MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG
KETENTUAN IMPOR GULA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Gula adalah Gula Kristal Mentah (Raw Sugar), Gula
Kristal Rafinasi (Refined Sugar), dan Gula Kristal Putih
(Plantation White Sugar).
2. Bilangan ICUMSA adalah suatu parameter nilai
kemurnian yang berkaitan dengan warna gula yang
diukur berdasarkan standar internasional, dalam satuan
International Unit (IU).
3. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB
adalah identitas Pelaku U saha ya n g diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan
Pendaftaran.
- 3 -
Pasal 2
(1) Ketentuan mengenai jenis Gula yang diatur impornya
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Ketentuan mengenai jenis Gula yang dilarang impornya
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
Gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) hanya
dapat diimpor untuk:
a. pemenuhan bahan baku industri; dan
b. pemenuhan stok Gula nasional dan stabilisasi harga
Gula di dalam negeri.
BAB II
IMPOR UNTUK INDUSTRI
Pasal 4
Gula yang diimpor untuk pemenuhan bahan baku industri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a terdiri atas:
a. Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) untuk diolah menjadi
Gula Kristal Rafinasi (Refined Sugar);
b. Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) selain peruntukan
sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
c. Gula Kristal Rafinasi (Refined Sugar).
- 5 -
Pasal 5
(1) Jenis Gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya
dapat diimpor oleh:
a. Importir pemilik NIB yang berlaku sebagai API-P;
dan
b. Importir pemilik NIB yang berlaku sebagai API-P
yang mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE) dari Kementerian Keuangan
atau yang berada di Kawasan Berikat.
(2) Penentuan jumlah Gula Kristal Mentah (Raw Sugar)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a yang
diimpor oleh Importir sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a disepakati dalam rapat koordinasi
antarkementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
terkait yang diselenggarakan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perekonomian.
BAB III
IMPOR UNTUK PEMENUHAN STOK GULA DAN
STABILISASI HARGA GULA
Pasal 6
Gula yang diimpor untuk pemenuhan stok Gula nasional dan
stabilisasi harga Gula di dalam negeri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf b terdiri atas:
a. Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) untuk diolah menjadi
Gula Kristal Putih (Plantation White Sugar)-, dan
b. Gula Kristal Putih (Plantation White Sugar).
Pasal 7
Gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a hanya
dapat diimpor oleh Importir pemilik NIB yang berlaku sebagai
API-P dan BUMN pemilik NIB yang berlaku sebagai API-P.
- 6 -
Pasal 8
Gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b hanya
dapat diimpor oleh BUMN.
Pasal 9
(1) Jumlah Gula yang diimpor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dan Pasal 8 disepakati dalam rapat koordinasi
antarkementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
terkait yang diselenggarakan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perekonomian.
(2) Berdasarkan hasil rapat koordinasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri mengusulkan
penugasan BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang BUMN.
BAB IV
PERSETUJUAN IMPOR
Bagian Kesatu
Kewenangan
Pasal 10
(1) Importir pemilik NIB yang berlaku sebagai API dapat
mengimpor Gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
setelah mendapat Persetujuan Impor dari Menteri.
(2) Menteri memberikan mandat kewenangan penerbitan
Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Direktur Jenderal.
(3) Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan dokumen pelengkap pabean dalam
penyelesaian kepabeanan di bidang Impor.
Bagian Kedua
Persetujuan Impor untuk Industri
- 7 -
Pasal 11
(1) Untuk mendapatkan Persetujuan Impor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, Importir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a
harus mengajukan permohonan secara elektronik
kepada Direktur Jenderal melalui laman
http:// inatrade. kemendag.go. id.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mengunggah dokumen persyaratan berupa:
a. NIB yang berlaku sebagai API-P; dan
b. Rekomendasi dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perindustrian atau
pejabat yang ditunjuk, yang memuat data dan/atau
keterangan paling sedikit mengenai jenis, volume,
pos tarif/HS, negara asal, pelabuhan tujuan, dan
masa berlaku Rekomendasi atau periode kebutuhan
produksi.
(3) Untuk mendapatkan Persetujuan Impor Gula
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Importir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
harus mengajukan permohonan secara elektronik
kepada Direktur Jenderal melalui laman
http://inatrade.kemendag.go. id.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dengan mengunggah dokumen persyaratan berupa:
a. NIB yang berlaku sebagai API-P;
b. Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang
Pemberian Fasilitas kemudahan Impor Tujuan Ekspor
(KITE) atau Kawasan Berikat;
c. surat pernyataan yang menyatakan bahwa tidak akan
memasukkan Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) dan
Gula Kristal Rafmasi (Refined Sugar) yang diimpornya
ke pasar dalam negeri, dan akan menggunakannya
sebagai bahan baku untuk proses produksi sendiri;
dan
- 8 -
Pasal 12
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Direktur Jenderal menerbitkan Persetujuan
Impor dengan menggunakan Tanda Tangan Elektronik
(Digital Signature) paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.
(2) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 tidak lengkap dan/atau tidak benar, akan
dilakukan penolakan secara elektronik paling lama 3
(tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan
diterima.
Bagian Ketiga
Persetujuan Impor untuk Pemenuhan Stok Gula dan
Stabilisasi Harga Gula
Pasal 13
(1) Untuk mendapatkan Persetujuan Impor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, Importir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 harus mengajukan permohonan
secara elektronik kepada Direktur Jenderal melalui
laman http://inatrade.kemendag. go. id.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mengunggah dokumen persyaratan berupa NIB
yang berlaku sebagai API-P.
(3) Selain mengunggah dokumen persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Importir juga harus
mengunggah:
a. Rekomendasi dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pem erintahan di bidan g perindustrian atau
Pasal 14
(1) Untuk mendapatkan Persetujuan Impor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, BUMN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 harus mengajukan permohonan secara
elektronik kepada Direktur Jenderal melalui laman
http:// inatrade. kemendag.go. id.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan mengunggah dokumen persyaratan berupa:
a. NIB yan g berlaku sebagai API-U ; dan
- 10 -
Pasal 15
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan Pasal 14, Direktur Jenderal menerbitkan
Persetujuan Impor dengan menggunakan Tanda Tangan
Elektronik (Digital Signature) paling lama 3 (tiga) hari
kerja terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap dan benar.
(2) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 dan Pasal 14 tidak lengkap dan/atau tidak
benar, akan dilakukan penolakan secara elektronik
paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal
permohonan diterima.
Bagian Keempat
Masa Berlaku Persetujuan Impor
Pasal 16
(1) Masa berlaku Persetujuan Impor yang diterbitkan bagi
Importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf a diberikan sesuai dengan masa berlaku
Rekomendasi atau periode kebutuhan produksi yang
tercantum dalam Rekomendasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b.
(2) Masa berlaku Persetujuan Impor yang diterbitkan bagi
Importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf b diberikan untuk periode paling lama 6 (enam)
bulan.
(3) Masa berlaku Persetujuan Impor yang diterbitkan bagi
Importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diberikan
sesuai dengan masa berlaku Rekomendasi atau periode
kebutuhan produksi yang tercantum dalam Rekomendasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf a,
huruf b, atau huruf c, atau masa berlaku surat
penugasan sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (3) huruf d.
-11 -
Bagian Kelima
Perubahan Persetujuan Impor
Pasal 17
(1) Dalam hal terdapat rencana perubahan mengenai alamat
perusahaan, Pos Tarif/HS 8 (delapan) digit, jenis, jumlah,
negara asal, dan/atau pelabuhan tujuan impor, Importir
dapat mengajukan permohonan perubahan Persetujuan
Impor.
(2) Untuk memperoleh perubahan Persetujuan Impor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Importir harus
mengajukan permohonan secara elektronik
kepada Direktur Jenderal melalui laman
http:// inatrade. kemendag. go. id.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan mengunggah dokumen persyaratan berupa:
a. Persetujuan Impor;
b. NIB yang berlaku sebagai API; dan
c. Perubahan Rekomendasi bagi Persetujuan Impor
yang diterbitkan berdasarkan Rekomendasi,
perubahan surat penugasan bagi Persetujuan Impor
yang diterbitkan berdasarkan surat penugasan, atau
surat pernyataan yang berisi alasan perubahan
Persetujuan Impor bagi yang tidak dipersyaratkan
Rekomendasi atau tidak dipersyaratkan surat
penugasan.
Pasal 18
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17, Direktur Jenderal menerbitkan perubahan
Persetujuan Impor dengan menggunakan Tanda Tangan
Elektronik (Digital Signature) paling lama 3 (tiga) hari
kerja terhitung sejak permohonan diterima secara
lengkap dan benar.
