Cancer Therapy With Radiation The Basic Concept of
Cancer Therapy With Radiation The Basic Concept of
net/publication/324457928
Cancer Therapy with Radiation: The Basic Concept of Radiotherapy and Its
Development in Indonesia
CITATIONS READS
3 5,169
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Development and implementation a mobile application for measuring stress level View project
All content following this page was uploaded by Rano Kurnia Sinuraya on 20 July 2018.
Abstrak
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian yang tinggi di dunia. Berdasarkan
data WHO, pada tahun 2015 terdapat 8,8 juta kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker.
Berdasarkan data riskesdas tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4% atau sekitar
347.792 orang. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengobati kanker, salah satunya dengan
menggunakan terapi radiasi atau radioterapi. Berdasarkan International Agency for Research on Cancer
(IARC), dari 10,9 juta orang yang didiagnosis menderita kanker di seluruh dunia setiap tahun, sekitar
50% membutuhkan radioterapi. Penggunaan radiasi untuk terapi kanker belum banyak digunakan dan
masih terbatas di Indonesia. Tujuan penulisan review ini adalah untuk memaparkan konsep dasar terapi
kanker dengan radiasi dan perkembangan radioterapi di Indonesia melalui penelusuran pustaka. Metode
penelusuran pustaka dalam artikel review ini adalah penelusuran pustaka pada mesin pencari Google,
Google Scholar dan PubMed basis data dengan kata kunci “basic radiotherapy” “radiation therapy in
Indonesia” “novel radiotherapy in Indonesia” serta peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
yang berkaitan dengan radioterapi. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa teknologi radiasi
telah ada di Indonesia sejak tahun 1927. Sampai tahun 2013, terdapat 29 pusat pelayanan radioterapi
di Indonesia. Radioterapi telah menjadi salah satu terapi yang penting dalam pengobatan kanker di
Indonesia. Pemerintah Indonesia mendukung kemajuan teknologi ini dengan menerbitkan peraturan
tentang standar pelayanan radioterapi di rumah sakit. Semakin banyak dan berkembangnya fasilitas
radioterapi diharapkan dapat mengurangi prevalensi penyakit kanker di Indonesia.
Kata kunci: Kanker, radioterapi, regulasi, terapi radiasi
Korespondensi: Irma M. Puspitasari, PhD., MT., Apt. Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas
Farmasi, Universitas Padjadjaran, email: irma.melyani@unpad.ac.id
Naskah diterima: 5 Oktober 2017, Diterima untuk diterbitkan: 2 November 2017, Diterbitkan: 1 Desember 2017
311
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
312
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
tersimpan ini bisa membunuh sel kanker menembus ke dalam jaringan.6,7 Proton beams
atau menyebabkan perubahan genetik yang merupakan radiasi partikel yang lebih baru
mengakibatkan kematian sel kanker.5 Radiasi digunakan untuk mengobati kanker. Radiasi
pengion adalah radiasi dengan energi tinggi ini memiliki distribusi dosis yang lebih baik
yang mampu melepaskan elektron dari orbit karena profil penyerapannya yang unik dalam
suatu atom, yang menyebabkan terbentuknya jaringan yang dikenal sebagai puncak Bragg
muatan atau terionisasi. Radiasi pengion (Bragg peak) sehingga memungkinkan
terdiri dari radiasi elektromagnetik dan radiasi terjadi pengendapan energi destruktif dengan
partikel.5 maksimal di lokasi tumor dan meminimalkan
kerusakan pada jaringan sehat di sepanjang
Radiasi elektromagnetik jalur kerjanya. Dalam aplikasi klinis, radiasi
Radiasi elektromagnetik merupakan radiasi di ini sangat berguna untuk terapi tumor
mana energi dibawa oleh osilasi medan listrik pediatrik dan dewasa yang berada di dekat
dan medan magnet yang merambat pada bagian vital seperti tumor tulang belakang
kecepatan cahaya, contohnya radiasi sinar-X dan tumor tengkorak, di mana paparan radiasi
dan sinar-ɣ dan merupakan jenis yang paling terhadap jaringan normal sangat penting
umum digunakan dalam radioterapi.5 Sinar-X untuk diminimalkan.8,9 Neutron beams
diproduksi saat elektron berkecepatan mampu mendeposit energi secara maksimal
tinggi bertabrakan dengan material yang pada target jaringan di ujung lintas terapinya.
memiliki nomor atom tinggi seperti tungsten- Secara keseluruhan radiasi partikel memilliki
molibdenum pada anoda tabung sinar-X, Linear Energy Transfer (LET) yang lebih
sedangkan sinar gamma secara fisik identik tinggi daripada radiasi foton, namun karena
dengan sinar-X, namun dipancarkan dari biaya produksinya yang mahal penggunaan
inti atom (intranuclearly) atau berasal dari jenis radiasi ini masih terbatas.9–10
radioactive decay seperti Cobalt-60, Radium
dan Cesium. Inti atom yang tidak stabil Jenis radioterapi
melepaskan energi berlebihnya dalam bentuk Radioterapi dapat digunakan sebagai terapi
elektron intranuklear (partikel beta) atau inti kuratif, paliatif maupun profilaksis (preventif).
helium (sebuah partikel alfa). Jika masih Terapi kuratif biasanya berbentuk terapi
memiliki kelebihan energi setelah itu, sinar tunggal untuk penyembuhan suatu kanker,
gamma dipancarkan untuk mencapai steady contohnya digunakan dalam kasus limfoma
state.5–6 Hodgkin tahap awal, kanker nasofaring,
beberapa kanker kulit, dan kanker glotis awal.
Radiasi partikel Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan
Radiasi partikel adalah radiasi yang terdiri dari kualitas hidup dengan cara menghilangkan
partikel atom atau subatomik (elektron dan gejala-gejala kanker dengan menerapkan
proton) yang membawa energi dalam bentuk dosis radiasi paliatif. Penerapannya antara
energi kinetik atau massa yang bergerak.6 lain pada kasus maternal otak dan tulang serta
Radiasi partikel terdiri dari elektron, sindroma venacava superior. Terapi profilaksis
proton dan neutron beams. Electron beams (preventif) merupakan terapi yang bertujuan
merupakan salah satu metode konvensional untuk mencegah kemungkinan metastasis
yang telah lebih dahulu digunakan. Biasanya atau kejadian berulang melalui penerapan
digunakan dalam terapi radiasi sehari-hari radioterapi, contohnya adalah whole-barin
dan sangat berguna pada terapi tumor yang radiotherapy untuk leukemia limfoblastik
dekat dengan permukaan tubuh karena tidak akut dan kanker paru-paru sel kecil.10–11
313
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
314
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
315
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
yaitu 87,6% subjek menunjukkan penurunan lainnya di pulau Jawa, seperti di Surabaya,
laju salivasi. Dalam sebuah artikel review Semarang, Yogyakarta dan Bandung, yang
dikatakan bahwa penurunan (compromise) sebagian besar dilengkapi dengan kilovoltage
dalam fungsi salivasi dapat dilihat dalam dan unit terapi cesium. Pada tahun 1980–
waktu 1 hingga 2 minggu setelah radioterapi 1990 pemerintah mendirikan pusat radiasi
dan dapat bertahan setelahnya. Kecuali tambahan di beberapa daerah khususnya di
kerusakannya parah, fungsi saliva biasanya luar pulau Jawa yang dilengkapi dengan unit
sembuh dalam waktu 2 tahun dari setelah Telecobalt guna memudahkan akses bagi
radioterapi. Disfungsi kelenjar minimal bisa masyarakat untuk mendapatkan terapi radiasi
diamati pada dosis rata-rata 10 sampai 15 untuk kanker.31,32
Gy dan dosis rata-rata >40 Gy pada kelenjar Berbagai metode terapi radiasi untuk
parotid menghasilkan suatu penurunan fungsi terapi kanker telah digunakan di Indonesia.
sebesar 75%. Xerostomia dapat memiliki Pada tahun 1958, teknologi intracavitary
efek negatif pada kualitas hidup pasien yang radium branchytherapy mulai digunakan di
sangat mengganggu kemampuan berbicara, departemen ginekologi RSCM. Teknologi
mengunyah, menelan, dan merasakan.29 Three-dimensional Treatment Planning System
(3DTPS) juga telah tersedia di 11 pusat
4. Efek samping pada jantung radioterapi.32 Pada bulan Februari tahun 2009,
Kelainan jantung akibat radiasi biasanya Menteri Kesehatan meresmikan pelayanan
disebut dengan istilah radiation induced heart radioterapi terbaru di RSCM yang terdiri
desease (RIHD) yang menunjukkan keadaan dari Stereotactic Radiotherapy (SRT) dan
klinis dan kondisi patologis cedera pada Stereotactic Radiosurgery (SRS), sebagai
jantung dan pembuluh besar yang dihasilkan upaya terapi radiasi dengan presisi lokalisasi
dari terapi radiasi kanker. Kelainan pada yang sangat tinggi dengan alat imobilisasi
jantung dapat terjadi karena radiasi, antara khusus untuk menghancurkan sel tumor tanpa
lain kelainan pada perikardium, kelainan pada merusak jaringan sehat sekitarnya; Intensity
miokardium, kelainan pada arteri koroner, Modulated Radioteraphy (IMRT), sebagai
kelainan pada aterosklerosis, dan kelainan teknologi paling mutakhir dalam terapi radiasi
pada katup jantung.30 yang mampu menghadapi heterogenitas
dari target radiasi, di mana onkologis dapat
Perkembangan terapi radiasi di Indonesia mengatur dosis radiasi yang irregular sesuai
Perkembangan terapi radiasi di Indonesia dengan kondisi tumor, sekaligus menghindari
bermula dari masuknya teknologi radiasi paparan pada organ penting; 4D Adaptive
pada tahun 1927 berupa unit terapi sinar-X IGRT, untuk memantau gerakan organ pada
konvensional yang terutama digunakan untuk organ target saat dilakukan terapi penyinaran.
