Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOTEKNOLOGI FARMASI

Vaksin untuk penyakit Hepatitis B

Dosen Pengampu :
FIRMAN REZALDI, S.Si., M.Biotek.

Disusun Oleh :

1. Adelia Salsabila G20180017


2. Santi Rahmawati G20180011
3. Nurhanifah G20180039
4. Yulli Muliyani G20180172
5. Juhannes G20180160

FAKULTAS SAINS FARMASI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH BIOTEKNOLOGI
FARMASI’ tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Dan penulis mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Serang, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang 4
II. Rumusan Masalah 4
III. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN
I. Rekayasa genetika 6
II. Vaksin 8
III. Virus hepatitis B 9
IV. Vaksin hepatitis B 11
V. Pembuatan vaksin hepatitis B 12
VI. Reaksi vaksin bekerja dalam tubuh 15

BAB III PENUTUP


I. Kesimpulan 19

DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kemajuan dan perkembangan bioteknologi tidak dapat terlepas dari kemajuan dan
dukungan ilmu-ilmu dasar seperti: mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, dan
genetika. Kompetensi menguasai bioteknologi tersebut dapat tercapai manakala
pembinaan sumber daya manusia diorientasikan pada kompetensi meneliti dan
menerapkan metode-metode mutakhir bioteknologi. Kemampuan menguasai dan
mengaplikasikan metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of
biotecnology) seperti: kultur jaringan, rekayasa genetik, hibridoma, kloning, dan
polymerase chains reaction (PCR) secara prospektif telah mampu menghasilkan produk-
produk penemuan baru.
Sejak vaksin diperkenalkan Edward Jenner 1796, vaksinasi sekarang menjadi
istilah umum untuk pemaparan antigen terhadap manusia atau binatang terhadap infeksi
virus dalam membangkitkan respon kekebalan Keberhasilan vaksinasi tercermin dari
berkurangnya penyakit-penyakit infeksi pada manusia dan hewan ternak.
Inovasi bioteknologi terutama rekombinan DNA telah membuka kemungkinan
baru untuk memproduksi vaksin hidup dengan mudah. Untuk melakukan itu dibutuhkan
organisme vektor yang sesuai, dan virus vaccinia merupakan vektor yang paling terkenal
saat ini disamping cytomegalovirus sebagai calon vektor potensil.

II. Rumusan Masalah


1. Apa produk yang dihasilkan dari rekayasa genetika ?
2. Bagaimana Mekanisme dari produk rekayasa genetika?
3. Apa manfaat dari produk?
4. Apa dampak negatif dari produk?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui produk dari rekayasa genetika
2. Untuk memahami cara pembuatan produk rekayasa genetika
3. Untuk mengetahui manfaat dari produk
4. Untuk mengetahui dampak negatif dari produk yang dihasilkan
BAB II
PEMBAHASAN

I. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk
menghasilkan mahluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika
disebut juga pencakokan gen atau rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA adalah proses
penggabungan DNA - DNA dari sumber yang berbeda. Tujuannya adalah untuk
menyambungkan gen yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, rekombinasi DNA disebut
juga rekombinasi gen.
Teknologi DNA Rekombinan atau sering disebut juga rekayasa genetika adalah
suatu ilmu yang mempelajari mengenai pembentukan kombinasi materi genetik yang
baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga
memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan dalam suatu sel
organisme lain yang berperan sebagai sel inang.
Manfaat rekayasa genetika ini adalah mengisolasi dan mempelajari masing-
masing gen tentang fungsi dan mekanisme kontrolnya. Selain itu, rekayasa genetika juga
memungkinkan diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu lebih cepat
dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional. Metode yang digunakan
dalam rekayasa genetika meliputi :
1. Transplantasi inti, merupakan pemindahan inti dari suatu sel ke sel yang lain agar
didapatkan individu baru dengan sifat yang sesuai dengan inti yang di terimanya.
2. Teknologi plasmid. Plasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat dalam sel
bakteri atau ragi di luar kromosomnya. Sifat-sifat plasmid antara lain :
a. Merupakan molekul DNA yang mengandung DNA tertentu.
b. Dapat beraplikasi diri.
c. Dapat berpindah ke sel bakteri lain.
d. Sifat plasmid pada keturunan bakteri sama dengan pasmid induk, karena sifat -
sifat tersebut plasmid digunakan sebagai vektor atau pemindah gen ke dalam sel
target.
Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.
Yang pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vektor. Hal tersebut akan
dibahas sebagai berikut:
1. Cellular Enzymes / Enzim seluler
Enzim yang dipakai oleh orang-orang bioteknologi dalam memanipulasi
DNA diantaranya adalah enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-
batas sekuen nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau
pemotongan bahan-bahan genetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum
antara lain pada sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom
bacteriophage.
Ada juga DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-
copy DNA. Enzim ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA
yang sama persis ke sel induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari
berbagai jenis organisme, yang tidak mengherankan, karena semua organisme
pasti harus meng-copy DNA mereka.
Selain DNA polimerisasi, ada juga enzim RNA polimerisasi yang
berfungsi untuk ’membaca’ sekuen DNA dan mensintesis molekul RNA
komplementer. Seperti halnya DNA polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak
ditemukan di organisme karena semua organisme harus merekam gen mereka.
Selanjutnya yang akan dibahas adalah enzim DNA ligase. Enzim DNA
ligase merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan
genetik dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini
dapat bergabung dengan DNA (atau RNA) dan membentuk ikatan phosphodiester
baru antara DNA (atau RNA) yang satu dengan lainnya.
Kemudian, ada pula enzim reverse transcriptases yang berfungsi
membentuk blue-print dari molekul RNA membentuk cDNA (DNA
komplementer). Enzim ini dibuat dari virus RNA yang mengubah genom RNA
mereka menjadi DNA ketika mereka menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa
dipakai ketika bertemu dengan gen eukariotik yang biasanya terpisah-pisah
menjadi potongan kecil dan dipisahkan oleh introns dalam kromosom.
2. Natural Vectors / Vektor natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para
ilmuwan dalam bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya
stabil dan cocok dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah
memberikan solusi dari masalah ini. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang
membawa DNA ke dalam sel induk barunya.
Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam
vektor, DNA hasil rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa setelah
sebelumnya DNA rekombinan digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim
ligase. Namun di dalam vektor, DNA rekombinan tidak termutasi lagi
membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor natural dari alam adalah
plasmid dan virus atau bacteriophage.

II. Vaksin
Vaksin dihasilkan dari kuman (atau bagian dari tubuh kuman) yang menyebabkan
penyakit. Sebagai contoh vaksin campak dihasilkan dari virus campak, vaksin polio
dihasilkan dari virus polio, vaksin cacar dihasilkan dari virus cacar, dll. Perbedaanya
terletak pada cara pembuatan vaksin tersebut.
Terdapat 2 jenis vaksin yaitu vaksin hidup dan mati. Untuk membuat vaksin
hidup, virus hidup dilemahkan dengan melepaskan virus kedalam tisu organ dan darah
binatang (seperti ginjal monyet dan anjing, embrio anak ayam, protein telur ayam dan
bebek, serum janin sapi, otak kelinci, darah babi atau kuda dan nanah cacar sapi)
beberapa kali (dengan proses bertahap) hingga kurang lebih 50 kali untuk mengurangi
potensinya. Sebagai contoh virus campak dilepaskan kedalam embrio anak ayam, virus
polio menggunakan ginjal monyet, dan virus Rubela menggunakan sel-sel diploid
manusia (bagian tubuh janin yang digugurkan). Sedangkan vaksin yang mati dilemahkan
dengan pemanasan, radiasi atau reaksi kimia. Kuman yang lemah ini kemudian dikuatkan
dengan Adjuvan (perangsang anti bodi) dan stabilisator (sebagai pengawet untuk
mempertahankan khasiat vaksin selama disimpan). Hal ini dilakukan dengan menambah
obat, antibiotik dan bahan kimia beracun kedalam campuran tersebut seperti: neomycin,
streptomycin, natrium klorida, natrium hidroksida, alumunium hidroksida, alumunium
fospat, sorbitol, gelatin hasil hidrolisis, formaldehid, formalin, monosodium glutamat,
pewarna merah fenol, fenoksietanol (anti beku), kalium difospat, hidrolysate kasein
pankreas babi, sorbitol dan thimerosal (raksa).
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga menurut
Psiciana’s Desk Reference). Campuran virus atau bakteri, bahan kimia beracun dan
bagian tubuh binatang yang berpenyakit inilah yang disuntikan kedalam tubuh anak atau
orang dewasa ketika mendapatkan vaksinasi. Menurut CDC AS, bahan tambahan
dicampurkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan reaksi imun, mencegah pencemaran
mikroba dan memperkuat formula vaksin, serta untuk memastikan vaksin tersebut stabil,
bebas kuman dan aman.
Setidaknya ada empat cara membuat vaksin virus flu dengan target utama
menanggulangi perubahan yang cepat dan kebutuhan yang besar dalam waktu singkat
untuk wabah besar. Empat cara itu: pembuatan vaksin virus yang dimatikan (rujukan
WHO saat ini), vaksin virus hidup yang dilemahkan, vaksin virus hidup rekombinan
menggunakan virus baculo, dan vaksin DNA.
Pembuatan vaksin dengan virus hidup yang telah dilemahkan telah dicoba
perusahaan Aviron di AS. Keuntungan vaksin virus hidup adalah tidak hanya
menstimulasi produksi protein antibodi yang mengenali patogen, tapi juga membuat
sejenis sel darah putih, yaitu sel T limfosit yang punya kelebihan mengenali dan
membunuh sel yang terinfeksi.

III. Virus Hepatitis B


Virus hepatitis b (HVB), termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm double
stranded DNA virus dengan terdiri dari nucleocapsid core (HBc Ag) berukuran 27 mm,
dikelilingi oleh lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen permukaan
(HBsAg). HBsAg adalah antigen heterogen dengan suatu common antigen.
Tersebar di seluruh dunia; endemis dengan variasi musiman. WHO
memperkirakan lebih dari 2 milyar orang terinfeksi oleh HBV (termasuk 350 juta dengan
infeksi kronis). Setiap tahun sekitar 1 juta orang meningal akibat infeksi HBV dan lebih
dari 4 juta kasus klinis akut terjadi. walaupun di negara dengan endemisitas HBV
rendah, proporsi infeksi kronis yang tinggi mungkin didapat selama masa anak-anak oleh
karena perkembangan menjadi infeksi kronis sangat tergantung dengan umur. Sebagian
besar infeksi tersebut tidak akan dapat dicegah dengan program imunisasi hepatitis B
perinatal oleh karena infeksi terjadi pada anak-anak yang ibunya mempunyai HBsAg
negatif.
Pemajanan terhadap HBV sering terjadi pada kelompok risiko tinggi, antara lain
para penyalahgunaan obat-obatan dengan suntikan, heteroseksual dengan banyak
pasangan, homoseksual, kontak keluarga dan pasangan seksual dengan orang yang
tertular HBV, petugas kesehatan dan petugas keselamatan umum yang mempunyai risiko
terpajan dengan darah dalam melaksanakan tugasnya, pelanggan dan staf pada lembaga
yang menangani orang cacat, pasien hemodialisa dan teman sekamar di lembaga
pemasyarakatan. Manusia berperan sebagai reservoir.
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain darah
dan produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan pericardial
dan synovial; cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian tubuh lainnya yang
berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas. Ditemukannya antigen e atau DNA
virus menunjukkan bahwa titer virus dalam tubuh orang tersebut tinggi dan tingkat
penularan lebih tinggi pada cairan tersebut.
Gambar Virus Hepatitis B
Cara penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak
seksual atau kontak rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan perinatal
terjadi dari ibu kepada bayinya, penggunaan alat suntik pada para pecandu obat-obatan
terlarang dan melalui pajanan nosokomial di rumah sakit. Penularan seksual dari pria
yang terinfeksi kepada wanita sekitar 3 kali lebih cepat daripada penularan pada wanita
yang terinfeksi kepada pria. Hubungan seksual melalui anal, baik penerima maupun
pemberi, mempunyai risiko sama terjadinya infeksi. Penularan HBV di antara anggota
rumah tangga terutama terjadi dari anak ke anak. Secara umum, kadang-kadang
penggunaan pisau cukur dan sikat gigi bersama dapat sebagai perantara penularan HBV.
Penularan perinatal biasa terjadi pada saat ibu pengidap HBV dengan positif HBeAg.

IV. Vaksin Hepatitis B


Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis vaksin
hepatitis B yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan Kanada. Kedua jenis
vaksin tersebut aman dan mempunyai daya perlindungan tinggi terhadap semua jenis
subtipe HBV. Tipe pertama dibuat dari plasma seseorang dengan HBsAg positif, tidak
lagi diproduksi di Amerika Serikat tetapi masih digunakan secara luas.
Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin ini dibuat
dengan menggunakan sintesa HBsAg dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae
(ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam ragi ini di insersi plasmida yang
berisi gen HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis pasif-aktif antara hepatitis B
immunoglobulin (HBIG) dengan vaksin terbukti dapat merangsang terbentuknya anti-
HBs sebanding dengan vaksin yang diberikan sendiri.
Gambar bakteri Sacaromicces cereviciae
Satu produk rekayasa genetika adalah Vaksin Hepatitis B yang dihasilkan oleh
yeast (Saccharomyces cereviceae) melalui tehnik rekombinan DNA menggunakan
hepatitis B surface antigen (HBsAg). Penggunaan vaksin ini telah meluas di seluruh
dunia dan terbukti efektif dalam menekan jumlah infeksi virus Hepatitis B (HVB). Jenis
vaksin rekombinan yang paling umum digunakan adalah Recombivax HB dan Energix-
B, diberikan secara intramuscular pada bayi yang baru lahir, anak-anak, dan dewasa.
Dosis pemberian vaksin sebanyak 3 kali. Pemberian vaksin telah dikembangkan dengan
menyisipkannya ke dalam tanaman, misalnya pada pisang.
Teknologi DNA rekombinan atau sering juga disebut rekayasa genetika
merupakan teknologi yang memanfaatkan proses replikasi, transkripsi dan translasi untuk
memanipulasi, mengisolasi dan mengekspresikan suatu gen dalam organisme yang
berbeda. Biasanya gen dari organisme yang lebih tinggi diekspresikan pada organisme
yang lebih rendah. Teknologi ini juga memberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk
menciptakan kombinasi barudari gen yang tidak ada pada kondisi normal. Melalui
rekayasa genetika, akan dihasilkan kombinasi baru dari materi genetik melalui penyisipan
molekul asam nukleat kedalam suatu sistem DNA vektor (plasmid bakteri, virus dan lain-
lain) dan kemudian memasukkan vektor ini kedalam suatu inang sehingga akan
dihasilkan suatu produk gen dalam jumlah banyak.

V. Pembuatan Vaksin Hepatitis B


Vaksin HBsAg yang dimumikan dari plasma karier dan inaktifasiformalin/panas
telah diproduksi di beberapa laboratorium. Namun dengan terbatasnya persediaan
plasma, perlunya seleksi dan kontrol yang ketat untuk mendapatkan vaksin murni dan
bebas sumber infeksi lain, maka pendekatan lain terus dicari. Problem ini akhirnya dapat
teratasi dengan pendekatan rekombinan DNA.
Salah satu sintesis HbsAg yang telah berhasil dari sel ragi ( yeast ) rekombinan.
Partikel ini memperlihatkan sifat imunogenik pada binatang percobaan; pengujian pada
manusia telah berhasil menginduksi anti HBs dan melindungi dar iinfeksi virus hepatitis
B. Saat ini setidaknya ada 3 sumber partikel HBsAg yang digunakan untuk vaksinasi
hepatitis B. Terutama HbsAg dimumikan dari plasma karier.
Metode ini telah berhasil dan efikasinya tidak disangsikan. Dua sumber lain yaitu
melalui pendekatan teknologi rekombinan DNA, dengan memasukan gen virus hepatitis
B pengkode HBsAg ke dalam sel ragi dan sel mamalia. Selain itu, HBsAg juga dapat
disekresi oleh E coli, namun jumlahnya relatif kecil, demikian juga sifat antigeniknya.
Terdapat 2 cara pembuatan vaksin hepatitis B yaitu:
a. vaksin yang di lemahkan (imunisasi)
Virus yang dilemahkan (imunisasi), untuk menghasilkan vaksin dibutuhkan
HBsAg yang berasal dari virus Hepatitis B, virus diperbanyak dalam medium tertentu
sehingga nantinya dihasilkan virus yang tidak imenyebabkan penyakit namun mampu
merangsang sistem imun. Strain ini selanjutnya dkultur pada kondisi yang sesuai dan
virusnya diinaktifkan melalui pemanasan dan proses kimia. Tahapan berikutnya virus
yang telah dilemahkan ini diinjeksikan ke dalam tubuh.

b. vaksin DNA rekombinan


Vaksin hepatitis B yang diproduksi sel ragi rekombinan telah menjalani pengujian
keamanan, imunogenisitas dan evaluasi klinis. Hasil menunjukkan bahwa vaksin ini
aman, antigenik dan relatif bebas efek samping yang merugikan, bahkan vaksin ini telah
dilisensikan dan diproduksi diberbagai negara. Salah satu keuntungan vaksin dari sel ragi
dibanding dari plasma yaitu siklus produksinya dapat dikurangi, dan konsistensi dari
batch ke batch lebih mudah diperoleh.

HBs Ag dilepaskan dari sel dengan homogeniser atau disruption menggunakan


glass bead. Pemurnian melalui tahap klarifikasi, ultrafiltrasi, kromatografi dan
ultrasentrifugasi serta diabsorbsi dengan alum hidroksida; sebagai pengawet ditambahkan
thiomerosal. Karakterisisasi partikel dilakukan dengan membandingkan HBs Ag dari
plasma antara lain meliputi berat molekul, komposisi asam amino, densitas dalam
CsC12 dan sebagainya. Analisis imunologis menggunakan antibodi monoklonal
memperlihatkan vaksin dari plasma dan ragi mengandung epitop yang berperan
menginduksi antibodi setelah vaksinasi.

Vaksin Hepatitis B rekombinan (Recombivax HB) Recombivax HB® vaccine


mengandung antigen Hepatitis B, amorphous aluminum hidroksiphosfat, yeastprotein
yang diberi formaldehid, dan thimerosal sebagai pengawet. Vaksin Hepatitis B
rekombinan ini berasal dari HepatitisB surface antigen (HBsAg) yang diproduksi dalam
sel yeast. Bagian virus yang mengkode HBsAg dimasukkan kedalam yeast, dan
selanjutnya dikultur. Antigen kemudian dipanen dan dipurifikasi dari kultur fermentasi
yeast Saccharomyces cereviceae, antigen HBsAg mengandung gen adw subtype.
Proses fermentasi meliputi pertumbuhan Saccharomyces cereviceae pada medium
kompleks yang mengandung ekstrak Yeast, soy pepton, dextrose, asam amino, dan garam
mineral. Protein dilepaskan dari sel yeast melalui pengrusakan sel kemudian dipurifikasi
dengan metode fisika dan kimia. Selanjutnya potein dimasukkan ke larutan buffer posfat
dan formaldehid, dipercepat dengan menggunakan alum (potassium aluminium sulfat).
Vaksin rekombinan ini memperlihatkan kesamaan dengan vaksin yang diperoleh dari
plasma darah.
VI. System vaksin bekerja dalam tubuh

Untuk bisa memahami reaksi vaksin yang terjadi


di dalam tubuh manusia maka, pertama kali kita
harus mengerti tentang sistem imunitas Sistem
Imun Sistem yang sangat komplek di dalam tubuh,
yang bertanggung jawab untuk melawan penyakit.
Tugas utama adalah mengidentifikasi benda asing
dalam tubuh (termasuk bakteri, virus, jamur,
parasit, organ atau jaringan transplantasi) dan
menghasilkan pertahanan tubuh untuk melawan
benda asing tersebut. Pertahanan ini dikenal sebagai respon imun. Sistem
imunitas didesain untuk mengenal dan menghancurkan benda asing yang
masuk kedalam tubuh manusia. Termasuk patogen suatu penyakit yang
disebabkan oleh substansu,pada umumnya sdipergunakan untuk oganisme
(bakteri , virus) dan produk biologi nya (misalkan toksi ).
Contoh bakteri

Patogen adalah benda atau bahan yang dapat menimbulkan penyakit.penyakit yang
bdapat dicegah dengan vaksin ,penyakit penyakit yang ada vaksin nya untuk
memberikan perlindungan sebagian atau lengkap.

Istilah patogen secara umum dipakai organisme penyebab penyakit seperti bakteri , virus
dan produk biologis nya seperti toksin yang dihasilkan oleh organisme tersebut. :
 Bakteri adalah mikroorganisme sel tunggal,punya inti sel , yang dapat membelah
diri dengan cepat.
 Virus tidak dapat membelah sendiri,mereka membutuhkan sel dan jaringan hidup
dari tubuh inang untuk membelah atau memperbanyak diri.
Sel virus yang terinfeksi.

Sistem imunitas yang ada dalam tubuh manusia merespon masuknya bakteri dan virus ke
dalam tubuh manusia melalui mekanisme yang sangat rumit dan komplek. Sistem
imunitas ini mengenal molekul (antigenAntigen Substansi asing didalam badan yang
memicu untuk menghasilkan antibodi.) yang unik dari bakteri atau virus yang
merangsang timbulnya antibodi (sejenis protein) dan sejenis sel darah putih yang disebut
limfosit. Limfosit ini menandai antigen yang masuk dan kemudian menghancurkannya.
Awal terjadinya proses reaksi imunitas yaitu mekanisme pertahanan tubuh untuk
melawan setiap benda asing masuk ke dalam tubuh, sejumlah limfosit yang disebut
dengan sel memory segera berkembang menjadi limfosit yang mempunyai kemampuan
membuat zat kekebalan yang bertahan lama (long lasting immunity). Seperti telah
disebutkan diatas, imunitas adalah mekanisme tubuh manusia untuk melawan dan
memusnahkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Benda asing tersebut
bisa berupa bakteri, virus, organ transplantasi dll.
Apabila suatu sel atau jaringan seperti bakteri atau organ tubuh ditransplantasikan ke
dalam tubuh seseorang maka tubuh orang tersebut akan menolaknya karena benda asing
tersebut dianggap bukan sebagai bagian dari jaringan tubuh mereka. Benda asing
tersebut dianggap sebagai pendatang (invader) yang harus diusir. Jadi secara sederhana
dapat didefinisikan kembali bahwa sistem kekebalan (immune system) ialah mekanisme
tubuh manusia untuk melawan/ mengusir benda asing yang masuk kedalam tubuh
mereka. Pertama-tama “memory cells” berupaya mengenal benda asing yang masuk dan
disimpan dalam “ingatan” sel memori ini. Ini disebut dengan reaksi imunitas primer.
Apabila benda asing yang sama masuk lagi ke dalam tubuh orang tersebut untuk kedua
kali dan seterusnya, maka sel memori ini dengan lebih cepat dan sangat efektif akan
merangsang sistem imunitas untuk mengusir dan melawan benda asing yang sudah
dikenal tersebut. Reaksi tubuh akan lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan
reaksi saat perjumpaan untuk pertama kalinya dengan benda asing tersebut.
Respon imun primer dan sekunder.

Grafik dibawah ini membandingkan respon imun primer dengan sekunder terhadap patogen yang
sama. Respon sekunder akan dieliminasi oleh patogen sebelum terjadi kerusakan.59

Respon imun primer dan sekunder terhadap patogen yang sama


KESIMPULAN

Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari mikrobia yang
bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid bakteri yang sama, tetapi telah
dilemahkan (tidak berbahaya). Bakteri atau mikroba ini menjadi tidak berbahaya karena telah
dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misalnya lapisan lendirnya. Bakteri yang telah
disisipi gen ini akan membentuk antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada manusia,
sistem kekebalan manusia akan membuat senyawa khas yang disebut antibodi. Munculnya
antibodi ini akan mempertahankan tubuh dari pengaruh senyawa asing (antigen) yang masuk
dalam tubuh.
Vaksin ini dibuat dengan menggunakan sintesa HBsAg dengan menggunakan
Saccharomycces cerevisiae (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue) yaitu dengn cara
rekayasa genetika dengan teknologi DNA rekombinan sehingga menghasilkan antibodi bagi
manusia yang dapat mencegah infeksi virus hepatitis B.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2007. Hepatitis B Vaccine. Departement of Health and Human Service Center For
Disease Control andPrevention. Vis-hep-b.pdf
Chin, James MD, MPH. 2000. Manual pemberantasan Penyakit Menular. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas California- Berkeley: APHA
Gunawan, Suriadi. 1991. Hepatitis B dan Pencegahannya melalui Imunisasi di Indonesia.
Jakarta: Artikel: Kepala pusat penelitian penyakit menular badan penelitian dan pengembangan
kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Retnoningrum, Debbie S. 2010. Prinsip Teknologi DNA Rekombinan. Sekaloah Farmasi ITB.
Bioteknologi Farmasi-FA 4202
Susanto, Agus Hery. 2011. DNA rekombinan. http://biomol. wordpress.com/bahan-ajar/
organisme-trans/ (Diakses 28 Desember 2011)
Suwandi, Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT Kalbe Farma.

Anda mungkin juga menyukai