Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329673477

PERBANDINGAN FILSAFAT PENDIDIKAN BARAT DAN ISLAM

Article · December 2018

CITATION READS
1 10,987

1 author:

Ummi Mahmudah
Pascasarjana IAIN Madura
2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ummi Mahmudah on 15 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Perbandingan Filsafat Pendidikan Barat dan Pendidikan Islam

Ummi Mahmudah
18382012041@stainpamekasan.ac.id

Abstrak
Filsafat barat yang identik dengan tanpa nilai (value free) selalu mengutamakan
kebenaran akal daripada wahyu. Sebaliknya dalam filsafat Islam membuat
kebenaran akal selalu dialogis dengan kebenaran wahyu. Setidaknya dalam kajia ini
ada lima faktor yang melandasi budaya dan peradaban Barat, pertama,
menggunakan akal untuk segala kehidupan manusia, kedua, sikap dualitas terhadap
realitas dan kebenaran, ketiga, aspek pandangan hidup secular, keempat,
menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, drama dan tragedi sebagai unsur-
unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan. Kelima
faktor tersebut amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga
membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.

Katakunci : Filsafat Pendidikan Barat, Filsafat Islam

A. Pendahuluan
Filsafat Pendidikan Islam sebagai pikiran yang bercorak islami pada
hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau
berlandaskan ajaran islam, tentang hakikat manusia untuk dibina dan dikembangkan
menjadi manusia muslim yang pribadinya diliputi oleh ajaran islam.
Kalau dilihat dari fungsinya, maka Filsafat Pendidikan Islam merupakan
pemikiran mendasar yang melandasi dan mengarahkan pada kepada proses
pendidikan islam. Oleh karena itu filsafat juga menggambarkan tentang dimana
proses tersebut bisa direncanakan dan ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses
tersebut dilaksanakan. Masih dalam tahapan yang sama, filsafat pendidikan islam
juga juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode yang digunakan dalam
proses pendidikan islam serta memberikan pengarahan bagaimana metode tersebut
digunakan agar mencapai tujuan yang efektif.

1
Islam dan Barat memiliki pandangan berbeda mengenai pendidikan. Paham
rasionalisme empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relativisme,
atheisme, dan lainnya yang berkembang di Barat dijadikan dasar pijakan bagi konsep-
konsep pendidikan Barat. Ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki al-Qur‟an,
Sunnah dan hasil ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang
membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-
masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga out put yang
„dihasilkan‟ pun berbeda.

B. Pembahasan
a. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Cinta
kebijaksanaan berarti cinta pada pengetahuan. Orang yang cinta pengetahuan
disebut dengan “philosophos” atau filosof. Pecinta pengetahuan ialah orang yang
menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya.1 Dalam pengertian
lain yang lebih luas, Louis O. Kattsoff menyebutkan, filsafat merupakan suatu
analisis secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah
dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi
dasar suatu tindakan.2 Lebih lanjut Kattsoff mengatakan, lapangan kerja filsafat
bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala
sesuatu yang ingin diketahui manusia.3
Aristoteles, murid Plato, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan esetetika. Sementara itu, Descartes
mengatakan bahwa filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan di mana
Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Sedangkan menuurut IR.

1
Suhar AM, Filsafat Umum; Konsepsi Sejarah dan Aliran (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2009), 8.
2
Louis Kattsof, Pengantar Filsafat, terj. Soejono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), 4.
3
Lihat Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), 86.

2
Poedjaeijatna, filsafat merupakan ilmu yang mencari sebab yang sedaam-
dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. 4
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui betapa
kompleksnya pembahasan filsafat. Namun, tidak ada perbedaan yang menjadi
pertentangan. Hanya, perbedaan tersebut dilihat dari sudut pandang dalam
mengkaji filsafat tersebut. Pada dasarnya mereka mengemukakan bahwa
pembahasan filsafat meliputi: Tuhan, manusia dan alam, yang mana merupakan
objek materia filsafat. Lebih jauh dari itu, filsafat juga mengkaji hakikat yang
terkandung di dalam objek kajiannya tersebut dengan berpikir secara mendalam
(objek forma). Pokok permasalahan yang dikaji filsafat di antaranya tentang
logika, etika, estetika, metafisika dan politik. Kelima cabang utama ini kemudian
berkembang menjadi cabang-cabang filsafat yang lebih spesifik di antaranya
filsafat pendidikan Islam.
Endang Saifuddin Anshari, dalam bukunya Ilmu, Filsafat dan Agama,
menguraikan filsafat sebagai “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-
masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan pada umumnya, karena
jangkauan filsafat lebih dalam dari ilmu pengetahuan. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, Anshari juga berpendapat bahwa filsafat merupakan proses berpikir
untuk memahami secara radikal, integral dan sistematis tentang Tuhan, manusia
dan alam semesta.5
Jadi, sangat jelas bahwa filsafat sangatlah berperan penting dan berfungsi
dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat memenuhi harapan-harapan manusia.
Fitrah manusia adalah berpikir, maka pola pikir manusia pun mengalami
perubahan dari masa ke masa. Dan seiring perubahan-perubahan tersebut, dasar-
dasar kehidupan manusia juga berubah dan mengalami lompatan-lompatan
termasuk dalam bidang sains dan teknologi.

4
Ibid., 9-10.
5
Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, 85.

3
Namun, di sisi lain, dari kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh
manusia tersebut, tidak diiringi dengan pembangunan dan perkembangan moral
manusia. Dari sinilah ilmu pengetahuan tidak selaras dengan kebijaksanaan.
Sehingga, manusia pun mengalami keadaan yang dilematis dalam hidupnya.
Mereka mengalami disharmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan
mereka mengalami alienasi dari dirinya sendiri, lingkungan sosialnya dan
Tuhannya.6
Menghadapi kenyataan itu, maka filsafat menjadi penyelaras tujuan sains
dan teknologi yang tercerabut dari akar metafisisnya. Filsafat memaknai kembali
dasar-dasar saintek baik dalam aspek epistemologi, ontologi ataupun
aksiologinya. Dengan begitu, maka kehidupan manusia lebih terarah. Karena
filsafat dapat merumuskan kembali nila-nilai moral sebagai landasan konstruksi
sains dan teknologi.7 Singkatnya, filsafat berfungsi untuk menyelamatkan
manusia dari kesesataan hidup menghadapi modernisasi dan gaya hidup
materialisme.

b. Tinjauan Umum tentang Pendidikan


Secara etimologis, pendidikan jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Rabba” yang berarti mengasuh,
mendidik, memelihara. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
Ngalim Purwanto mengemukakan, pendidikan adalah segala usaha
orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin

6
Ali Maksum, Pengantar Filsafat; Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), 25.
7
Ibid., 26.

4
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. HM. Arifin
menyatakan, pendidikan secara teoritis mengandung pengertian “memberi
makan” kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga
sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab
1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. (UU Sisdiknas No. 20, 2003) Pendidikan memang sangat
berguna bagi setiap individu. Jadi, pendidikan merupakan suatu proses belajar
mengajar yang membiasakan warga masyarakat sedini mungkin menggali,
memahami, dan mengamalkan semua nilai yang disepa kati sebagai nilai terpuji
dan dikehendaki, serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.
Pengertian pendidikan secara luas adalah segala sesuatu yang
menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik sehingga nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan menjadi bagian dari kepribadian anak yang

5
pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi
masyarakat. 8
Sedangkan kaitannya dengan Islam, maka ada tiga istilah umum yang
sering digunakan dalam pendidikan (Islam), yaitu : at-tarbiyyah (pengetahuan
tentang ar-Rabb), at-ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam
mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai
ilmiah), dan at-ta’dib (integrasi ilmu dan amal).9
Mushtafa al-Ghulayani berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah
menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga
akhlak mereka menjadi salah satu kemampuan yang meresap dalam jiwanya dan
mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja bagi kemanfaatan tanah
air.10
Pendidikan Islam adalah usaha merubah tingkah laku individu didalam
kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam
11
alam sekitar melalui proses pendidikan. Syekh Muhammad Naquib al-Attas
memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah “usaha yang dilakukan
oleh pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-
tempat yang benar dari segala sesuatu dari tatanan penciptaan, sehingga
membimbing mereka ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan
yang tepat didalam tatanan wujud dan kepribadian”.
Adapun M. Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr.
Abuddin Nata, MA memberikan pengertian pendidikan manusia seutuhnya; akal
dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai
8
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam (Bandung: Mizan, 1984), cet. I,
60.
9
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. I, 121.
10
Abuddin Nata, Kafita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Angkasa, 2003), 59-60.
11
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah At-Tarbiyah Al Islamiyah, terj. Dr. Hasan
Lunggalung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), cet. I, 399.

6
maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan
segala kebaikan dan kejahatan, manis dan pahit. 12
Setidak-tidaknya ada tiga poin yang dapat disimpulkan dari beberapa
pengertian pendidikan Islam di atas, yaitu: Pertama, pendidikan Islam
menyangkut aspek jasmani dan rohani. Keduanya merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu pembinaan terhadap keduanya harus
seimbang (tawazun). Kedua, Pendidikan Islam berdasarkan konsepsinya pada
nilai-nilai religius. Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak mengabaikan
teologis sebagai sumber dari ilmu itu sendiri. Ketiga, adanya unsur takwa sebagai
tujuan yang harus dicapai. Sebagaimana kita ketahui, bahwa takwa merupakan
benteng yang dapat berfungsi sebagai daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh
negatif yang datang dari luar.
Berdasarkan pengertian dari tiga poin di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah “bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

c. Konsep Dasar Filsafat Pendidikan Islam


Filsafat Pendidikan pada umumnya dan Filsafat Pendidkan Islam pada
khusunya merupakan bagian dari ilmu filsafat, oleh karena itu terlebih dahulu
kita harus mengetahui pengertian filsafat itu sendiri terutama hubungannya
dengan masalah pendidikan, khususnya pendidikan islam.
Filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran, yang diambil
dari bahasa yunani Philos (cinta atau loving) dan Shopia (kebenaran atau
kebijaksanaan).13 Jadi philosophia berarti cinta kebijaksanaan dan cinta

12
Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, 59-60.
13
Usman Said Djalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996), 7.

7
kebenaran.14 Menurut pengetahuan orang ahli bahasa Arab, filosof diartikan “
Hukama”. Yaitu yang mencintai/mempunyai hikmah (kebijaksanaan).15
Filsafat dalam ungkapan Derrida ingin menjaring segala persoalan ke
dalam suatu matheis universalis atau rumusan universal yang mampu
menuntaskan segalanya. Untuk melakukannya filsafat mereduksi berbagai
persoalan ke dalam suatu sistem metafor.16 Selanjutnya Harun Nasution
memberikan pengertian filsafat adalah pengetahuan tentang hikmah, pengetahuan
tentang prinsip atau dasar-dasar, mencari kebenaran, dan membahas dasar-dasar
dari apa yang dibahas.17
Sebagai perbandingan dari sini penulis akan kemukakan pengertian
filsafat menurut para ahli filsafat. Diantaranya :
a. Phytagoras (570 SM)
Phytagoras, orang yang mula-mula mengunakan istilah filsafat, memberikan
definisi filsafat sebagai the love for wisdom (mencintai kebijakan).18
b. Plato (427-347 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang
asli.
c. Aristoteles (382-322 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politik dan estetika.
d. Marcus Tullius (106-43 SM)
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha
untuk mencapainya.
e. Al-Farabi (870-950 M)

14
Abu Ahmadi, Filsafat Islam (Semarang: Toha Putra, 1982), 9.
15
Abd. Malik Bahri, Filsafat Pendidikan Islam (Surabaya: Gloria Jaya Offset, 1992), 1.
16
Eko Ariwidodo, Logosentrisme Derrida Dalam Filsafat Bahasa ( Karsa, Vol.21.no.2, Desember
2013), 341.
17
Ibid., 2.
18
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2010), 10.

8
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikat
yang sebenarnya.
Dari beberapa pengertian filsafat di atas, dapat dipahami bahwa filsafat
merupakan pengetahuan tentang cara berpikir kritis; pengetahuan tentang kritik
radikal, artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang
terakhir.19
Sebelum masuk pada pembahasan utama mengenai filsafat pendidikan
Islam, kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian pendidikan. Dalam
kamus bahsa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat
awalan pen dan akhiran an yang berarti adalah perbuatan, (hal, cara, dan lain
sebagainya.) mendidik.20 Dari pengertian tersebut member kesan bahwa kata
pendidikan, dalam bahasa Indonesia juga terdapat kata pengajaran. Sebagaimana
dijelaskan oleh poewadarminta adalah cara mengajar atau mengajarkan yang
berarti member pengaetahuan atau pelajaran.21
Masih dalam pengertian kebahasaan ini, dijumpai pula kata Tarbiyah
dalam bahasa arab. Yang biasanya sering digunakan oleh para ahli pendidikan
islam untuk menerjemahkan kata pendidikan dalam bahasa Indonesia. 22 Ahamad
D. Marimba mengatakan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh sipemilik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab
1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

19
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum; Dari Mitologi sampai Teofilosofi,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), 16.
20
W.J.S. Poewadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 250.
21
Ibid.,22.
22
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, 9.

9
bangsa dan negara. (UU Sisdiknas No. 20, 2003) Pendidikan memang sangat
berguna bagi setiap individu. Jadi, pendidikan merupakan suatu proses belajar
mengajar yang membiasakan warga masyarakat sedini mungkin menggali,
memahami, dan mengamalkan semua nilai yang disepa kati sebagai nilai terpuji
dan dikehendaki, serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.
Pengertian pendidikan secara luas adalah segala sesuatu yang
menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik sehingga nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan menjadi bagian dari kepribadian anak yang
pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi
masyarakat. 23
Selanjutnya setelah mengetahui arti dari pendidikan, penulis akan
mengemukakan pengertian islam itu sendiri. Islam berasal dari kata salima yang
berarti berserah diri, selamat, selamat sentosa atau memelihara diri dalam
keadaan selamat.24 Pengertian ini memperlihatkan bahwasanya islam berkaitan
dengan sikap berserah diri kepada allah SWT dalam upaya memperoleh
keridloan-Nya.

23
al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, 60.
24
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, 11.

10
Setelah kita mempelajari satu persatu dari kata filsafat pendidikan islam,
selanjutnya penulis akan memaparkan beberapa pendapat dari para ahli tentang
arti filsafat pendidikan tersebut. Muzayyin Arifin, mengatakan filsafat
pendidikan islam pada hakikatnya merupakan konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran-ajaran agama islam
tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta
dibimbing menjadi manusia muslim seutuhnya. Omar Muhammad Al-taomy al-
Syaibani mengatakan filsafat pendidikan islam tidak lain adalah pelaksanaan
pandangan filsafat dari kaedah filsafat islam dalam bidang pendidikan yang
didasarkan pada ajaran islam.
Dari uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa filsafat pendidikan
islam merupakan kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang
terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada alqur‟an dan hadist
sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof mislim
sebagai sumber sekunder.25 Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara
singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam
atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang
bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran
filsafat pada umumnya.

d. Perbandingan Filsafat Pendidikan Barat dan Pendidikan Islam


Dalam filsafat pendidikan Barat, ilmu tidaklah muncul dari pandangan
hidup agama tertentu dan pendidikan barat diklaim sebagai sesuatu yang bebas
nilai, yang dimaksud bebas nilai pada pendidikan Barat adalah bebas dari nilai-
nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Ilmu dalam peradaban Barat tidak
dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama akan tetapi dibangun di atas
tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang memusatkan

25
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, 15.

11
manusia sebagai makhluk rasional. Imbas ilmu pengetahuan (serta nilai-nilai
etika dan moral) yang diatur oleh rasio manusia yang secara terus menerus
berubah.26
Setidaknya ada lima faktor yang melandasi budaya dan peradaban
Barat, pertama, menggunakan akal untuk segala kehidupan manusia, kedua,
sikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran, ketiga, aspek pandangan hidup
secular, keempat, menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, drama dan
tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi
kemanusiaan. Kelima faktor tersebut amat berpengaruh dalam pola pikir para
ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
Adapun ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat adalah falsafah
dibentuk dari sebagai acuan pemikiran mereka, yang akan memunculkan dalam
pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan
rasionalisme. Pemikiran ini dapat mempengaruhi konsep, penafsiran, dan
makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, seorang tokoh filsafat Barat
asal Perancis ini telah menjadikan rasio sebagai satu-satunya kriteria dalam
mengukur sebuah kebenaran. 27
Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke yang beranggapan
bahwa tubuh yang sehat dapat membetuk akal yang sehat, senada dengn John
Locke Immanuel Kant, Martin Heidegger, Gadammer, Betti, dan lainnya juga
menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga
melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme,
humanisme, kapitalisme, relatifisme, eksistensialisme, atheisme, dan lainnya,
yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat,
sosiologi, politik, psikologi, sains, ekonomi, dan lainnya.

26
Kemas Badaruddin, Filsafat Pendidikan Islam; Analisis pemikiran Al Attas (Yogyakarta Pustaka
Pelajar, 2009), 64.
27
Ali Maksum, Pengantar Filsafat; Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisasi (Yogyakarta: Ar Ruzz
Media), 127.

12
Menurut Azyumardi Azra, ada beberapa karakteristik pendidikan
Islam yang membuat perbandingan filsafat pendidikan Islam dengan Barat,
yaitu:28 pertama, penguasaan ilmu pengetahuan, ajaran dasar Islam mewajibkan
mencari ilmu pengetahuan bagi setiap orang Islam (Muslim dan muslimat).
Setiap Rasul yang diutus oleh Allah mereka lebih dahulu dibekali dengan ilmu
pengetahuan, dan mereka diperintahkan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan itu.
Kedua, pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga adalah Penekanan pada
nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Maksudnya adalah ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan
Islam sangat terikat oleh nilai-nilai akhlak islami. Keempat adalah
pengembangan ilmu pengetahuan hanya untuk pengabdian kepada Allah
danuntuk kemaslahatan umum. Kelima, penyesuaian pendidikan terhadap
perkembangan anak. Sejak masa awal perkembangan Islam, pendidikan Islam
diberikan kepada anak sesuai dengan umurnya, kemampuan, perkembangan jiwa,
dan bakat anak.
Keenam, pengembangan kepribadian. Maksudnya, bakat alami dan
kemampuan pribadi tiap-tiap anak didik diberikan kesempatan untuk
berkembang sesuai bakatnya sehingga akan bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat. Tiap-tiap individu murid dipandang sebagai amanah Allah, dan
seluruh kemampuan fisik & mental adalah anugerah Tuhan. Perkembangan
kepribadian murid itu akan berkaitan dengan seluruh nilai sistem Islam,
sehingga setiap anak dapat diarahkan untuk mencapai tujuan Islam. Ketujuh,
penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Maksudnya, setiap anak didik
diberi dorongan semangat untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya sehingga
benar-benar bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat secara
keseluruhan.

28
Azyurmadi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos WacanaIlmu,
1999), 23.

13
Dengan adanya beberapa karakteristik pendidikan di atas, maka menurut
pandangan penulis, tampak jelas filsafat pendidikan dalam Islam mempunyai
ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek
kehidupannya. Sementara dalam filsafat Barat, proses belajar
mengajar dalam pendidikan barat semata-mata masalah keduniaan, karena
bersifat sekularistik - materialistik. Tanggung jawab belajar
mengajar juga semata - mata terfokus pada urusan manusia. Kepentingan
belajar memgajar juga hanya untuk memenuhi kepentingan dunia, sekarang dan
di sini. Konsep pendidikan Barat pada umumnya bebas nilai (values
free). Selajutnya, proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam merupakan
aktivitas amal ibadah yang berkaitan erat dengan
pengabdian (penghambaan) kepada Allah. Jadi, anggung jawab belajar
mengajar – di samping tanggungjawab kemanusiaan - juga tanggung jawab
spiritual.

C. Penutup
Indigenisasi epistimologi Islam dalam berfilsafat memiliki suatu keunikan
yang khas, salah satunya adalah Islam sangat lentur dengan sebuah kebenaran ilmu
pengetahuan ketika harus dibandingkan dan dicocokkan dengan kebenaran wahyu.
Kebenaran wahyu dalam Islam masih dapat didialogkan dan kompromikan secara
adil dengan kebenaran akal. Bagaimana kemudian akal dan wahyu dapat terus
interkonetif dalam mencari kebenaran.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim
sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat
pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap
dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.
Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap
ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja

14
diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling
kurang tidak bertentangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariwidodo, Eko. 2013. Logosentrisme Derrida Dalam Filsafat Bahasa. Karsa, 21 (2):
341.
Ahmadi, Abu. 1982..Filsafat Islam. Semarang: Toha Putra.
AM, Suhar. 2009. Filsafat Umum; Konsepsi Sejarah dan Aliran. Jakarta: Gaung
Persada Pers.
Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Arifin, Muzayyin. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Attas (al). Syed Muhammad Naquib. 1984. Konsep Pendidikan Dalam Islam.
Bandung: Mizan.
Azra, Azyurmadi. 1999. Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos WacanaIlmu.
Badaruddin, Kemas. 2009. Filsafat Pendidikan Islam; Analisis pemikiran Al Attas.
Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Djalaluddin, Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan
Perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hakim, Atang Abdul dan Saebani, Beni Ahmad. 2008. Filsafat Umum; Dari Mitologi
sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.
Kattsof, Louis. 1995. Pengantar Filsafat, terj. Soejono. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung:
al Ma‟arif.
Maksum, Ali. Pengantar Filsafat; Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisasi.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Malik Bahri, Abd. 1992. Filsafat Pendidikan Islam. Surabaya; Gloria Jaya Offset.
Marimba, Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma‟arif.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

15
Soekarno, Ahmad Supardi. 1983. Sejarah dan Filsafat Pendidiakan Islam. Bandung:
Angkasa.
Zuhairini Dkk. 1999. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

16

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai