Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA FISIKA

KELOMPOK 4
‘TERMOKIMIA”

DISUSUN OLEH :

Andi Apriyanto 1911102415022 Nazwa Fitrah M 1911102415071


Fitri Ana Karanina 1911102415133 Rabiatul Demiati 1911102415054
Irmawati 1911102415048 Rahmadinda U.K 1911102415004
Khusnul Khotimah 1911102415123 Luthfia Mega S.D 1911102415097
Lela Emilia 1911102415033 Selvia 1911102415063
Leniastri Dwi A 1911102415108 Tsaniya Ukhti N 1911102415088
Nasyia Cahya N 1911102415016 Winda Ardiana 1911102415081

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul

“Termokimia” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini dapat disusun dengan baik dan lancar tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu demi satu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh

karena itu segala saran dan kritik demi kesempurnaan sangat penulis harapkan.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang

membutuhkan dalam peningkatan wawasan termokimia

Samarinda, 25 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................….....2

DAFTAR ISI................................................................................................….........3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................….......... .4

1.1 Latar Belakang............................................................................….................4

1.2 Tujuan.....................................................................................…......................5

1.3 Metode Penulisan.................................................................…....................….5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................….....................…..6

2.1 Konsep Dasar...........................................................................................….....6


2.2 Hubungan Temperatur Pada Panas Reaksi............................................….…...9
2.3 Hukum dalam termokimia..........................................................................….10
2.4 Pembentukan dan Pembakaran Panas............................................................12
2.5 Entalpi ikatan dan energi ikatan.....................................................................15
2.6 Panas Netralisir dan Panas Pelarutan.............................................................16
2.7 Entropi( ) untuk Berbagai proses Reversible dan Contohnya....................20
2.8 Perubahan Entropi untuk Pencampuran Isotherm..........................................23
2.9 Keadaan Standar untuk entropi gas ideal.......................................................24

BAB III PENUTUP...............................................................................................…26

3.1 Kesimpulan...................................................................................................26

3.2 Saran........................................................................................................…..26

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu aplikasi Hukum Pertama Termodinamika dalam bidang


kimia adalah termokimia, yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai
perubahan fisik atau reaksi kimia. Oleh karenanya, termokimia sangat penting
untuk dipelajari. Termokimia merupakan salah satu materi dasar dalam kimia
yang harus dikuasai.
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi
panas dan energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi
yang dikandung setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung
dalam suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi
potensial kimia yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau
entalpi dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan
entalpi hasil pada suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan
entalpi reaksi diberi simbol ΔH.
Makalah ini membahas tentang konsep dasar dari termokimia yang
akan disajikan pada bagian awal dari isi makalah. Hal ini dikarenakan untuk
memahami suatu materi, akan lebih baik jika mengetahui konsep dasar
terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pada bagian inti materi yang tentunya
berhubungan dengan termokimia.
Bagian inti dari makalah ini ialah persamaan termokimia, entalpi,
hukum Hess, hubungan energi dalam dan entalpi, entalpi ikatan dan energi
ikatan, menentukan entalpi reaksi pada berbagai suhu. Maka dari itu, saya
berusaha untuk membuat materi termokimia dalam makalah ini dengan
lengkap agar mudah dipahami.

4
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika
terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia.
1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari konsep dasar termokimia
2. Untuk mempelajari materi-materi yang terkait dengan termokimia
3. Memahami tentang termokimia lebih mendalam
1.3 Metode Penulisan

Dalam menulis makalah ini, kami memperoleh kajian materi dari


beberapa sumber, yaitu studi literatur dari buku-buku yang terkait dengan
topik dan berbagai artikel dari internet

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
Termokimia adalah ilmu yang memperlajari perubahan-perubahan energi
yang disertai suatu proses fisika dan kimia. Pelajaran ini mencakup dua
sasaran yaitu, penentuan kalor reaksi dalam termokimia dan penentuan arah
suatu proses serta sifat-sifat sistem dalam kesetimbangan. (Tim Kimia
Dasar,2015)
Hampir dalam setiap reaksi kimia selalu terjadi penyerapan dan pelepasan
energi. Kita mengetahui bahwa salah satu bentuk energi yang dapat
dipertukarkan antara sistem dengan lingkungan adalah kalor atau panas. (Tim
Kimia Dasar,2015)
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi
yang terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena kalor reaksi adalah suatu
bentuk energi dan sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap,
maka kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan entalpi ( H). (Brady,1999)
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan,
perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-
langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain,
hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi,
bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya hal ini
menyebabkan perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan
untuk mencapainya. Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi
dapat dihitung sekalipun tidak diukur secara langsung. Caranya adalah dengan
melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang
perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi yang perubahan
entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian

6
rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang
kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan sutu
angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu
dibalik maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi –ΔH).
(Johari, 2006)
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika
terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia.Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang
menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan
kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan.
Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia
menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.(Anonim,2012)
Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik
membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah
diketahui bahwa energi di alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain
energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi
gelombang elektromagnetic, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain. Energi
dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil
rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak
dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi
dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan.
Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.
(Anonim,2012)
Suatu sistem termodinamika adalah suatu masa atau daerah yang
dipilih untuk dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut
sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas
sistem (boundary), aplikasinya batas sistem merupakan bagian dari sistem
maupu lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi atau

7
bergerak.Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia
merupakan bahan kajian dari termokimia. Hukum I Termodinamika
menyatakan:“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah
konstan.” (Anonim,2012)
Reaksi kimia berlangsung disertai perubahan energi berupa penyerapan
atau pelepasan kalor (panas). Reaksi kimia yang melibatkan penyerapan kalor
disebut reaksi endoterm, sedangkan reaksi kimia yang melibatkan pelepasan
kalor disebut reaksi eksoterm.(Anonim,2012)
2.1.2 Panas Reaksi

Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi produk


dan reaktan pada voleme konstan ( ) atau pada tekanan konstan ( ).
Sebagai contoh adalah reaksi :
Reaktan (T) Produk (T)
t (produk) – (reaktan)

Pada temperatur konstan dan volume konstan, sedangkan


t (produk) – (reaktan)

Pada temperatur konstan dan tekanan konstan. (SK. Dogra dan S.


Dogra,2008)
Satuan SI untuk E atau adalah Joule, yaitu satuan energi, tetapi
satuan umum yang lain adalah kalori. Umumnya harga atau untuk
tiap reaktan atau produk dinyatakan sebagai Joule mol-1(J/mol) atau
(kJ/mol) pada temperatur konstan tertentu, biasanya 298 K. Jika
⿏ positif, reaksi dikatakan “endotermis” dan jika
⿏ negatif, reaksi dikatakan “eksotermis”. (SK. Dogra dan S.
Dogra,2008)

8
2.2 Hubungan Temperatur Pada Panas Reaksi

Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas,
sebab itu lebih tepat bila istilahnya disebut panas reaksi.
Kebanyakan, reaksi kimia tidaklah tertutup dari dunia luar. Bila temperatur
dari campuran reaksi naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang
bersangkutan turun, maka disebut sebagai reaksi eksoterm. Namun bila pada
pada suatu reaksi temperatur dari campuran turun dan energi potensial dari
zat-zat yang ikut dalam reaksi naik, maka disebut sebagai reaksi endoterm.
Ada beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah
sistem terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada
juga sistim tertutup, dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas
dan kerja saja. Sementara, perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan
dimana sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada panas yang dapat
mengalir. Kemudian, ada pula perubahan yang terjadi pada temperature tetap,
yang dinamakan perubahan isotermik. Pada perubahan suhu, ditandai dengan
∆t (t menunjukkan temperatur), dihitung dengan cara mengurangi temperatur
akhir dengan temperatur mula-mula.
∆t = takhir – tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial;
∆(E.P) = (E.P)akhir – (E.P)mula-mula
Dari definisi ini didapat suatu kesepakatan dalam tanda aljabar untuk
perubahan eksoterm dan endoterm. Dalam perubahan eksotermik, energi
potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi potensial pereaksi, berarti
EPakhir lebih rendah dari EPmula-mula. Sehingga harga ∆(E.P) mempunyai
harga negatif. Pada reaksi endoterm, terjadi kebalikannya sehingga harga
∆(E.P) adalah positif.
Pada suatu reaksi, reaksi pembentukannya didefinisikan sebagai reaksi
yang membentuk senyawa tunggal dari unsur-unsur penyusunnya

9
contoh: C + ½O2 + 2H2 → CH3OH
Sementara panas pembentukannya didasarkan pada 1 mol senyawa
terbentuk. Panas pembentukan standar yaitu 298.15 K (∆H°f298).
Panas standar adalah pada 25°C, seperti contoh reaksi
4HCl(g) → 2H2(g) + 2Cl2(g) ∆H°298 = (4)(92307)
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g) ∆H°298 = (2)(-241818)
Sementara, panas reaksi pada temperatur tidak standar
DHOT = DH0298 + òT298 D Cp dT
Dapat disimpulkan bahwa kalor reaksi (∆H) adalah kalor yang diserap
(diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan) dalam reaksi, disebut juga
perubahan entalpi. Pada beberapa reaksi kimia jumlah kalor reaksi dapat
diukur melalui suatu percobaan di dalam laboratorium. Pengukuran kalor
reaksi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
kalorimeter. Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kalor yang diberikan atau diambil dalam suatu proses tertentu. Sebuah
termometer sederhana terdiri dari bejana terisolasi, alat pengaduk, dan
termometer.
2.3 Hukum dalam termokimia

Dalam mempelajari reaksi kimia dan energi kita perlu memahami


hukum- hukum yang mendasari tentang perubahan dan energi. Hukum
kekekalan energi Dalam perubahan kimia atau fisika energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke
bentu lainnya. Hukum ini merupakan hukum termodinamika pertama dan
menjadi dasar pengembangan hukum tentang energi selanjutnya, seperti
konversi energi. Hukum Laplace Hukum ini diajukan oleh Marquis de
Laplace dan dia menyatakan bahwa jumlah kalor yang dilepaskan dalam
pembentukan sebuah senyawa dari unsur- unsurnya sama dengan jumlah kalor
yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa tersebut menjadi unsur-

10
unsurnya. Panjabaran dari hukum ini untuk entalphi reaksi ΔH dan kalor
reaksi;
C + O2 → CO2 ΔH = -94 Kkal CO2 → C + O2 ΔH = +94 Kkal
Sedangkan untuk kalor reaksi, C + O2 → CO2 -94 Kkal CO2 → C + O2 +94
Kkal Untuk reaksi pertama, unsur C bereaksi dengan gas oksigen
menghasilkan karbondioksida dan kalor sebesar 94 Kkal. Sedangkan reaksi
kedua karbondioksida terurai menjadi unsur C dan gas oksigen dengan
membutuhkan kalor sebesar 94 Kkal. Dari sisi tanda, tampak jelas perbedaan
antara entalphi reaksi dengan kalor reaksi, jika entalphi bernilai positif maka
kalor reaksi bernilai negatif, demikian pula sebaliknya jika entalphi negatif
maka kalor reaksi positif. Hukum Hess Hukum ini diajukan oleh Germain
Hess, dia menyatakan bahwa entalphi reaksi (ΔH) hanya tergantung pada
keadaan awal reaksi dan hasil reaksi dan tidak bergantung pada jalannya
reaksi. Jika suatu reaksi merupakan penjumlahan aljabar dari dua atau lebih
reaksi, maka perubahan entalphi (ΔH) atau kalor reaksinya juga merupakan
penjumlahan aljabar dari (ΔH) yang menyertai reaksi.
2.3.1 Hukum Hess
Hukum ini dikemukakan oleh German Hess pada tahun 1840,
yang berbunyi:
“Bila suatu perubahan kimia dapat dibuat menjadi beberapa jalan/cara
yang berbeda, jumlah perubahan energi panas keselurahannya (total)
adalah tetap, tidak bergantung pada jalan/cara yang ditempuh.”

11
Menurut hukum Hess, suatu reaksi dapat terjadi melalui
beberapa tahap dan tidak akan mempengaruhi entalpi reaksi.
Perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan
akhir sistem
2.4 Pembentukan dan Pembakaran Panas
2.4.1 Entalpi
Entalpi dengan lambang H adalah sifat ekstensif zat yang dapat
digunakan untuk mendapatkan panas yang diserap atau dilepaskan
dalam reaksi kimia. Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung pada
jumlah zat. Contoh lain dari sifat ekstensif adalah massa dan volume.
Entalpi merupakan fungsi keadaan, fungsi keadaan adalah milik dari
sebuah sistem yang hanya bergantung pada keadaannya yang sekarang,
yang ditentukan oleh variabel seperti suhu dan tekanan. Ini berarti
bahwa perubahan enthalpi tidak tergantung pada bagaimana perubahan
dilakukan oleh sistem, tetapi hanya pada keadaan awal dan terakhir
dari sistem (Ebbing and Steven, 2011).
Perubahan energi internal tidak sama dengan energi yang
dipindahkan sebagai panas, ketika sistem ini bebas untuk mengubah
volume. Keadaan seperti ini energi 6 panas diberikan pada sistem,
kemudian dikembalikan ke lingkungan sebagai ekspansi kerja,
sehingga dU kurang dari dq. Energi yang diberikan sebagai panas pada
tekanan konstan sama dengan perubahan sifat termodinamika pada
sistem, yaitu entalpi yang definisinya:
H U  pV
dimana p adalah tekanan dari sistem dan V adalah volume.
Karena U, p, dan V adalah semua fungsi keadaan, maka entalpi juga
merupakan fungsi keadaan (Atkins, 2006). Perubahan entalpi untuk
reaksi pada suhu tertentu dan tekanan tetap diperoleh dengan

12
mengurangi entalpi reaktan dari entalpi produk, dengan simbol Δ
(berarti "perubahan") (Ebbing and Steven, 2011). Entalpi, ∆H, setiap
keadaan awal dan keadaan akhir tidak tergantung pada jalannya reaksi.
Entalpi, ∆H, sama dengan energi yang diberikan sebagai panas pada
tekanan konstan (sistem tidak melakukan kerja). Perubahan yang
terukur adalah:
H  dq (Atkins, 2006).
Reaksi kimia yang disertai oleh pelepasan panas disebut
sebagai reaksi eksotermik dan jika disertai dengan penyerapan panas
disebut sebagai reaksi endoterm. Jumlah panas yang dilepas atau
diserap selama reaksi kimia disebut entalpi reaksi. Setiap sistem
mengalami perubahan keadaan atau reaksi kimia, maka terjadi
perubahan entalpi, ∆H. Sistem kimia memiliki dua reaktan yaitu
reaktan A dan B dalam keadaan awal, kemudian mengalami reaksi
kimia pada suhu dan tekanan tetap, sehingga membentuk produk C
dan D (Raj, 2004).
2.4.2 Perubahan entalpi standar (∆H˚)
Entalpi reaksi standar pada suhu tertentu adalah reaksi entalpi
di mana reaktan dan produk dalam keadaan standar ( Kondepudi,
2008). Keadaan standar digunakan untuk membandingkan entalpi
reaksi dari zat yang berbeda. Sebuah keadaan standar cocok untuk zat
adalah keadaan yang paling stabil pada tekanan 1 atmosfer (atm) dan
suhu tertentu biasanya pada suhu 25oC. Entalpi standar reaksi pada
suhu T dan tekanan 1 atm dinotasikan dengan ΔHo (T) dan semua zat
dalam reaksi berada dalam keadaan standar (Raj, 2004). Jenis entalpi
yang diberikan berbeda-beda tergantung pada jenis reaksi. Beberapa
jenis perubahan entalpi antara lain entalpi pembentukan, entalpi
pembakaran, dan entalpi netralisasi.

