KELOMPOK 4
‘TERMOKIMIA”
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat
Penyusunan makalah ini dapat disusun dengan baik dan lancar tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu demi satu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
karena itu segala saran dan kritik demi kesempurnaan sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................….....2
DAFTAR ISI................................................................................................….........3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................….......... .4
1.2 Tujuan.....................................................................................…......................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................….....................…..6
3.1 Kesimpulan...................................................................................................26
3.2 Saran........................................................................................................…..26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika
terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia.
1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari konsep dasar termokimia
2. Untuk mempelajari materi-materi yang terkait dengan termokimia
3. Memahami tentang termokimia lebih mendalam
1.3 Metode Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
Termokimia adalah ilmu yang memperlajari perubahan-perubahan energi
yang disertai suatu proses fisika dan kimia. Pelajaran ini mencakup dua
sasaran yaitu, penentuan kalor reaksi dalam termokimia dan penentuan arah
suatu proses serta sifat-sifat sistem dalam kesetimbangan. (Tim Kimia
Dasar,2015)
Hampir dalam setiap reaksi kimia selalu terjadi penyerapan dan pelepasan
energi. Kita mengetahui bahwa salah satu bentuk energi yang dapat
dipertukarkan antara sistem dengan lingkungan adalah kalor atau panas. (Tim
Kimia Dasar,2015)
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi
yang terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena kalor reaksi adalah suatu
bentuk energi dan sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap,
maka kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan entalpi ( H). (Brady,1999)
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan,
perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-
langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain,
hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi,
bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya hal ini
menyebabkan perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan
untuk mencapainya. Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi
dapat dihitung sekalipun tidak diukur secara langsung. Caranya adalah dengan
melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang
perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi yang perubahan
entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian
6
rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang
kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan sutu
angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu
dibalik maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi –ΔH).
(Johari, 2006)
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika
terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia.Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang
menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan
kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan.
Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia
menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.(Anonim,2012)
Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik
membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah
diketahui bahwa energi di alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain
energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi
gelombang elektromagnetic, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain. Energi
dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil
rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak
dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi
dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan.
Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.
(Anonim,2012)
Suatu sistem termodinamika adalah suatu masa atau daerah yang
dipilih untuk dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut
sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas
sistem (boundary), aplikasinya batas sistem merupakan bagian dari sistem
maupu lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi atau
7
bergerak.Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia
merupakan bahan kajian dari termokimia. Hukum I Termodinamika
menyatakan:“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah
konstan.” (Anonim,2012)
Reaksi kimia berlangsung disertai perubahan energi berupa penyerapan
atau pelepasan kalor (panas). Reaksi kimia yang melibatkan penyerapan kalor
disebut reaksi endoterm, sedangkan reaksi kimia yang melibatkan pelepasan
kalor disebut reaksi eksoterm.(Anonim,2012)
2.1.2 Panas Reaksi
8
2.2 Hubungan Temperatur Pada Panas Reaksi
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas,
sebab itu lebih tepat bila istilahnya disebut panas reaksi.
Kebanyakan, reaksi kimia tidaklah tertutup dari dunia luar. Bila temperatur
dari campuran reaksi naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang
bersangkutan turun, maka disebut sebagai reaksi eksoterm. Namun bila pada
pada suatu reaksi temperatur dari campuran turun dan energi potensial dari
zat-zat yang ikut dalam reaksi naik, maka disebut sebagai reaksi endoterm.
Ada beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah
sistem terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada
juga sistim tertutup, dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas
dan kerja saja. Sementara, perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan
dimana sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada panas yang dapat
mengalir. Kemudian, ada pula perubahan yang terjadi pada temperature tetap,
yang dinamakan perubahan isotermik. Pada perubahan suhu, ditandai dengan
∆t (t menunjukkan temperatur), dihitung dengan cara mengurangi temperatur
akhir dengan temperatur mula-mula.
∆t = takhir – tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial;
∆(E.P) = (E.P)akhir – (E.P)mula-mula
Dari definisi ini didapat suatu kesepakatan dalam tanda aljabar untuk
perubahan eksoterm dan endoterm. Dalam perubahan eksotermik, energi
potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi potensial pereaksi, berarti
EPakhir lebih rendah dari EPmula-mula. Sehingga harga ∆(E.P) mempunyai
harga negatif. Pada reaksi endoterm, terjadi kebalikannya sehingga harga
∆(E.P) adalah positif.