mengobati lesi kulit superfisial.31 Kemudian Data terakhir pada Juni 2013 di Indonesia,
beberapa tahun pascakemerdekaan dilakukan terdapat 29 pusat pelayanan radioterapi (23
penambahan kembali unit terapi superficial RS pemerintah dan 6 RS swasta) dengan total
and deep X-ray di Rumah Sakit Umum Cipto 41 alat radiasi.32,33
Mangunkusumo (RSCM). Perkembangan
radioterapi semakin terlihat dengan adanya Beberapa jenis tindakan radiasi untuk
pemasangan unit teleterapi Cobalt-60 pada terapi kanker yang telah dilakukan di
tahun 1958 dan unit teleterapi Cesium-137 Indonesia
pada tahun 1964, kemudian beberapa pusat Berdasarkan penelusuran laporan pustaka,
radioterapi mulai didirikan di beberapa daerah sampai saat ini beberapa jenis tindakan radiasi
316
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
untuk terapi kanker yang telah dilakukan di Regulasi penggunaan teknologi radiasi di
Indonesia antara lain: radiasi eksterna telah Indonesia
dilakukan pada pasien dengan karsinoma Berdasarkan ulasan yang telah dipaparkan
serviks stadium IVB dengan metastasis paru. sebelumnya, penggunaan teknologi radiasi
Pasien mendapatkan 25 kali radiasi dengan dalam bidang kesehatan memberikan dampak
teknik konvensional lapangan whole pelvic yang positif dalam meningkatkan kualitus
AP-PA dan hasilnya tumor mulai mengecil hidup masyarakat. Namun, tentu saja terdapat
sejak radiasi fraksi ke-5.34 risiko yang besar dari penggunaan teknologi
Pada laporan kasus oleh Setyawan dan radiasi ini. Agar dapat menggunakannya
Gondhowiardjo di tahun 2015, digambarkan dengan bijak, negara telah membuat peraturan
keberhasilan tindakan radiasi ex juvantibus yang ketat terkait penggunaan teknologi
pada dua buah kasus tumor regio pineal radiasi ini, yaitu Undang-Undang Nomor
dan radioterapi pada kanker esofagus. Pada 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran.40
laporan kasus ini, pasien menjalani radiasi Negara juga membentuk lembaga-lembaga
3D-CRT lokoregional 50 Gy, 2 Gy per yang bertanggung jawab41 yang terdiri dari
fraksi.35,36 Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
Tindakan brakiterapi implan juga dilaporkan yang bertugas melaksanakan pemanfaatan
pada kasus oral tongue carcinoma sebagai tenaga nuklir dan juga Badan Pengawas
booster paska radiasi eksterna dengan teknik Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang bertugas
plastic tube tanpa loop dan brakiterapi melaksanakan pengawasan segala kegiatan
intraoperatif pada soft tissue sarcoma. Pasien pemanfaatan tenaga nuklir.
menjalani radiasi 3D-CRT lokoregional 50 Perizinan pemanfaatan bahan radioaktif
Gy, 2 Gy per fraksi. Kemoradiasi konkuren diatur pada PP Nomor 29 Tahun 2008 tentang
dengan cisplatin hanya bisa dilakukan satu perizinan pemanfaatan sumber radiasi
kali karena keadaan umum pasien memburuk. pengion dan bahan nuklir. Pemanfaatan
2 minggu setelah radiasi, pasien mulai bisa ini sendiri dibagi menjadi tiga kelompok
menelan makanan cair dan lunak dengan berdasarkan risiko keselamatan radiasi dan
disfagia Grade 1.37 keamaanan sumber radioaktif. Dalam hal ini,
Selain untuk penyakit keganasan, pemanfaatan sumber radiasi dalam bidang
radioterapi juga dapat digunakan untuk kedokteran nuklir in vivo dan kedokteran
terapi penyakit non-keganasan, seperti yang nuklir terapi masuk ke dalam kelompok A
dilaporkan oleh Primasari dan Sekarutami sehingga alur perizinannya akan lebih ketat,
pada tahun 2013 mengenai tindakan radiasi sedangkan untuk kedokteran nuklir in vitro
eksterna pada kasus Juvenile Nasopharyngeal masuk dalam kategori B.42
Angiofibroma (JNA). Pada tatalaksana JNA, Rumah sakit, sebagai salah satu penyedia
terapi utama adalah terapi pembedahan, layanan radiologi, memiliki peraturan
terutama pada stadium awal di mana reseksi tersendiri dalam proses pelayanan radioterapi
total masih dapat dilakukan. Pada tumor yang dilakukan, hal tersebut diatur dalam
dengan lokasi sulit dijangkau oleh tindakan Permenkes Nomor 1427 Tahun 2006 tentang
pembedahan, ekstensi intrakranial ataupun standar pelayanan radioterapi di rumah sakit.
