Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin hidu

suatu bangsa, terlebih di era reformasi dan globalisasi seperti sekarang ini sangat

diperlukan sumber daya yang berkualitas. Dalam pembangunan nasional,

peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas

pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan

pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, mempersiapkan

segala sarana maupun prasarana pendidikan seperti pembaharuan kurikulum,

peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

merupakan pekerjaan yang utama.

Pendidikan sebagai proses transformasi budaya sejatinya menjadi wahana

bagi perubahan dan dinamika kebudayaan masyarakat dan bangsa. Karena itu,

pendidikan yang diberikan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan harus

mampu memenuhi tuntutan pengembangan potensi peserta didik secara maksimal,

baik potensi intelektual, spiritual, sosial, moral, maupun estetika sehingga

terbentuk kedewasaan atau kepribadian seutuhnya. Dengan melalui kegiatan

tersebut yang merupakan bentuk-bentuk utama dari proses pendidikan, maka

kelangsungan hidup individu dan masyarakat akan terjamin. Dalam hal ini

pendidikkan sebenarnya berfungsi mengembangkan seluruh aspek kepribadian

peserta didik secara utuh dan terintegrasi tetapi untuk memudahkan pengkajian

1
dan pembahasan biasa diadakan pemilahan dalam aspek-aspek intelektual, sosial,

emosi, dan fisik-motorik.1

Oleh sebab itu, pendidikan menjadi sesuatu hal yang penting dan utama.

Pemerintah telah merencanakan program wajib belajar selama 12 tahun. Dalam

hal ini dapat dilihat dari sistem pendidikan nasional pada bagian isi pembukaan

Undang-undang Dasar (UUD) 1945 alinea ke-IV bahwa salah satu tujuan nasional

negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini diperkuat dengan UU

Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu

pada Pasal 3, yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk

mencapai tujuan pendidikan diatas maka pemerintah harus mengupayakan

penyelenggaraan pendidikan agar tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional.

Hasil belajar siswa merupakan gambaran keberhasilan guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga masalah hasil belajar siswa

adalah salah satu problem yang tidak pernah habis dibicarakan diranah dunia

pendidikan. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran

wajib yang harus diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan

1
Syafaruddin, dkk, (2012), Inovasi Pendidikan (Suatu Analisis Terhadap
Kebijakan Baru Pendidikan), Medan: Perdana Publishing, h, 1

2
tinggi. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di

Indonesia.

Bahasa nasional adalah bahasa yang menjadi bahasa standar di negara

multilingual karena perkembangan sejarah, kesepakatan bangsa, atau ketepatan

perundang-undang. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat

pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan

secara non resmi, santai, dan bebas. Dalam pergaulan dan perhubungan antar

warga yang dipentingkan adalah makna yang disampaikan.2 Hal yang paling

penting untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, pengajarannya

dilakukan sejak dini yakni mulai dari sekolah dasar nantinya digunakan sebagai

landasan untuk jenjang yang lebih tinggi. Keterampilan bahasa mempunyai empat

komponen yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Setiap keterampilan khususnya dalam menulis erat sekali berhubungan dengan

tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV guru dalam prakteknya di

lapangan, banyak memiliki faktor-faktor yang turut mempengaruhi rendahnya

hasil belajar peserta didik. Faktor-faktor tersebut dapat menghambat jalannya

tujuan pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil

belajar seringkali hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

penugasan dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode yang itu-itu saja dan

monoton membuat peserta didik menjadi cepat bosan dalam mengikuti proses

pembelajaran. Disamping kelas yang terkadang kurang kondusif, pembelajaran

2
Junaidi, (2018), Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD, Medan: Perdana
Publishing, h, 9

3
yang masih berpusat pada guru, sehingga siswa tidak memiliki aktivitas yang baik

dalam proses pembelajaran.

Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu melakukan pra

penelitian di SDN 056623 Hinai Kanan Kecamatan Hinai sebagai berikut: bahwa

pelajaran Bahasa Indonesia mengenai kemampuan menulis teks puisi di kelas IV

masih rendah. Rendahnya kualitas proses dan hasil kemampuan menulis teks puisi

peserta didik SDN 056623 Hinai Kanan Kecamatan Hinai ini disebabkan

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari peran dan tugas guru, sikap

dan respon saat peserta didik melalukan proses pembelajaran, metode yang

digunakan tidak inovatif lebih banyak ceramah, materi teori, evaluasi yang

dilakukan oleh guru, serta media yang digunakan. Selama proses pembelajaran

berlangsung, ketika guru menjelaskan materi beberapa peserta didik tidak

konsentrasi sehingga guru menegur peserta didik tersebut untuk fokus kembali ke

pembelajaran. Saat guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik, peserta

didik yang menjawab cenderung peserta didik yang sama sehingga beberapa

peserta didik yang lain terlihat duduk dan hanya melihat. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap kurang maksimalnya proses belajar mengajar. Berikut

adalah hasil ulangan harian mata pelajaran bahasa Indonesia materi Menulis teks

puisi di SDN 056623 Hinai Kanan Kecamatan Hinai sebagai berikut:

Tabel 1.1
Hasil Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi
Menulis Teks Puisi Di kelas IV SDN 056623
Hinai Kanan Kecamatan Hinai

No Kelas Nilai (x) Jumlah


X ≤ 60 70 < x ≤ 80 X > 80
Peserta Didik
60 < x ≤

4
70

1 IV A 16 5 3 - 24

2 IV B 15 5 - - 20

Jumlah 31 10 3 - 44

Berdasarkan tabel diatas, dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 21 Januari 2020, kenyatannya bahwa nilai dari tes nilai ulangan

harian Bahasa Indonesia materi menulis teks puisi oleh peserta didik banyak yang

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu tujuh puluh

dipelajaran Bahasa Indonesia, dengan itu mengidentifikasikan adanya sesuatu

yang belum optimal pada penyelesaian masalah dalam proses pembelajaran di

sekolah. Aktifitas belajar mengajar di SDN 056623 Hinai Kanan berpusat pada

guru dalam menyampaikan materi melalui ceramah sehingga peserta didik

menjadi pasif. Akibat dari aktivitas peserta didik yang kurang baik (pasif) dalam

proses pembelajaran di kelas, maka hal tersebut berpengaruh pada hasil belajar

peserta didik

Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru disebabkan

pembelajaran masih berpusat pada guru, guru masih menggunakan metode

konvesional dalam mengajar dan guru kesulitan membuat peserta didik aktif

dikelas. Metode yang dipakai guru tidak inovatif lebih banyak ceramah, masih

menggunakan metode konvesional sehingga kurang dapat mengembangkan

potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik agar secara leluasa dapat

mengekspresikan perasaannya. Seharusnya guru dapat membantu peserta didik

untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan, kemudian

5
mengorganisasikannya menjadi puisi. Dengan demikian, kegiatan menulis teks

puisi memerlukan beberapa kemampuan, misalnya kemampuan memunculkan

gagasan, kemampuan mengembangkan gagasan, kemampuan menggunakan

pilihan kata secara cermat, memilih rima yang indah, serta mengorganisasikannya

sehingga menghasilkan puisi yang bermakna.3

Model pembelajaran diarahkan pada peningkatan aktivitas peserta didik

dalam proses belajar mengajar yang secara optimal dilaksanakan oleh guru dan

peserta didik, maupun antara peserta didik dengan lingkungannya. Interaksi antara

guru dan peserta didik yang optimal memiliki dampak pada peningkatan

penguasaan konsep peserta didik. Dengan demikian, diperlukan model

pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kesesuaian

dalam model pembelajaran yang dipilih memiliki peranan yang sangat penting

dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik yang dapat menunjang tercapainya

tujuan pembelajaran secara optimal. Suasana nyaman dalam proses pembelajaran

juga nantinya akan mendorong tumbuhnya minat belajar peserta didik yang

berdampak pada peningkatan hasil belajarnya. Guru harus peka terhadap

kebutuhan peserta didik sesuai karakternya sehingga peserta didik mampu

bertahan lama untuk tetap fokus dalam proses pembelajaran, tentunya harus

diakomodir dengan model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

3
Intan Kumala Sari, dkk “Penerapan Metode Quantum Learning Dengan
Teknik Pengelompokan (Clustering) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Puisi Pada Siswa Sekolah Dasar” BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, Volume 2, No. 1,
2013). Hal 2-3

6
Dari penjelasan diatas, solusi yang dapat dilakukan oleh guru adalah

memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

yang dapat membangkitkan ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran

Bahasa Indonesia. Peserta didik juga dilatih untuk berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran di kelas. Alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan

untuk mewadahi tujuan tersebut adalah Quantum Learning. Quantum Learning

sebagai salah satu model pembelajaran yang mengedepankan keaktifan,

kebermaknaan, sekaligus sangat memperhatikan suasana dan lingkungan yang

menyenangkan telah berhasil dipraktekan oleh banyak kalangan di dunia

pendidikan, namun belum diterapkan di kelas IV di SDN 056623 Hinai Kanan

Kecamatan Hinai. Untuk itulah dalam penelitian ini kegiatannya didesain agar

dapat memfasilitasi hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan sebuah

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Learning

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di

Kelas IV SDN 056623 Hinai Kanan Kecamatan Hinai Tahun Ajaran

2019/2020”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan antara lain:

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN 056623 Hinai Kanan

masih menggunakan cara konvesional, yaitu guru ceramah di depan

kelas sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan guru.

7
2. Pemilihan metode atau model pembelajaran kurang sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

3. Kurangnya keterlibatan semua siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran.

4. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.

5. Sebagian siswa beranggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia adalah

pelajaran yang membosankan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka rumusan masalah

yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Quantum Learning

terhadap hasil belajar peserta didik kelas IV SDN 056623 Hinai Kanan

Kecamatan Hinai ?

2. Bagaimana perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi menulis

teks puisi dengan model konvesional dan model Quantum Learning.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Quantum Learning

terhadap hasil belajar peserta didik kelas IV SDN 056623 Hinai Kanan

Kecamatan Hinai.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik pada materi

menulis teks puisi dengan model konvesional dan model Quantum

Learning.

E. Manfaat Penelitian

8
1. Bagi Guru

Hasil penelitian metode pembelajaran Quantum Learning dapat

dijadikan sebagai alternatif medel pembelajaran untuk diterapkan

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, serta dengan dilakukannya

penelitian sehingga menimbulkan variasi baru dalam proses belajar

mengajar.

2. Bagi Siswa

Memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model Quantum

Learning diharapkan peserta didik lebih tertarik pada pembelajaran

Bahasa Indonesia dan mampu meningkatkan hasil belajar materi

menulis teks pantun.

3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu

pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Sekolah juga dapat

menggunakan model pembelajaran Quantum Learning ketika

pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dengan penerapan model

pembelajaran Quantum Learning.

4. Bagi peneliti

Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan

model pembelajaran Quantum Learning yang tepat dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

9
BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Kerangka Teori

1. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “berusaha

memperoleh kepandain atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan

yang disebabkan oleh pengalaman”.4 Belajar merupakan salah satu kebutuhan

hidup manusia. Dalam usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan

diri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Secara umum belajar dapat

diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan

lingkungan, jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Seseorang dikatakan

telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan

sebelumnya.5

Dirasakan belajar sebagai sesuatu kebutuhan yang urgen karena semakin

pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan berbagai

perubahan yang melanda segenap aspek kehidupan dan penghidupan manusia.

Dalam defenisi lain dijelaskan bahwa belajar merupakan suatu aktifitas yang

dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah

dipelajari.

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan perubahan dalam diri seseorang

yang dinayatakan dalam cara tingkah laku yang baru sebagai hasil dari
4
Departemen Pendidikan Kebudayaan, (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, hal. 125
5
Sumiati dan Asra, (2016), Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, hal.
38-48

10
pengalaman. Belajar juga merupakan usaha sungguh-sungguh dengan sistematis,

mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental panca indera,

otak. Demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakar, minat dan

sebagainya.6

Hilgard & Bower berpendapat bahwa belajar berhubungan dengan

perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana

perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon

pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya

kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).7

Dari beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu usaha manusia yang sangat penting dalam perubahan di dalam

kepribadian yang berupa kecakapan diri sebagai kebiasaan, dan sebagai suatu

kepandaian.

Selain menurut pandangan para ahli, Islam juga mempunyai pengertian

belajar dalam perspektif agama Islam. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap

individu yang beriman untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang

dikemukakan dalam hadits yang sesuai dengan dalil Nabi Muhammad SAW:

‫سلِ َم ٍة‬ ْ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم‬


ْ ‫سلِ ٍم َو ُم‬ َ ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
ُ َ‫طَل‬
Artinya: “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim/muslimah”.
(Hadits Shalih li ghairi, diriwayatkan Ibnu Maja. No 224)

6
Mardianto, (2013), Teknik Pengelompoka Siswa, Cet.1, Medan: IAIN Press, hal.
13
7
Pupuh Fathurrahman, (2007), Strategi Belajar Mengajar : Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum di Konsep Islami, Bandung:
PT Refika Aditama , h, 5-6

11
Penjelasan dalil diatas dapat dimaknai bahwa menuntut ilmu itu

diwajibkan bukan saja kepada laki-laki dan kepada perempuan. Tidak ada

perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semua wajib,

hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan ketentuan

Islam.

Kemudian terdapat didalam surah AL-‘Alaq kata belajar berawal dari

membaca. Surat ini diturunkan pada bulan Ramadhan sebagai surat keputusan

pengangkatan Nabi Muhammad Saw, sebagai rasul Allah yang terakhir. Media

perantara belajar berawal dari membaca. Melalui pintu membaca seseorang akan

memiliki pengetahuan yang awalnya ingin mengetahui dalam jiwa seseorang.

Sesuai dengan penggalan surah AL-‘Alaq yang berbunyi:

)٣( ‫) ا ْق َر ْأ َو َربُّ َك اأْل َ ْك َر ُم‬٢( ‫ق‬


ٍ َ‫سانَ ِمنْ َعل‬ َ َ‫) َخل‬١( ‫ق‬
َ ‫ق اإْل ِ ْن‬ ْ ‫ا ْق َر ْأ بِا‬
َ َ‫س ِم َربِّكَ الَّ ِذي َخل‬

َ ‫) َعلَّ َم اإْل ِ ْن‬٤( ‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِا ْلقَلَ ِم‬


)٥( ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S.
Al-‘Alaq ayat 1-5).

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, tafsiran dalam ayat ini menjelaskan Aisyah ra.

Berkata:

Permulaan datangnya wahyu kepada Rasulllah SAW, ialah berupa mimpi


yang benar terjadi pada pagi harinya, kemudian beliau suka menyendiri,
lalu pergi ke Bukit Hira untuk melakukan ibadah beberapa malam disana
sambil membawa bekal sekedarnya. Kemudian kembali ke rumah
Khadijah untuk berbekal dan kembali ke Gua Hira. Sampai tiba saatnya
datang wahyu di Gua Hira yaitu datangnya malaikat Jibril yang langsung
menyuruh nabi membaca iqra’ (bacalah). Nabi SAW menjawab: Maa ana
biqaari, (aku tidak dapat membaca). Langsung Jibril mendekap Rasullah
SAW dengan erat sehingga terasa sangat berat, kemudian dilepasnya dan
diperintah: iqra’ (bacalah). Jawab Nabi :Maa ana biqarii’ (aku tidak dapat

12
membaca), maka didekapnya untuk kedua kalinya sehingga terasa lelah,
kemudian dilepas dan langsung diperintah iqra’. Jawab Nabi :Maa ana bi
qarii’ maka didekap untuk ketiga kalinya sehingga setelah habis tenaga,
kemudian dilepas dan diperintah: iqra’ bismi robbikal ladzi kholaqa.
Kholaqal insaa na min alaq. Iqra’ warobbukal akram .alladzi allama bil
qalam. Allamal insaa na maa lam ya’lam. Setelah dibaca oleh Nabi Saw
maka pergilah jibril dan Nabi Saw langsung turun dari bukit dan sambil
gemetar tubuhnya sehingga masuk ke rumah Khadijah dan berkata:
zammiluna, zammiluna(selimuti aku, selimuti aku), maka diselimuti
Khadijah sampai hilang rasa takutnya dan gemetarnya.

Ayat pertama diturunkan Allah dari Al-quran dan ia berupa rahmat Allah

terbesar untuk umat manusia, dalam ayat-ayat permulaan inilah Allah menyuruh

Nabi Muhammad SAW supaya suka membaca dan memperhatikan bukti

kebesaran Allah di alam ini, tetapi bacaan, perhatian itu harus dilandasi dengan

mengharap selalu petunjuk hidayah dari Allah SWT, Allah telah menciptakan

manusia dari segumpal darah, juga untuk mengenal kemurahan Tuhan yang

mengajarkan segala kepandaian ilmu yang dicapai oleh manusia dengan

perantaraan kalam, mengajarkan manusia segala apa yang tidak diketahuinya.8

Hasil belajar merupakan suatu hal yang berhubungan dengan kegiatan

belajar karena belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian

hasil yang dicapai seseorang yang mengalami proses belajar mengajar, dengan

terlebih dahulu mengadakan evaluasi dan proses belajar yang dilakukan untuk

memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dan pengertian

belajar itu sendiri.9

Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang

telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama

atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
8
Salim Bahraisy, dkk, (1993), Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid VIII,
Surabaya: Bina Ilmu, hal.350.
9
Khadijah, (2013), Belajar dan Pembelajaran, Cet.1, Bandung: Cita pustaka
Media, hal. 97

13
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih

baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja

yang lebih baik.10

Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki peserta didik

sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Perubahan mencakup aspek

tingkah laku secara menyeluruh baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, hal

ini sejalan dengan teori Bloom ”bahwa hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah yaitu, kognitif (hasil belajar yanag terdiri dari

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi), afektif (hasil

belajar terdiri dari kemampuan menerima, menjawab dan menilai) dan

psikomotorik (hasil belajar terdiri dari keterampilan motorik, manipulasi dan

kordinasi neuromuscular)”.11

Berdasarkan paparan diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar

adalah kemampuan siswa setelah memperoleh pengalaman belajar dalam proses

belajar agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam bentuk

penguasaan dan pemahaman yang dipelajarinya. Masalah yang menjadi perhatian

dalam penelitian ini adalah ranah kognitif, dikarenakan variabel yang diukur

penelitian ini adalah hasil belajar, yaitu pemahaman siswa setelah mendapatkan

perlakuan melalui model pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan

penelitian.

