Disusun Oleh:
Abdul Halim 1102016001
Dinia Yuliani 1102016057
Dosen Pembimbing:
dr. Miranti Pusparini, M.Pd(Ked)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2019
1
SKENARIO
Ny. E usia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri dan terdapat
benjolan pada payudara. Keluhan sudah dirasakan sejak beberapa bulan terakhir, dan
dirasakan semakin tidak nyaman. Pasien tidak merokok dan mengonsumsi alkohol.
Pada pemeriksaan fisik payudara, ditemukan benjolan, kemerahan, skin dimpling,
peau d’orange, dan retraksi papila mammae. Ditemukan juga pembesaran kelenjar
getah bening pada aksila. Pada pemeriksaan laboratorium, terdapat peningkatan
tumor marker. Pada pemeriksaan Mamografi, terdapat tanda primer dan sekunder
kanker payudara. Dokter mendiagnosa pasien terkena kanker payudara stadium awal.
Pasien memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga, yaitu ibunya. Ibunya
pernah mengalami kanker payudara dan telah dilakukan Mastektomi Radikal
Modifikasi (MRM) pada 3 tahun yang lalu. Pasien juga mencari informasi dari
internet bahwa terdapat tindakan Breast Conserving Theraphy (BCT) untuk kanker
payudara stadium awal. Pasien menanyakan hasil yang lebih baik antara MRM atau
BCT untuk terapi kanker payudara stadium awal.
Bagaimana hasil yang lebih baik antara terapi dengan Mastektomi Radikal Modifikasi
(MRM) atau Breast Conserving Theraphy (BCT) pada kanker payudara stadium
awal?
PICO
2
O : Tidak terdapat perbedaan hasil onkologis yang signifikan pada MRM dan
BCT, namun BCT cukup untuk kanker payudara stadium awal
REVIEW JURNAL
Pendahuluan
Membandingkan hasil onkologi dari breast conserving surgery (BCS) atau segmental
ditambah dengan terapi radiasi adjuvant dan modified radical mastectomy (MRM)
disertai dengan pengobatan kemoterapi berupa anthracycline dan taxane. Serta
mengawasi peran terapi radiasi adjuvant dari pasien dengan metastasis pN1 kanker
payudara yang di terapi dengan mastektomi.
Metode
Secara retrospektif penelitiaan meninjau catatan medis dari 2.011 pasien dengan
kanker payudara pN1 yang menjalani BCS + RT atau MRM sendiri di 12 lembaga
3
antara Januari 2006 dan Desember 2010. Pencocokan skor kecenderungan dua-ke-
satu dilakukan untuk keseimbangan dalam variabel antar kelompok.
Hasil
Durasi tindak lanjut rata-rata untuk kohort total adalah 69 bulan (kisaran, 1 hingga
114 bulan). Setelah pencocokan skor kecenderungan, 1.074 pasien (676 pada
kelompok BCS + RT dan 398 pada kelompok MRM saja) akhirnya dianalisis.
Kelangsungan hidup secara keseluruhan, kelangsungan hidup bebas penyakit,
kelangsungan hidup bebas kegagalan locoregional, dan kelangsungan hidup bebas
kegagalan regional (RFFS) dari kelompok BCS + RT vs kelompok MRM saja tidak
berbeda secara signifikan. Analisis subkelompok mengungkapkan bahwa pada
kelompok dengan invasi limfovaskular (LVI) dan derajat histologis (HG) III, BCS +
RT menunjukkan RFFS superior secara signifikan (p = 0,008). Limfedema (p =
0,007) dan radiasi pneumonitis (p = 0,031) terjadi lebih sering pada kelompok BCS +
RT daripada pada kelompok MRM saja, secara signifikan.
Kesimpulan
Tidak ada perbedaan dalam hasil onkologis antara BCS + RT dan kelompok-
kelompok MRM saja di bawah rejimen kemoterapi AT untuk kanker payudara pN1.
Namun, kelompok BCS + RT menunjukkan RFFS superior untuk kelompok MRM
saja pada pasien dengan LVI dan HG III. Adjuvant RT mungkin cukup untuk pasien
kanker payudara pN1 dengan LVI dan HG III.