Anda di halaman 1dari 5

Analisis Kata Al-Insan dalam Perspektif Biologis dan Psikologis

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Islam
Dosen : Kusumawati, S.IP. MA.

DISUSUN OLEH :

AHMAD MAWARID SHOLEH, 201011401843

TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS PAMULANG
Analisis Kata Al-Insan dalam Perspektif Biologis dan Psikologis

Kata al-ins atau al-insan disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, kata al-ins senantiasa
dipertentangkan dengan al-jinn (jin), yakni sejenis makhluk halus yang tidak bersifat materi yang
hidup diluar alam manusia, dan tidak tunduk kepada hukum alam kehidupan manusia
sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai makhluk diciptakan dari api.
Makhluk yang membangkang tatkala diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.

Kata al-insan bukan berarti basyar dan bukan juga dalam pengertian al-ins. Dalam
pemakaian Al-Qur’an, mengandung pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani tanggung
jawab) mengemban amanah Allah untuk menjadi khalifah dalam rangka memakmurkan bumi.
Al-insan sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Alaq adalah mengandung pengertian sebagai
makhluk yang diciptakan dari segumpal darah, makhluk yang mulia sebab memiliki ilmu, dan
makhluk yang melampaui batas karena telah merasa puas dengan apa yang ia miliki.

Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia
untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin, 2003: 23). Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya,
manusia dapat menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian,
ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan berinovasi, manusia mampu
merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat
menjadikan dirinya makhluk yang berbudaya dan berperadaban.

Jalaluddin mengatakan bahwa berdasarkan konsep Basyr, manusia tidak jauh berbeda
dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan menusia terkait kepada keidah
dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terkait kepada kaidah
prinsip kehidupan biologis seperti berkembaing biak. Sebagaimana halnya dengan makhluk
biologis lain. Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis,
ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al Quran yaitu:
1. Prenatal (sebelum lahir), proses penciptaan manusia berawal dari pembuahan (pembuahan sel
dengann sperma) di dalam rahim, pembentukan fisik (QS. 23: 12-14)

2. Pos Natal (sudah lahbayi, remaja, dewasa dan usia lanjut (QS. 40: 67)

Dalam Al-Qur’an terdapat berbagai makhluk ciptaan Allah yang telah dijelaskan
didalamnya. Baik itu makhluk mati maupun makhluk hidup. Manusia sebagai makhluk hidup
termasuk yang dijelaskan didalam Al-Qur’an sebagai makhluk ciptaan Allah. Al-Qur’an
menyebutkan bahwa manusia mempunyai tiga istilah nama yaitu insan, basyar dan bani adam
atau dzurriyat Adam.

Al Insan

Kata al-ins atau al-insan disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, kata al-ins senantiasa
dipertentangkan dengan al-jinn (jin), yakni sejenis makhluk halus yang tidak bersifat materi yang
hidup diluar alam manusia, dan tidak tunduk kepada hukum alam kehidupan manusia
sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai makhluk diciptakan dari api.
Makhluk yang membangkang tatkala diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.

Dalam Al Qur’an, istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk yang bernama
manusia iniadalah insan atau al-nas. Insan atau ins atau unas atau al-nas sering diartikan sebagai
jinak, harmonis dan tampak. Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an QS. Al-Thariq 86:5

)٥( ‫َف ْلَيْنظُِر اإلنْ َسا ُن ِم َّم ُخلِ َق‬


“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan?”
Kata al-insan bukan berarti basyar dan bukan juga dalam pengertian al-ins. Dalam
pemakaian Al-Qur’an, mengandung pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani tanggung
jawab) mengemban amanah Allah untuk menjadi khalifah dalam rangka memakmurkan bumi.
Al-insan sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Alaq adalah mengandung pengertian sebagai
makhluk yang diciptakan dari segumpal darah, makhluk yang mulia sebab memiliki ilmu, dan
makhluk yang melampaui batas karena telah merasa puas dengan apa yang ia miliki.

Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya mendorong manusia
untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin, 2003: 23). Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya,
manusia dapat menghasilkan sejumlah kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian,
ataupun benda-benda ciptaan. Kemudian melalui kemampuan berinovasi, manusia mampu
merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat
menjadikan dirinya makhluk yang berbudaya dan berperadaban.

Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak.
Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang berarti melihat,
meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak. Menurut
M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat daripada pendapat yang
mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu
(berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata insaan disebut sebanyak 65 kali.

Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh
totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata
insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi
khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.
Selain itu konsep al insan juga menunjukkan potensi yang dimiliki manusia seperti
kemampuan untuk mengembangkan ilmu (Q.S 96:4-5). Dan juga konsep ini menggambarkan
sifat-sifat dan tanggung jawab manusia seperti lupa, khilaf, tergesa-gesa, suka membantah, kikir,
tidak bersyukur dan sebagainya. Namun kepada-Nya tanggung jawab untuk berbuat baik. (Q.S
29:8)

Selanjutnya manusia disebut “al nas” yang umumnya dilihat dari sudut pandang
hubungan sosial yang dilakukannya. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga dibebankan
tanggung jawab sosial, baik dalam bentuk lingkungan sosial yang paling kecil (keluarga)
maupun yang lebih besar seperti masyarakat, etnik maupun bangsa. Manusia juga disebut al
insan untuk menggambarkan aspek spiritual yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai