dalam usaha mencari kelain yang
mungkin menyebabkan abortus yang berualang tersebut, sebelum penderita
hamil guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

Disamping pemeriksaan umum, perhatikan gizi dan bentuk dari badan


penderita. Selama itu perlu dilakukan pula pemeriksaan suami-istri antara lain
pemeriksaan darah dan urin yang rutin, pemeriksaan golongan darah dan
Rhesus, pada istri dibuat kurva harian glukosa darah, pemeriksaan fungsi
thiroid dan pada suamii diperiksa sperma.
Pada penderita ini sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan ultrasonografi
dan histerosalfingografi, karena dengan melakukan pemeriksaan ini dapat
diketahui apakah ada kelainan antatomi pada uterus.

Pada genetik faktor malfungsi endometriuri menyewbabkan abortus dalam


trimester pertama dan kelainan anatomi menjadi sebuah abortus dalam
trimester kedua atau lebih jika pada penderita dengan abortus spontan
berulang ditemukan kelainan bawaan seperti uterus bikornis atau uterus
septus dan belah dinyatakan tidak ada faktor lain yang menyebabkan, dapat
dilakukan operasi plastik pada uterus seperti operasi menurut. Pada
inkompetensi serviks dapat dilakukan prosedur cenlage (penjahitan benang
melingkar untuk menguatkan serviks) harus ditunda sampai sesudah
kehamilan berusia 14 minggu, sehingga abortus diri yang disebabkan oleh
faktor-faktor lain telah disingkirkan.

Pada kehamilan selanjutnya, selain terapi yang bersifat kausal, maka


penderita dengan sbortus spontan yang berulang, perlu mendapatkan
perhatian yang khusus. Dianjurkan kepada penderita untuk banyak istirahat
namun hal ini tidak berarti bahwa ia harus selalu berada ditempat tidur , akan
tetapi perlu dicegah usaha-usaha yang melelahkan. Pada kehamilan muda
sebaiknya jangan bersenggama, Nutrisi harus adekuat mengenai protein,
kabohidrat, mineral dan vitamin. Khusus dalam masa organogenesis
pemberian obat-obat harus dibatasi, dan obat-obatan yang bersifat teratogenik
tidak boleh diberikan. Faktor emosional memegang peranan sangat penting,
pengaruh dokter sangat besar dalam mengatasi ketakutan dan keresahana.\

Terapi hormonal umumnya tidak diperlukan, kecuali jika ada gangguan


fungsi thyroid atau gangguan fase Luteal. Persiapan ibu ndan keluarga untuk
kehamilan selanjutnya antara lain setelah terjadi abortus dan kuretase pasien
dapat segera hamil tetapi harus melalui pantag berhubungan selama 2 minggu
setelah kuretase dan menghindari aktivitas berat. Selain itu dalam
mempersiapkan kehamilan yang sehat penderita disarankan untuk selalu
mengkonsumsi makana bergizi serta konsumsi vitamin yang dapat
menguatkan kandungan serta istirahat yang cukup dan menghindari stresor
fisik dan emosional.

3) Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, di ikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil kontrasepsi terlepas dan dianggap bednda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.Apabila kehamilan kurang dari 8 minggu,
nilai khorialis sebelum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil
konsepsi dapat dikeluarkan sepenuhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi
khoriaslis sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan dari pada
plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta dan lengkap, peristiwa ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada
kialanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas ( bleghted ovum), mungkin pula janin telah mati lama
(mised aborted). Apabila mdigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat, maka iya dapat diliputi oleh blapiosan bekuan darah. Ini uteros
dinamakan mola krenta, bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen
darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa dalam hal ini
amnion tampak berjol-berjol karena terjadi hematoma antara amion dan
khorion.
Pada janin yang telah eninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh
sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (Fetus Kompresus). Dalam tingkat
lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan (Sarwono
2006).
4) Klasifikasi beserta tanda-tandanya
Abortus dapat dibagi menjadi :
a) Abortus spontan, adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor-faktor
mekanik ataupun medisinalis, semata-maata di sebabkan oleh faktor
alamiah (20% dari smua abortus).
b) Abortus prouokatus, yakni abortus yang disengaja, baik dengan obat-
obatan maupun alat-alat abortus.
c) Abortus medisianalis (Abortus Theruaoeutica), Abortus karena tindakan
kita sendiri. Dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
d) Abortus Kriminalis, merupakan abortus yang disengaja karena tindalkan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
e) Unsfe Aburstion, Adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana
pelaksaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup kehamilan dan
prosedur standar yang aman sehingga membahayakan keselamatam jiwa
pasien.
f) Abortus imminems, yaitu terjadinya pendarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti
ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai
dengan pendarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena pada
saat pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi,
kram perut bawah, nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit
sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks.
g) Abortus insipiens, terjadi pendarahan ringan hingga sedang pada
kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri.
Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedag berlangsung dan akan
berlanjut menjadi abortun inkomplit atau komplit, dengan tanda-tanda
pendarahan sedang hingga masih/banyak,kadang-kadang keluar gumpalan
darah, serviks terbuka, uterus sesuai masa kehamilan, kram nyeri perut
bawah karena kontraksi rahim kuat, akibat kontraksin uterus terjadi
pembukaan, belum terjadi eksplusi hasil konsepsi.
h) Abortus Inkomplit; Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian
dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks
yang tertinggal pada desidua atau plasenta atau ditandai: Perdarahan
sedang, hingga masih/banyak dan setelah terjadi abortus dengan
pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus; Serviks terbuka,
karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap orpus alliem maka
uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi
tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, serviks akan menutupi kembali;
Uterus sesuai usia kehamilan, Kram atau nyeri perut bagian bawah dan
terasa mules-mules; Ekspulsi sebagai hasil kontrasepsi.
i) Abortus Komplit, yakni perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh
dari hasil konsep telah dikeluarkan dari kovum uteri, ditandai dengan
perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup/terbuka, uterus lebih
muda dari usia gestasi, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah dari riwayat
hasil konsepsi, pada abortus komplit perdarahan segera berkurang setelah
isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim lekas sembuh dan
epitelisasi telah selesai. Dan jika dalam 10 hari setelah abortus masih ada
perdarahan juga, maka abortus inkomplit atau edometrosis post abortum
harus dipikirkan.
j) Missed Abortus, perdarahan pada kehanilan muda, disertai retensi hasil
konsepsi yang telah mati, hingga 8 minggu lebih dengan gejala dijumpai
ameneore, perdarahan sedikit yang berulang pada permulaannya serta
selama observasi fundus tidak bertambah tinggi malahan bertambah
rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan belakang menghilang, diinringi
dengan reaksi yang menjadi negatif pada 2-3 munggu sesudah fetus mati,
servks tertutup dan ada sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya dingin
atau kosong.
k) Abortus Hubitualis, suatu keadaan dimana penderita mengalami
kegiuguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERIG abortus
spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8
dari abortus spontan.
l) Kalau seseorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut
maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah 65%.
Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan ke 4 berjalan
