Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

BANGSAL RSUD S. K. LERIK KOTA KUPANG


G1P0A0 USIA KEHAMILAN 6 MINGGU DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:
dr. Nania T. D. N. Tampubolon

Pendamping Internsip:
dr. Joanita Tukan

Pembimbing:
dr. Kiswa Anggraeny, Sp.OG

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE FEBRUARI - MEI 2020
PEMERINTAH KOTA KUPANG
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH S. K. LERIK KOTA KUPANG
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO KASUS BANGSAL

Nama Penyusun : dr. Nania T. D. N. Tampubolon


Judul Portofolio : G1P0A0 usia kehamilan 6 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum
Topik : Obstetri dan Ginekologi
Wahana : RSUD S.K. Lerik Kota Kupang

Portofolio Kasus Bangsal ini telah dibaca dan disetujui.

Kupang,………Mei 2020
Dokter Penanggung Jawab, Pendamping Bangsal

dr. Kiswa Anggraeny, Sp.OG dr. Joanita Tukan


NIP. NIP. 19780724 200804 2 001

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan


pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan. Selama masa kehamilan, ibu
dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Selama kehamilan normal,
saluran cerna dan organ-organ penunjangnya mengalami perubahan, baik secara
anatomis maupun fungsional, yang dapat mengubah secara bermakna kriteria
untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa penyakit yang sering mengenai saluran
cerna (Cunningham, 2012).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena
keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Penyesuaian terjadi pada kebanyakkan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik (Gabra, 2018).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetil, asam
hidroksi butirit dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunnya zat metabolic yang toksik (Goodwin, 2013).
Sebagaimana telah diketahui bahwa masa hamil muda adalah saat mula
terbentuknya berbagai organ tubuh (organogenesis), hal ini erat sekali kaitannya
dengan cacat maupun kelainan pada janin, sehingga asupan nutrisi yang adekuat
sangat diperlukan pada masa ini kehamilan ini Dengan demikian perlu
pemahaman yang baik mengenai hiperemesis gravidarum. Hal inilah yang
mendorong dibuatnya laporan kasus tentang hiperemesis gravidarum sehingga
dapat diketahui bagaimana cara mendiagnosis dan penanganannya.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. UH
No. RM : 069799
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Nama suami : Tn. FS
Pekerjaan pasien : Ibu rumah tangga
Pekerjaan suami : Wiraswasta
Alamat : Pasir Panjang
Pendidikan terakhir : SMA
Tanggal Masuk Perawatan : 1 Mei 2020
Tanggal Keluar Perawatan : 3 Mei 2020

B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Muntah
2. Keluhan Tambahan
Mual, badan lemas, nyeri ulu hati
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit S. K. Lerik datang sendiri
dengan keluhan muntah-muntah sejak 1 minggu SMRS. Sebelumnya
pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Pasien juga
mengeluhkan badan lemas, mual dan nyeri pada ulu hati. Muntah dan
mual dirasakan makin lama makin berat, awalnya pasien hanya
muntah 1-2 kali sehari tetapi makin hari makin sering, hingga pasien
dapat muntah 5 kali sehari. Mual dan muntah dirasakan terutama pada
pagi hari dan malam hari sebelum tidur, dan juga saat pasien sedang
makan. Nafsu makan pasien juga berkurang karena mual. Pasien

3
mengatakan BAK sering, tetapi nyeri saat BAK dan demam disangkal.
BAB dalam batas normal. Pasien sedang hamil pertama, HPHT
tanggal 28 Februari 2020, HPL tanggal 5 Desember 2020, dan usia
kehamilan 9 minggu.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit Jantung : disangkal
b. Penyakit Paru : disangkal
c. Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
d. Penyakit Ginjal : disangkal
e. Penyakit Hipertensi : disangkal
f. Riwayat Alergi : disangkal
g. Riwayat penyakit hati : disangkal
h. Riwayat asma : disangkal
i. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
j. Riwayat Penyakit kandungan : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Penyakit Jantung : disangkal
b. Penyakit Paru : disangkal
c. Penyakit Diabetes Melitus : disangkal
d. Penyakit Ginjal : disangkal
e. Penyakit Hipertensi : disangkal
f. Riwayat Alergi : disangkal
g. Riwayat penyakit hati : disangkal
h. Riwayat alergi : disangkal
i. Riwayat asma : disangkal
j. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
k. Riwayat Penyakit kandungan : disangkal
6. Riwayat ANC
Pasien belum pernah memeriksakan kehamilannya sebelumnya
7. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Lama haid : ± 5 hari

4
c. Siklus haid : Teratur, setiap 28 hari
d. Dismenorrhea : Ada
e. Jumlah darah haid : Ganti pembalut 3 kali
8. Riwayat Menikah
Pasien menikah sebanyak satu kali. Pernikahan berlangsung selama 4
bulan
9. Riwayat Obstetri
G1P0A0
10. Riwayat KB
Pasien tidak pernah menggunakan KB.
11. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Operasi : tidak ada
b. Riwayat Kuret : tidak ada
c. Riwayat Keputihan : ada
d. Riwayat perdarahan pervaginam : tidak ada
12. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan Ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai
wiraswasta. Kesan sosial ekonomi keluarga adalah golongan menegah ke
bawah. Pasien menggunakan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
(BPJS-PBI) dalam pembiayaan rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat
merokok. Sebelum pasien sakit, biasanya pasien makan 3 kali sehari,
konsumsi makanan bergizi seperti ikan dan sayuran tetapi sesekali juga
mengkonsumsi mie instan dan gorengan. Pasien jarang berolahraga.
Riwayat konsumsi obat-obatan disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos Mentis)
Vital Sign : Tekanan Darah : 110/70 mmHg,
Nadi : 76 x/menit,
Respiratori Rate : 20 x/menit
Suhu : 36.5ºC

5
BB sebelum hamil : 47 kg
BB : 47 kg
TB : 153 cm
1. Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks
pupil +/+ normal, isokor, diameter 3/3 mm
Telinga : discharge -/- deformitas -/-
Hidung : discharge -/-, nafas cuping hidung -/-
Mulut : sianosis (-), lidah kotor -/-, mukosa kering (-)
b. Pemeriksaan Toraks
1) Paru
Inspeksi : Dada simetris, ketertinggalan gerak (-), retraksi
intercosta (-), pulsasi epigastrium (-), pulsasi parasternal
(-)
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan = paru kiri
Ketertinggalan gerak (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar vesikuler +/+, SuaraTambahan -/-
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Ictus cordis kuat angkat (-)
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2, regular, ST -/-
c. Pemeriksaan ekstermitas
Superior : Edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis (-/-)

6
Inferior : Edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-), sianosis (-/-)
2. Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-), Spider nevi (-), striae
gravidarum (-)
Palpasi : supel, NT (+) regio epigastrik
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) Normal, regular
3. Pemeriksaan Genitalia
a. Regio Genitalia
Inspeksi :
Rambut pubis tersebar merata, edema vulva (-), benjolan (-), varises
(-), fluor (-), perdarahan (-), lendir darah (-)
b. Vaginal toucher : tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi 1 Mei 2020
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
WBC 12.1 10e3/uL 3.70-10.1
NEU 9.13 72.5 % 1.63-6.96
LYM 2.14 16.1% 1.09-2.99
MONO .652 7.10 % .240-.790
EOS .107 3.46 % .030-.440
BASO .054 .897 % .00-0.80
RBC 4.92 10e6/uL 3.60-4.69
HGB 13.9 g/dL 10.8-14.2
HCT 41.0 % 37.7-53.7
MCV 83.3 fL 81.1-96.0
MCH 28.3 Pg 27.0-31.2
MCHC 34.0 g/dL 31.8-35.4
RDW 10.8 % 11.5-14.5
PLT 295. 10e3/uL 155.-366.
MPV 7.01 fL 6.90-10.6
HBsAg Non Reaktif - Non Reaktif
HIV Test Non Reaktif - Non Reaktif
TPHA Non Reaktif - Non Reaktif

Pemeriksaan Urinalisis 1 Mei 2020


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

7
Kimia Urine
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Agak Keruh Jernih
Berat Jenis 1.030 1.005-1.030
pH 6.0 5.0-8.0
Nitrit Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Positif (++) Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Protein Positif (+) Negatif
Blood Negatif Negatif
Leukosit Positif (++) Negatif
Sedimen Urine
Leukosit > 80 Sel/LPB 0-5 sel/LPB
Eritrosit 1-3 Sel/LPB 0-3 sel/LPB
Epitel >100 Sel/LPK 0-5 sel/LPK
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Positif (+) Negatif
Silinder Negatif Negatif
HCG Test Positif

Pemeriksaan USG Kandungan


Hasil USG:
GS (+). FP (+), DJJ (+), uk. 6 minggu, HPL 29-12-2020

E. Diagnosis
Diagnosis masuk :
• G2P1A0 usia kehamilan 8 - 9 minggu + HEG
Diagnosis keluar :
• G2P1A0 usia kehamilan 6 minggu + HEG + ISK

F. Penatalaksanaan
• Rawat Inap
• Infus RL  20 tpm
• Drip Ondansentron dalam RL 500 cc  Inj. Ondansentron 3 x 4 mg (k/p)
• Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
• Antasida syr 3 x C1 PO

8
G. Prognosis
• Quo ad Vitam : dubia ad bonam
• Quo ad Functionam : dubia ad bonam
• Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah kejadian mual dan muntah yang berat
selama kehamilan dan ditandai dengan mual dan muntah yang tidak
tertahankan yang menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit dan
metabolisme, dan defisiensi nutrisi yang mungkin memerlukan rawat inap.
Hiperemesis gravidarum adalah diagnosis klinis; sebagian besar dokter
mendiagnosisnya dengan gejala yang khas dan setelah mengeksklusikan
penyebab mual dan muntah lainnya pada wanita hamil. Muntah biasanya
dimulai antara 6 dan 8 minggu kehamilan dan mencapai puncaknya pada 12
minggu (Gabra, 2018).

B. Epidemiologi
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat
selama kehamilan, yang terjadi pada 1-2% dari semua kehamilan atau 1-20
pasien per 1000 kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi
gravida dan 40-60% multigravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di
Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau
kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan
dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu,
puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan
kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan,
gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis
dapat berulang pada wanita hamil (Goodwin, 2013).

C. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah
sebagai berikut (Goodwin, 2013):

10
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan
dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk
menerima kehamilan memegang peranan yang cukup penting dalam
menimbulkan hiperemesis gravidarum.

D. Patofisiologi
Kadar estrogen serum yang tinggi pada pasien dengan Hiperemesis
Gravidarum menunjukkan peran hormon estrogen dalam patogenesis
penyakit. Estrogen menurunkan motilitas usus dan pengosongan lambung,
juga menyebabkan perpindahan cairan membantu menurunkan keasaman
lambung dan mempotensiasi pertumbuhan H. Pylori (Gabra, 2018).
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih
kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam
aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan
cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan
menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida
urine (Goodwin, 2013).
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,

11
meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga
memperberat keadaan penderita (Goodwin, 2013).

E. Manifestasi Klinis
Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut
hiperemesis gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan
mual muntah tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu (Goodwin, 2013):
 Derajat I: Mual muntah terus menerus disertai dengan intoleransi
makanan dan minuman. Tekanan darah sistol mulai menurun dan nadi
>100, mata cekung lidah kering, turgor kulit berkurang, urin normal.
 Derajat II: Mual muntah terus menerus disertai rasa haus hebat,
penurunan BB dan nadi 100-140 dan tekaran sistol < 80 mmHg dengan
ikterik, apatis, kulit pucat, lidah kotor, aseton (+), bilirubin (+).
 Derajat III: Muntah dan mual berkurang. Ikterus (+), sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin urin (+), proteinuria. Pasien
dengan keadaan delirium/koma, keluhan sudah tidak ada karena
penurunan kesadaran.
Selain itu derajat keparahan hiperemesis gravidarum juga dapat dibagi
berdasarkan PUQE score, dimana jika PUQE score ≤ 6 berarti ringan, score
7-12 berarti sedang, dan score 13-15 berarti berat (Shehmar, 2016).

Tabel PUQE Score


Motherisk PUQE-24 scoring system
In the last 24 hours, for Not at 1 hour 2–3 4–6 More
how long have you felt all (1) or less hours hours than 6
nauseated or sick to your (2) (3) (4) hours
stomach? (5)

In the last 24 hours have I did 1–2 3–4 5–6 7 or


you vomited or thrown not times times times more
up? throw (2) (3) (4) times
up (1) (5)

12
In the last 24 hours how No 1–2 3–4 5–6 7 or
many times have you had time (1) times times times more
retching or dry heaves (2) (3) (4) times
without bringing anything (5)
up?

F. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang (Shehmar, 2016):
1. Anamnesis:
 Riwayat hiperemesis gravidarum sebelumnya
 Hitung tingkat keparahan menggunakan skor PUQE: mual, muntah,
hipersalivasi, meludah, kehilangan berat badan, ketidakmampuan
mentoleransi makanan dan cairan, efek pada kualitas hidup
 Keluhan untuk mengeksklusikan kemungkinan penyakit lain:
 abdominal pain
 gangguan berkemih
 tanda-tanda infeksi
 riwayat penggunaan obat
 infeksi kronis Helicobacter pylori
2. Pemeriksaan Fisik:
 Tanda vital (suhu, tekanan darah, nadi, RR)
 Saturasi oksigen
 Pemeriksaan fisik abdomen
 Berat badan
 Tanda-tanda dehidrasi
3. Pemeriksaan Penunjang:
 Urine dipstick: ketonuria (1+ atau lebih)
 Urinalisis
 Urea and elektrolit:
 hipokalaemia/hiperkalaemia
 hiponatraemia
 dehidrasi

13
 gangguan fungsi ginjal
 Darah rutin:
 Infeksi
 Anemia
 Haematokrit
 Glukosa darah: untuk mengeksklusikan ketoasidosis diabetikum
 USG:
 Memastikan kehamilan
 Mengeksklusi adanya kehamilan ganda dan kelainan
trophoblastik
 Jika adanya riwayat keluhan serupa sebelumnya, perlu diperiksa:
 Thyroid Function Test: hypothyroid/hyperthyroid
 Liver Function Test: mengeksklusikan kemungkinan kelainan
pada hati seperti hepatitis, batu empedu, dan memonitor
adanya malnutrition
 calcium dan phosphate
 amylase: mengeksklusikan pancreatitis

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2013; McCarthy, 2014; Thomson, 2014; Shehmar, 2016):
1. Sedapat mungkin, pertahankan kecukupan nutrisi ibu, termasuk
suplementasi vitamin dan asam folat di awal kehamilan.
2. Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari kelelahan.
3. Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg
vitamin B6 hingga 4 tablet/hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1
tablet saat pagi, dan 1 tablet saat siang).
4. Bila masih belum teratasi, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral
atau supositoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4
tablet doksilamin/piridoksin), ATAU prometazin 5-10 mg 3-4 kali
sehari per oral atau supositoria.

14
5. Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu
obat di bawah ini:
 Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
 Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8
jam
 Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
 Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
 Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
6. Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena
dan berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan kebutuhan
cairannya, lalu:
 Berikan suplemen multivitamin IV
 Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama
20 menit, setiap 4-6 jam sekali
 Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini:
 Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
 Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
 Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
 Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
 Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam
ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1
mg/ jam terus-menerus selama 24 jam.
7. Manajemen rawat inap harus dipertimbangkan jika setidaknya ada satu
dari yang berikut:
 Mual dan muntah terus menerus dan ketidakmampuan untuk
mengkonsumsi antiemetik oral
 Mual dan muntah yang berhubungan dengan ketonuria dan / atau
penurunan berat badan (lebih dari 5% dari berat badan), meskipun
antiemetik oral sudah digunakan
 Diduga adanya komorbiditas (seperti infeksi saluran kemih dan
ketidakmampuan untuk mentoleransi antibiotik oral).

15
8. Jahe dapat digunakan untuk menggantikan obat antiemetik oral pada
pasien dengan gejala ringan hingga sedang.

Algoritma Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum berdasarkan Score PUQE

H. Prognosis
Dengan penanganan yang baik hiperemesis gravidarum memiliki
prognosis yang baik. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan
sendirimya pada usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin
(Goodwin, 2013).

16
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik


Teori Kasus
1. Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan
 Riwayat hiperemesis gravidarum muntah-muntah sejak 1 minggu.
sebelumnya Sebelumnya pasien tidak pernah
 Hitung tingkat keparahan mengalami keluhan seperti ini.
menggunakan skor PUQE: mual, Pasien juga mengeluhkan badan
muntah, hipersalivasi, meludah, lemas, mual dan nyeri pada ulu hati.
kehilangan berat badan, Pasien dapat muntah 5 kali sehari.
ketidakmampuan mentoleransi Mual dan muntah dirasakan terutama
makanan dan cairan, efek pada pada pagi hari dan malam hari
kualitas hidup sebelum tidur, dan juga saat pasien
 Keluhan untuk mengeksklusikan sedang makan. Pasien mengatakan
kemungkinan penyakit lain: BAK sering, tetapi nyeri saat BAK

 abdominal pain (-) dan demam (-).

 gangguan berkemih PUQE Score: 9 (sedang)

 tanda-tanda infeksi
Tekanan Darah : 110/70 mmHg,
 riwayat penggunaan obat
Nadi : 76 x/menit,
 infeksi kronis Helicobacter
Respiratori Rate : 20 x/menit
pylori
Suhu : 36.5ºC
2. Pemeriksaan Fisik:
BB sebelum hamil: 47 kg
 Tanda vital (suhu, tekanan darah,
BB : 47 kg
nadi, RR)
Abdomen
 Saturasi oksigen
Inspeksi : datar
 Pemeriksaan fisik abdomen
Palpasi : supel, NT (+) regio
 Berat badan
epigastrik
 Tanda-tanda dehidrasi Perkusi : timpani
Auskultasi: BU (+) Normal, regular

17
B. Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
 Urine dipstick: ketonuria (1+ atau Leukosit 12.1
lebih) Hemoglobin 13.9
Hematokrit 41.0
 Urinalisis
Trombosit 295.
 Urea and elektrolit:
 hipokalaemia/hiperkalaemia
Urinalisis:
 hiponatraemia Keton Positif (++)
 dehidrasi Protein Positif (+)
 gangguan fungsi ginjal Leukosit Positif (++)
Bakteri Positif (+)
 Darah rutin:
 Infeksi
Hasil USG:
 Anemia
GS (+). FP (+), DJJ (+), uk. 6
 Haematokrit
minggu, HPL 29-12-2020
 Glukosa darah: untuk mengeksklusikan
ketoasidosis diabetikum
 USG:
 Memastikan kehamilan
 Mengeksklusi adanya kehamilan
ganda dan kelainan trophoblastik

C. Penatalaksanaan
Teori Kasus
1. Sedapat mungkin, pertahankan  Rawat Inap
kecukupan nutrisi ibu, termasuk  Infus RL  20 tpm
suplementasi vitamin dan asam folat  Drip Ondansentron dalam RL
di awal kehamilan. 500 cc  Inj. Ondansentron 3 x
2. Anjurkan istirahat yang cukup dan 4 mg (k/p)
hindari kelelahan.  Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
3. Bila masih belum teratasi, tapi tidak  Antasida syr 3 x C1 PO
terjadi dehidrasi, berikan salah satu
obat di bawah ini:

18
 Klorpromazin 10-25 mg per oral
atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
 Proklorperazin 5-10 mg per oral
atau IM atau supositoria tiap 6-8
jam
 Prometazin 12,5-25 mg per oral
atau IM tiap 4-6 jam
 Metoklopramid 5-10 mg per oral
atau IM tiap 8 jam
 Ondansetron 8 mg per oral tiap
12 jam
4. Manajemen rawat inap harus
dipertimbangkan jika setidaknya ada
satu dari yang berikut:
 Mual dan muntah terus menerus
dan ketidakmampuan untuk
mengkonsumsi antiemetik oral
 Mual dan muntah yang
berhubungan dengan ketonuria dan
/ atau penurunan berat badan (lebih
dari 5% dari berat badan),
meskipun antiemetik oral sudah
digunakan
 Diduga adanya komorbiditas
(seperti infeksi saluran kemih dan
ketidakmampuan untuk
mentoleransi antibiotik oral).

19
BAB V
KESIMPULAN

1. Hiperemesis gravidarum adalah kejadian mual dan muntah yang berat selama
kehamilan dan ditandai dengan mual dan muntah yang tidak tertahankan yang
menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit dan metabolisme.
2. Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada ny. UH mendukung diagnosis hiperemesis gravidarum.
3. Pada kasus ny. UH tatalaksana yang dapat dilakukan adalah manajemen rawat
inap, pemberian cairan infus, dan obat antiemetik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta.

Gabra, A. 2018. Updates in Management of Hyperemesis Gravidarum. Crit Care


Obst Gyne. 4 (3):9

Goodwin, TM. 2013. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N


Am.35:401-417

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta

McCarthy FP, Murphy A, Khashan AS, McElroy B, Spillane N, Marchocki Z, et


al. 2014. Day care compared with inpatient management of nausea and
vomiting of pregnancy: a randomized controlled trial. Obstet
Gynecol.124:743–8

Shehmar M, MacLean MA, Nelson-Piercy C, Gadsby R, O’Hara M. 2016. The


Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis
Gravidarum. RCOG, Birmingham

Thomson M, Corbin R, Leung L. 2014. Effects of ginger for nausea and vomiting
in early pregnancy: a meta-analysis. J Am Board Fam Med. 27:115–22.

21

Anda mungkin juga menyukai