Anda di halaman 1dari 12

JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No.

1, April 2016

UJI EFEKTIVITAS HERBISIDA BERBASIS GLYPOSATE DAN PENAMBAHAN ASAM


ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA DI KEBUN KARET

Rizal Gilang Prasetia1, Abdul Mu’in2, Herry Wirianata2


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian INSTIPER
2
Dosen Fakultas Pertanian INSTIPER

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas glifosat dengan campuran
asam asetat (CH3COOH) untuk mengendalikan gulma pada perkebunan karet. Penelitian dilakukan
pada awal maret 2015 selama dua bulan di kebun pendidikan dan penelitian (KP2) Ungaran, Institut
Pertanian Stiper Yogyakarta. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
Lengkap dengan 5 perlakuan; Perlakuan mekanis, perlakuan glifosat 100%, perlakuan glifosat 80%
: asam asetat 20%, perlakuan glifosat 60% : asam asetat 40%, perlakuan glifosat 50% : asam asetat
50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian manual tidak menyebabkan perubahan
komunitas gulma, sedang pada pengendalian 100% glifosat berdampak pada terjadinya perubahan
komunitas gulma. Penambahan asam asetat meningkatkan efektifitas kerja herbisida, Pencampuran
glifosat dan asam asetat yang efektif hanya pada konsentasi glifosat 80% : asam asetat 20%.

PENDAHULUAN perkebunan karet Thailand sekitar 2 juta


Subsektor perkebunan memegang hektar dan Malaysia sekitar 1,3 juta hektar.
peranan yang penting dalam program Sayangnya, perkebunan karet yang luas ini
pembangunan, khususnya pembangunan tidak diimbangi dengan produktivitas yang
sektor pertanian. Subsektor ini menjadi memuaskan (Anonim, 2012).
tempat bagi petani dalam menggantungkan Menurut International Rubber Study
hidupnya, sebagai cabang usaha yang Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi
berfungsi menciptakan lapangan kerja, kekurangan pasokan karet alam pada periode
sebagai sumber devisa non migas yang sangat dua dekade ke depan. Hal ini menjadi
diharapkan, dan secara langsung terkait pula kekhawatiran para konsumen, terutama
dalam usaha pelestarian sumber daya alam pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone,
(Setyamidjaja, 1993). Goodyear dan Michellin, sehingga pada tahun
Salah satu komoditas yang sejak 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber
dahulu hingga saat ini memegang peran Eco Project (REP) untuk melakukan studi
seperti tersebut di atas adalah komoditas tentang permintaan dan penawaran karet
karet. Karet merupakan salah satu komoditas sampai dengan tahun 2035.
perkebunan Indonesia yang sudah dikenal dan Hasil studi REP menyatakan bahwa
dibudidayakan dalam kurun waktu yang permintaan karet alam dan sintetik dunia pada
relatif lebih lama dari pada komoditas 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk
perkebunan lainnya industri ban dan non ban, dan 15 juta ton
Di Indonesia karet merupakan salah diantaranya adalah karet alam. Dari studi ini
satu hasil pertanian terkemuka karena banyak diproyeksikan pertumbuhan produksi
menunjang perekonomian negara. Hasil Indonesia akan mencapai 3% per tahun.
devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Pertumbuhan produksi untuk Indonesia dapat
Bahkan, Indonesia pernah menguasai dicapai melalui peremajaan dan pengelolaan
produksi karet dunia dengan mengungguli yang baik (Anonim, 2010).
negara-negara lain dan negara asal tanaman Produktivitas perkebunan karet
karet sendiri di daratan Amerika Selatan Luas nasional saat ini hanya 800 kg per hektar (ha)
lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai dan diharapkan pada 10 tahun mendatang bisa
3 – 3,5 juta hektar, ini merupakan lahan karet naik menjadi 1,6 ton per ha dan Indonesia
yang terluas di dunia. Sementara luas lahan pada tahun 2020 dapat menjadi produsen
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

karet terbesar di dunia. Untuk meningkatkan tanah, juga keracunan akibat residu herbisida
produksi karet di Indonesia ditemukan pada produk pertanian (Genowati dan
berbagai macam masalah. Salah satunya Suwahyono, 2008).
adalah masalah yang berkaitan degan gulma Menurut Chinery (2002) bahwa di
(Weeds). Masalah gulma timbul pada saat informasikan tentang penggunaan cuka
suatu jenis tumbuhan atau sekelompok makanan sebagai herbisida, namun penelitian
tumbuhan mulai mengganggu aktivitas yang mendukung masih terbatas. Sejak
manusia baik kesehatan maupun laporan tersebut, para ilmuwan mulai meneliti
kesenangannya. Istilah gulma bukanlah istilah daya racun asam asetat sebagai herbisida
yang ilmiah, melainkan istilah yang sederhana organik . Menurut owen (2002) mekanisme
yang sudah merupakan milik masyarakat. asam asetat (CH3COOH) mirip dengan
Masyarakat secara keseluruhan mempunyai paraquat dimana asam asetat dapat
konsepsi yang sangat luas akan apa yang menyebabkan kerusakan pada membran sel
dikenal sebagai gulma atau tumbuhan yang mengakibatkan pengeringan jaringan
pengganggu. Pada mulanya jenis-jenis daun, dan akhirnya kematian pada tumbuhan.
tumbuhan yang dianggap sebagai gulma Paraquat merupakan salah satu herbisida
hanya terbatas pada lahan pertanian, tetapi kontak yang sering digunakan pada
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkebunan di Indonesia. Herbisida berbahan
aktivitasnya memanfaatkan lahan-lahan lain aktif glifosat bersifat sistemik dimana racun
di sekitarnya maka jumlah dan jenisnya menyerang keseluruh bagian tubuh tanaman
meningkat dengan pesat. dan membutuhkan waktu lebih lama untuk
Beberapa metode pengendalian gulma membunuh gulma dibandingkan herbisida
dilakukan secara mekanis, kultur teknis, kontak.
biologis dan khemis. Metode yang paling Sehubungan dengan permasalahan
banyak digunakan adalah metode kimia tersebut, maka perlu dilakukan suatu
dengan menggunakan herbisida. Metode ini penelitian tentang uji efektifitas bioherbisida
lebih praktis dan menguntungkan jika berbasis asam asetat dan herbisida sintetik
dibandingkan dengan metode lainnya, berbahan aktif glifosat pada perkebunan karet.
terutama jika ditinjau dari segi kebutuhan Penelitian ini sebagai langkah awal
tenaga kerja dan waktu pelaksanaan yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma
relatif singkat. dengan mengurangi pemakaian zat kimia
Penggunaan herbisida untuk dengan menggantikan dengan bahan yang
mendukung produktifitas pertanian dunia ramah lingkungan dan mengurangi residu dan
masih dominan (49,6%). Tiga bahan aktif resistensi gulma.
herbisida yang paling luas digunakan adalah
glyphosate (N-phosnomethyl glycine), METODE PENELITIAN
paraquat ( paraquat dichloride) dan 2,4-D Tempat dan Waktu Penelitian
(diclorophenoxyacetic acid). Nilai ekonomi Penelitian ini dilakukan dikebun karet
herbisida pada sektor perkebunan sangat penelitian Instiper KP-2 Ungaran, Waktu
besar, karena mampu mengendalikan gulma penelitian dilakukan pada awal maret selama
secara intensif yang menggunakan tenaga 2 bulan.
kerja minimal. Namun akibat penggunaan Alat dan Bahan
herbisida secara intensif, terus menerus dan 1. Alat yang digunakan adalah Sprayer,
cenderung berlebihan maka dapat APD (Alat Pelindung Diri), Alat
mengakibatkan resistensi beberapa jenis guma pencatat (Notebook, dan Pena),
terhadap herbisida. Penggunaan herbisida Cangkul, Meteran, Tali, Jerigen
sintetis yang terus menerus dan berlebihan 2. Bahan yang digunakan dalam
juga mengakibatkan residu yang mencemari penelitian ini adalah herbisida
lingkungan, keracunan pada organisme non Glyphosate, Asam Asetat 100%
target polusi sumber sumber air, kerusakan
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

(cuka), dan gulma yang terdapat di untuk mengetahui waktu daya bunuh
kebun karet herbisida dan herbisida majemuk
Metode Penelitian 4. Variabel yang diamati meliputi jenis
Penelitian ini merupakan percobaan dan tingkat dominansi gulma
faktor tunggal yang disusun dalam rancangan Summed Dominance Ratio (SDR)
acak kelompok lengkap dengan menggunakan dan persen luas permukaan tanah
5 perlakuan, yaitu : yang ditutupi gulma (% weed
A = Perlakuan Mekanis coverage) dari gulma total.
B = Perlakuan herbisida tunggal 5. Tingkat keseragaman antar petak
Isopropylamina Glyphosate 1458 perlakuan.
g/ha Analisis Vegetasi Gulma
C = Perlakuan herbisida majemuk dengan Pengamatan terhadap gulma dilakukan
Isopropylamina Glyphosate 80 % dengan metode kuadrat yaitu analisis vegetasi
(1166 g/ha) : Asam Asetat 20 % ( dengan pengamatan pada petak contoh yang
292 ml) luasnya diukur dalam satu kuadrat. Adapun
D = Perlakuan herbisida majemuk dengan bentuk petak contoh berupa persegi panjang
Isopropylamina Glyphosate 60 % dengan ukuran 2m x 3m. Pada metode
(874 g/ha) : Asam Asetat 40 % ( kuadrat yang diperoleh berupa parameter
584 ml) kerapatan, frekuensi dominasi. Pengaruh
E = Perlakuan herbisida majemuk dengan terhadap gulma dilakukan sebelum dan setiap
Isopropylamina Glyphosate 50 % minggu setelah aplikasinya.
(729 g/ha) : Asam Asetat 50 % ( Data yang diperoleh hanya kerapatan,
729 ml) frekuensi dan dominasi yang dapat dihitung
Pelaksanaan Penelitian dengan rumus sebagai berikut:
1. Menentukan lokasi yang akan Kerapatan Mutlak (KM) suatu
digunakan untuk penelitian. spesies = jumlah individu suatu
2. Menentukan petak sampel, petak spesies dari seluruh unti sampel.
sampel yang diambil adalah teras dan Kerapatan Nisbi (KN) suatu
piringan. spesies =
3. Mengidentifikasi gulma dengan cara
membandingkan data sebelum
aplikasi dan sesudah aplikasi pada Frekuensi Mutlak (FM) suatu
setiap petak sampel. spesies = jumlah unit sampel
4. Pengamatan dilakukan 4 kali setiap 14 yang terdapat dari spesies
hari setelah aplikasi, dan dilakukan tersebut.
dalam waktu 2 bulan. Frekuensi Nisbi (FN) suatu
5. Mengaplikasikan herbisida sesuai spesies =
dengan konsentrasi perlakuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
6. Cara membuat larutan herbisida. Dari KN dan FN dapat
Pengamatan ditentukan nisbah dominan terjumlah
1. Pengamatan kondisi gulma dengan atau Summed Dominance Ratio
analisis vegetasi sebelum aplikasi (SDR) suatu spesies gulma sebagai
menggunakan metode kudrat dengan berikut :
parameter kerapatan dan frekuensi.
2. Pengamatan kondisi fisik gulma SDR =
setelah aplikasi herbisida dan Berdasarkan SDR tiap gulma maka
herbisida majemuk setiap 14 hari . dapat diketahui urutan prioritas jenis-jenis
3. Pengamatan setelah aplikasi dilakukan gulma dan dapat diketahui kelompok jenis
selama 4 kali dalam waktu 2 bulan.
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

gulma dominan di berbagai tingkatan umur a : Jumlah dari seluruh


tanaman. kuantitas pada komunitas Pertama
Untuk menentukan tingkat b : Jumlah dari seluruh
keseragaman jenis-jenis gulma yang kuantitas pada komunitas Kedua
menyusun vegetasi di suatu kebun digunakan Bila C > 75% seragam
nilai koefisien komunitas gulma dengan Bila C < 75% tidak
rumus. seragam
C=
HASIL DAN ANALISIS
Keterangan: Berdasarkan hasil pengamatan yang
C : Koefisien komunitas diperoleh dari penelitian ini berupa data jenis-
W: Jumlah dari seluruh jenis gulma sebelum dan setelah aplikasi
komunitas terendah glifosat. Adapun gulma tersebut terdiri dari
untuk jenis masing- gulma rumputan dan gulma daun lebar. Untuk
masing komunitas lebih jelasnya dapat dilihat di Tabel 1
Komposisi Gulma Sebelum Aplikasi

Tabel 1. Jenis-jenis gulma sebelum aplikasi pada setiap petak perlakuan


Jenis Gulma Petak Perlakuan
No.
Rumputan mekanis 100 80:20 60:40 50:50
1 Centotheca lappacea 9.31 21.75 16.18 8.17 16.38
2 Cyrtococum patens 47.74 47.24 45.76 52.78 40.00
3 Paspalum conjugatum 15.17 11.42 14.96 26.14 16.37
4 Imperata cylindrica - - 2.70 - -
Daun lebar
4 Clydemia hirta 6.27 5.30 - - 2.86
5 Chromolaena odorata 10.27 5.14 6.03 9.80 13.85
6 Melastoma affine 4.62 4.65 2.70 - 5.27
7 Mucuna bracteata 6.62 4.49 7.08 3.10 5.27
8 Mimosa invisa - - 4.58 - -
Jumlah 100 100 100 100 100
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.

Tabel 1 menunjukkan bahwa semua petak Tingkat keseragaman jenis-jenis


penelitian ditumbuhi jenis gulma dari gulma yang menyusun vegetasi suatu kebun
kelompok rumputan diantaranya Cyrtococum ditentukan dengan nilai koefisien komunitas
patens, Paspalum conjugatum, dan gulma. Keseragaman jenis gulma antar petak
Centotheca lappacea. Selain itu juga tumbuh perlakuan menentukan kelayakan penelitian.
beberapa jenis gulma dari kelompok daun Pada penelitian ini koofisien komunitas
lebar dalam jumlah yang sedikit diantaranya dihitung antar petak perlakuan (lampiran1).
Chromolaena odorata dan Melastoma affine. Untuk mengetahui nilai keseragaman
Tingkat Keseragaman Gulma Sebelum komunitas antar petak perlakuan dapat dilihat
Aplikasi Herbisida pada Tabel 2.
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

Tabel 2. Nilai koefisien komunitas gulma antar petak perlakuan


No Blok perlakuan Koefisien komunitas %
1 mekanis >< 100 87.52
2 mekanis >< 80:20 85.38
3 mekanis >< 60:40 83.99
4 mekanis >< 50:50 87.49
5 100 >< 80:20 85.70
6 100 >< 60:40 75.07
7 100 >< 50:50 84.95
8 80:20 >< 60:40 78.03
9 80:20 >< 50:50 85.14
10 60:40 >< 50:50 77.45
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.

Berdasarkan nilai koefisien komunitas Komposisi Gulma Setelah Aplikasi


gulma antar petak perlakuan menunjukkan Pengamatan gulma dilakukan pada
bahwa jenis-jenis gulma yang menyusun minggu kedua, keempat, keenam dan
vegetasi pada setiap petak penelitian adalah kedelapan setelah aplikasi.
seragam, karena semua nilai koefisien a. Komposisi gulma 2 minggu setelah
komunitas antar petak perlakuan lebih dari aplikasi herbisida.
75%.
Tabel 3. Jenis-jenis gulma 2 minggu setelah aplikasi pada setiap petak perlakuan.
Jenis Gulma Petak Perlakuan
NO
Rumputan mekanis 100 80:20 60:40 50:50
1 Centotheca lappacea 38.21 - - - 55.64
2 Cyrtococum patens 27.50 - - - -
3 Paspalum conjugatum 34.29 68.63 85.16 85.16 44.36
Daun lebar
4 Clidemia.hirta - 22.88 - - -
5 Chromolaena odorata - - 14.84 14.84 -
6 Melastoma affine - 8.50 - -
7 Mucuna bracteata - - - - -
8 Mimosa invisa - - - - -
9 Ageratum conizoidez - - - - -
10 Hevea braziliensis - - - - -
Jumlah 100 100 100 100 100
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

Berdasarkan hasil pengamatan pada petak keracunan dan sebagian lagi telah mati.
perlakuan mekanis dua minggu setelah Gulma yang masih bertahan diantaranya
aplikasi gulma mulai tumbuh kembali. Jenis P.conjugatum dari golongan rumputan dan
gulma yang tumbuh yaitu dari kelompok C.hirta, C.odorata, M.affine dari golongan
rumputan, diantaranya C.lappacea, C.patens daun lebar. Pada petak perlakuan glifosat 50
dan P.conjugatum. Kecepatan tumbuhnya % : asam asetat 50 % golongan gulma daun
kembali gulma pada perlakuan mekanis lebar telah mati total dan sebagian gulma
dikarenakan organ tumbuhan yang tersisa golongan rumputan masih bertahan dan
(stolon) telah tumbuh kembali. Pada petak menunjukkan gejala keracunan diantaranya
perlakuan glifosat 100%, glifosat 80 % : C.lappacea dan P.conjugatum. Berdasarkan
asam asetat 20 %, dan glifosat 60 % : asam perhitungan nilai koefisien komunitas
asetat 40 % beberapa jenis gulma rumputan setelah aplikasi (lampiran2) diperoleh nilai
dan daun lebar masih menunjukkan gejala yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai koefisien komunitas gulma antar petak setelah 2 minggu aplikasi
No Blok perlakuan Koefisien komunitas %
1 mekanis >< 100 34.29
2 mekanis >< 80:20 34.29
3 mekanis >< 60:40 34.29
4 mekanis >< 50:50 72.50
5 100 >< 80:20 83.46
6 100 >< 60:40 68.63
7 100 >< 50:50 44.34
8 80:20 >< 60:40 85.16
9 80:20 >< 50:50 44.36
10 60:40 >< 50:50 44.36
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai seragam. Pada perbandingan petak


koefisien komunitas gulma dua minggu perlakuan 100 >< 80:20 dan 80:20 >< 60:40
setelah aplikasi terjadi perubahan gulma masih menunjukkan keseragaman gulma
penyusun vegetasi. Hal ini dapat dilihat dari penyusun vegetasi.
perubahan tingkat keseragaman gulma b. Komposisi gulma 4 minggu setelah
antara pra alikasi dan dua minggu setelah aplikasi herbisida.
aplikasi dari seragam menjadi tidak
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

Tabel 5. Jenis-jenis gulma 4 minggu setelah aplikasi pada setiap petak perlakuan.
Jenis Gulma Petak Perlakuan
NO
Rumputan mekanis 100 80:20 60:40 50:50
1 Centotheca lappacea 22.38 - - - -
2 Cyrtococum patens 35.71 - - - -
3 Paspalum conjugatum 21.43 - - -
Daun lebar
4 Clydemia hirta - 100 - - -
5 Chromolaena odorata 14.29 - - - -
6 Melastoma affine 3.33 - -
7 Mucuna bracteata - - - - -
8 Mimosa invisa 2.86 - - - -
9 Ageratum conizoidez - - - - -
10 Hevea braziliensis - - - - -
Jumlah 100 100 100 100 100
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.

Pada pengamatan minggu keempat setelah lebih lama dibandingkan rumputan.


setelah aplikasi, petak perlakuan mekanis Sedangkan pada petak perlakuan glifosat 80
ditemukan gulma golongan daun lebar mulai % : asam asetat 20 %, glifosat 60 % : asam
tumbuh kembali diantaranya C.odorata, asetat 40 %, dan glifosat 50 % : asam asetat
M.affine, dan M.invisa, namun gulma 50 % tidak ditemukan gulma yang masih
penyusun masih didominasi gulma golongan hidup. Berdasarkan perhitungan nilai SDR
rumputan diantaranya, C.patens, C.lappacea, pada masing masing perlakuan dapat
dan P.conjugatum. Pada petak perlakuan dipastikan koofisien komunitas tidak
glifosat 100% gulma yang masih bertahan seragam.
hidup yaitu gulma C.hirta dikarenakan gulma c. Komposisi gulma 6 minggu setelah
ini berkayu dan masuknya racun pada aplikasi
jaringan tubuh gulma membutuhkan prases

Tabel 6. Jenis-jenis gulma 6 minggu setelah aplikasi pada setiap petak perlakuan.
Jenis Gulma Petak Perlakuan
NO
Rumputan mekanis 100 80:20 60:40 50:50
1 Centotheca lappacea 20.96 - - - -
2 Cyrtococum patens 37.42 - - - -
3 Paspalum conjugatum 18.79 - - -
Daun lebar
4 Clydemia hirta - - - - -
5 Chromolaena odorata 11.72 - - - -
6 Melastoma affine 4.19 - -
7 Mucuna bracteata 2.72 - - - 26.67
8 Mimosa invisa 4.19 - - - -
9 Ageratum conizoidez - - - 100 73.33
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

10 Hevea braziliensis - - - - -
Jumlah 100 0 0 100 100
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.

Berdasarkan hasil pengamatan pada petak baru yang tumbuh dari golongan daun lebar
perlakuan mekanis enam minggu setelah diantaranya A.conizoidez dan anak karet liar
aplikasi ditemukan gulma baru dari golongan (Hevea braziliensis). Tunasan karet mudah
daun lebar yang tumbuh yaitu M.invisa. tumbuh dikarenakan tidak ada lagi persaingan
Gulma dominan yaitu dari golongan oleh gulma. Permukaan tanah yang
rumputan diantaranya C.patens, C.lappacea, sebelumnya tertutup oleh gulma sekarang
dan P.conjugatum. Sedangkan gulma daun telah terbuka, sehingga memudahkan biji
lebar hanya sebagian kecil. Pada petak karet yang jatuh tumbuh menjadi tunas baru.
perlakuan glifosat 100% dan glifosat 80 % : Berdasarkan perhitungan nilai SDR pada
asam asetat 20 % masih belum ada gulma masing masing perlakuan dapat dipastikan
baru yang tumbuh. Pada petak perlakuan koofisien komunitas tidak seragam.
glifosat 60 % : asam asetat 40 % dan glifosat d. Komposisi gulma 8 minggu setelah aplikasi
50 % : asam asetat 50 % ditemukan gulma

Tabel 7. Jenis-jenis gulma 8 minggu setelah aplikasi pada setiap petak perlakuan.
Jenis Gulma Petak Perlakuan
NO
Rumputan mekanis 100 80:20 60:40 50:50
1 Centotheca lappacea 26.21 - - - -
2 Cyrtococum patens 40.37 - - - -
3 Paspalum conjugatum 15.07 - - -
Daun lebar
4 Clydemia hirta - - - - -
5 Chromolaena odorata 6.43 - - - 9.76
6 Melastoma affine 6.12 - - - -
7 Mucuna bracteata 3.22 20.83 36.67 20.95 38.10
8 Mimosa invisa 2,36 20.83 - - -
9 Ageratum conizoidez - - - 54.29 39.76
10 Hevea braziliensis - 58.33 63.33 24.76 12.38
Jumlah 100 100 100 100 100
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.

Berdasarkan hasil pengamatan pada dengan gulma yang tumbuh pada minggu
petak perlakuan mekanis delapan minggu keenam. Gulma dominan yang tumbuh yaitu
setelah aplikasi tidak ditemukan gulma baru. dari golongan rumputan diantaranya
Gulma penyusun vegetasi masih sama C.patens, C.lappacea, dan P.conjugatum.
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

Pada petak perlakuan glifosat 100% A.conizoidez, dan tunas karet liar
ditemukan tiga jenis gulma baru yang (H.braziliensis). Pada petak perlakuan
tumbuh dari jenis daun lebar diantaranya glifosat 50 % : asam asetat 50 % ditemukan
M.bracteata, M.invisa, tunas H.braziliensis. empat jenis gulma daun lebar yang tumbuh,
Pada petak perlakuan glifosat 80 % : asam diantaranya C.odorata, M.bracteata,
asetat 20 % juga ditemukan gulma golongan A.conizoidez, dan tunas karet liar
daun lebar yang tumbuh yaitu M.bracteata (H.braziliensis). Berdasarkan perhitungan
dan tunas karet liar (H.braziliensis). Pada nilai koefisien komunitas setelah aplikasi
petak perlakuan glifosat 60 % : asam asetat (lampiran5) diperoleh nilai yang disajikan
40 % ditemukan tiga jenis gulma yang pada Tabel 8.
tumbuh, diantaranya M.bracteata,

Tabel 8. Nilai koefisien komunitas gulma antar petak setelah 8 minggu aplikasi.
No Blok perlakuan Koefisien komunitas %
1 mekanis >< 100 5.80
2 mekanis >< 80:20 3.22
3 mekanis >< 60:40 3.22
4 mekanis >< 50:50 9.65
5 100 >< 80:20 20.83
6 100 >< 60:40 75.12
7 100 >< 50:50 60.60
8 80:20 >< 60:40 45.71
9 80:20 >< 50:50 49.05
10 60:40 >< 50:50 73.10
Keterangan :
mekanis = Perlakuan slashing/manual
100 = Perlakuan herbisida tunggal glifosat 100%
80:20 = Perlakuan herbisida glifosat 80 % : adjuvant asam asetat 20 %.
60:40 = Perlakuan herbisida glifosat 60 % : adjuvant asam asetat 40 %.
50:50 = Perlakuan herbisida glifosat 50 % : adjuvant asam asetat 50 %.
gulma sedemikian rupa sehingga tanaman
Berdasarkan nilai koefisien dapat dibudidayakan secara produktif dan
komunitas gulma antar petak perlakuansetelah efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada
aplikasi menunjukkan bahwa jenis-jenis keharusan untuk membunuh gulma secara
gulma yang menyusun vegetasi pada setiap keseluruhan, melainkan cukup menekan
petak penelitian tidak seragam, karena semua pertumbuhan atau mengurangi populasinya
nilai koefisien komunitas antar petak sampai pada tingkat dimana penurunan
perlakuan kurang dari dari 75% kecuali pada produksi yang terjadi tidak berarti atau
perbandingan petak perlakuan 100 >< 60:40 keuntungan yang diperoleh dari penekanan
yang menunjukkan keseragaman gulma gulma sedapat mungkin seimbang dengan
penyusun komunitas. Ini menunjukkan bahwa usaha ataupun biaya yang dikeluarkan.
ada perubahan vegetasi pada setiap petak Dengan kata lain pengendalian gulma
perlakuan. bertujuan hanya menekan populasi gulma
sampai tingkat populasi yang tidak merugikan
PEMBAHASAN secara ekonomi atau tidak melampaui ambang
Pengendalian gulma (control) harus ekonomi (economic thresbold), sehingga tidak
dibedakan dengan pemberantasan menekan populasi gulma sampai nol
(eradication). Pengendalian gulma dapat (Valverde, 2003).
difinisikan sebagai proses membatasi infestasi
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

Asam asetat merupakan salah satu menunnjukkan bahwa penggunaan asam


asam karboksilat paling sederhana, dan asetat sebagai adjuvant herbisida mampu
bersifat korosif terhadap banyak logam seperti meningkatkan efektifitas glifosat untuk
besi, magnesium dan seng. Mekanisme kerja mengndalikan gulma pada perkebunan karet.
dari asam asetat yaitu asam asetat Hasil terbaik konsentrasi adjuvant asam asetat
menyababkan kerusakan pada kutikula yaitu pada konsentrasi asam asetat 20%. Hal
sehingga memacu percepatan penetrasi ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada
herbisida kedalan jaringan daun. Asam asetat setiap minggu setelah aplikasi herbisida. Pada
memiliki pH rendah 2,4, dimana pada ph pengamatan minggu kedua setelah aplikasi,
rendah kerja enzim pada jaringan sel daun perlakuan glifosat 80% : asam asetat 20%
terganggu dan mengakibatkan metabilisme mampu mengendalikan sebagian besar gulma
pada daun terhambat. Sehingga bahan aktif rumputan diantaranya C.lappacea, C.patens,
glifosat masuk pada jaringan daun secara I.cylindrica dan daun lebar diantaranya
langsung. Jadi peran asam asetat yaitu sebagai M.affine, M.invisa, C.odorata. Jika
adjuvant herbisida, dimana asam asetat dibandingkan dengan perlakuan yang lain
memfasilitasi penetrasi herbisida kedalam maka perlakuan asam asetat 20% lebih efektif
jaringan daun dengan optimal. Berdasarkan karena mampu mengendalikan 6 jenis gulma
hasil analisis vegetasi gulma pada setiap petak sedangkan pada perlakuan yang lain hanya
perlakuan sebelum aplikasi herbisida, maka mampu mengendalikan 4 jenis gulma dalam
gulma yang dominan meliputi golongan kurun waktu 2 minggu.
rumputan yaitu C.patens, C.lappacea, Berdasarkan hasil pengamatan pada
P.conjugatum, gulma daun lebar yaitu minggu keempat maka dapat dilihat pada
C.odorata dan C.hirta. Tingkat keseragaman semua petak perlakuan adjuvant asam asetat
gulma antar petak perlakuan diuji dengan konsentrasi 20%, 40%, 50% semua gulma
mencari nilai kerapatan komunitas gulma dan telah mati total. Sedangkan pada perlakuan
hasilnya menunjukkan bahwa pada setiap glifosat 100% masih ditemukan gulma daun
petak perlakuan memiliki vegetasi gulma lebar yang hidup yaitu C.hirta. Jadi
yang seragam. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan asam asetat mampu
nilai komunitas gulma lebih dari 75% antar mempercepat waktu pengendalian total
petak perlakuan. gulma. Namun semakin banyak konsentasi
Berdasarkan hasil analisis vegetasi adjuvant asam asetat pada larutan herbisida
gulma sebelum dan setelah aplikasi perlakuan maka tingkat kemampuan tumbuh kembalinya
pengendalian mekanis menunjukkan tidak ada gulma semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat
perubahan komunitas gulma, gulma yang pada pengamatan minggu keenam dimana
mendominasi yaitu gulma golongan rumputan pada perlakuan dengan konsentrasi adjuvant
diantaranya C.patens, C.lappacea, asam asetat tertinggi yaitu konsentrasi asam
P.conjugatum dan gulma daun lebar asetat 40% dan 50% telah ditemukan gulma
diantaranya C.odorata. Hal ini dikuatkan juga baru yang tumbuh kembali. Sedangkan pada
dari perhitungan koofisien komunitas pra konsntrasi adjuvant asam asetat 20% dan
aplikasi dan delapan minggu setelah aplikasi konsentrasi glifosat 100% tidak ditemukan
yang menunjukkan nilai 79,01%. Dari hasil gulma baru yang tumbuh kembali.
pengamatan setiap minggunya tidak nampak Berdasarkan hasil pengamatan
adanya penghambatan tumbuhnya gulma baru minggu kedelapan setelah aplikasi
karena pada setiap minggu pengamatan gulma menunjukkan bahwa penggunaan adjuvant
baru yang tumbuh selalu meningkat. Gulma asam asetat dengan konsentrasi 20% paling
baru tumbuh dalam dua minggu setelah baik dibandingkan perlakuan yang lainnya.
aplikasi dikarenakan organ tumbuhan yang Hal ini dapat dilihat dari kemampuan tumbuh
tersisa (stolon) telah tumbuh kembali. kembalinya gulma. Pada perlakuan mekanis
Berdasarkan hasil analisis vegetasi jenis gulma yang tumbuh kembali yaitu 7
gulma sebelum dan setelah aplikasi jenis gulma, diantaranya dari gulma rumputan
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

C.lappacea, C.patens, P.conjugatum dan dari herbisida. Pencampuran glifosat 80%


daun lebar C.odorata, M.affine, M.bracteata, dan asam asetat 20% lebih efektif
M.invisa. Pada perlakuan glifosat 100% karena meningkatkan daya bunuh
gulma yang tumbuh kembali yaitu 3 jenis terhadap gulma.
gulma daun lebar diantaranya M.bracteata,
M.invisa, H.braziliensis. Pada pelakuan DAFTAR PUSTAKA
adjuvant asam asetat 20% gulma yang Anonim, 2010. Handout Budidaya Tanaman
tumbuh kembali yaitu 2 jenis gulma daun Perkebunan Karet. Instiper,
lebar diantaranya M.bracteata dan Yogyakarta.
H.braziliensis. Pada pelakuan adjuvant asam Anonim, 2012. Panduan PKL Dasar. Instiper,
asetat 40% gulma yang tumbuh kembali yaitu Yogyakarta
3 jenis gulma daun lebar diantaranya Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma
M.bracteata, A.conizoides, dan H.braziliensis. di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta.
Pada pelakuan adjuvant asam asetat 50% Chinery, D. 2002 Using Acetic Acid (Vinegar)
gulma yang tumbuh kembali yaitu 4 jenis As A Broad-Spectrum Herbicide.
gulma daun lebar diantaranya M.bracteata, Cooperative Extentsion of Rensselaer
A.conizoides, H.braziliensis dan C.odorata. Country, 61 state street, try NY.
Jadi kemampuan tumbuh kembalinya gulma Dayan, F.E, Charles L. Cantrell, Stephen and
yang paling rendah yaitu pada petak O. Duke. 2009. Natural products in
perlakuan adjuvant asam asetat 20%. crop protection. Natural Products
Berdasarkan hasil pengamatan di Utilization Research Unit, Agricultural
lapangan menunjukkan bahwa penggunaan Research Service, United States
herbisida berbahan aktif glifosat Department of Agriculture,
membutuhkan waktu yang lama untuk University. Bioorganic & Medicinal
mengendalikan gulma, namun demikian daya Chemistry, (17): 4022–4034.
tumbuh gulma akan muncul kembali pada Evans, G. J., Bellinder, R.R and M. C.
minggu kedelapan. Herbisida glifosat Goffinet. 2009. Hebicidal of Vinegar
menyebabkan terjadinya perubahan vegetasi and a Glove Oil Product on Redroot
gulma dari gulma rumputan menjadi gulma Pigweed (Amarathus retsoflexus) and
daun lebar. Dari hasil pengamatan lapangan Velvetleaf (Abutilon theophrasti).
dan hasil data maka dapat disimpulkan bahwa Weed Technology 23(2):292-299
pencampuran glifosat 80% : asam asetat 20% Genowati, I dan U. Suwahyono 2008.
lebih efektif dibandingkan perlakuan yang Prospek bioherbisida sebagai
lain. Hal ini dapat dilihat dari kecepatan Alternatif Herbisida Kimiawi.
waktu kematian gulma dan penekanan jenis Direktorat Bioindustri,TAB, BPP
gulma baru yang tumbuh. teknologi, Jakarta.
Heddy, Suwasono. 1987. Tinjauan singkat
KESIMPULAN Tentang Anatomi, Fisiologi,
Berdasarkan hasil penelitian, analisis Sistematika, dan Genetika Dasar
hasil dan pembahasan terbatas pada penelitian Tumbuh-tumbuhan. Rajawali,
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Jakarta.
1. Pengendalian manual tidak Moenandir, J. 1988a. Fisiologi Herbisida (
menyebabkan perubahan komunitas Ilmu Gulma: Buku II). CV Rajawali.
gulma. Jakarta.
2. Herbisida glifosat menyebabkan Moenandir, J. 1988b. Pengantar Ilmu Gulma
terjadinya perubahan komunitas gulma dan Pengendalian Gulma (Ilmu
dan meningkatkan dominasi gulma Gulma Buku I). CV Rajawali. Jakarta.
daun lebar. Moenandir, J. 1988c. Persaingan Tanaman
3. Penambahan asam asetat pada glifosat Budidaya dengan gulma. CV
meningkatkan efektifitas kerja Rajawali. Jakarta.
JURNAL AGROMAST , Vol. 1, No. 1, April 2016

Owen, M. D. K. 2002. Acetic acid (vinegar) Tjitrosoedirdjo S.and E. Purba. 2006.


for weed control revisited. Organic Integrated weed management In oil
weed management work shop on July palm plantations to support
1, IC-488 (11), page 91 Sustainable palm oil production.
Pujisiswanto, Hidayat. 2012. Kajian Daya Tjitrosemito, Soekisman. 2010. Herbisida
Racun Asam Asetat Terhadap Berbahan Aktif Majemuk. Pelatihan
Pertumbuhan Gulma Pada Persiapan Pengelolaan Gulma dan Tumbuhan
Lahan. Agrin 16 (1) : page 40 -48 Asing Invasif. Bogor.
Sembodo, Dad R.J. 2010. Gulma dan Valverde, B. E. 2003. Herbicide-resistance
Pengelolaanya. Graha Ilmu. management in developing countries.
Yogyakarta. In Weed Management for Developing
Setyamidjaja, D. 1993. Seri Budidaya Karet. Countries. FAO Plant Production and
Kanisius, Yogyakarta. Protection

Anda mungkin juga menyukai