13
2.4.3 Entalpi Pembentukan ( o f )
Entalpi pembentukan senyawa pada suhu tertentu dapat
didefinisikan sebagai perubahan entalpi ketika salah satu mol senyawa
(keadaan standar) dibentuk dari unsur-unsurnya (dalam keadaan
standar) dengan lambang o   f . Keadaan standar dari zat apapun
diambil sebagai keadaan aslinya pada 298K dan keadaan 1 tekanan
atmosfer. Perhatikan reaksi persamaan 2.5 dan 2.6:

Cgrafit + O2⟶ CO2   f  393,5 kJ

Cgrafit 2H2CH4   f  74,8 kJ

Senyawa dengan entalpi pembentukan negatif disebut senyawa


eksotermik sedangkan senyawa dengan entalpi pembentukan positif
dikenal sebagai senyawa endoterm. Pembentukan air merupakan
reaksi eksotermik sedangkan pembentukan hidrogen iodida merupakan
reaksi endotermik.
2.4.4 Entalpi Pembakaran
Entalpi pembakaran zat pada suhu tertentu dapat didefinisikan
sebagai perubahan entalpi yang menyertai pembakaran sempurna satu
mol zat bereaksi sempurna dengan oksigen yang terjadi pada suhu
298K dan tekanan atmosfer 1 atm. Kata "pembakaran sempurna"
dalam definisi di atas harus ditekankan karena ada kemungkinan pada
pembakaran suatu senyawa menghasilkan baik CO atau CO2.
Pembakaran dilakukan dalam kelebihan oksigen atau udara dalam
menghasilkan karbon dioksida dan air sebagai produk akhir.

14
2.4.5 Entalpi netralisasi
Entalpi netralisasi asam pada suhu tertentu dapat didefinisikan
sebagai perubahan entalpi yang menyertai netralisasi satu gram basa
dengan asam dalam larutan encer pada suhu tersebut (Raj, 2004).
Contohnya, dalam netralisasi satu gram asam kuat HCl dengan basa
kuat NaOH atau satu gram NaOH dan HCl setara

2.5 Entalpi ikatan dan energi ikatan


Entalpi ikatan ialah kalor yang menyertai disosiasi dari suatu molekul
gas menjadi unsur-unsurnya. Misalkan gas O2 terdisosiasi menjadi atom-atom
oksigen pada keadaan standar.

Entalpi
t댳 댳 댳䁡 ikatan
molekul
oksigen

Semua spesies dianggap sebagai gas ideal, sehingga dapat digunakan


hubungan :
t ި th
Jika ∆U dikoreksi terhadap nol K, maka didapat energi ikatan. Untuk
mengoreksinya digunakan persamaan :

t h

15
Sehingga, diperoleh energi ikatan (∆U0) , sebagai berikut :

t ި h

2.6 Panas Netralisir dan Panas Pelarutan

2.6.1 Panas Netralisasi


Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1
mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau
sebaliknya. Kalorimeter merupakan alat yang di gunakan untuk
mengukur perubahan panas. Hal ini karena calorimeter mengisap
panas, sehingga tidak semua panas terukur. Kalorimeter yang di
gunakan dalam keadaan sederhana adalah calorimeter adiabatik. Di
laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti dan secara
sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam
atau keluar dari sistem (Atkins, 1999).
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reaksi
dapat diukur secara eksperimen.Dikenal beberapa macam kalor reaksi
bergantung pada tipe reaksinya. Diantaranya adalah kalor netralisasi,
kalor pembentukan, kalor penguraian, dan kalor pembakaran. Pada
volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut merupakan
perubahan energi dalam, sedangkan pada tekanan tetap adalah
perubahan entalpi.eksperimen dilaboratorium lebih banyak dilakukan
pada tekanan tetap, sehingga kalor yang dihasilkannya merupakan
perubahan entalpi. Pada tekanan tetap hukum pertama untuk suatu
transformasi calorimeter :
H=Q P=O