10
Sulastri, dkk, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo
Makmur Kecamatan Bumi Raya”. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1, hal. 92
11
Nurmawati, (2016), Evaluasi Pendidikan Islam, Bandung:Citapustaka Media,
hal.53.

14
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan

sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Kemudian tugas utama guru

dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data

tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.12

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yag mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi yang

ingin dijelaskan disini adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari sisi

sekolah yang meliputi:

1. Metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan

yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut

Ign. S. Ulih B.Karo adalah menyajikan bahan pelajaran kepada

orang lain itu diterima, dikuasai dan dikembangkan. Dari uraian di

atas dijelaskan bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar.

2. Kurikulum. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang

diberikan kepada siswa. Kegiatan ini sebagian besar adalah

menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan

mengembangkan bahan pelajaran itu.

3. Relasi guru dengan siswa. Proses belajar mengajar terjadi antara

guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi

yang ada dalam prose situ sendiri. Jadi cara belajar siswa juga

dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

4. Relasi siswa dengan siswa. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau

tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai

12
Wina Sanjaya, (2012), Media Komunikasi Pembelajaran, Cet.1,
Jakarta:Kencana, hal.47.

15
rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan baatin,

akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah dan dapat

minggu belajarnya.

5. Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan

kerajinan siswa dalam sekolah juga dalam belajar. Hal ini

mencakup segala aspek baik kedisiplinan guru dalam mengajar

karena kedisiplinan pendidik juga dapat memberi contoh bagi

siswa atau peserta didik.13

2. Model Pembelajaran Quantum Learning

a) Pengertian Model Pembelajaran Quantum Learning

Istilah Quantum adalah interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya. Dengan demikian istilah pembelajaran Quantum berarti interaksi-interaksi

yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi.

Pada sisi lain, dalam pembelajaran Quantum diyakini juga adanya keberagaman

dan indeterminisme. Tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai peserta

didik, maka tujuannya adalah meraih sebanyak mungkin cahaya (interaksi,

hubungan, inspirasi) agar menghasilkan energi cahaya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa, prinsip-prinsip atau landasan pembelajaran Quantum bukan

fisika Quantum, melainkan aplikasi dalam pembelajaran. Salah satu konsep dasar

dari metode ini adalah belajar harus mengasyikkan dan berlangsung dalam

13
Sulastri, dkk, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo
Makmur Kecamatan Bumi Raya”. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1, hal. 93

16
suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru lebih besar dan

terekam dengan baik.14

Tokoh utama dibalik pembelajaran Quantum adalah Bobbi De Porter,

seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun dibidang bisnis, property dan

keuangan, dan setelah bisnisnya bangkrut, akhirnya menggeluti dunia

pembelajaran. Semenjak tahun 1982, De Porter mematangkan dan

mengembangkan gagasan pembelajaran Quantum di Super Camp, sebuah

lembaga pembelajaran yang terletak di Kirwood Meadows, negara bagian

California, Amerika Serikat. De Porter secara terprogram dan berencana menguji

cobakan gagasan-gagasan pengajaran Quantum kepada para remaja di Super

Camp selama bertahun-tahun.

Quantum Learning juga dapat diartikan pula metode belajar yang efektif

untuk semua tipe orang dan segala usia yang menghasilkan semacam kemampuan

atau kompetensi yang berlipat ganda. Filosofi dari Quantum Learning adalah agar

pembelajaran menjadi efektif, sehingga kondisi belajarnya harus menyenangkan

(the condition should be fun). Dengan kondisi yang menyenangkan siswa dapat

melakukan aktivitas belajarnya dengan baik.15

b) Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran Quantum Learning

Kerangka perencanaan model Quantum Learning dikemukakan oleh

Bobbi De Porter, Mark, dan Sarah yang mengatakan bahwa Quantum Learning

mengacu pada konsep “TANDUR” yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan,

14
Ramayulis, (2010), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, hal. 225

15
Jumanti Handayani, (2014), Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 71

17
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan, kerangka perancangan

model pembelajaran Quantum Learning, yaitu:16

1. Tumbuhkan

Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingin tahuan

mereka, buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang

kita ajarkan. Langkah tumbuhkan ini guru harus menumbuhkan

motivasi dan semangat belajar peserta didik. Guru memberi tahu

bahwa peserta didik yang bertanggung jawab atas pendidikannya,

mengaitkan pelajaran dengan masa depan dan berguna dalam dunia

nyata. Sehingga peserta didik tahu apa manfaat dari apa yang

sedang dipelajari bagi diri sendiri biasanya dikenal dengan

AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).

2. Alami

Berikan mereka pengalaman belajar tumbuhkan “kebutuhan untuk

mengetahui”.

3. Namai

Berikan “data” tepat saat minat memuncak mengenakan konsep-

konsep pokok dan materi pelajaran.

4. Demonstrasi

Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman

dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya

sebagai pengalaman pribadi.

5. Ulangi
16
Cahyo Hasanudin, dkk, “Implementasi Model Pembelajaran Quantum
Learning dengan Media Aplikasi Bamboomedia Bmgames Apps Sebagai Upaya Melatih
Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Sekolah Dasar”, SEMNASBAHTERA,

18
Rekatkan kembali keseluruhan

6. Rayakan

Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

c) Prinsip Model Pembelajaran Quantum Learning

Ada tiga macam prinsip utama yang membangun suatu pembelajaran

Quantum:

1. Prinsip utama pembelajaran Quantum berbunyi: Bawalah dunia

mereka (peserta didik) kedalam dunia kita (pendidik) dan antarkan

dunia kita (pendidik) kedalam dunia mereka (peserta didik).

2. Dalam pembelajaran Quantum juga berlaku prinsip bahwa

pembelajaran merupakan orchestra simfoni. Selain memiliki lagu

atau partitur, simfoni ini memiliki struktur dasar chord (panduan

nada). Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar

pembelajaran Quantum. Prinsip-prinsip dasar ada lima macam

yakni;

a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara

b) Segalanya bertujuan

c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului persamaan

d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran

e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula

dirayakan

3. Dalam pembelajaran Quantum juga berlaku prinsip bahwa

pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.

Prinsip ini mengandung makna bahwa, pembelajaran perlu

19
diartikan sebagai pembentukan keunggulan, bahkan keunggulan

dipandang sebagai pondasi atau jantung pembelajaran Quantum.17

d) Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Learning

Langkah-langkah model pembelajaran Quantum Learning adalah sebagai

berikut:

1. Kekuatan AMBAK (apa manfaat bagiku)

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental

antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat

diperlukan dalam belajar karena adanya motivasi maka keinginanya


18
untuk belajar akan selalu ada.

2. Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan

yang dapat membuat peserta didik merasa aman dan nyaman, dengan

penataan lingkungan belajar yang tepat juga mencegah kebosanan

dalam diri peserta didik.

3. Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam

belajar peserta didik, seorang pendidik hendaknya jangan segan-

segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada peserta didik yang

17
Ramayulis, (2010), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, hal. 228

18
Ramayulis, (2010), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, hal. 230

20
telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencomooh

peserta didik yang belum mampu menguasai materi. Dengan sikap

juara ini peserta didik akan lebih merasa dihargai.

4. Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktifitas kreasi ketika

peserta tidak hanya bisa menerima, minimal bisa mengungkapkan

kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan

cara di ungkapkan sesuai gaya belajar peserta didik itu sendiri.

5. Membiasakan membaca

Salah satu aktifitas yang cukup penting adalah membaca karena

dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman,

menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang

pendidik hendaknya membiasakan peserta didiknya untuk membaca,

baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.

6. Bebaskan gaya belajarnya

Ada berbagai macam gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik,

dalam Quantum Learning ini pendidik hendaknya memberikan

kebebasan kepada peserta didiknya untuk menggunakan gaya belajar

visual, auditori, atau kinestik

7. Jadikan peserta didik lebih kreatif

Peserta didik yang kreatif adalah peserta didik yang ingin tahu, suka

mencoba dan senang bemain. Dengan adanya sikap kreaif yang baik

peserta didik akan mampu menghasilkan ide-ide agar segar dalam

belajarnya.

21
8. Melatih kekuatan memori

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar peserta didik,

sehingga peserta didik perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan

memori yang baik.19

e) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum Learning

Model pembelajaran Quantum Learning juga memiliki kelebihan dan

kekurangan dalam pelaksanannya. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan

Quantum Learning.

1) Kelebihan model pembelaran Quantum Learning

a. Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang

sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

b. Quantum Learning dapat membuat peserta didik merasa

nyaman dan gembira dalam belajar, karena model ini

menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses belajar.

c. Kesempatan bagi peserta didik untuk dapat menunjukan

kemampuannya akan memudahkan pendidik dalam

mengontrol sejauh mana pemerolehan peserta didik

dalam belajar.

d. Proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi

yang sedang dipelajari karena sedang dikaitkan dengan

pengalaman-pengalaman seputar kehidupan peserta

didik akan lebih berkembang

19
Jurnal Munir. M.T, ”Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)”,

22
e. Konsep Quantum Learning yang bersandar pada

“bawalah dunia mereka ke dalam dunia kita, dan

antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka”, dapat

merombak pola pikir peserta didik dari yang sempit

menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang,

dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan.

f. Karena model pembelajaran Quantum Learning

membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk

merangsang keinginan bawaan peserta didik untuk

belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk

berpikir kreatif setiap harinya.

2) Kelemahan model pembelajaran Quantum Learning

a. Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang

matang di samping memerlukan waktu yang cukup

panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau

jam pelajaran lain.

b. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang

memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

c. Karena dalam model ini ada perayaan untuk

menghhormati usaha seorang peserta didik, baik berupa

tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian, dll, dapat

mengganggu kelas lain.

d. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.

23
e. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus

karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran

tidak akan afektif.

f. Agar belajar dengan model pembelajaran ini

mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan

kesabaran. Namun, kadang-kadang ketelitian dan

kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan

tidak tercapai sebagaimana mestinya.20

3. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

a.Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi

yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan

kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata

sebagai lambang dan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau

kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,

disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk

menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun lebih jauh bahwa

bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti

alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi

20
Aris Shoimin, (2017), 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum
2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Hal. 146-147

24
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,

bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.21

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa ini telah tumbuh

dan berkembang bahkan sebelum bahasa Indonesia dideklrasikan sebagai bahasa

persatuan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. 22 Bahasa Indonesia

adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia untuk

keperluan sehari-hari, misalnya belajar, bekerja sama, dan berinteraksi. Bahasa

Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di Indonesia. Bahasa

nasional adalah bahasa yang menjadi bahasa standar di negara multilingual karena

perkembangan sejarah., kesepakatan bangsa, atau ketepatan perundang-undangan.

Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk

sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara non resmi, santai,

dan bebas.23

Bahasa Indonesia termasuk unsur budaya Indonesia. Bahasa Indonesia

telah tumbuh dan berkembang dan terus berkembang dan dikembangkan oleh

bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dari bahasa asalnya bahasa Melayu seolah-

olah telah tumbuh dan menjelma menjadi bahasa baru. Bahasa Indonesia kini

bergerak maju menunjukkan peran sertanya dalam percaturan dunia dalam

berbagai bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya dalam arti yang luas.

Penyerapan kosakata dan istilah yang dapat memperkaya bahasa senantiasa

terjadi. Bahasa Indonesia akan senantiasa tumbuh dan berkembang sebagai sarana

komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan bangsa. Karena negara Indonesia


21
Mulyati, (2015), Terampil Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenadamedia Group, hal. 2
22
Edi Saputra, dkk, (2016), Bahasa Indonesia. Medan: Perdana Publishing, hal. 1
23
Isah Cahyani, (2012), Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, hal. 47

25
bukan negara dwibahasa atau tribahasa, bahasa Indonesia adalah bahasa yang

terpenting dan merupakan bahasa negara. Oleh karena itu, setiap orang Indonesia

diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia dalam situasi resmi.

Jika hal ini dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia,

pembelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk membuat anak didik mampu

mengintegrasikan diri dalam masyarakat Indonesia. Adanya globalisasi yang

didukung dengan berbagai peralatan komunikasi mutakhir yang sangat efektif

dalam berbagai aktivitas masyarakat dunia, fungsi bahasa Indonesia sebagai

sarana pengembang kepribadian mulai menghadapi tantangan dari berbagai

bahasa dunia, terutama bahasa internasional yang digunakan oleh berbagai

bangsa. Untuk itu, fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia kini dan masa depan,

bagi peserta didik menjadi lebih penting.24

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia adalah

suatu alat komunikasi bagi para warga negara Indonesia, dimana bahasa Indonesia

sangat penting digunakan sebagai sarana komunikasi dalam berbagai aspek

kehidupan bangsa.

Menurut Jamaluddin, tujuan umum pembelajaran Bahasa Indonesia lebih


bersifat filosofis, sedangkan tujuan khususnya bersifat operasional. Ada
lima tujuan umum yang telah dirumuskan dalam kurikulum, yaitu (1)
siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari
segi bentuk, makna dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa
memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan
berbahasa (berbicara dan menulis), dan (5) siswa mampu menikmati dan
memanfaatkannya karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,

24
Yuentie Sova Puspidalia, (2012), Problematika Pembelajaran Bahasa
Indonesia di MI/SD dan Alternatif Pemecahannya, Volume 10, Nomor 1, hal. 123.

26
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.25

Meskipun demikian, pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dianggap

sebagai mata pelajaran yang mudah dan tidak perlu dipelajari secara serius. Hal

ini berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Apalagi, mendapatkan nilai baik

untuk pelajaran bahasa Indonesia bukanlah hal yang biasa. Dari sinilah,

sebenarnya muncul berbagai problema pembelajaran bahasa Indonesia yang

disebabkan sikap para siswa dan masyarakat terhadap pelajaran bahasa Indonesia.

Dari sikap seperti ini, kemudian timbul bermacam-macam masalah yang

menyangkut guru bahasa Indonesia, murid, tujuan pelajaran, metode mengajar,

media mengajar, sarana-prasana, dan cara mengevaluasi pelajaran bahasa

Indonesia.

b. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Untuk lebih jelas, secara umum akan dipaparkan fungsi bahasa dalam

kehidupan manusia, sebagai berikut:26

1. Alat Ekspresi Jiwa

Sebagai alat ekspresi jiwa, bahasa berfungsi untuk menyalurkan perasaan,

sikap, gagasan, emosi jiwa, dan tekanan-tekanan perasaan lisan maupun tertulis.

Bahasa berfungsi sebagai alat ekspresi jiwa dapat menjadi media untuk

menyatakan eksistensi (keberadaan diri), pembebasan diri dari tekanan emosi dan

untuk menarik perhatian pendengar maupun pembaca.

Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan

kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya.


25
Jamaluddin, (2002), Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra,
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, hal. 38
26
Mulyati, (2015), Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta: Prenadamedia Group, hal. 3

27
Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya

untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi

dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa,

baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi.

Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya,

sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk

menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat

menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Alat Komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekpresi diri.

Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau

dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan

mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang

dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud

kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama

dengan sesama warga. Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat

komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Bahasa digunakan untuk

menyampaikan informasi timbal balik secara langsung maupun tidak langsung

kepada orang lain. Karena pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa

berkomunikasi dengan orang lain. Bentuk komunikasi dapat dilakukan secara

lisan maupun tulisan, sedangkan dari sisi arah komunikasi dapat dilakukan secara

dua arah, tiga arah, maupun multi-arah.

3. Alat Beradaptasi

28
Sebagai alat untuk beradaptasi, bahasa digunakan manusia untuk

menyesuaikan diri atau berbaur dengan anggota masyarakat di mana manusia itu

berada. Melalui bahasa, manusia mempelajari adat istiadat kebudayaan, pola

hidup, etika, dan perilaku masyarakat sekitarnya. Manusia dapat menyesuaikan

diri dengan ketentuan yang berlaku dalam masyarakatnya. Manusia sebagai

makhluk sosial harus berinteraksi dengan manusia sekelilingnya. Dengan bahasa,

manusia saling bertukar pikiran dengan manusia di sekelilingnya, dapat

memanfaatkan pengalaman dengan manusia lainnya. Jelas, melalui bahasa,

manusia semakin terikat sebagai makhluk sosial sesuai kelompok yang

dimasukinya.27

Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi,

berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi

kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan ita

gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang akan kita hadapi. Kita akan

menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan

menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.

4. Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat control sosial, bahasa sangat efektif. Control sosial ini dapat

diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan,

informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran

dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat

kontrol sosial.

27
Mulyati, (2015), Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta: Prenadamedia Group, hal. 6

29
Contoh agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat

kontrol sosial. Lebih lanjut lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol

sosial.

c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah sarana berkomunikasi, untuk saling berbagi

pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan

intelektual dan kesusastraan Indonesia. Adapun harapan pelajaran bahasa

Indonesia agar para siswa mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa, dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, serta menghargai

manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk

memahami dan merespon situas ilokal, regional, nasional, dan global.28

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis,

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara,

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan,

28
Junaidi, dkk, (2018), Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah
Ibtidaiyah/Sekolah Dasar, Medan: Perdana Publishing, hal. 15-16

30
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial,

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa,

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.29

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan

interaksi dan komunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

baik secara lisan (berbicara, membaca) maupun tulis (menulis).

d. Nilai Penting Bahasa Indonesia Bagi Siswa SD/MI

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek

sebagai berkut:

1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah keterampilan memahamibahasa lisan yang bersifat

reseptif. Dengan demikian, mendengarkan disini berarti bukan sekedar

mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Ada dua

jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif

dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif

terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis

dengan itu. Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut kita tidak dapat
29
Isah Cahyani, (2012), Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, Cet.2,Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, hal. 53-54

31
meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang

diucapkan, dan tidak bisa mememinta pembicaraan diperlambat.

2) Berbicara

Keterampilan berbicara secara garis besar terdapat tiga jenis situasi

berbicara, yaitu: interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi

berbicara interaktif misalnya percakapan secara tatap muka, ditelepon, yang

memungkinkan pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan yang

memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan, atau kita dapat meminta

lawan bicara memperlambat tempo bicara darilawan bicara. Kemudian, ada pula

situasiberbicara yang semiinteraktif, misalnya dalam berpidato dihadapan umum

secara langsung.Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan

interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar

dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat

dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau

televisi.

3) Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan

membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan

mendengarkan dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi

literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan

secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

4) Menulis

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan

tulisan.Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit

32
di atara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya.Ini karena menulis bukanlah

sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan

dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.30

Nilai penting pembelajaran bahasa Indonesia untuk anak-anak sekolah

dasar di tingkat SD/MI antara lain:

1) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan

lingkungan,

2) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak,

3) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak,

4) Sebagai dasar untuk mempelajari berbagai ilmu dan tingkatan pendidikan

selanjutnya.

4. Materi Menulis Teks Puisi

Pembelajaran menulis merupakan salah satu pokok bahasan yag ada di

kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari SD, SMP, SMA.

Kemampuan menulis peserta didik dapat mengekspresikan gagasan, perasaan,

serta pengalamannya. Seorang tergerak untuk menulis karena memiliki tujuan

objektif yang bisa dipertanggung jawabkan dihadapan publik pembacanya. Karena

tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan

agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi

salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk

menjangkau khalayak masa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan

30
Isah Cahyani, (2012), Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, Cet.2,Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, hal. 153-156.

33
menulis dapat dirutut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam

konteks pengembangan peradapan dan kebudayaan masyarakat itu sendiri.

Perintah menulis terdapat didalam Al-Qur’an, tercantum dalam Qur’an

Surah Al-Qalam :

ٍ ُ‫َجرا غَْير ممن‬


( ‫ون‬ ٍ ُ‫ك بِم ْجن‬
َ ‫) َوإِ َّن ل‬٢( ‫ون‬ ِ ِِ َ ْ‫) ما أَن‬١( ‫ن والْ َقلَ ِم وما يسطُرو َن‬
ْ َ َ ً ْ ‫َك أَل‬ َ َ ِّ‫ت بن ْع َمة َرب‬ َ ُ ْ َ ََ َ

Artinya: “1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. 2. Berikut
nikmat Tuhanm kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. 3.
Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang
tidak putus-putusnya”.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah sebagai alat

komunikasi tidak langsung yang dapat memudahkan siswa dalam berpikir kritis,

memperdalam daya tanggap, memudahkan dalam memecahkan masalah, serta

menciptakan pengalaman yang bermakna.

a) Pengertian Puisi

Secara etimologi istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang

berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,

yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam

perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni

sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan

irama, sajak dan kadang-kadang kiasan. Puisi yaitu karangan berisi kata-kata yang

indah dan memiliki makna. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi

berarti telah menciptakan sebuah dunia.

34
Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang
berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik kata poet berarti orang
yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai
dewa-dewa atau orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang
suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat
menebak kebenaran yang tersembunyi.31

Puisi merupakan salah satu karya sastra. Nurgiyantoro mengatakan

“pengajaran sastra anak di sekolah (termasuk puisi) merupakan hal penting karena

dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (baik

rasa, emosi, dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan

penemuan, serta petualangan dalam kenikmatan. Puisi yaitu karangan berisi kata-

kata yang indah dan memiliki makna. Puisi berarti pembuatan, karena dengan

menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia. 32

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi

adalah kemampuan seseorang secara proses terus menerus serta berusaha

mewujudkkan perasaan, pemikiran, ide, yang imajinatif kemudian dengan bahasa

yang padat dan dengan menggunakan kata-kata yang indah.

b) Jenis-jenis Puisi

Di dalam perkembangan dunia modern, puisi makin beragam.

Keberagaman ini sesungguhnya sudah tampak di dalam pengertian puisi. Berikut

ini dikemukakan berbagai jenis puisi berdasarkan kriteria tertentu.

31
Edi Saputra, dkk, (2016), Bahasa Indonesia. Medan: Perdana Publishing, hal.
155

32
Intan Kumala Sari, dkk, (2013), Penerapan Metode Quantum Learning
Dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Puisi Pada Siswa Sekolah Dasar”, BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa Sastra
Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 2. No. 1. Hal.2

35
Berdasarkan perkembangan dalam sejarah sastra dikenal adanya puisi

lama, puisi modern, dan puisi mutakhir. Selanjutnya, puisi lama dibedakan

menjadi beberapa jenis, antara lain:

1 Mantera

Mantera adalah jenis puisi yang paling tua dalam sastra. Mantera

diciptakan dalam kepercayaan animism dan dinamisme untuk

dibacakan dalam acara berburu, menangkap ikan, mengumpulkan

hasil hutan untuk membujuk hantu-hantu yang baik dan menolak

hantu yang jahat.

2 Pantun

Pantun merupakan puisi lama yang memiliki cirri bersajak a b a b,

tiap bait terdiri dari empat baris, dua baris sampiran dan dua baris

isi

Contoh pantun

Asam kandis asam gelugur


Ketiga asam riang-riang
Menangis orang di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Orang Bayang pergi mengaji


Ke cubadak jalan ke Panji
Meninggalkan sembahyang jadi berani
Seperti badan tidak akan mati
Lebih lanjut pantun akan dibahas dalam bab dua belas

3 Talibun

36
Hampir mirip dengan pantun, talibun terdiri atas larik-larik

sampiran dan isi. Bedanya, Talibun memiliki larik lebih dari empat

dan selalu genap, misalnya enam, delapan, sepuluh, dua belas, atau

empat belas.

4 Syair

Syair merupakan puisi yang selalu berlarik empat bait dan bersajak

a a a a yang mengisahkan suatu hal. Contoh syair:

Syair Ken Tambuhan


Lalulah berjalan Ken tambuhan
Diiringi penglipur dengan tadahan
Lemah lembut berjalan perlahan-lahan
Lakunya manis memberi kasihan
Tunduk menangis segala puteri
Maisng-masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri

5 Gurindam

Gurindam adalah puisi yang terdiri atas dua baris, berirama sama a

a, kedua barisnya merupakan isi, baris pertama merupakan sebab

dan baris kedua merupakan akibat, isinya berupa nasihat. Berikut

ini merupakan contoh gurindam yang berisi nasihat agar kita

berpegang teguh kepada agama.

c) Unsur-unsur Pembentuk Puisi

Ada beberapa pendapat tentang unsure-unsur pembentuk puisi. Salah

satunya adalah pendapat I. A. Richard mengatakan membedakan dua hal penting

37
yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry),dan

metode puisi (the method of poetry).

1. Sense (tema, arti)

Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang

dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara

langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau

mencari-cari, menafsirkan).

2. Feeling (rasa)

Feeling ada sikap penyair terhadap pokok persoalan yang

dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang

berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.

3. Tone (nada)

Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau

penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa

bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.

4. Intention (tujuan)

Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut.

Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti

mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung

pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut

penyair.

B. Kerangka Fikir

Penggunaan model pembelajaran Quantum Learning akan membantu

pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran, terutama dalam proses

38
pembelajaran Bahasa Indonesia. Belajar Bahasa Indonesia peserta didik di tuntut

untuk belajar lebih aktif dalam kemampuan menulis teks puisi. Maka dengan hal

ini, pendidik dituntut untuk memakai variasi dalam menggunakan model-model

pembelajaran.

Model pembelajaran Quantum Learning juga dapat diartikan pula

metode belajar yang efektif untuk semua tipe orang dan segala usia yang

menghasilkan semacam kemampuan atau kompetensi yang berlipat ganda.

Filosofi dari Quantum Learning adalah agar pembelajaran menjadi efektif,

sehingga kondisi belajarnya harus menyenangkan (the condition should be fun).

Dengan kondisi yang menyenangkan siswa dapat melakukan aktivitas belajarnya

dengan baik.

Kemudian untuk mencapai hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia maka model pembelajaran Quantum Learning yang digunakan saat

penelitian memberikan pengaruh dan semangat belajar yang aktif dalam proses

belajar. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Variabel bebas : Model Variabel terikat: Hasil


Pembelajaran Quantum belajar siswa disimbolkan
Learning disimbolkan dengan dengan (Y)
(X)

C. Penelitian yang Relevan

1. Berdasarkan skripsi yang ditulis oleh Putri Rahayu Sekarini, (2018), Pengaruh

Model Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar dan Sikap

Ilmiah Siswa Kelas XI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

39
pengaruh model pembelajaran Quantum Learning terhadap hasil belajar dan

sikap ilmiah siswa kelas XI. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI

IPA di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian adalah

penelitian kuasi eksperimen dan menggunakan rancangan desain posttest only.

Sampel dalam penelitian berjumlah 76 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas,

terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengujian ini

menunjukkan terdapat pengaruh model pembelajaran Quantum Learning

terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah siswa karena pada tabel uji t diperoleh

Sig 0,045 pada hasil belajar dan Sig 0,041 pada sikap ilmiah. Dengan

demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh model pembelajaran Quantum

Learning terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah siswa.

2. Berdasarkan skripsi yang ditulis oleh Aina Natasya Azwa, (2018), Pengaruh

Metode Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII MTs Bahrul Ulum Rebang

Tangkas Way Kanan Tahun 2017/2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran Quantum

Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis pada peserta

didik kelas VII MTs Bahrul Ulum Way Kanan Lampung. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif jenis Quasy Eksperimentan Design. Subyek

pada penelitian ini adalah peserta diik kelas VII dengan jumlah populasi 90

peserta didik. Tekhnik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji

normalitas dengan uji Liliefors dan uji t samepl tak berkolerasi didapat Fhitung =

5,585 > Ftabel = 2,002 maka Ho ditolak dengan kata lain H1 diterima. Jika Ho

ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran Quantum

40
Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik,

sedangkan Ho diterima berarti tidak terdapat pengaruh yag signifikan dari

metode pembelajaran itu terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

peserta didik.

3. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Intan Kumala Sari, Budhi Setiawan,

Kundharu Saddhono,(2013), Penerapan Metode Quantum Learning dengan

Teknik Pengelompokan (Clustering) untuk meningkatkan kemampuan

menulis puisi pada siswa Sekolah Dasar. penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dan kemampuan

menulis puisi dengan menerapkan metode Quantum Learning dengan

menggunakan teknk pengelompokan pada siswa kelas V di SDN 1 Kadilangu

Demak. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setiap

siklus terdiri dari empat tahap: (1) perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3)

tahap observasi dan interpreestasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.

Persentase aktivitas siswa selama apersepsi dalam siklus I adalah sebesar 68%,

sedangkan pada siklus II menjadi 88%. Persentase minat siswa dan motivasi

kegiatan belajar pada siklus I meningkat sebesar 63% menjadi 80% pada

siklus II. Persentase keaktifan siswa dan perhatian adalah 60% menjadi 75%

pada siklus II. Peningkatan kemampuan siswa menulis puisi juga dapat dilihat

dari meningkatnya jumlah siswa yang bisa menulis puisi yang mencapai skor

≥ 65 pada setiap siklus. Pada survei awal, persentase siswa yang dapat

mencapai nilai kelulusan adalah 45%. Pada siklus I adalah 65% dan pada

siklus II adalah 88%.

41
D. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban yang bersifat sementara masih

memerlukan pembuktian kebenarannya melalui penelitian. Hal ini sesuai

dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa, ”Hipotesis adalah suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka konseptual maka hipotesis

yang dirumuskan adalah :

Ha : Terdapat pengaruh Model pembelajaran Quantum Learning

berpengaruh positif terhadap hasil belajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SDN 056623 Hinai Kanan Kecamatan Hinai Kabupaten

Langkat.

Ho : Tidak terdapat pengaruh Model pembelajaran Quantum Learning

berpengaruh positif terhadap hasil belajar mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SDN 056623 Hinai Kanan Kecamatan Hinai Kabupaten

Langkat.

42
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 056623 Hinai Kanan Jalan Caraka

Dusun V Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan pada

Semester Genap Tahun Ajaran 2019/2020. Adapun yang menjadi alasan memilih

lokasi tersebut : (1) lokasi tersebut tempat penelitian pada mata kuliah

managemen organisasi sekolah sehingga peneliti sudah mengenal secara umum

kondisi sekolah, dan (2) belum adanya penelitian yang dilakukan dengan masalah

yang sama di SDN 056623 Hinai Kanan.

B. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan metode

eksperimen dalam bentuk Quasi eksperimen (eksperimen semu). Penelitian

eksperimen ini meneliti ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Quantum

Learning terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia di SDN 056623 Hinai Kanan`

Metode Quasi eksperimen yairu metode penelitian yang tidak dapat

memberikan control penuh. Dalam penelitian ini sampel yang sudah diambil

dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 33

Metode ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh langsung (sebab-akibat) dari

perlakuan atau kondisi.

Desain penelitian ini menggunakan subject posttest only. Kelompok

eksperimen diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Quantum

33
Rukaesih, dkk. (2015), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, hal, 85

43
Learning, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan menggunakan

pembelajaran konvesional pada konsep yang sama, yaitu menulis teks puisi.

Desain dalam penelitian ini, variabel bebas diklasifisikasikan menjadi 2

(dua) sisi, yaitu model pembelajaran Quantum Learning (AI), dan model

pembelajaran konvesional (A2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar

Bahasa Indonesia siswa.

Tabel 1.2
Desain Penelitian

Model Pembelajaran Model Pembelajaran Pembelajaran

Quantum Learning (A1) Konvesional (A2¿

Hasil Belajar

Hasil Belajar Bahasa A1B A2B

Indonesia (B)

Keterangan :

a) A1B Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Learning.

b) A2B Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan

Konvensional.
Penelitian ini melibatkan dua kelas, IV A dijadikan kelas yang mendapat

perlakuan (kelas eksperimen) dan kelas IV B dijadikan sebagai kelas yang tidak

diberikan perlakuan (kelas kontrol). Pada kedua kelas tersebut diberikan materi

yang sama. Dimana untuk kelas yang diberikan perlakuan (kelas eksperimen)

dengan menggunakan model Quantum Learning dan untuk kelas yang tidak

44
mendapat perlakuan (kelas kontrol) dengan menggunakan model pembelajaran

konvesional.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Secara singkat populasi

dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi dari hasil penelitian. Populasi bukan

hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga

bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi

meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.34

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 056623

Hinai Kanan SEMESTER II tahun ajaran 2019/2020. Banyaknya populasi ada

dua kelas IV, yaitu kelas IV-A 24 peserta didik dari 14 orang perempuan dan 10

orang laki-laki dan IV-B 20 peserta didik terdiri dari 11 orang perempuan dan 9

orang laki-laki. Sehingga jumlah populasi yang berjumlah 44 peserta didik.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Adapun sistem penarikan sampel yang digunakan adalah

Sampling Jenuh, adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative

kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi

34
Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabetacv, hal. 117

45
dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,

dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.35

Selanjutnya dalam mengambil atau menentukan besarnya sampel, penulis

berpedoman pada pendapat Arikunto bahwa.36

Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik ambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanutnya, apabila jumlah
subjeknya besar lebih dari 100 dapat diambil antara 10% - 15% dan 20%- 25%
atau lebih dan setidak-tidaknya dari:
1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu dan dana.
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena
menyangkut banyak sedikitnya data.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk

penelitian.

Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti dengan melihat hasil belajar

semester ganjil pada siswa kelas IV-A serta IV-B, saat melihat hasil belajar maka

dapat ditentukan kelas IV-A sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dan kelas IV-B sebagai

kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvesional.

Tabel 1.3
Sampel Penelitian

Jumlah siswa Jumlah


Kelas
Laki-laki Perempuan

IV A 10 14 24

35
Sugiyono, (2018), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabetacv, hal. 85
36
Suharsimi Arikunto, (2014), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 192

46
IV B 9 11 20

Jumlah 44

D. Definisi Operasional

Untuk menghidari persepsi terhadap penggunaan istilah dalam penelitian

ini serta untuk memperjelas permasalahan yang dibahas, maka perlu dirumuskan

defenisi operasional variabel penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel

penelitian, yaitu variabel model pembelajaran Quantum Learning dan hasil belajar

menulis teks puisi.

1. Model pembelajaran Quantum Learning juga dapat diartikan pula metode

belajar yang efektif untuk semua tipe orang dan segala usia yang

menghasilkan semacam kemampuan atau kompetensi yang berlipat ganda.

Filosofi dari Quantum Learning adalah agar pembelajaran menjadi efektif,

sehingga kondisi belajarnya harus menyenangkan (the condition should be

fun). Dengan kondisi yang menyenangkan siswa dapat melakukan

aktivitas belajarnya dengan baik.

2. Menulis teks puisi adalah kemampuan seseorang secara proses terus

menerus serta berusaha mewujudkkan perasaan, pemikiran, ide, yang

imajinatif kemudian dengan bahasa yang padat dan dengan menggunakan

kata-kata yang indah. Pengajaran sastra anak di sekolah (termasuk puisi)

merupakan hal penting karena dapat memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan berbagai pengalaman (baik rasa, emosi, dan bahasa),

personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, serta

petualangan dalam kenikmatan. Puisi yaitu karangan berisi kata-kata yang

47
indah dan memiliki makna. Puisi berarti pembuatan, karena dengan

menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia.

E. Instrument Pengumpulan Data

Instrument merupakan salah satu penentu keberhasilan penelitian.

Instrument berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang

diperlukan.37 Arikunto menyatakan, “Instrument penelitian merupakan alat bantu

bagi peneliti dalam mengumpulkan data”. Kualitas instrument akan menentukan

kualitas data yang terkumpul.

Penelitian ini, instrument yang digunakan untuk memperoleh data-data

penelitian ini yang perlu dan dianggap relevan dengan masalah yang diteliti yaitu

tes. Tes dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan atau untuk mengukur

kemampuan siswa sebagai hasil belajar siswa, baik sebelum dilakukan perlakuan

maupun sesudah perlakuan.

Kemudian untuk mengetahui keabsahan tes maka sebelum digunakan

sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu divalidkan kepada Bapak/Ibu dosen

dan Bapak/Ibu guru bidang studi Bahasa Indonesia. Instrumen tes dikatakan

memiliki kualitas yang baik apabila memenuhi 4 kriteria, yaitu validitas,

reabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk memenuhi keempat kriteria

tersebut, maka instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini harus diuji

terlebih dahulu. Berikut ini adalah tahap pengujian dan hasil analisis instrumen tes

dalam penelitian ini.

1. Validitas Tes

37
Salim dan Haidar, (2019), Penelitian Pendidikan (Metode, Pendekatan, dan
Jenis), Jakarta: Kencana. hal. 83

48
Menurut Arikunto validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Selain itu,

instrumen dikatakan valid apabila mengungkapkan data variabel yang diteliti

secara tepat. Sehingga instrumen yang valid adalah mempunyai validitas tinggi.

Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.

Validitas dalam instrument penelitian ini adalah isi yaitu tes sebuah

pengukuran tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran

yang diberikan mencari validitas instrument. Dalam hal ini validitas yang

diinginkan yaitu menunjukan arah penerapan model pembelajaran SAVI dalam

meningkatkan hasil belajar pada siswa. Untuk menguji validitas tes, digunakan

rumus korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

Ν ∑ XY −( ΣX ) ( ΣY )
rx =
r
√ {ΝΣ X 2−( ΣX )2 }{ΝΣY 2− ( ΣY )2}
Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antaraX dan Y

N = Jumlah siswa yang mengikuti atau sampel

∑XY = Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y

∑X = Jumlah siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

∑Y = Jumlah skor setiap siswa

∑X2 = Jumlah kuadrat setiap X

∑Y2 = Jumlah kuadrat setiap Y

Kriteria pengujian validitas adalah setiap item valid apabila rxy > rtabel atau

rtabel diperoleh dari nilia nilai kritis r product moment. Jika rxy > rtabel maka

49
instrumen dkatakan valid sehingga instrumen dapat digunakan dalam sampel

penelitian.

2. Reabilitas Test

Reabilitas merupakan ketetapan suatu tes tersebut yang diberikan kepada

subjek yang sama. Suatu tes dikatakan reliable apabila beberapa kali pengujian

menunjukkan hasil yang relatif sama. Untuk menentukan reabilitas tes dipakai

rumus Kuder Richardson (KR-20):38

n S 2−∑ pq
r 11 = ( )(
n−1 S2 )
Keterangan :

r11 = Reabilitas tes secara keseluruhan

n = Banyaknya item soal

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah, (q = 1- p)

∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

Ss = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah skor varians)

Untuk mencari varians total digunakan rumus sebagai berikut:


2

∑Y 2

(∑ Y )
2 N
S =
N

Keterangan :

∑Y = Jumlah total butir skor (seluruh item)

N = Banyaknya sampel/siswa
38
Indra Jaya, (2010), Statistik Penelitian Untuk Pendidikan,Bandung:Citapustaka
Media Perintis, hal. 100-122

50
Untuk koefisien reliabilitas tes selanjutnya dikonfirmasikan ke r tabel

Product Moment ɑ=0,05. Jika rhitung > rtabel maka tes dinyatakan reliabel. Kemudian

koefisien korelasi dikonfirmasikan dengan indeks keterandalan. Tingkat

reliabilitas soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 1.4
Tingkat Reliabilitas Tes
Indeks Realibilitas Klasifikasi
0,0≤ r 11 <0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r 11<¿ 0,40 Rendah
0,40 ≤ r 11 <0,60 Sedang
0,60 ≤ r 11 <0,80 Tinggi
0,80 ≤ r 11<1,00 Sangat tinggi

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah menghitung besarnya indeks kesukaran soal

untuk setiap butir. Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi

usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan

siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi

karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya

suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran

antara 0,00 sampai dengan 0,1. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran

soal. Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus:

B
P
JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

51
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Hasil perhitungan indeks kesukaran soal ditentukan dengan ketentuan

sebagai berikut:

Tabel 1.5
Adapun Kriteria Indeks Kesukaran Soal adalah sebagai berikut :
Besar P Interpretasi

0,00 ≤ p <0,30 Terlalu sukar


0,30 ≤ p <0 , 70 sedang (cukup)
0,70 ≤ p <1,00 Terlalu mudah

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara peseta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang

belum menguasai kompetensi berdasarkan ukuran tertentu.39 Untuk menghitung

daya pembeda soal digunakan rumus yaitu:

BA BB
D= − = PA –PB
JA JB

Keterangan :

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar.

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JA : Banyak peserta kelompok atas.

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

D : Daya Pembeda
39
Nurmawati, (2016), Evaluasi Pendiidkan Islami, Medan: Perdana publishing,
hal. 116-118

52
PA : Proposi subjek kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi subjek keompok bawah yang menjawab benar

Tabel 1.6
Adapun kriteria Daya Pembeda Soal adalah sebagai berikut:
Indeks Daya Beda Klasifikasi
0,0- 0,20 Jelek

021-0,40 Cukup

0,40-0,70 Baik

0, 71-1,00 Baik sekali

F. Teknik Pengumpulan Data

Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang

merupakan bahan baku infromasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai

objek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk

kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data

merupakan sekumpulan informasi yang biasanya berbentuk bilangan yang

dihasilkan dari pengukuran atau perhitungan.40

Menurut Arikunto data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan

bahan untuk menyusun suatu informasi. Data adalah sumber utama yang diolah

dan kemudian dari data tersebut bisa memunculkan sebuah penelitian.

Pengumpulan data disesuaikan dengan aspek-aspek yang diteliti pada tujuan

penelitian, untuk itu dilakukan pengumpulan data secara cermat agar terhindar

dari terjadinya kesalahan, maka dalam hal ini pengumpulan data harus sesuai

40
Salim dan Haidar, (2019), Penelitian Pendidikan (Metode, Pendekatan, dan
Jenis), Jakarta: Kencana. Hal. 103

53
dengan teknik penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan atau pencatatan secara sistematis

terhadap realita atau hal yang dijadikan objek pengamatan.41 Pengumpulan data di

awali dengan mengobservasi kelas yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu

pertama pada tanggal 2 Desember 2019 peneliti datang untuk meminta izin

melakukan penelitian di SDN 056623 Hinai Kanan Kecamatan Hinai Kabupaten

Langkat. Kedua pada tanggal 20 Januari 2020 peneliti datang kesekolah untuk

mengobservasi proses belajar Bahasa Indonesia di kelas IV dan

mengidentifikasikan permasalahan pada pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut

2. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Metode dokumentasi dalam hal ini berarti mengumpulkan data dengan

mencatat data yang sudah ada dalam dokumen arsip. Metode dokumentasi dalam

penelitian ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa kelas IV SDN

056623 Hinai Kanan, letak geografis sekolah, hasil belajar bahasa Indonesia siswa

terhadap Menulis teks puisi, nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia, dan

RPP pembelajaran guru.

3. Tes

Suharsimi Arikunto, (2014), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


41

Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 192

54
Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan tes atau pengujian.

Tes adalah prosedur sissistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang

distandarisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan,

dijawab, atau direspon baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Tes

juga dapat diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif

sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan dan

psikis atau tingkah laku individu.42

Sesuai dengan menulis yang termasuk dalam penggunaan kemampuan

bahasa yang bersifat aktif-produktif, penelitian ini menggunakan tes subjektif,

yaitu dengan cara menggunakan pedoman penskoran berdasarkan kriteria aspek

penelian. Tes dilakukan dalam 2 tahap yakni pretest dan posttes. Pretest

digunakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi.

Hasil posttes untuk menghitung data apakah terdapat perbedaan menullis teks

puisi peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisia data adalah cara yang dilakukan untuk mengolah data

penelitian dalam mencapai tujuan penelitian. Analisis terhadap data penelitian

bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan oleh peneliti.

Hipotesis yang dirumuskan akan di analisis dengan menggunakan uji t. Akan

tetapi sebelum dilakukan hipotesis penelitian maka terlebih dahulu akan dilakukan

uji prasarat analisis data menggunakan uji normalitas yaitu uji chi kuadrat dan uji

homogenitas data yaitu digunakan teknik analisis dengan perbandingan varians.

42
Suharsimi Arikunto, (2014), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Ciptahal. 201

55
Pada analisis ini digunakan pengujian hipotesis statistik dan diolah dengan teknik

analisis data yaitu:

1) Menghitung rata-rata skor mean dari variabel hasil test dengan

menggunakan rumus:

Σƒx
M=
N

Keterangan :

M : Nilai Rata-Rata (Mean)

Σƒ𝑥 : Jumlah Frekuensi

N : Jumlah Sampel

2) Menghitung standar deviasi dari variabel hasil test dengan menggunakan

rumus :

Σƒx ²
SD= √
N

Keterangan :

SD : Standar Deviasi

Σƒ𝑥2 : Jumlah Kuadrat Nilai Frekuansi

N ; Jumlah Sampel

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji Chi

kuadrat (chi square). Chi square (baca: Kai Kuadrat) adalah teknik statistik yang

dapat digunakan peneliti untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

56
signifikan frekuensi observasi antara dua kelompok sampel atau lebih. Agar

kesimpulan yang nanti ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang ada, maka

objek yang dianalisis harus berdistribusi normal.

Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas:

Ho = data berdistribusi normal

Ha = data tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah yang diperlukan dalam melakukan uji normalitas

(uji Chi-kuadrat) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil

2) Menentukan banyak kelas (k), dengan rumus k = 1 + (3,3) log n, menentukan

panjang interval (P), dengan rumus:

data terbesar −data terkecil


Interval =
banyak kelas interval

3) Membuat tabel distribusi frekuensi

4) Menentukan batas kelas (bk) dari masing-masing kelas interval

5) Menghitung nilai rata-rata

6) Menghitung nilai Z, dengan rumus:

Xi−M
Zi = SD

Keterangan :

X1 : Skor Tujuan

M : Mean (rata-rata sampel)

SD : Standar Deviasi

7) Menghitung luas daerah tiap kelas interval

57
8) Menghitung frekuensi yang diharapkan (Oi) dengan cara mengalihkan

besarnya ukuran sampel dengan peluang luas atau luas daerah dibawah kurva

normal untuk interval yang bersangkutan

9) Menghitung statistik Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

k
(Oi−Ei) ²
x²=∑
i=1 Ei

Membandingkan nilai χ² hitung < χ² tabel dengan criteria perhitungan: jika

χ² hitung < χ² tabel , maka H 0 diterima artinya populasi berdistribusi normal, jika

χ² hitung > χ² tabel , maka H0 ditolak artinya populasi tidak berdistribusi normal.43

2. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas memberikan diinkasi data hasil penelitian

berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya dilakukan uji homogenitas dari

sampel penelitian. Untuk pengujian homogenitas dalam penelitian ini dapat diuji

dengan menggunakan pengujian homogenitas dengan uji Fisher atau disingkat

dengan uji F dilakukan apabila data yang akan diuji hanya ada 2 (dua) kelompok

data atau sampel. Uji F dilakukan dengan cara membandingkan varian data

terbesar dibagi varian data terkecil.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam melakukan uji homogenitas (uji

Fisher) adalah sebagai berikut:

1. Menentukan taraf signifikan, misalnya α = 0,05 untuk menguji hipotesis:

Ho : Varian 1 sama dengan varian 2 atau data homogeny

H1 : Varian 1 tidak sama dengan varian 2 atau data tidak homogeny.

43
Sudjana, (2011), Metode Statistika, Bandung: Tarsito, hal. 27.

58
Kriteria pengujian

Terima Ho jika Fhitung < Ftabel

Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel

2. Menghitung varian tiap kelompok data dengan rumus:

S²= ∑ x −¿ ¿ ¿
2

3. Tentukan nilai Fhitung yaitu:

S ² terbesar
Fhitung = S ² terkecil

4. Tentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi α, dk1= dkpembilang= na – 1 dan

dk2 = dkpenyebut = nb – 1. Dalam hal ini, na = banyaknya data kelompok

varian terbesar (pembilang) dan nb= banyaknya data kelompok varian terkecil

(penyebut).

5. Membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel yaitu :

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti varians homogen.

Jika Fhitung> Ftabelmaka H0 ditolak dan Ha diterima berati varians tidak

homogen.44

3. Uji Hipotesis

Dalam data yang diuji adalah hipotesis nol. Jadi, hipotesis nol adalah

pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statisfik (data

sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternaive diberi notasi H a.

44
Indra Jaya, (2018), Penerapan Statistik Untuk Pendidikan, Medan: Perdana
Publishing, hal. 261

59
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t. Uji-t digunakan

untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan antara dua variabel. Jika data berasal

dari populasi yang tidak homogen (σ1 ≠σ2dan σtidak diketahui). Untuk

membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok dengan kelompok

eksperimen, maka digunakan t-test sampel related dengan rumus yaitu:

−¿ ¿
t= S ₁² S ₂ ²
√ n1
+
n2

Keterangan :

t = Luas Daerah yang dicapai

n1 = Banyak anak pada sampel kelas eksperimen

n2 = Banyak anak pada kelas kontrol


2
S1 = Variansi selisih nilai pos-test dengan pre-test pada kelas

eksprimen
2
S2 = Variansi selisih nilai pos-test dengan pre-test pada kelas kontrol

x1 = Rata-rata selisih skor anak (peningkatan) kelas eksperimen

Ketika ttabel < thitung, maka Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat

pengaruh terhadap hasil belajar menulis teks puisi peserta didik yang diajarkan

dengan model pembelajaran Quantum Learning dan peserta diajarkan dengan

model pembelajaran langsung pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV

SDN 056623 Hinai Kanan.

60
Ketika ttabel > thitung maka Ho diterima dan Ha ditolak, maka tidak terdapat

pengaruh hasil belajar menulis teks puisi peserta didik yang diajarkan dengan

model pembelajaran Quantum Learning dan peserta didik yang diajarkan dengan

model pembelajaran langsung pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV

SDN 056623 Hinai Kanan.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah yang dilakukan seorang

peneliti dalam melakukan penelitiannya adalah:

1. Menentukan populasi dan sampel dalam penelitian.

2. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas IV A menjadi kelas

eksperimen dan IVB menjadi kelas kontrol.

3. Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan prettes tentang materi menulis

teks puisi, dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah

materi diajarkan sesuai dengan tindakan kelas eksperimen dan kontrol. Kelas

eksperimen dan kelas kontrol diberi soal prettes dengan soal/latihan yang sama.

4. Kelas eksperimen diberikan perlakuan penggunaan model pembelajaran

Quantum Learning dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan tetapi tetap

menggunakan model pembelajaran langsung dengan materi yang sama menulis

teks narasi.

5. Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan posttest tentang materi penulisan

teks puisi, dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar menulis teks puisi

peserta didik setelah materi diajarkan sesuai dengan tindakan kelas eksperimen

dan kontrol. Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi soal posttest yang sama.

61
6. Setelah mengetahui hasil pretest dan posttest diperoleh data primer yang

menjadi data utama penelitian.

7. Menganalisis data.

8. Menyimpulkan hasil penelitian.

Skema Prosedur Penelitian

Populasi

Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

62

Model pembelajaran Model Pembelajaran


langsung
kooperatif tipe think talk
63

Anda mungkin juga menyukai