Pada suatu reaksi, reaksi pembentukannya didefinisikan sebagai reaksi
yang membentuk senyawa tunggal dari unsur-unsur penyusunnya
9
contoh: C + ½O2 + 2H2 → CH3OH
Sementara panas pembentukannya didasarkan pada 1 mol senyawa
terbentuk. Panas pembentukan standar yaitu 298.15 K (∆H°f298).
Panas standar adalah pada 25°C, seperti contoh reaksi
4HCl(g) → 2H2(g) + 2Cl2(g) ∆H°298 = (4)(92307)
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g) ∆H°298 = (2)(-241818)
Sementara, panas reaksi pada temperatur tidak standar
DHOT = DH0298 + òT298 D Cp dT
Dapat disimpulkan bahwa kalor reaksi (∆H) adalah kalor yang diserap
(diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan) dalam reaksi, disebut juga
perubahan entalpi. Pada beberapa reaksi kimia jumlah kalor reaksi dapat
diukur melalui suatu percobaan di dalam laboratorium. Pengukuran kalor
reaksi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
kalorimeter. Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor yang diberikan atau diambil dalam suatu proses tertentu. Sebuah
termometer sederhana terdiri dari bejana terisolasi, alat pengaduk, dan
termometer.
2.3 Hukum dalam termokimia
10
unsurnya. Panjabaran dari hukum ini untuk entalphi reaksi ΔH dan kalor
reaksi;
C + O2 → CO2 ΔH = -94 Kkal CO2 → C + O2 ΔH = +94 Kkal
Sedangkan untuk kalor reaksi, C + O2 → CO2 -94 Kkal CO2 → C + O2 +94
Kkal Untuk reaksi pertama, unsur C bereaksi dengan gas oksigen
menghasilkan karbondioksida dan kalor sebesar 94 Kkal. Sedangkan reaksi
kedua karbondioksida terurai menjadi unsur C dan gas oksigen dengan
membutuhkan kalor sebesar 94 Kkal. Dari sisi tanda, tampak jelas perbedaan
antara entalphi reaksi dengan kalor reaksi, jika entalphi bernilai positif maka
kalor reaksi bernilai negatif, demikian pula sebaliknya jika entalphi negatif
maka kalor reaksi positif. Hukum Hess Hukum ini diajukan oleh Germain
Hess, dia menyatakan bahwa entalphi reaksi (ΔH) hanya tergantung pada
keadaan awal reaksi dan hasil reaksi dan tidak bergantung pada jalannya
reaksi. Jika suatu reaksi merupakan penjumlahan aljabar dari dua atau lebih
reaksi, maka perubahan entalphi (ΔH) atau kalor reaksinya juga merupakan
penjumlahan aljabar dari (ΔH) yang menyertai reaksi.
2.3.1 Hukum Hess
Hukum ini dikemukakan oleh German Hess pada tahun 1840,
yang berbunyi:
“Bila suatu perubahan kimia dapat dibuat menjadi beberapa jalan/cara
yang berbeda, jumlah perubahan energi panas keselurahannya (total)
adalah tetap, tidak bergantung pada jalan/cara yang ditempuh.”
11
Menurut hukum Hess, suatu reaksi dapat terjadi melalui
beberapa tahap dan tidak akan mempengaruhi entalpi reaksi.
Perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan
akhir sistem
2.4 Pembentukan dan Pembakaran Panas
2.4.1 Entalpi
Entalpi dengan lambang H adalah sifat ekstensif zat yang dapat
digunakan untuk mendapatkan panas yang diserap atau dilepaskan
dalam reaksi kimia. Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung pada
jumlah zat. Contoh lain dari sifat ekstensif adalah massa dan volume.
Entalpi merupakan fungsi keadaan, fungsi keadaan adalah milik dari
sebuah sistem yang hanya bergantung pada keadaannya yang sekarang,
yang ditentukan oleh variabel seperti suhu dan tekanan. Ini berarti
bahwa perubahan enthalpi tidak tergantung pada bagaimana perubahan
dilakukan oleh sistem, tetapi hanya pada keadaan awal dan terakhir
dari sistem (Ebbing and Steven, 2011).
Perubahan energi internal tidak sama dengan energi yang
dipindahkan sebagai panas, ketika sistem ini bebas untuk mengubah
volume. Keadaan seperti ini energi 6 panas diberikan pada sistem,
kemudian dikembalikan ke lingkungan sebagai ekspansi kerja,
sehingga dU kurang dari dq. Energi yang diberikan sebagai panas pada
tekanan konstan sama dengan perubahan sifat termodinamika pada
sistem, yaitu entalpi yang definisinya:
H U pV
dimana p adalah tekanan dari sistem dan V adalah volume.
Karena U, p, dan V adalah semua fungsi keadaan, maka entalpi juga
merupakan fungsi keadaan (Atkins, 2006). Perubahan entalpi untuk
reaksi pada suhu tertentu dan tekanan tetap diperoleh dengan
12
mengurangi entalpi reaktan dari entalpi produk, dengan simbol Δ
(berarti "perubahan") (Ebbing and Steven, 2011). Entalpi, ∆H, setiap
keadaan awal dan keadaan akhir tidak tergantung pada jalannya reaksi.
Entalpi, ∆H, sama dengan energi yang diberikan sebagai panas pada
tekanan konstan (sistem tidak melakukan kerja). Perubahan yang
terukur adalah:
H dq (Atkins, 2006).
Reaksi kimia yang disertai oleh pelepasan panas disebut
sebagai reaksi eksotermik dan jika disertai dengan penyerapan panas
disebut sebagai reaksi endoterm. Jumlah panas yang dilepas atau
diserap selama reaksi kimia disebut entalpi reaksi. Setiap sistem
mengalami perubahan keadaan atau reaksi kimia, maka terjadi
perubahan entalpi, ∆H. Sistem kimia memiliki dua reaktan yaitu
reaktan A dan B dalam keadaan awal, kemudian mengalami reaksi
kimia pada suhu dan tekanan tetap, sehingga membentuk produk C
dan D (Raj, 2004).
2.4.2 Perubahan entalpi standar (∆H˚)
Entalpi reaksi standar pada suhu tertentu adalah reaksi entalpi
di mana reaktan dan produk dalam keadaan standar ( Kondepudi,
2008). Keadaan standar digunakan untuk membandingkan entalpi
reaksi dari zat yang berbeda. Sebuah keadaan standar cocok untuk zat
adalah keadaan yang paling stabil pada tekanan 1 atmosfer (atm) dan
suhu tertentu biasanya pada suhu 25oC. Entalpi standar reaksi pada
suhu T dan tekanan 1 atm dinotasikan dengan ΔHo (T) dan semua zat
dalam reaksi berada dalam keadaan standar (Raj, 2004). Jenis entalpi
yang diberikan berbeda-beda tergantung pada jenis reaksi. Beberapa
jenis perubahan entalpi antara lain entalpi pembentukan, entalpi
pembakaran, dan entalpi netralisasi.
13
2.4.3 Entalpi Pembentukan ( o f )
Entalpi pembentukan senyawa pada suhu tertentu dapat
didefinisikan sebagai perubahan entalpi ketika salah satu mol senyawa
(keadaan standar) dibentuk dari unsur-unsurnya (dalam keadaan
standar) dengan lambang o f . Keadaan standar dari zat apapun
diambil sebagai keadaan aslinya pada 298K dan keadaan 1 tekanan
atmosfer. Perhatikan reaksi persamaan 2.5 dan 2.6:
14
2.4.5 Entalpi netralisasi
Entalpi netralisasi asam pada suhu tertentu dapat didefinisikan
sebagai perubahan entalpi yang menyertai netralisasi satu gram basa
dengan asam dalam larutan encer pada suhu tersebut (Raj, 2004).
Contohnya, dalam netralisasi satu gram asam kuat HCl dengan basa
kuat NaOH atau satu gram NaOH dan HCl setara
Entalpi
t댳 댳 댳䁡 ikatan
molekul
oksigen
t h
15
Sehingga, diperoleh energi ikatan (∆U0) , sebagai berikut :
t ި h
16
Perubahan panas dalam keadaan ini dapat dinyatakan :
K(T1) + R(T1) K(T2) + R(T2), P= konstan
Dimana :
K = Kalorimeter
R = Reaktan
P = Produk (hasil reaksi)
Karena sistem terisolasi , temperature akhir T2 berbeda dengan
temperatur T1. Kedua temperatur diukur seteliti mungkin dengan
thermometer yang peka. Perubahan kenyataan di nyatakan dalam
dalam dua step, yaitu :
1. R(T1 ) P(T1) H1
2. K (T1) + R(T1) K(T2) + R(T2) H2
H = 0, maka H1 + H2 = 0 H1 = H2
Langkah kedua adalah sederhana suatu perubah temperatur dari
kalorimeter dan hasil reaksi :
H2 = [Cp(K) + Cp(P) dT
Dan kita peroleh pada T1
H1 = -[Cp(K) +Cp(P) dT
Jika kapasitas panas kalorimeter dan hasil reaksi di ketahui, panas
reaksi T1 dapat dihitung dari pengukuran temperatur T1 dan T2.
Dalam larutan encer dari asam kuat dan basa kuat dapat terionisasi
sempurna menjadi ion-ionya. Begitu juga garam yang berasal dari
asam kuat dan basa kuat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionya
dalam larutan. Reaksi asam kuat dengan basa kuat disebut reaksi.
Netralisasi yang dapat ditulis sebagai berikut :
H- + OH- ⟶ H2O
Panas yang terjadi tidak tergantung sifat dari anion asamnya
dan kation basanya. Jika asam atau basanya tidak terionisasi sempurna,
17
sebagai contoh : asam asetat terionisasi sebagian dalam larutan dan
ternetralisasi oleh natrium hidroksida yang reaksinya sebagai berikut :
CH3COOH + OH ⟶ CH3COO- + H2O
Mekanismenya berlangsung dua tingkat reaksi yaitu :
CH3COOH ⟶ CH3OO- + H-
H- + OH- ⟶ H2O
Panas netralisasi pada reaksi ini merupakan panas penggabungan ion
H-dan ion OH- melepaskan energi yang harus digunakan pada
disosiasi molekul asam asetat yang tidak terionisasi dapat di tentukan
dengan kalorimeter (Bird, 1993).
2.6.2 Panas Pelarutan
Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi
yang terjadi bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu
larutan pada temperatur tetap dan tekanan 1 atm. Panas pelarutan
adalah perubahan entalpi satu mol zat yang dilarutkan dalam n mol
solvent pada tekanan dan suhu tetap yang disertai dengan penyerapan
atau pembebasan kalor. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan kimia
baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan,
terkadang akan terjadi perubahan energi. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh
lebih kecil daripada gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas
pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada panas reaksi.
Panas Pelarutan Integral dan Differensial
Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila
satu mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent untuk
mencapai konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial
adalah panas yang menyertai pada penambahan satu mol solute ke
18
dalam sejumlah larutan dengan konsentrasi tertentu, sampai
penambahan solute tersebut tidak mempengaruhi konsentrasi larutan.
Panas pelarutan differensial tidak dapat ditentukan secara langsung,
tetapi secara tidak langsung dari panas pelarutan dapat ditulis dengan
persamaan (1).
t h (1)
h t h (2)
19
2.7 Entropi( ) untuk Berbagai proses Reversible dan Contohnya
Entropi pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Clausius pada tahun 1865,
berasal dari bahasa Yunani entropia (en: masuk dan trope: mengubah,
mengonversi)
konversi energi mekanik menjadi gesekan dapat terjadi secara spontan,
mungkinkah mengubah energi panas menjadi energi mekanik tanpa
menimbulkan efek lain ? Hantaran panas dari benda panas ke benda dingin
secara spontan, mungkinkah terjadi proses sebaliknya tanpa efek lain ?
Terjadinya ekpansi bebas (pada dua ruangan dengan beda tekanan), gas pada
ruangan bertekanan tinggi berekspansi bebas ke ruang yang hampa, dapatkah
terjadi sebaliknya, dapatkah terjadi kompresi bebas ?
Agar proses menjadi reversibel kita harus dapat menggerakkan sistem
kembali ke keadaan setimbang yang sama dengan langkah/urutan terbalik
Berdasarkan hk II Termodinamika tersebut, maka proses bersifat reversibel,
bila :
1. Tidak ada energi mekanik yang hilang karena gesekan
2. Tidak ada hantaran panas karena perbedaan temperatur
3. Proses harus kuasi-statik agar sistem selalu dalam keadaan setimbang
(dekat dengan keadaan setimbang)
Ada suatu fungsi termodinamika yang menyatakan ukuran
KETIDAKTERATURAN SISTEM dinamakan ENTROPI (S)
Entropi (S) adalah sebuah keadaan sistem (seperti halnya tekanan p, volume V,
temperatur T dan energi dalam U)
Dalam hal ini perubahan enropilah yang penting (seperti nya pada energi
dalam, U)
Sistem yang komponenya tersusun seperti susunan kristal padat
memiliki ketidakteraturan yang kecil atau entropi rendah. Sistem yang
20
komponennya tersusun seperti susunan gas memiliki ketidakteraturan besar
atau entropi tinggi.
Perubahan Entropi ( t sebuah sistem bila berubahdari satu keadaan
ke keadaan lain dinyatakan dengan :
ࡽ ࢘
( tt
Ket :
Rev: reversibel
S: entropi
DS: perubahan entropi
dQ: Perubahan panas
T: Temperatur
Perubahan entropi pada proses reversibel Menghitung ∆S (Sistem)
pada proses reversibel (I dan f keadaan keseimbangan). Kita akan menghitung
perubahan entropi ∆S sistem ideal pada proses reversibel isotermal, isokhorik,
isobarik maupun adiabatik, dan menggambarkan proses-proses itu pada
diagram T-S
1. Proses adiabatic
Kalau proses beresifat reversibel : dQ=TdS. Karena adiabatik :
dQ=0, maka S=Tetap. dS=0 ; dS = ∆S = 0 ∫ atau Pada diagram T-S,
proses adibatik reversibel (atau proses isentrop) tampak sebagai
garis lurus vertikal.
2. Proses isotermal reversible
Jelaslah bahwa proses isotermal reversibilitas pada diagram T-S
tergambar oleh garis lurus mendatar Adapun perubahan entropi
21
diperoleh dari rumus (9-5) atau rumus (9-6) :
3. Proses Reversibel
22
5. Perubahan entropi pada RK
Dengan mengingat sifat RK, bahwa kalor yang keluar maupun
masuk RK tidak berlangsung secara isotermal, yakni terjadi pada
suhu RK tersebut. Akan tetapi P dan V RK juga tidak berubah,
maka keadaan keseimbangannya tidak pernah terganggu, hingga
proses itu selalu bersifat reversibel.
23
2.8 Perubahan Entropi untuk Pencampuran Isotherm
24
jika keadaan awal dinyatakan dengan (T0,V0,S0) dan keadaan akhir dinyatakan
dengan (T,V,S), maka integrasi menghasilkan :
25
Jika entropi dinyatakan sebagai fungsi T dan p atau S = f(T,p), fungsi inidapat kita
peroleh dengan cara yang sama seperti di atas, dengan mengingat bahwa hukum I
untuk gas ideal yang menjalani proses infinit reversible adalah :T ds = cp dT – V dp,
apabila cp konstan maka akan diperoleh persamaan :
S = ln (Tcp pcv-cp) + konstan
Hasil ini dapat juga diperoleh dengan menggantikan V dengan p melalui persamaan
keadaan gas ideal, dalam persamaan. Selanjutnya, S = f(p,V) dapat diperoleh dengan
menggantikan T dengan pdalam persamaan atau mengganti T dengan V dalam
persamaan. Adapun hasilnya
S = ln (Tcp pcv-cp) + konstan
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Termokimia merupakan materi dasar yang wajib untuk dipelajari dan
dipahami secara mendalam. Materi yang secara umum mencakup entalpi,
hukum Hess, energi ikatan, dan energi dalam merupakan materi-materi dasar
dalam pelajaran kimia yang berguna untuk mempelajari materi selanjutnya.
Dalam makalah ini penguraian materi dilakukan secara lengkap agar pembaca
lebih memahaminya.
3.2 Saran
Saran dari penulis agar pembaca menguasai materi ini dengan baik,
kemudian dilanjutkan dengan latihan soal sesuai materi yang berhubungan
agar semakin menguasai materi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28