16
Perubahan panas dalam keadaan ini dapat dinyatakan :
K(T1) + R(T1) K(T2) + R(T2), P= konstan
Dimana :
K = Kalorimeter
R = Reaktan
P = Produk (hasil reaksi)
Karena sistem terisolasi , temperature akhir T2 berbeda dengan
temperatur T1. Kedua temperatur diukur seteliti mungkin dengan
thermometer yang peka. Perubahan kenyataan di nyatakan dalam
dalam dua step, yaitu :
1. R(T1 ) P(T1) H1
2. K (T1) + R(T1) K(T2) + R(T2) H2
H = 0, maka H1 + H2 = 0 H1 = H2
Langkah kedua adalah sederhana suatu perubah temperatur dari
kalorimeter dan hasil reaksi :
H2 = [Cp(K) + Cp(P) dT
Dan kita peroleh pada T1
H1 = -[Cp(K) +Cp(P) dT
Jika kapasitas panas kalorimeter dan hasil reaksi di ketahui, panas
reaksi T1 dapat dihitung dari pengukuran temperatur T1 dan T2.
Dalam larutan encer dari asam kuat dan basa kuat dapat terionisasi
sempurna menjadi ion-ionya. Begitu juga garam yang berasal dari
asam kuat dan basa kuat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionya
dalam larutan. Reaksi asam kuat dengan basa kuat disebut reaksi.
Netralisasi yang dapat ditulis sebagai berikut :
H- + OH- ⟶ H2O
Panas yang terjadi tidak tergantung sifat dari anion asamnya
dan kation basanya. Jika asam atau basanya tidak terionisasi sempurna,

17
sebagai contoh : asam asetat terionisasi sebagian dalam larutan dan
ternetralisasi oleh natrium hidroksida yang reaksinya sebagai berikut :
CH3COOH + OH ⟶ CH3COO- + H2O
Mekanismenya berlangsung dua tingkat reaksi yaitu :
CH3COOH ⟶ CH3OO- + H-
H- + OH- ⟶ H2O
Panas netralisasi pada reaksi ini merupakan panas penggabungan ion
H-dan ion OH- melepaskan energi yang harus digunakan pada
disosiasi molekul asam asetat yang tidak terionisasi dapat di tentukan
dengan kalorimeter (Bird, 1993).
2.6.2 Panas Pelarutan
Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi
yang terjadi bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu
larutan pada temperatur tetap dan tekanan 1 atm. Panas pelarutan
adalah perubahan entalpi satu mol zat yang dilarutkan dalam n mol
solvent pada tekanan dan suhu tetap yang disertai dengan penyerapan
atau pembebasan kalor. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan kimia
baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan,
terkadang akan terjadi perubahan energi. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh
lebih kecil daripada gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas
pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada panas reaksi.
 Panas Pelarutan Integral dan Differensial

Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila
satu mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent untuk
mencapai konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial
adalah panas yang menyertai pada penambahan satu mol solute ke

18
dalam sejumlah larutan dengan konsentrasi tertentu, sampai
penambahan solute tersebut tidak mempengaruhi konsentrasi larutan.
Panas pelarutan differensial tidak dapat ditentukan secara langsung,
tetapi secara tidak langsung dari panas pelarutan dapat ditulis dengan
persamaan (1).

t h (1)

Dimana d(∆H) = ∆Hs, adalah perubahan entalpi untuk larutan n2 mol


dalam n mol solvent. Pada T, P, dan n tetap, perubahan n2 dianggap 0,
karena n berbanding lurus terhadap konsentrasi m (molal). Pada T dan
P tetap, penambahan mol solute dalam larutan dengan konsentrasi m
molal menimbulkan entalpi sebesar d(m.∆Hs) dan panas pelarutan
differensial dapat dinyatakan dengan persamaan (2).

h t h (2)

 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Tetapan kalorimeter adalah banyak kalor yang diperlukan untuk


menaikkan suhu kalorimeter beserta isinya sebesar 1oC. Salah satu cara
kalibrasi yang dapat dilakukan adalah dengan memasukan sejumlah
solute tertentu yang telah diketahui panas pelarutannya ke dalam
kalorimeter yang telah diisi solvent, lalu perubahan suhu yang terjadi
dicatat. Berdasarkan Asas Black, tetapan kalorimeter dapat dinyatakan
dalam persamaan (3) atau (4).
m.∆H = C.∆T (3)
t h
(4)

Keterangan ; C = tetapan kalorimeter


m = jumlah mol solute
∆H = panas pelarutan
∆T = perubahan suhu yang terjadi

19
2.7 Entropi( ) untuk Berbagai proses Reversible dan Contohnya
Entropi pertama kali dicetuskan oleh Rudolf Clausius pada tahun 1865,
berasal dari bahasa Yunani entropia (en: masuk dan trope: mengubah,
mengonversi)
konversi energi mekanik menjadi gesekan dapat terjadi secara spontan,
mungkinkah mengubah energi panas menjadi energi mekanik tanpa
menimbulkan efek lain ? Hantaran panas dari benda panas ke benda dingin
secara spontan, mungkinkah terjadi proses sebaliknya tanpa efek lain ?
Terjadinya ekpansi bebas (pada dua ruangan dengan beda tekanan), gas pada
ruangan bertekanan tinggi berekspansi bebas ke ruang yang hampa, dapatkah
terjadi sebaliknya, dapatkah terjadi kompresi bebas ?
Agar proses menjadi reversibel kita harus dapat menggerakkan sistem
kembali ke keadaan setimbang yang sama dengan langkah/urutan terbalik
Berdasarkan hk II Termodinamika tersebut, maka proses bersifat reversibel,
bila :
1. Tidak ada energi mekanik yang hilang karena gesekan
2. Tidak ada hantaran panas karena perbedaan temperatur
3. Proses harus kuasi-statik agar sistem selalu dalam keadaan setimbang
(dekat dengan keadaan setimbang)
Ada suatu fungsi termodinamika yang menyatakan ukuran
KETIDAKTERATURAN SISTEM dinamakan ENTROPI (S)
Entropi (S) adalah sebuah keadaan sistem (seperti halnya tekanan p, volume V,
temperatur T dan energi dalam U)
Dalam hal ini perubahan enropilah yang penting (seperti nya pada energi
dalam, U)
Sistem yang komponenya tersusun seperti susunan kristal padat
memiliki ketidakteraturan yang kecil atau entropi rendah. Sistem yang

20
komponennya tersusun seperti susunan gas memiliki ketidakteraturan besar
atau entropi tinggi.
Perubahan Entropi ( t sebuah sistem bila berubahdari satu keadaan
ke keadaan lain dinyatakan dengan :
ࡽ ࢘
( tt

Ket :
Rev: reversibel
S: entropi
DS: perubahan entropi
dQ: Perubahan panas
T: Temperatur
Perubahan entropi pada proses reversibel Menghitung ∆S (Sistem)
pada proses reversibel (I dan f keadaan keseimbangan). Kita akan menghitung
perubahan entropi ∆S sistem ideal pada proses reversibel isotermal, isokhorik,
isobarik maupun adiabatik, dan menggambarkan proses-proses itu pada
diagram T-S

1. Proses adiabatic
Kalau proses beresifat reversibel : dQ=TdS. Karena adiabatik :
dQ=0, maka S=Tetap. dS=0 ; dS = ∆S = 0 ∫ atau Pada diagram T-S,
proses adibatik reversibel (atau proses isentrop) tampak sebagai
garis lurus vertikal.
2. Proses isotermal reversible
Jelaslah bahwa proses isotermal reversibilitas pada diagram T-S
tergambar oleh garis lurus mendatar Adapun perubahan entropi

21
diperoleh dari rumus (9-5) atau rumus (9-6) :

3. Proses Reversibel

4. Proses isobarik reversible

22
5. Perubahan entropi pada RK
Dengan mengingat sifat RK, bahwa kalor yang keluar maupun
masuk RK tidak berlangsung secara isotermal, yakni terjadi pada
suhu RK tersebut. Akan tetapi P dan V RK juga tidak berubah,
maka keadaan keseimbangannya tidak pernah terganggu, hingga
proses itu selalu bersifat reversibel.

6. Perubahan entropi sistem pada perubahan fase


Perubahan fase adalah proses isotermal; ia terjadi pada suhu
transisi, selain T yang tidak berubah, biasanya ada lagi satu
kordinat yang tidak berubah, biasanya tekanan (perubahan fase
pada udara luar). Perubahan entropi yang diderita sistem dihitung
dari rumus :

23
2.8 Perubahan Entropi untuk Pencampuran Isotherm

Kerja dapat dikonversikan seluruhnya dan secara terus menerus


menjadi termal. Sebaliknya termal tidak dapat secara keseluruhan dan terus
menerus menjadi kerja. Dengan kata lain termal tidak seluruhnya tersedia
untuk melakukan kerja secara terus menerus yaitu dalam siklus. Bagian termal
yang tak dapat dikonversikan menjadi kerja disebut energi tak tersedia. Harus
dibuang sebagai termal berderajat rendah setelah melakukan kerja. Jadi
walaupun jumlah energinya tetap, ketersediaannya tidak.
2.9 Keadaan Standar untuk entropi gas ideal
Hukum II termodinamika dalam konsep entropi mengatakan,
“Sebuah proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan
berakhir didalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam
arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin
besar”. Itu artinya semakin setimbang suatu keadaan, maka semakin besar
nilai entropinya.Fungsi entropi untuk gas ideal akan dituliskan berturut-turut S
= f(T,V), S= f(T,p), dan S = f(p,V) jika entropi dinyatakan dengan fungsi dari
temperatur danvolume, atau S = f(T,V), menurut hukum II termodinamika

dalam proses reversible berlaku h


t ⿏ th maka persamaan

hukum I dapat ditulis h t p

24
jika keadaan awal dinyatakan dengan (T0,V0,S0) dan keadaan akhir dinyatakan
dengan (T,V,S), maka integrasi menghasilkan :

25
Jika entropi dinyatakan sebagai fungsi T dan p atau S = f(T,p), fungsi inidapat kita
peroleh dengan cara yang sama seperti di atas, dengan mengingat bahwa hukum I
untuk gas ideal yang menjalani proses infinit reversible adalah :T ds = cp dT – V dp,
apabila cp konstan maka akan diperoleh persamaan :
S = ln (Tcp pcv-cp) + konstan

Hasil ini dapat juga diperoleh dengan menggantikan V dengan p melalui persamaan
keadaan gas ideal, dalam persamaan. Selanjutnya, S = f(p,V) dapat diperoleh dengan
menggantikan T dengan pdalam persamaan atau mengganti T dengan V dalam
persamaan. Adapun hasilnya
S = ln (Tcp pcv-cp) + konstan

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Termokimia merupakan materi dasar yang wajib untuk dipelajari dan
dipahami secara mendalam. Materi yang secara umum mencakup entalpi,
hukum Hess, energi ikatan, dan energi dalam merupakan materi-materi dasar
dalam pelajaran kimia yang berguna untuk mempelajari materi selanjutnya.
Dalam makalah ini penguraian materi dilakukan secara lengkap agar pembaca
lebih memahaminya.

3.2 Saran
Saran dari penulis agar pembaca menguasai materi ini dengan baik,
kemudian dilanjutkan dengan latihan soal sesuai materi yang berhubungan
agar semakin menguasai materi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, (1999). Kimia Fisika Jilid 2. Erlangga. Jakarta.


Bird, (1993). Kimia Fisik. Erlangga. Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Azas & Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.

Dogra, S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: Universitas Indonesi.

Ijang Rohman, Sri Mulyani. 2000. Kimia Fisika I. Yogyakarta: JICA.

Anonim.2012.Termokimia dan Entalpi


Daniel, F.. 1962. Experimental Physical Chemistry 6th ed. International Student
edition. Mc Graw Hill Book Co. Inc New York. Kogakusha Co. Ltd. Tokyo.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif edisi 4
diterjemahkan Drs. R. Gendon. Erlangga. Jakarta
Dogra S.K. dan . Dogra.2008.Kimia Fisik dan Soal-Soal.UI-Press.Jakarta

Rapi,Ni Ketut. 2099.Buku Ajar Termodinamika. Singaraja : FMIPAUNDIKSHA

28

Anda mungkin juga menyukai