Ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam
III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk
para kaum bangsawan.
Mulai Bersekolah
Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-
menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar
pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia,
Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara
pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial.
Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes
Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai ‘Tiga
Serangkai’. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar
Dewantara, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika
itu.
Semboyan Ki Hadjar Dewantara
Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai dalam
dunia pendidikan Indonesia yaitu :
Selain itu ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga
sebagai Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya
dalam merintis pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga
menetapkan tanggal kelahiran beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun
sebagai Hari Pendidikan Nasional.