Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324457928

Cancer Therapy with Radiation: The Basic Concept of Radiotherapy and Its
Development in Indonesia

Article · December 2017


DOI: 10.15416/ijcp.2017.6.4.311

CITATIONS READS

3 5,169

3 authors, including:

Rano Kurnia Sinuraya Irma Melyani Puspitasari


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
24 PUBLICATIONS   14 CITATIONS    39 PUBLICATIONS   99 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Development and implementation a mobile application for measuring stress level View project

All content following this page was uploaded by Rano Kurnia Sinuraya on 20 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2017 Tersedia online pada:
Vol. 6 No. 4, hlm 311–320 http://ijcp.or.id
ISSN: 2252–6218 DOI: 10.15416/ijcp.2017.6.4.311
Artikel Review

Terapi Kanker dengan Radiasi: Konsep Dasar Radioterapi


dan Perkembangannya di Indonesia
Nur Fitriatuzzakiyyah, Rano K. Sinuraya, Irma M. Puspitasari
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi,
Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia

Abstrak
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian yang tinggi di dunia. Berdasarkan
data WHO, pada tahun 2015 terdapat 8,8 juta kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker.
Berdasarkan data riskesdas tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4% atau sekitar
347.792 orang. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengobati kanker, salah satunya dengan
menggunakan terapi radiasi atau radioterapi. Berdasarkan International Agency for Research on Cancer
(IARC), dari 10,9 juta orang yang didiagnosis menderita kanker di seluruh dunia setiap tahun, sekitar
50% membutuhkan radioterapi. Penggunaan radiasi untuk terapi kanker belum banyak digunakan dan
masih terbatas di Indonesia. Tujuan penulisan review ini adalah untuk memaparkan konsep dasar terapi
kanker dengan radiasi dan perkembangan radioterapi di Indonesia melalui penelusuran pustaka. Metode
penelusuran pustaka dalam artikel review ini adalah penelusuran pustaka pada mesin pencari Google,
Google Scholar dan PubMed basis data dengan kata kunci “basic radiotherapy” “radiation therapy in
Indonesia” “novel radiotherapy in Indonesia” serta peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
yang berkaitan dengan radioterapi. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa teknologi radiasi
telah ada di Indonesia sejak tahun 1927. Sampai tahun 2013, terdapat 29 pusat pelayanan radioterapi
di Indonesia. Radioterapi telah menjadi salah satu terapi yang penting dalam pengobatan kanker di
Indonesia. Pemerintah Indonesia mendukung kemajuan teknologi ini dengan menerbitkan peraturan
tentang standar pelayanan radioterapi di rumah sakit. Semakin banyak dan berkembangnya fasilitas
radioterapi diharapkan dapat mengurangi prevalensi penyakit kanker di Indonesia.
Kata kunci: Kanker, radioterapi, regulasi, terapi radiasi

Cancer Therapy with Radiation: The Basic Concept of Radiotherapy


and Its Development in Indonesia
Abstract
Cancer is one of the leading causes of death worldwide. According to WHO, 8,8 million deaths in
2015 was caused by cancer. In Indonesia, based on basic health research data in 2013, the prevalence
of cancer was 1.4% or 347.792 people in Indonesia suffer from cancer. Various methods have been
developed to treat cancer, one of them is by using radiation therapy or radiotherapy. According to
International Agency for Research on Cancer (IARC), from 10.9 million people diagnosed with cancer,
about 50% require radiotherapy. The use of radiation for cancer therapy has not been widely used
and is still limited in Indonesia. This review article was aimed to describe the basic concept of cancer
therapy with radiation and its development in Indonesia. Literature review was conducted from Google
search engine, Google Scholar and PubMed database with keyword “basic radiotherapy” “radiation
therapy in Indonesia” “novel radiotherapy in Indonesia” and radiotherapy regulations in Indonesia. The
results revealed that radiation technology has been availabe in Indonesia since 1927. Until 2013, 29
radiotherapy centers were available in Indonesia. Radiotherapy has become one of important modalities
for cancer treatment in Indonesia. Indonesian government supports the development of this technology,
by issuing regulations on radiotherapy service standards in hospitals. More technology development and
radiotherapy facilities are expected to reduce the prevalence of cancer in Indonesia.
Keywords: Cancer, radiation therapy, radiotherapy, regulation

Korespondensi: Irma M. Puspitasari, PhD., MT., Apt. Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas
Farmasi, Universitas Padjadjaran, email: irma.melyani@unpad.ac.id
Naskah diterima: 5 Oktober 2017, Diterima untuk diterbitkan: 2 November 2017, Diterbitkan: 1 Desember 2017

311
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

Pendahuluan maupun impact factor pada artikel penelitian


yang diperoleh dari penelusuran pustaka.
Prevalensi kanker di Indonesia berdasarkan
data riskesdas tahun 2013 mencapai 1,4% Hasil
atau sekitar 347.792 orang, dengan prevalensi
terbesar yaitu kanker serviks sebesar 0,8% Referensi yang diperoleh dari penelusuran
dan kanker payudara sebesar 0,5%.1 Terdapat pustaka adalah berupa artikel penelitian,
beberapa metode yang dapat digunakan untuk laporan Kementerian Kesehatan Republik
terapi kanker, yaitu pembedahan, kemoterapi Indonesia dan peraturan perundang‑undangan
atau disebut juga kemo, imunoterapi, targeted Republik Indonesia. Artikel penelitian yang
therapy, terapi hormon atau terapi endokrin, diperoleh menggunakan bahasa Inggris dan
transplantasi sel induk dan terapi radiasi.2 bahasa Indonesia. Jumlah referensi yang
Radioterapi atau terapi radiasi adalah terapi dipilih adalah sebanyak 40 referensi, 32
non-bedah terpenting untuk pengobatan (80%) di antaranya adalah artikel jurnal tanpa
kuratif kanker. Dari 10,9 juta orang yang pembatasan index maupun impact factor
didiagnosis menderita kanker di seluruh dan 8 (20%) merupakan referensi penunjang
dunia setiap tahun, sekitar 50% memerlukan berupa laporan WHO, peraturan perundang-
radioterapi dan 60% di antaranya diobati undangan dalam bentuk undang-undang
dengan kuratif. Biaya untuk radioterapi juga Republik Indonesia, peraturan pemerintah
sangat hemat, terhitung hanya 5% dari total serta peraturan menteri kesehatan.
biaya perawatan kanker.3
Pengobatan kanker di Indonesia saat ini Pembahasan
banyak menggunakan kemoterapi dan proses
pembedahan. Penggunaan terapi kanker Konsep dasar radioterapi
dengan radiasi belum banyak digunakan dan Radiasi adalah perpindahan energi dari
masih terbatas. Oleh karena itu, dalam artikel suatu sumber radiasi terhadap medium lain,
review ini akan dibahas mengenai konsep di mana transmisi ini dapat berupa partikel
dasar radioterapi serta perkembangannya di (radiasi partikel) maupun berupa gelombang/
Indonesia. cahaya (radiasi elektromagnetik).4 Beberapa
jenis radiasi yang dihasilkan dari atom,
Metode seperti radiasi sinar tampak, sinar-X dan
sinar-ɣ, dikelompokkan dalam gelombang
Pada penulisan artikel review ini, metode elektomagnetik atau dikenal dengan istilah
yang digunakan adalah penelusuran pustaka spektrum elektromagnetik. Pada spektrum
berupa teori serta data penelitian-penelitian ini, gelombang radio dengan panjang
yang berkaitan dengan konsep dasar radiasi gelombang ≥10–7 nm dan memiliki energi
beserta penggunaannya dalam terapi kanker/ <12 eV termasuk ke dalam radiasi non-ionik,
radioterapi pada mesin pencari Google, seperti sinar inframerah, sinar tampak, sinar
Google Scholar dan PubMed basis data ultraviolet, sedangkan gelombang radio
dengan kata kunci “basic radiotherapy”, dengan energi >12 eV, seperti sinar-X dan
“radiation therapy in Indonesia”, “novel sinar-ɣ disebut radiasi pengion.4,5 Dalam
radiotherapy in Indonesia” dan peraturan radioterapi, digunakan radiasi pengion karena
perundang-undangan Republik Indonesia dapat membentuk ion (partikel bermuatan
terkait radiasi serta penggunaannya sebagai listrik) dan menyimpan energi ke sel-sel
radioterapi. Tidak ada pembatasan index jaringan yang melewatinya. Energi yang

312
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

tersimpan ini bisa membunuh sel kanker menembus ke dalam jaringan.6,7 Proton beams
atau menyebabkan perubahan genetik yang merupakan radiasi partikel yang lebih baru
mengakibatkan kematian sel kanker.5 Radiasi digunakan untuk mengobati kanker. Radiasi
pengion adalah radiasi dengan energi tinggi ini memiliki distribusi dosis yang lebih baik
yang mampu melepaskan elektron dari orbit karena profil penyerapannya yang unik dalam
suatu atom, yang menyebabkan terbentuknya jaringan yang dikenal sebagai puncak Bragg
muatan atau terionisasi. Radiasi pengion (Bragg peak) sehingga memungkinkan
terdiri dari radiasi elektromagnetik dan radiasi terjadi pengendapan energi destruktif dengan
partikel.5 maksimal di lokasi tumor dan meminimalkan
kerusakan pada jaringan sehat di sepanjang
Radiasi elektromagnetik jalur kerjanya. Dalam aplikasi klinis, radiasi
Radiasi elektromagnetik merupakan radiasi di ini sangat berguna untuk terapi tumor
mana energi dibawa oleh osilasi medan listrik pediatrik dan dewasa yang berada di dekat
dan medan magnet yang merambat pada bagian vital seperti tumor tulang belakang
kecepatan cahaya, contohnya radiasi sinar-X dan tumor tengkorak, di mana paparan radiasi
dan sinar-ɣ dan merupakan jenis yang paling terhadap jaringan normal sangat penting
umum digunakan dalam radioterapi.5 Sinar-X untuk diminimalkan.8,9 Neutron beams
diproduksi saat elektron berkecepatan mampu mendeposit energi secara maksimal
tinggi bertabrakan dengan material yang pada target jaringan di ujung lintas terapinya.
memiliki nomor atom tinggi seperti tungsten- Secara keseluruhan radiasi partikel memilliki
molibdenum pada anoda tabung sinar-X, Linear Energy Transfer (LET) yang lebih
sedangkan sinar gamma secara fisik identik tinggi daripada radiasi foton, namun karena
dengan sinar-X, namun dipancarkan dari biaya produksinya yang mahal penggunaan
inti atom (intranuclearly) atau berasal dari jenis radiasi ini masih terbatas.9–10
radioactive decay seperti Cobalt-60, Radium
dan Cesium. Inti atom yang tidak stabil Jenis radioterapi
melepaskan energi berlebihnya dalam bentuk Radioterapi dapat digunakan sebagai terapi
elektron intranuklear (partikel beta) atau inti kuratif, paliatif maupun profilaksis (preventif).
helium (sebuah partikel alfa). Jika masih Terapi kuratif biasanya berbentuk terapi
memiliki kelebihan energi setelah itu, sinar tunggal untuk penyembuhan suatu kanker,
gamma dipancarkan untuk mencapai steady contohnya digunakan dalam kasus limfoma
state.5–6 Hodgkin tahap awal, kanker nasofaring,
beberapa kanker kulit, dan kanker glotis awal.
Radiasi partikel Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan
Radiasi partikel adalah radiasi yang terdiri dari kualitas hidup dengan cara menghilangkan
partikel atom atau subatomik (elektron dan gejala-gejala kanker dengan menerapkan
proton) yang membawa energi dalam bentuk dosis radiasi paliatif. Penerapannya antara
energi kinetik atau massa yang bergerak.6 lain pada kasus maternal otak dan tulang serta
Radiasi partikel terdiri dari elektron, sindroma venacava superior. Terapi profilaksis
proton dan neutron beams. Electron beams (preventif) merupakan terapi yang bertujuan
merupakan salah satu metode konvensional untuk mencegah kemungkinan metastasis
yang telah lebih dahulu digunakan. Biasanya atau kejadian berulang melalui penerapan
digunakan dalam terapi radiasi sehari-hari radioterapi, contohnya adalah whole-barin
dan sangat berguna pada terapi tumor yang radiotherapy untuk leukemia limfoblastik
dekat dengan permukaan tubuh karena tidak akut dan kanker paru-paru sel kecil.10–11

313
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

Berdasarkan waktu penggunaannya, Terapi radiasi dapat mencapai efek


radioterapi terdiri dari radioterapi adjuvan terapeutiknya dengan menginduksi kematian
yang diberikan setelah dilakukannya metode sel melalui beberapa cara, yaitu:
pegobatan tertentu, radioterapineoadjuvan, 1. Apoptosis
dan radiokemoterapi. Radioterapineoadjuvan Apoptosis adalah suatu bentuk kematian sel
dilakukan sebelum dilakukannya tindakan terprogram yang ditandai dengan kondensasi/
dengan metode lain, misalnya radioterapi fragmentasi kromatin, penyusutan sel, dan
preoperasi, sedangkan radiokemoterapi pengelupasan selaput membran sel. Dalam
yaitu pemberian radioterapi yang dilakukan responnya terhadap radiasi, apoptosis terutama
bersamaan dengan kemoterapi.11 diamati pada sel sistem hematopoietic.17
Penghantaran radiasi terhadap lokasi
kanker dapat dilakukan dengan dua metode, 2. Autofagi
yaitu radioterapi eksternal dan brachytherapy Autofagi merupakan proses sel mencerna
(endocurientherapy atau disebut sealed-source bagian dari sitoplasmanya sendiri untuk
radiotherapy). Radioterapi eksternal adalah menghasilkan makromolekul dan energi. Hal
radioterapi yang dipaparkan ke tubuh secara ini ditandai dengan penyerapan protein dan/
eksternal menggunakan mesin perawatan, atau organel dalam vesikel autofagi besar
sedangkan pada brachytherapy, sumber yang disebut autophagosomes, lalu peleburan
radiasi temporer atau permanen ditempatkan dari vesikula dengan lisosom menyebabkan
ke dalam rongga tubuh, metode ini digunakan pembentukan autophagolysosomes dan
dalam perawatan rutin kanker ginekologi dan degradasi konten di dalamnya menyediakan
prostat serta pada situasi yang membutuhkan bahan untuk sintesis dan regenerasi de novo.
perawatan berulang.12–13 Terdapat hubungan antara autofagi dengan
apoptosis karena autofagi ditemukan pada sel
Mekanisme radiasi membunuh sel saat gagal mengalami apoptosis dan autofagi
Target utama dari terapi radiasi adalah termasuk kematian sel terprogram tipe II
kerusakan molekul DNA pada jaringan (apoptosis adalah tipe I).18,19
target. Secara umum ada 2 jenis mekanisme
kerusakan DNA akibat radiasi pengion, 3. Nekrosis
yaitu ionisasi langsung dan tidak langsung. Nekrosis adalah kematian sel yang tidak
Kerusakan karena ionisasi langsung biasanya terkontrol, terjadi karena kondisi ligkungan
disebabkan oleh radiasi partikel yang terjadi yang ekstrim seperti perubahan pH ekstrim,
karena energi kinetik partikel dapat langsung kehilangan energi atau ketidakseimbangan
merusak struktur atom jaringan biologi ion, dapat terjadi karena infeksi, inflamasi,
yang dilewatinya, sedangkan ionisasi tidak ataupun iskemia. Nekrosis ditandai dengan
langsung umumnya disebabkan oleh radiasi deformasi membran, penggembungan selular,
elektromagnetik dengan cara membentuk kerusakan organel, dan pelepasan enzim
elektron sekunder/ radikal bebas yang akan lisosomal yang menyerang sel. Nekrosis
berinteraksi dengan DNA menyebabkan juga sering diamati pada sel tumor dan dapat
kerusakan.14–15 Kerusakan ini dapat berupa terjadi karena kerusakan DNA akibat radiasi
single strand breaks (SSB) dan double strand meskipun belum jelas bagaimana mekanisme
breaks (DSB). Kerusakan pada salah satu terjadinya nekrosis pasca radiasi.20–21
untai DNA (SSB) masih dapat diperbaiki oleh
sel, sedangkan kerusakan pada untai ganda 4. Senescence
seringkali menyebabkan kematian sel.15–16 Senescence merupakan keadaan sel secara

314
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

permanen kehilangan kemampuannya untuk diinginkan yang terkait dengan kematian.


membelah, akan tetapi sel masih memiliki Beberapa efek samping terapi radiasi yang
kemampuan metabolisme dan tidak telah dilaporkan antara lain:
menunjukkan perubahan fungsional.22
1. Toksisitas kulit akut
Kejadian toksisitas pada kulit dilaporkan pada
5. Kematian mitosis pasien yang menjalani terapi Stereotactic
Proses ini terjadi ketika sel mengalami proses Body Radiation Therapy (SBRT), dalam
mitosis yang tidak tepat akibat kerusakan penelitian Hoppe et al. tahun 2008, subjek
DNA yang tidak diperbaiki, hal ini sering yang mengalami toksisitas kulit tingkat 1,
terjadi setelah proses irradiasi. Dalam hal ini 2 dan 3 berturut-turut sebesar 38%, 8% dan
kematian sel didefinisikan sebagai kehilangan 4%.27
kemampuan replikasi dan ketidakmampuan
sel untuk memisahkan materi genetik dengan 2. Komplikasi Sistem Saraf Pusat (SSP)
benar.23 Meskipun perbaikan dalam pengobatan
kanker terus menerus dilakukan, toksisitas
Penggolongan kejadian tidak diinginkan SSP tetap menjadi isu penting. Artikel review
pada terapi radiasi berdasarkan National oleh Soussain et al. merangkum beberapa
Cancer Institute (NCI) jenis komplikasi sistem saraf pusat akibat
Tujuan terapi radiasi adalah memaksimalkan radioterapi, di antaranya ensefalopati akut
dosis radiasi ke sel kanker abnormal dan yang memengaruhi hingga 50% pasien setelah
meminimalkan paparan terhadap sel normal pemberian dosis tinggi atau fraksi radiasi,
yang berdekatan dengan sel kanker atau dan sindrom mengantuk yang terutama
yang berada pada jalur radiasi, meskipun terlihat pada pasien anak, tetapi juga dapat
pada kenyataannya radiasi mampu merusak memengaruhi pasien dewasa dalam 2 bulan
sel kanker maupun sel normal.24–25 Untuk pertama setelah radioterapi. Gejala yang
mendeskripsikan kejadian-kejadian yang menonjol adalah kantuk dan tidur berlebihan,
tidak diinginkan dari suatu terapi, NCI telah mual, dan anoreksia; focal cerebral and
merilis terminologi deskriptif yang dapat spinal cord radionecrosis yang merupakan
digunakan untuk pelaporan kejadian yang komplikasi akibat radiasi yang parah dan
tidak diinginkan (adverse event) yang disebut didefinisikan secara neuropatologis sebagai
dengan Common Terminology Criteria for nekrosis dengan lesi vaskular berat (stenosis,
Adverse Events (CTCAE). Skala penilaian trombosis, perdarahan, nekrosis vaskular
(severity) disediakan untuk setiap istilah fibrinoid). Komplikasi ini jarang terjadi
kejadian yang tidak diinginkan, terdiri atas:26 selama 20 tahun terakhir dikarenakan adanya
Tingkat 1: Ringan, gejala asimtomatik atau peningkatan keamanan protokol radiasi.28
ringan, hanya terjadi pada pengamatan klinis
atau diagnostik, tidak diindikasikan untuk 3. Xerostomia dan hiposalivasi
intervensi; Tingkat 2: Sedang, diindikasikan Xerostomia didefinisikan sebagai kekeringan
intervensi lokal atau non-invasif; Tingkat 3: pada mulut karena disfungsi sekresi kelenjar
Parah atau signifikan secara medis namun ludah yang dapat disebabkan oleh beberapa
tidak mengancam jiwa, diindikasikan rawat kondisi, misalnya autoimun disorder, yang
inap atau perpanjangan rawat inap; Tingkat menyebabkan ketidaknyamanan mulut, nyeri
4: Konsekuensi yang mengancam jiwa, dan kesulitan dalam berbicara. Penelitian
diindikasikan untuk melakukan intervensi Surjadi et al. pada pasien kanker kepala dan
mendesak; Tingkat 5: Berupa kejadian tidak leher yang menjalani radioterapi, hasilnya

315
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

yaitu 87,6% subjek menunjukkan penurunan lainnya di pulau Jawa, seperti di Surabaya,
laju salivasi. Dalam sebuah artikel review Semarang, Yogyakarta dan Bandung, yang
dikatakan bahwa penurunan (compromise) sebagian besar dilengkapi dengan kilovoltage
dalam fungsi salivasi dapat dilihat dalam dan unit terapi cesium. Pada tahun 1980–
waktu 1 hingga 2 minggu setelah radioterapi 1990 pemerintah mendirikan pusat radiasi
dan dapat bertahan setelahnya. Kecuali tambahan di beberapa daerah khususnya di
kerusakannya parah, fungsi saliva biasanya luar pulau Jawa yang dilengkapi dengan unit
sembuh dalam waktu 2 tahun dari setelah Telecobalt guna memudahkan akses bagi
radioterapi. Disfungsi kelenjar minimal bisa masyarakat untuk mendapatkan terapi radiasi
diamati pada dosis rata-rata 10 sampai 15 untuk kanker.31,32
Gy dan dosis rata-rata >40 Gy pada kelenjar Berbagai metode terapi radiasi untuk
parotid menghasilkan suatu penurunan fungsi terapi kanker telah digunakan di Indonesia.
sebesar 75%. Xerostomia dapat memiliki Pada tahun 1958, teknologi intracavitary
efek negatif pada kualitas hidup pasien yang radium branchytherapy mulai digunakan di
sangat mengganggu kemampuan berbicara, departemen ginekologi RSCM. Teknologi
mengunyah, menelan, dan merasakan.29 Three-dimensional Treatment Planning System
(3DTPS) juga telah tersedia di 11 pusat
4. Efek samping pada jantung radioterapi.32 Pada bulan Februari tahun 2009,
Kelainan jantung akibat radiasi biasanya Menteri Kesehatan meresmikan pelayanan
disebut dengan istilah radiation induced heart radioterapi terbaru di RSCM yang terdiri
desease (RIHD) yang menunjukkan keadaan dari Stereotactic Radiotherapy (SRT) dan
klinis dan kondisi patologis cedera pada Stereotactic Radiosurgery (SRS), sebagai
jantung dan pembuluh besar yang dihasilkan upaya terapi radiasi dengan presisi lokalisasi
dari terapi radiasi kanker. Kelainan pada yang sangat tinggi dengan alat imobilisasi
jantung dapat terjadi karena radiasi, antara khusus untuk menghancurkan sel tumor tanpa
lain kelainan pada perikardium, kelainan pada merusak jaringan sehat sekitarnya; Intensity
miokardium, kelainan pada arteri koroner, Modulated Radioteraphy (IMRT), sebagai
kelainan pada aterosklerosis, dan kelainan teknologi paling mutakhir dalam terapi radiasi
pada katup jantung.30 yang mampu menghadapi heterogenitas
dari target radiasi, di mana onkologis dapat
Perkembangan terapi radiasi di Indonesia mengatur dosis radiasi yang irregular sesuai
Perkembangan terapi radiasi di Indonesia dengan kondisi tumor, sekaligus menghindari
bermula dari masuknya teknologi radiasi paparan pada organ penting; 4D Adaptive
pada tahun 1927 berupa unit terapi sinar-X IGRT, untuk memantau gerakan organ pada
konvensional yang terutama digunakan untuk organ target saat dilakukan terapi penyinaran.
mengobati lesi kulit superfisial.31 Kemudian Data terakhir pada Juni 2013 di Indonesia,
beberapa tahun pascakemerdekaan dilakukan terdapat 29 pusat pelayanan radioterapi (23
penambahan kembali unit terapi superficial RS pemerintah dan 6 RS swasta) dengan total
and deep X-ray di Rumah Sakit Umum Cipto 41 alat radiasi.32,33
Mangunkusumo (RSCM). Perkembangan
radioterapi semakin terlihat dengan adanya Beberapa jenis tindakan radiasi untuk
pemasangan unit teleterapi Cobalt-60 pada terapi kanker yang telah dilakukan di
tahun 1958 dan unit teleterapi Cesium-137 Indonesia
pada tahun 1964, kemudian beberapa pusat Berdasarkan penelusuran laporan pustaka,
radioterapi mulai didirikan di beberapa daerah sampai saat ini beberapa jenis tindakan radiasi

316
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

untuk terapi kanker yang telah dilakukan di Regulasi penggunaan teknologi radiasi di
Indonesia antara lain: radiasi eksterna telah Indonesia
dilakukan pada pasien dengan karsinoma Berdasarkan ulasan yang telah dipaparkan
serviks stadium IVB dengan metastasis paru. sebelumnya, penggunaan teknologi radiasi
Pasien mendapatkan 25 kali radiasi dengan dalam bidang kesehatan memberikan dampak
teknik konvensional lapangan whole pelvic yang positif dalam meningkatkan kualitus
AP-PA dan hasilnya tumor mulai mengecil hidup masyarakat. Namun, tentu saja terdapat
sejak radiasi fraksi ke-5.34 risiko yang besar dari penggunaan teknologi
Pada laporan kasus oleh Setyawan dan radiasi ini. Agar dapat menggunakannya
Gondhowiardjo di tahun 2015, digambarkan dengan bijak, negara telah membuat peraturan
keberhasilan tindakan radiasi ex juvantibus yang ketat terkait penggunaan teknologi
pada dua buah kasus tumor regio pineal radiasi ini, yaitu Undang-Undang Nomor
dan radioterapi pada kanker esofagus. Pada 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran.40
laporan kasus ini, pasien menjalani radiasi Negara juga membentuk lembaga-lembaga
3D-CRT lokoregional 50 Gy, 2 Gy per yang bertanggung jawab41 yang terdiri dari
fraksi.35,36 Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
Tindakan brakiterapi implan juga dilaporkan yang bertugas melaksanakan pemanfaatan
pada kasus oral tongue carcinoma sebagai tenaga nuklir dan juga Badan Pengawas
booster paska radiasi eksterna dengan teknik Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang bertugas
plastic tube tanpa loop dan brakiterapi melaksanakan pengawasan segala kegiatan
intraoperatif pada soft tissue sarcoma. Pasien pemanfaatan tenaga nuklir.
menjalani radiasi 3D-CRT lokoregional 50 Perizinan pemanfaatan bahan radioaktif
Gy, 2 Gy per fraksi. Kemoradiasi konkuren diatur pada PP Nomor 29 Tahun 2008 tentang
dengan cisplatin hanya bisa dilakukan satu perizinan pemanfaatan sumber radiasi
kali karena keadaan umum pasien memburuk. pengion dan bahan nuklir. Pemanfaatan
2 minggu setelah radiasi, pasien mulai bisa ini sendiri dibagi menjadi tiga kelompok
menelan makanan cair dan lunak dengan berdasarkan risiko keselamatan radiasi dan
disfagia Grade 1.37 keamaanan sumber radioaktif. Dalam hal ini,
Selain untuk penyakit keganasan, pemanfaatan sumber radiasi dalam bidang
radioterapi juga dapat digunakan untuk kedokteran nuklir in vivo dan kedokteran
terapi penyakit non-keganasan, seperti yang nuklir terapi masuk ke dalam kelompok A
dilaporkan oleh Primasari dan Sekarutami sehingga alur perizinannya akan lebih ketat,
pada tahun 2013 mengenai tindakan radiasi sedangkan untuk kedokteran nuklir in vitro
eksterna pada kasus Juvenile Nasopharyngeal masuk dalam kategori B.42
Angiofibroma (JNA). Pada tatalaksana JNA, Rumah sakit, sebagai salah satu penyedia
terapi utama adalah terapi pembedahan, layanan radiologi, memiliki peraturan
terutama pada stadium awal di mana reseksi tersendiri dalam proses pelayanan radioterapi
total masih dapat dilakukan. Pada tumor yang dilakukan, hal tersebut diatur dalam
dengan lokasi sulit dijangkau oleh tindakan Permenkes Nomor 1427 Tahun 2006 tentang
pembedahan, ekstensi intrakranial ataupun standar pelayanan radioterapi di rumah sakit.
residu, radiasi eksterna memegang peranan Dalam Permenkes Nomor 1248 Tahun 2009
penting dimana tingkat kurabilitasnya cukup tentang penyelenggaraan pelayanan siklotron
tinggi yaitu 85–100% dengan efek samping di rumah sakit, untuk rumah sakit kelas A
lanjut yang masih dapat ditoleransi serta atau B, terutama yang ditetapkan sebagai RS
rekurensi minimal.38,39 pendidikan dapat menggunakan radionuklida

317
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

dan/atau radiofarmaka yang dihasilkan Daftar Pustaka


oleh peralatan siklotron untuk pelayanan,
pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan. 1. Kementerian Kesehatan RI. Pusat data
Siklotron sendiri merupakan suatu mesin dan informasi kesehatan: Stop kanker.
(akselerator) yang mempercepat partikel Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
secara melingkar, sehingga diperoleh energi 2. National Institutes of Health. Treatment for
kinetik yang tinggi dan berfungsi untuk cancer-National Cancer Institute [diunduh
menghasilkan radioisotop dengan waktu 15 Agustus 2017]. Tersedia dari: https://
paruh yang rendah, seperti 13C dan 18F. www.cancer.gov/about-cancer/treatment.
Sumber daya manusia yang berkaitan dengan 3. Round CE, Williams MV, Mee T,
radioterapi (radiografer) juga diatur dalam Kirkby NF, Cooper T, Hoskin P, et al.
Permenkes Nomor 81 Tahun 2013 tentang Radiotherapy demand and activity in
penyelenggaraan pekerjaan radiografer.43–44 England 2006–2020. Clin Oncol (R Coll
Diharapkan dengan adanya peraturan yang Radiol). 2013;25(9):522–30. doi: 10.101
ketat, masyarakat terlindungi dari bahaya 6/j.clon.2013.05.005
penggunaan teknologi radiasi ini. 4. Liauw SL, Connell PP, Weichselbaum
RR. New paradigms and future challenges
Simpulan in radiation oncology: An update of
biological targets and technology. Sci
Teknologi radiasi telah ada di Indonesia Transl Med. 2013;5(173):173sr2. doi: 10.
sejak tahun 1927, dan hingga tahun 2013 1126/scitranslmed.3005148.
terdapat 29 pusat pelayanan radioterapi di 5. Baskar R, Lee KA, Yeo R, Yeoh KW.
Indonesia. Radioterapi telah menjadi salah Cancer and radiation therapy: Current
satu terapi yang penting dalam terapi kanker advances and future directions. Int J Med
di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah Sci. 2012;9(3):193–9. doi:10.7150/ijms.3
mendukung kemajuan teknologi ini dengan 635.
menerbitkan Permenkes Nomor 1427 Tahun 6. Malicki J. Medical physics in radiotherapy:
2006 tentang standar pelayanan radioterapi di The importance of preserving clinical
rumah sakit dan Permenkes Nomor 81 Tahun responsibilities and expanding the
2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan profession’s role in research, education,
radiografer. Dengan semakin banyak dan and quality control. Rep Pract Oncol
berkembangnya fasilitas-fasilitas radioterapi Radiother. 2015;20(3):161–9. doi:10.1016
di masa yang akan datang, diharapkan dapat /j.rpor.2015.01.001.
mengurangi prevalensi penyakit kanker di 7. Mehta SR, Suhag V, Semwal M, Sharma
Indonesia. N. Radiotherapy: Basic concepts and
recent advances. Med J Armed Forces
Pendanaan India. 2010;66(2):158–62. doi: 10.1016/
S0377-1237(10)80132-7.
Penulisan artikel review ini tidak didanai oleh 8. Laramore GE. Role of particle
sumber hibah manapun. radiotherapy in the management of head
and neck cancer. Curr Opin Oncol. 2009;
Konflik Kepentingan 21(3):224–31. doi:10.1097/CCO.0b013e
328329b716.
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik 9. Schardt D, Elsässer T, Schulz-Ertner D.
kepentingan dalam penulisan artikel ini. Heavy-ion tumor therapy: Physical and

318
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

radiobiological benefits. Rev Mod Phys. doi:10.1172/JCI73941.


2010;82(1):383–425. doi:10.1103/RevM 19. Mathew R, Karantza-Wadsworth V, White
odPhys.82.383. E. Role of autophagy in cancer. Nat Rev
10. Orth M, Lauber K, Niyazi M, Friedl AA, Cancer. 2007;7(12):961–7. doi:10.1038/n
Li M, Maihöfer C, et al. Current concepts rc2254.
in clinical radiation oncology. Radiat 20. Proskuryakov SY, Gabai VL. Mechanisms
Environ Biophys. 2014;53(1):1–29. doi: of tumor cell necrosis. Curr Pharm Des.
10.1007/s00411-013-0497-2. 2010;16(1):56–68.
11. Bovi JA, White J. Radiation therapy 21. Caruso Ra, Branca G, Fedele F, Irato E,
in the prevention of brain metastases. Finocchiaro G, Parisis A, et al. Mechanisms
Curr Oncol Rep. 2012;14(1):55-62. doi: of coagulative necrosis in malignant
101007/s11912-011-0208-6. epithelial tumors (review). Oncol Lett.
12. Rödel C, Trojan J, Bechstein WO, Woeste 2014;8(4):1397–402. doi: 10. 3892/ol.20
G. Neoadjuvant short-or long-term 14.2345.16(1):56-68.
radio(chemo)therapy for rectal cancer: 22. Campisi J. Aging, Cellular Senescence,
how and who should be treated?. Dig Dis. and Cancer. Annual review of physiology.
2012;30(2):102–8. doi: 10.1159/0003420 2013;75:685–705. doi:10.1146/annurev-
38. physiol-030212-183653.
13. Guedea F. Perspectives of brachytherapy: 23. Chan K-S, Koh C-G, Li H-Y. Mitosis-
patterns of care, new technologies, and targeted anti-cancer therapies: where they
“new biology”. Cancer Radiother. 2014; stand. Cell Death Dis. 2012;3(10):e411.
18(5–6):434–6. doi: 10.1016/j.canrad.20 doi:10.1038/cddis.2012.148.
14.07.143. 24. Ganapati NPD, Djakaria H. Tinjauan
14. Zhuang H, Zhao X, Zhao L, Chang JY, pustaka: Efek samping radiasi pada
Wang P. Progress of clinical research on jantung. J Indones Radiat Oncol Soc.
targeted therapy combined with thoracic 2016;7(1):26–35.
radiotherapy for non-small-cell lung cancer. 25. Baudino TA. Targeted cancer therapy: The
Drug Des Devel Ther. 2014;8:667–75. doi: next generation of cancer treatment. Curr
10.2147/DDDT.S61 977. Drug Discov Technol. 2015;12(1):3–20.
15. Ho K, Lin H, Ann DK, Chu PG, Yen Y. 26. National Cancer Institute. Common
An overview of the rare parotid gland terminology criteria for adverse events
cancer. Head & Neck Oncol. 2011;3:40. (CTCAE) common terminology criteria
doi:10.1186/1758-3284-3-40. for adverse events v4.0 (CTCAE). [diunduh
16. Bhandare N, Mendenhall WM. A literature 23 Agustus 2017]. Tersedia pada:
review of late complications of radiation https://evs.nci.nih.gov/ftp1/CTCAE/
therapy for head and neck cancers: CTCAE_4.03_2010-06-14_QuickRefer
Incidence and dose response. Nucl Med ence_5x7.pdf.
Radiat Ther. 2012;S2:009. doi: 10.4172/2 27. Hoppe BS, Laser B, Kowalski AV,
155-961 9.S2-009. Fontenla SC, Pena-Greenberg E, Yorke
17. Wong RS. Apoptosis in cancer: from ED, et al. Acute skin toxicity following
pathogenesis to treatment. J Exp Clin stereotactic body radiation therapy for
Cancer Res. 2011;30(1):87. doi:10.1186/1 stage I non-small-cell lung cancer: who’s
756-9966-30-87. at risk?. Int J Radiat Oncol Biol Phys.
18. White E. The role for autophagy in 2008;72(5):1283–6. doi: 10.1016/j.ijrob
cancer. J Clin Invest. 2015;125(1):42–6. p.2008.08.036.

319
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017

28. Soussain C, Ricard D, Fike JR, Mazeron 36. Novirianthy R, Djakaria M. Brakiterapi
JJ, Psimaras D, Delattre JY. CNS implan pada oral tongue carcinoma. J
complications of radiotherapy and Indones Radiat Oncol Soc. 2012;3(1):14–
chemotherapy. Lancet. 2009;374(9701): 21.
1639–51. doi: 10.1016/S0140-6736(09)6 37. Indarti AF, Sekarutami SM. Radiasi pada
1299-X. Kanker Esofagus. J Indones Radiat Oncol
29. Surjadi N, Amtha R. Radiotherapy Soc. 2013;4(2):70–6.
reduced salivary flow rate and might 38. Primasari M, Sekarutami SM. Peranan
induced C. albicans infection. Journal of radiasi eksterna dalam tatalaksana
Dentistry Indonesia. 2012;19(1):14–9. juvenile nasopharingeal angiofibroma. J
doi: 10.14693/jdi.v19i1.124 Indones Radiat Oncol Soc. 2013;4(2):61–
30. Madan R, benson R, Sharma DN, Julka 70.
PK, Rath GK. Radiation induced heart 39. Marlina YS, Sekarutami SM. Brakiterapi
disease: Pathogenesis, management and intraoperatif pada soft tissue sarkoma. J
review literature. J Egypt Natl Canc Inst. Indones Radiat Oncol Soc. 2012;3(1):22–
2015;27(4):187–93. doi: 10.1016/j.jnci.2 30.
015.07.005 40. Humas SetKab RI. Penggunaan tenaga
31. Djakaria M. Radiotherapy. in: Rukmono, nuklir di Indonesia: Aspek hukum |
Wiknjosastro H, Samino. History of Cipto Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
Mangunkusumo Hospital and Faculty [diunduh 23 Agustus 2017]. Tersedia dari:
of Medicine University of Indonesia. http://setkab.go.id/penggunaan-tenaga-
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1989. nuklir-di-indonesia-aspek-hukum.
32. Gondhowiardjo S, Prajogi G, Sekarutami 41. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah
S. History and growth of radiation oncology Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2008
in Indonesia. Biomed Imaging Interv J. tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber
2008;4(3):e42. doi:10.2349/biij.4.3.e42. Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir; 2008.
33. PORI. Usulan rencana straegik roadmap 42. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
pengembangan radioterapi Indonesia Menteri Kesehatan Repulik Indonesia
[diunduh 22 Agustus 2017]. Tersedia Nomor 780 Tahun 2008 tentang
dari: http://www.pori.or.id/pori-activity/ Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi;
usulan-rencana-strategik-dan-roadmap- 2008.
pengembangan-radioterapi-indonesia. 43. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan
34. Hartanto S, Djakaria HM. Peran Menteri Kesehatan Republik Indonesia
radioterapi pada karsinoma neuroendokrin Nomor 1427 tentang Standar Pelayanan
jenis karsinoma sel kecil pada serviks. J Radiografi di Rumah Sakit; 2006.
Indones Radiat Oncol Soc. 2016;7(1):18– 44. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
25. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
35. Setyawan A, Gondhowiardjo S. Terapi Nomor 1248 Tahun 2009 tentang
radiasi ex juvantibus pada tumor regio Penyelenggaraan Pelayanan Siklotron di
pineal. J Indones Oncol Soc. 2016;7(1): Rumah Sakit; 2009.
10–7.

320

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai