Disusun
NIM : P17320120432
2020
FILSAFAT
Apa itu filsafat ? Filsafat berasal dari kata philossophein. Philos bisa berarti mencintai,
mencari atau pencarian akan. Sedangkan untuk Sophein bisa berarti cinta, kebijakan, dan
kebenaran. Secara harfiah philosophein berarti “pecinta kebijaksanaan”
adalah kajian masalah mendasar dan umum tentang persoalan
seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.[3] Istilah ini kemungkinan
pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras (c. 570–495 SM). Metode yang digunakan dalam
filsafat antara lain mengajukan pertanyaan, diskusi kritikal, dialektik, dan presentasi
sistematik. Secara historis, filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan. Dari zama filsuf
Yunani Kuno seperti Aristoteles hingga abab ke-19, filsafat alam melingkupi astronomi,
kedokteran dan fisika. Sejak abad ke-20, filsuf profesional berkontribusi pada masyarakat
terutama sebagai profesor, peneliti, dan penulis. Namun, banyak dari mereka yang
mempelajari filsafat dalam program sarjana atau pascasarjana berkontribusi dalam bidang
hukum, jurnalisme, politik, agama, sains, bisnis dan berbagai kegiatan seni dan hiburan.
Secara tradisional, istilah "filsafat" mengacu pada badan (atau ibu) dari segala pengetahuan.
Pada zaman klasik, Filsafat secara tradisional dibagi menjadi tiga cabang utama:
Tuhan sudah Mati maksudnya “ Agama bikin kita jadi pengecut bikin kita
lari dari kenyataan bikin mentalitas kita kayak budak. Kalau ada apa-apa ke
Tuhan, sumpek sedikit lari ke Tuhan, kita tidak tangguh. Tuhan selalu
dijadikan kambing hitam, Tuhan dijadikan pelarian kalau ada masalah, Tuhan
dijadikan dalih kalau kita salah. Pokoknya bagian tidak enak semua “dibunuh
saja Tuhan biar kamu mandiri” selama masih ada Tuhan kamu cengeng, kamu
pengecut, tidak berani menghadapi masalah “ bunuh saja Tuhan yang
semacam itu “ kalau bahasanya Nietzsche. Ganti dengan konsep yang lebih
positif pemahaman yang lebih bagus tentang Tuhan.
Belajar Filsafat dari catatannya Ibnu Rusyid : ‘ Jangan takut belajar filsafat,
karena toh belajar filsafat puncaknya adalah sama seperti syariat “ketemu
Tuhan” belajar filsafat itukan mikir macam-macam : alam semesta, hidupmu,
dirimu, kenyataanmu dipikir pada puncaknya “Tuhan” syariah juga begitu
kamu shalat, zakat, puasa, haji puncaknya kan ketemu Tuhan juga, filsafat
juga begitu mengejar Tuhan hanya saja pakai “rasio” kenali lingkunganmu,
kenali alam semesta sekelilingmu pada akhirnya kamu juga akan ketemu
Tuhan karena puncak pengenalanmu terhadap apapun ada pada “Tuhan”.
Hakikatnya filsafat toh nanti berpuncak pada Tuhan juga, “man arafa nafsahu
faqad arafa Rabbahu” (barangsiapa mengenal dirinya ia akana mengenal
Tuhannya)
Menjadi Iblis dari Rumi : “ Jangan engkau seperti iblis, hanya melihat air dan
lumpur ketika memandang Adam, lihatlah di balik lumpur berates-ratus ribu
taman yang indah”. Orang Indonesia hari ini cara berpikirnya landasannya
suudzon, menganggap orang lain jelek khusussnya yang berbeda dengan
dirinya. Kalau sudah benci tidak ada baiknya sedikitpun, itu disindir oleh
Rumi. Orang kayak gini kayak iblis, yang melihat Adam hanya dari sisi air
dan lumpurnya. Tidak melihat bahwa siapapun itu kalau manusia di balik yang
fisik/yang kelihatan, mungkin yang kurang ajar/ yang jahat “ada entitas
ketuhanan”. Hari ini “kita sering menjadi iblis”.
Teodisi : teodisi itu orang yang tidak percaya Tuhan, karena dianggapnya
dunia ini rusak banyak kejahatan, banyak kekacauan lalu ‘dimana Tuhan ?’ itu
teodisi, kamu kan sering menggugat kayak gitu. Di Nepal ada gempa
sedahsyat itu meskipun kamu menampilkan foto “masjidnya selamat”
mending orangnya yang selamat tidak apa-apa masjidnya rubuh yak an ? kamu
bangga masjidnya selamat. Lima ribu orang selamat ‘alhamdulillah’ daripada
masjidnya saja yang selamat. Pasar johan kebakaran sedahsyat itu ‘Al-
Qurannya selamt’ mending Al-Qurannya beberapa agak tidak selamat tapi
kios-kiosnya selamat ya mending kiosnya, kamu kok mikirnya kebalik.
Berfikir belum tentu berfilsafat tapi berfilsafat sudah tentu berfikir. Ciri-ciri orang yang
berfikir berfilsafat ada 4 yaitu :
1. Bersikap radikal : radikal itu mencari asal usulnya darimana dan sumbernya seperti
apa dicari dengan benar, kalo orang yang beribadah dicari argumennya apa didalam
Al-Quran dan Hadist. Apakah hadistnya dhoib atau hadistnya shohih? Kalo hadistnya
dhoib mungkinkah dia bisa dilaksanakan, bagaimana latar belakang sosial kultural apa
yang mempengaruhi hadist itu muncul dst.
2. Berfikir secara universal : universal itu tidak hanya dalam satu aspek saja bagaimana
itu dipahami dalam perspektif dalam sosiologis bagaimana dipahami dalam arti
kesejarahan, artinya banyak perspektif untuk melihat terhadap satu bidang bersifat
universal, menyeluruh tidak hanya satu sisi tapi dari berbagai sisi yang lain. Itulah
artinya berpikir secara universal.
3. Spekulatif : spekulatif itu adalah aktivitas pikiran untuk tahap kemudian baru
dibuktikan melalui observasi dst. Pertama-tama dia berpikirnya spekulatif karena
kerja kerja pikiran, lalu apakah kerja kerja pikiran itu benar atau tidak ? nanti akan
mendorong pada sebuah penelitian pada observasi dll. Untuk membuktikan apakah
pemikiran itu benar atau tidak.
4. Berpikir Sistematis : berpikir sistematis dalam kajian filsafat itu adalah urut urutan
dari bawah sampe keatas ada ontologisnya seperti apa, secara epistimologisnya seperti
apa dan aksirologisnya seperti apa. Ontologis itu bertanya tentang apa (what) tentang
apa hakikat sesuatu, dengan mengerti hakikat nanti orang akan menjadi bijaksana.
Pada tahap epistimologis sumbernya darimana, bagaimana mencari sumber itu, dan
bagaimana membuktikan sumber itu benar atau tidak. Dan aksirologi yaitu
berhubungan dengan apakah ilmu pengetahuan, apakah pengetahuan itu bermanfaat
untuk kemanusian atau tidak, kalau berfungsi tidak bermanfaat secara filsafat nanti
dikritik bahwa secara aksirologis pengetahuan, ilmu pengetahuan itu harus bermanfaat
untuk kemanusian dan keberadaban. Filsafat itu dianggap sebagai Mother of sciences
yaitu induk dari segala macam ilmu.
FILSAFAT KETUHANAN
TAUHID
A. Trilogi Tauhid
Berdasarkan Surat Alfatihah ayat 1, 2, 3 dan Surat Annas ayat 1, 2, 3 bahwa Alloh
SWT berperan sebagai :
1. RABB
2. MAALIK dan
3. ILLAH
1. Tauhid Rubbubiyah
- Pengertian Rabb
Secara etimologis Rob artinya pencipta, pemelihara, pemberi rizki, pengatur
dsb. Al-Robbu adalah pemilik, penguasa dan pengendali. Menurut bahasa kata Rabb
ditujukan kepada tuan dan kepada yang berbuat perbaikan. Kata Al-Rabb tidak
digunakan untuk selain dari Alloh SWT kecuali jika disambung dengan kata lain
setelahnya seperti kata robby dari (pemilik rumah, Qs. 12: ). Sedangkan kata Ar-Rabb
secara mutlak hanya boleh digunakan oleh Alloh SWT.
Al-Qur’an menjelaskan pengertian Rabb ini dalam ayat-ayat-Nya. Didalam
Qs. 96/1-2 dan 2/21 Robb memiliki arti alladzi kholaq, yang menciptakan. “Hai
manusia, sembhlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertqwa” Qs. 2/21
Rob memiliki arti Pemelihara segala sesuatu. “Dan tidak adalah kekuasaan
iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang
beriman kepada adanya kehidupaan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan
Tuahnmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (Qs. 34/21) Dengan demikian Rab
berarti pencipta, pemilik, pemutus perkara, pendidik/ pengasuh, pemberi rizki dan
pemelihara sesuatu.
- Satu-satunya Institusi, Lembaga, negara atau Jama’ah yang haq yaitu Lembaga
Al-Islam, yang dasar hukumnya Al-Qur’an dan Assunnah, bertujuan
menzhahirkannya diatas segala hukum dan aturan lainnya.
- Satu-satunya pimpinan, Ulil Amri yang perintah perintahnya wajib ditaati dan
dipatuhi (sepanjang berdaarkan Al-Qur’an dan Assunnah) hanyalah pimpinan,
Ulil Amri atau Imam lembaga Islam.
- Satu-satunya Undang-undang, hukum positif yang sah untuk menghukumi atau
mengadili tiap diri, keluarga serta masyarakat suatu negara hanyalah hukum
Islam.
3. Tauhid Uluhiyah
Al-Ilah dari segi lughoh adalah pecahan dari “laa ha”, “yalihu”, “yalhan” berarti
berlindung, lindungan. “Alaha”, ya’luhu”, “ilaahatan” berarti
menyerahkan atau menitipkan diri supaya selamat dan terjamin. “Al ilahu”
berarti “al-ma’bud” (Qs. 2: 133).
133. Adakah kamu hadir ketika Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya"
Konsepsi Tahud Uluhiyah
- Tauhid Uluhiyah adalah mengakui dan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya
Ilah, yaitu yang diabdi (al-ma’bud), yang diaharapkanbantuan dan keridhoan-Nya.
Pengingkaran terhadap Tauhid Uluhiyah, yaitu menolak meyakini dan mengakui
bahwa Allah sebagai satu-satunya Ilah disebut Kafir Uluhiyah. Sedangkan
menganggap bahwa ada pihak lain yang diabdi/disembah selain Allah disebut
musyrik uluhiyah. Orang Musyrikin adalah orang-orang yang menjadikan pihak
selain Allah sebagai al-ma’bud.
- Tauhid Uluhiyah ini merupakan indikator utama bagi Tauhid Rubbubiyah, dalam
arti orang yang syirik didalam rubbubiyahnya sudah pasti syirik pula uluhiyahya.
Karena tauhid Rubbubiyah sifatnya i’tiqodiyah dan tidak ada yang mengetahui
kecuali dirinya dan Allah SWT, baru orang lain akan dapat megetahui manakala
kekotoran i’tiqodiyahnya sudah diimplementasikan.