residu, radiasi eksterna memegang peranan Dalam Permenkes Nomor 1248 Tahun 2009
penting dimana tingkat kurabilitasnya cukup tentang penyelenggaraan pelayanan siklotron
tinggi yaitu 85–100% dengan efek samping di rumah sakit, untuk rumah sakit kelas A
lanjut yang masih dapat ditoleransi serta atau B, terutama yang ditetapkan sebagai RS
rekurensi minimal.38,39 pendidikan dapat menggunakan radionuklida
317
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
318
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
319
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
28. Soussain C, Ricard D, Fike JR, Mazeron 36. Novirianthy R, Djakaria M. Brakiterapi
JJ, Psimaras D, Delattre JY. CNS implan pada oral tongue carcinoma. J
complications of radiotherapy and Indones Radiat Oncol Soc. 2012;3(1):14–
chemotherapy. Lancet. 2009;374(9701): 21.
1639–51. doi: 10.1016/S0140-6736(09)6 37. Indarti AF, Sekarutami SM. Radiasi pada
1299-X. Kanker Esofagus. J Indones Radiat Oncol
29. Surjadi N, Amtha R. Radiotherapy Soc. 2013;4(2):70–6.
reduced salivary flow rate and might 38. Primasari M, Sekarutami SM. Peranan
induced C. albicans infection. Journal of radiasi eksterna dalam tatalaksana
Dentistry Indonesia. 2012;19(1):14–9. juvenile nasopharingeal angiofibroma. J
doi: 10.14693/jdi.v19i1.124 Indones Radiat Oncol Soc. 2013;4(2):61–
30. Madan R, benson R, Sharma DN, Julka 70.
PK, Rath GK. Radiation induced heart 39. Marlina YS, Sekarutami SM. Brakiterapi
disease: Pathogenesis, management and intraoperatif pada soft tissue sarkoma. J
review literature. J Egypt Natl Canc Inst. Indones Radiat Oncol Soc. 2012;3(1):22–
2015;27(4):187–93. doi: 10.1016/j.jnci.2 30.
015.07.005 40. Humas SetKab RI. Penggunaan tenaga
31. Djakaria M. Radiotherapy. in: Rukmono, nuklir di Indonesia: Aspek hukum |
Wiknjosastro H, Samino. History of Cipto Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
Mangunkusumo Hospital and Faculty [diunduh 23 Agustus 2017]. Tersedia dari:
of Medicine University of Indonesia. http://setkab.go.id/penggunaan-tenaga-
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1989. nuklir-di-indonesia-aspek-hukum.
32. Gondhowiardjo S, Prajogi G, Sekarutami 41. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah
S. History and growth of radiation oncology Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2008
in Indonesia. Biomed Imaging Interv J. tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber
2008;4(3):e42. doi:10.2349/biij.4.3.e42. Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir; 2008.
33. PORI. Usulan rencana straegik roadmap 42. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
pengembangan radioterapi Indonesia Menteri Kesehatan Repulik Indonesia
[diunduh 22 Agustus 2017]. Tersedia Nomor 780 Tahun 2008 tentang
dari: http://www.pori.or.id/pori-activity/ Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi;
usulan-rencana-strategik-dan-roadmap- 2008.
pengembangan-radioterapi-indonesia. 43. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan
34. Hartanto S, Djakaria HM. Peran Menteri Kesehatan Republik Indonesia
radioterapi pada karsinoma neuroendokrin Nomor 1427 tentang Standar Pelayanan
jenis karsinoma sel kecil pada serviks. J Radiografi di Rumah Sakit; 2006.
Indones Radiat Oncol Soc. 2016;7(1):18– 44. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
25. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
35. Setyawan A, Gondhowiardjo S. Terapi Nomor 1248 Tahun 2009 tentang
radiasi ex juvantibus pada tumor regio Penyelenggaraan Pelayanan Siklotron di
pineal. J Indones Oncol Soc. 2016;7(1): Rumah Sakit; 2009.
10–7.
320