- 12 -
Bagian Keenam
Data Persetujuan Impor
Pasal 19
Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) memuat data paling sedikit mengenai:
a. nomor NIB yang berlaku sebagai API-P atau API-U;
b. nomor dan tanggal Rekomendasi, bagi Importir yang
dipersyaratkan;
c. nomor dan tanggal surat penugasan, bagi Importir yang
dipersyaratkan;
d. nama dan alamat Importir atau BUMN;
e. Pos Tarif/HS;
f. jenis Gula;
g. volume Gula;
h. negara asal;
i. pelabuhan tujuan;
j. nomor dan tanggal penerbitan Persetujuan Impor; dan
k. masa berlaku Persetujuan Impor.
Bagian Ketujuh
Keadaan Kahar
Pasal 20
(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar yang mengakibatkan
sistem elektronik tidak berfungsi, pengajuan permohonan
Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11, Pasal 13, dan Pasal 14, dan perubahan Persetujuan
Im por sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 17 dapat
disampaikan secara manual kepada Direktur Jenderal.
- 13 -
Bagian Kedelapan
Penerbitan Persetujuan Impor oleh Lembaga OSS
Pasal 21
Dalam hal Lembaga OSS telah dapat memproses penerbitan
perizinan berusaha bidang perdagangan yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini, Lembaga OSS untuk dan atas Menteri
menerbitkan Persetujuan Impor dan perubahan Persetujuan
Impor.
BAB V
LARANGAN
Pasal 22
(1) Importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dan Pasal 7 yang telah mendapat Persetujuan Impor:
a. hanya dapat mengimpor Gula sebagai bahan baku
atau bahan penolong untuk proses produksi; dan
b. dilarang memperdagangkan dan/atau
memindahtangankan Gula yang diimpornya kepada
pihak lain.
(2) Importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
h u ru f a ya n g m engim por G ula Kristal M entah (Rau>
Sugar) untuk diolah menjadi Gula Kristal Rafinasi
(Refined Sugar) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
- 14 -
BAB VI
VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 23
(1) Setiap pelaksanaan impor Gula Kristal Mentah (Raw
Sugar) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a,
huruf b, dan Pasal 6 huruf a, harus terlebih dahulu
dilakukan Verifikasi atau Penelusuran Teknis.
(2) Verifikasi atau Penelusuran Teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Surveyor.
(3) Verifikasi atau Penelusuran Teknis yang dilakukan oleh
Surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
di pelabuhan muat.
(4) Surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
oleh Menteri.
Bagian Kedua
Penetapan Surveyor
Pasal 24
Untuk dapat ditetapkan sebagai Surveyor pelaksana Verifikasi
atau Penelusuran Teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (4), Surveyor harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. memiliki Surat Izin Usaha Jasa Survey (SIUJS);
b. telah diakreditasi sebagai lembaga inspeksi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) sesuai dengan ruang lingkup
yang relevan;
- 15 -
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Verifikasi atau Penelusuran Teknis
Pasal 25
(1) Verifikasi atau Penelusuran Teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dilakukan terhadap
impor Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) yang meliputi
data mengenai:
a. Persetujuan Impor;
b. jenis dan bilangan ICUMSA Gula Kristal Mentah
(Raw Sugarj; dan
c. waktu pengapalan.
(2) Hasil Verifikasi atau Penelusuran Teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam LS.
(3) LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memuat
pernyataan kebenaran atas hasil Verifikasi atau
penelusuran teknis dan menjadi tanggung jawab penuh
Surveyor.
(4) Atas pelaksanaan Verifikasi atau penelusuran teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Surveyor
memungut imbalan jasa dari importir Gula Kristal
Mentah (Raw Sugar) yang besarannya ditentukan dengan
m em perhatikan azas manfaat.
- 17 -
BAB VII
LAPORAN
Bagian Kesatu
Importir
Pasal 26
(1) Importir wajib menyampaikan laporan atas pelaksanaan
Impor Gula baik terealisasi maupun tidak terealisasi
dengan melampirkan dokumen pemberitahuan pabean
Impor.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara elektronik kepada Direktur Jenderal
melalui laman http://inatrade.kemendag.go.id, setiap
bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya.
(3) Dalam hal terjadi keadaan kahar yang mengakibatkan
sistem elektronik tidak berfungsi, penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
manual kepada Direktur Jenderal.
Bagian Kedua
Surveyor
Pasal 27
(1) Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
wajib menyampaikan laporan secara elektronik
kepada Direktur Jenderal melalui
http://inatrade.kemendag.go.id mengenai pelaksanaan
Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor Gula Kristal
M entah (Raw Sugar) yan g telah dilakukannya setiap
bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya.
- 18 -
BAB VIII
SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi bagi Importir
Pasal 28
(1) Importir yang tidak melaksanakan kewajiban
penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 dikenai sanksi administratif berupa pembekuan
Persetujuan Impor.
(2) Persetujuan Impor yang telah dibekukan dapat diaktifkan
kembali apabila Importir sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyampaikan laporan pelaksanaan Impor
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
pembekuan.
(3) Pembekuan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan pengaktifan kembali sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara elektronik oleh
sistem INATRADE.
Pasal 29
Persetujuan Impor dicabut apabila Importir:
a. terbukti mengubah data yang tercantum dalam
Persetujuan Impor yang telah diterbitkan dengan tidak
mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 17;
b. terbukti melanggar ketentuan memperdagangkan
dan/atau memindahtangankan Gula sebagaimana
dim aksud dalam Pasal 22;
- 19 -
Pasal 30
(1) Pencabutan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
(2) Berdasarkan pencabutan Persetujuan Impor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
pencabutan Persetujuan Impor secara elektronik oleh
sistem INATRADE.
Pasal 31
Importir yang telah dikenai sanksi pencabutan Persetujuan
Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 tidak dapat
mengajukan permohonan Persetujuan Impor kembali selama
2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan dan
dimasukkan ke dalam daftar Importir dalam pengawasan.
Bagian Kedua
Sanksi bagi Surveyor
Pasal 32
(1) Penetapan sebagai Surveyor dicabut apabila Surveyor:
a. melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan
kegiatan Verifikasi atau Penelusuran Teknis Im por
Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25; dan/atau
- 20 -
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 33
(1) Untuk kepentingan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Peraturan Menteri ini, Menteri dapat membentuk Tim
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Impor Gula yang
beranggotakan kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian terkait.
(2) Pelaksanaan tugas tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal.
(3) Pelaksanaan tugas tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan kewenangan kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BAB X
PENGECUALIAN
Pasal 34
(1) Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini, tidak berlaku
terhadap Impor Gula yang merupakan:
a. barang ekspor yang ditolak oleh pembeli di luar
negeri kemudian diimpor kembali dengan jumlah
paling banyak sesuai dengan Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB);
b. barang pribadi penumpang atau awak sarana
pengangkut dengan berat paling banyak 10
(sepuluh) kilogram;
c. barang kirim an yan g diim por dengan berat paling
banyak 10 (sepuluh) kilogram dengan menggunakan
pesawat udara; dan/atau
- 21 -
Pasal 35
Pengecualian dari ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini harus dengan persetujuan Menteri setelah
berkoordinasi dengan kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian terkait.
BAB XI
LAIN-LAIN
Pasal 36
Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tetap berlaku untuk
pemasukan Gula asal luar daerah pabean ke:
a. Kawasan Berikat;
b. Gudang Berikat;
c. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
d. Toko Bebas Bea;
- 22 -
Pasal 37
(1) Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini belum
diberlakukan terhadap Gula asal luar daerah pabean
yang masuk ke Pusat Logistik Berikat.
(2) Gula sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan
dikeluarkan dari Pusat Logistik Berikat ke tempat lain
dalam daerah pabean serta Kawasan dan Tempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, berlaku
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
(3) Gula Kristal Mentah (Raw Sugar) yang akan dikeluarkan
dari Pusat Logistik Berikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan Verifikasi atau Penelusuran
Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 di Pusat
Logistik Berikat.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Rekomendasi yang telah diterbitkan berdasarkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
117/M-DAG/PER/12/2015 tentang Ketentuan Impor
Gula yang belum diajukan Persetujuan Impornya dapat
digunakan untuk 1 (satu) kali pengurusan Persetujuan
Impor sampai dengan masa berlaku Rekomendasi
berakhir.
b. Rekomendasi yang telah diterbitkan berdasarkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
117 /M-DAG /PER/12/2015 tentang Ketentuan Impor
G u la yan g sedang dalam proses penerbitan Persetujuan
Impor, proses penerbitan Persetujuan Impornya
mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
- 23 -
Pasal 39
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 117/M-DAG/PER/12/2015
tentang Ketentuan Impor Gula (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2000), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal diundangkan.
- 24 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Februari 2020
ttd.
AGUS SUPARMANTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Februari 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
ttd.
HARIYATI