normal sekitar 16%.
5) Penanganan
Secara Umum penanganan dilakukan sebelum melakukan penanganan secara
khusus/spesifik lakukan penanganan awal terlebih dahulu terkena abortus
antara lain :
a) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu).
b) Periksa tanda-tanda syok (pucak, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih cepat dari 112 kali/menit)
c) Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
d) Jika pasien dengan keadaan syok pikirkan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
e) Pasang infus dengan jarung besar (16 G atau lebih besar), berikan larutan
garam fisiologik atau ringerlaktat degan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam
pertama). Kemudian setelah diketahui abortus apa yang terjadi lakukan
penanganan yang spesifik sesuai abortus yang terjadi.
f) Sedangkan penanganan secara spesifik, antara lain :\
Abortus Imminens
Pada ibu dengan kasus abortus imminens, niasanya tidak perlu pengobatan
khusus/medik, hanya dapat diberi sedativa, misalnya dengan luminal,
codein danmorfin (sesuai protap dan instruksi dokter).
Keluarnya fetus dapat masih dicegah dengan memberi obat-obatan
hormonal dan antissapmodika, misalnya progesteron 10 mg setiap hari
untuk terapi substansi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot uterus
(misal : gestanon).
Istirahat baring : tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik. Istirahat baring tidak perlu
melebuhi 48 jam kalau ovum masih baik, perdarahan pada waktu itu akan
berhenti. Kalau perdarahan tidak berhenti dalam 48 jam maka
kemungkinan besar terjadinya abortus dan istirahat rebahnya hanya
menunda abortus tersebut. Jangan melakukan aktivitas fisik
berlebihan/behubungan sekseual.
Jika perdarahan berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasanya,
lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Sementara jika perdarahan
terus berlangsung : nilai kondisi njanin (uji kehamilan Atau USG ) lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola)
kemudian jika perdarahanan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak kalau reaksi
kehilangan 2 kali berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus
dikosongkan/dikuret (dilakukan oleh dokter ahli kandungan)
Pada fasilitas kesehatan dengan sasaran terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melaului gejala klinik dan hasil pemeriksaan jika perdarahan
yang disebabkan erosi, maka erosi diberi nitras argentil 5-10 % kalau
sebabnya polyp diputar dengan cubnam sampai tungkainya terputus`
Contoh kasus fiktif asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Arbotus
Imninens
Data subjektif : Ny y datang pukul 16.00 wib mengaku hamil 2 bulan
dengan HPHT 5-01-09 TPI2-10-09, usia 25 th dengan pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga , tes periksa kehamilan positif tanggal 10-01-2009, dan
ibu mengatakan ini hamil anak yang kedua pernah satu kali melahirkan
dan belum pernah keguguran,ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah,
mulas-mulas, seperti mau haid, ibu mengatakan keluar darah sedikit-
sedikit setelah tiga hari yang lalu jatuh di kamar mandi, ibu belum
merasakan gerakan janin, riwayat menstruasi menarce umur 13 tahun ,
siklus 28 hari banyaknya 2 kali ganti pembalut, tyidak ada disminore,
menstruasi teratur lamanya 6 hari dan sifat encer , riwayat perkwainan sah
satu kali menikah usia 20 tahun dengan suami umur 23 thn lamanya
menikah 4 thn dan telah mempunyai satu orang anak yang berjenis
kelamin perempuan, ibu mengatakan tidak memiliki riwayat asma ,
DM(-),hypertensi(-), dan ibu tidak mempunyai riwayat operasi, tidak
mempunyai riwayat keturunan, tidak ada asma, DM(-), hypertensi(-),
kebiasaan makan ibu sehari-hari yaiyu 3 kali sehari dengan jenis makanan
pagi nasi dan sayur , siang nasi sayur, buah dan susu , malam nasi lauk dan
tempe, minum dalam sehari 6 gelas, pola makan selama hamil ibu
mengalami penurunan nafsu makan, pola eliminasi buang air kecil
4x/sehari, buang air besar 2x/hari,aktivitas ibu sehari-hari yaitu melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti masak,nyuci , ngepel, pola istirahat dan
tidur yaitu siang ± 2jam/hari, malam ±8 jam/hari, kepercayaan yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan ibu biasa melakukan
selamatan 7 bulanan dan 4 bulanan.
Data objektif: Ku lemah, kesadaran compos metis, TD 110/70 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 36ºC, respirasi22x/menit, BB55 kg, BB sebelum hamil
52kg , muka tidak ada odema, mata kunjugtiva tidak anemis, sclera tidak
ikhterik , tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelanjar getah
bening,, payudara membesar, putting susu menonjol, arleola
hyperphmentasi , paru tidak mendengar wheezing dan ronchi, jantung
terdengar lup-dup, abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan,
TFU 1 jari diatas sympisis, inspeksi anogenital tidak ada odema dan
varices dan terlihat adanya flek atau bercak darah,pemeriksaan dalam
ostium uteri tertutup dan pemeriksaan insipikulo terlihat darah di intouitus
vagina , ekstreamitas tungkai simetris , reflex positif tidak ada odema dan
varices, pemeriksaan penunjang HB 11 grm% USG: buah kehamilan
masih utuh da nada kehidupan janin, DJJ(-)
Assesmen: diagnose ibu G2PA0 hamil 4 minggu dengan abortus iminens
potensial masalah: abortus komplit/inkomplit. Tindakan segera ; bedrest
(iatirahat)
Penatalaksanaan :
a. Beri tahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin,
memberi tahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu kurang baik, karena
saat ini mengalami keguguran yang mengancam yang ditandai dengan
perdarahan, setelah 3 hari yang lalu ibu jatuh dikamar mandi, ibu telah
mengetahui keadaan ibu dan janinnya
b. Menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu TD , nadi , suhu ,
resfirasi
c. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya abortus yaitu nyeri perut
yang hebat , disertai pengeluaran darah yang banyak
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat baring bisa bertambahnya
aliran darah ke uterus, dan akan mengurangi rangsangan. Ibu berjanji akan
melaksanakan anjuran yang di berikan.
e. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
dibutuhkan saat hamil, yaitu sayur-sayuran yang berwarna hijau seperti
bayam, kangkung, dan kacang panjang , yang ibu suka buah-buahan
seperti papaya, jeruk, manga, dan lauk-pauk seperti ikan , hati ayam, ibu
berjanji akan mengkonsumsi makanan tersebut
f. Memberikan ibu tablet dengan diminun menggunakan air putih dan
jangan menggunakan air teh atau kopi karena akan mempengaruhi proses
penyerapan zat besi itu sendiri
g. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan
selanjutnya dan menganjurkan ibu untuk memeriksakan ke dokter pesialis
kandungan untuk mengetahui keadaan ibu dan janin yang lebih optimal,
ibu mau melaksanakan apa yang di sarankan.
h. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan, hasil
pemeriksaan telah didokumentasikan
Abortus Insipiens
Pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu , biasanya oleh dokter ahli
kandungan dilakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manula
(AVM). Jika evaluasi tidak segera dilakukan, berikan segera ergomterin
0,2 mg 1 M (dapat diulangi sesudah 4 jam jika perlu). Dan segera lakukan
persiapan untuk pengeluaran hasil konspsi uterus, tugas bidan sebagai
asisten mempersiapkan alat-alat, pantau kondisi pasien, membantu
memberikan obat intravena sesuai instruksi dokter, memasang infus jika
diperlukan.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, sesuai protap tunggu ekspulsi
spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika
perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis atau RL) 40 tetes permenit untuk membantu ekpulsi hasil
konsepsi (dikerjakan dibawah pengawasan dokter ahli kandungan).
Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu syok dengan pemberian cairan
dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungin dengan
metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obatan unteronika dan
unteronika dan antibiotika. Untuk mengurangi nyeri, karena his bisaa
diberikan sedative seperti : luminal, codein dan morfin. Pastikan untuk
tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penatalaksanaan:
a. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa saat ini keadaan ibu kurang
baik karena ibu mengalami keguguran yang ditandai dengan perdarahan
yang banyak tetapi janin masih ada dalam uterus sehingga harus
dibersihkan, ibu telah mengetahui keadaan ibu dan janin
b. Menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu TD, nadi, dan suhu
c. Menginformaed consent pada keluarga untuk melakukan
tindakan pemasangan infus dan kuratase yang dilakukan pleh dokterr
spesialis kandungan, ibu dan keluarga telah menyetujui tindakan yag telah
dilakukan
d. Memasang infus dengan cairan RL dan oksitosin IV untuk
memulihkan kondisi ibu
e. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk
tindakan kuratse.
f. Menyiapkan tindakan kuretase dengan menganjurkan ibu untk puasa.
g. Melakukan pemantauan pasca kuretase dangan memantau jumlah
perdarahan dalam 24 jam
h. Menyiapkan tindakan kuratase dengan menganjurkan ibu untuk
mengosongkan kundungan kemih dan menganjurkan ibu untuk puasa
i. Memberika ibu table Fe diminum malam hari dengan menggunakan air
putih dan jangan menggunakan air kopi aau the karena akan
mempengaruhi penyerapan zat besi itu sendiri
j. Memberitahu ibu tanda-tanda infeksi yaitu panas tinggi , menggil dan
pengeluaran lochea yang berbau busuk
k. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup agar ibu cepat pulih
l. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang satu minggu yang akan datang
m. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
Abortus Inkomplit
Pada ibu yang mengalami Abortus Inkomplit jika perdarahan tidak
begitu banyak, dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg 1M atau
misoprostol 400 meg peroral (dapat dilakukan oleh bidan dengan
kolaborasi dengan dokter ahli kandungan).
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan lebih
dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum
manual (AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evaluasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika
evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri egometrin 0,2 mg 1M
(diulangi setelah 15 menit jika perlu0 atau misoprostal 400 meg peroral
(dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu) yang ini hanya dilakukan oleh
dokter obgyn, bidan disini bertugas menjadi asisten.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosis 20 unit
dalam 500 ml cairan IV (gram fisiologis/RL) 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu berikan misoprostol 200 meg
pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi eksplusi hasil konsepsi (maksimal
800 meg), evaluasi sisa hasil konsepsi yang

Anda mungkin juga menyukai