Anda di halaman 1dari 73

Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TERKINI OPERASI


KELOPAK DAN ALIS MATA

Putri Dwi Kartini*

Pembimbing:
dr. Riani Erna, SpM (K)

DEPARTEMEN KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................ ii
Daftar Gambar................................................................................... iii
Daftar Table....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................... 5
BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI................................................... 6
2.1 Anatomi Alis Mata............................................................. 6
2.2 Anatomi Kelopak Mata..................................................... 7
2.2.1 Struktur Kelopak Mata............................................. 12
2.2.2 Vaskularisasi Kelopak Mata.................................... 24
2.2.3 Saluran Limfatik....................................................... 25
2.2.4 Persarafan............................................................... 26
2.3 Fisiologi Kelopak Mata...................................................... 27
BAB III OPERASI ALIS DAN KELOPAK MATA................................ 32
3.1 Prinsip Dasar Operasi....................................................... 32
3.2 Proses Penuan Pada Alis dan Kelopak Mata................... 38
3.3 Aspek Penilian Estetika.................................................... 41
3.4 Operasi Alis Mata............................................................. 42
3.5 Operasi Kelopak Mata...................................................... 46
3.6 Laser Resurfacing............................................................. 53
BAB IV KESIMPULAN....................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 63
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Otot – Otot Penunjang Alis............................................ 7

Gambar 2.2 Anatomi Luar Palpebra.................................................. 9

Gambar 2.3 Sistem Lakrimal.............................................................. 10

Gambar 2.4 Anatomi Palpebra........................................................... 11

Gambar 2.5 Struktur Palpebra........................................................... 12

Gambar 2.6 Histologi Kulit Palpebra.................................................. 13

Gambar 2.7 Otot Orbikularis Oculi..................................................... 14

Gambar 2.8 Otot Orbikularis Oculi dari dalam orbita......................... 15

Gambar 2.9 Lemak Orbita.................................................................. 18

Gambar 2.10 Lempeng Tarsal............................................................. 22

Gambar 2.11 Konjungtiva Bulbi (Merah), Fornik (Hitam), Tarsal (Biru ) 23

Gambar 2.12 Vaskularisasi Arteri Palpebra......................................... 24

Gambar 2.13 Vaskularisasi Vena Palpebra......................................... 25

Gambar 2.14 Sistem Limfatik Palpebra............................................... 26

Gambar 2.15 Sistem Persyarafan Palpebra........................................ 27

Gambar 3.1 Instrumen Blefaroplasti.................................................. 35

Gambar 3.2 Penempatan Jahitan pada Tepi Luka............................ 36

Gambar 3.3 Mattres Suture................................................................ 36

Gambar 3.4 Variasi Anatomi Kelopak Mata....................................... 40

Gambar 3.5 Gambaran Ideal Alis Mata.............................................. 42

Gambar 3.6 Direct browplasti............................................................. 43

Gambar 3.7 Lokasi insisi untuk coronal forehead............................. 46


Gambar 3.8 Blefaroplasti.................................................................... 48

Gambar 3.9 Blefaroplasti.................................................................... 49

Gambar 3.10 Blefaroplasti.................................................................... 49

Gambar 3.11 Operasi Kelopak Mata Bawah Transkutaneus.............. 50

Gambar 3.12 Operasi Kelopak Mata Bawah Transkonjungtiva........... 51

Gambar 3.13 Pria 59 Tahun yang Menjalani Laser Resurfacing......... 57

Gambar 3.14 CO2 Ultrapulse Fractional laser machine (10.600nm)... 59

Gambar 3.15 Erbium Laser Machine (1540nm dan 2940 nm)............. 59

Gambar 3.16 Fractional non-ablative skin resurfacing er-glass laser

(1550nm)........................................................................ 60
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Efek samping dan komplikasi pada ablative laser

resurfasing............................................................................ 57

Tabel 3.2 Keuntungan dan kerugian laser resurfacing......................... 58


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi kelopak mata (blepharoplasty) adalah prosedur

pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan kelebihan kulit atau

mengurangi lemak pada kelopak mata. Operasi ini menjadi salah satu

tindakan bedah kosmetik paling populer yang dapat mengembalikan

penampilan muda pada wajah. Tujuan dilakukan tindakan ini selain untuk

memperbaiki penampilan juga untuk memperbaiki kelainan fungsional. 1,2

Operasi kelopak mata telah dikenal selama lebih dari seabad.

Larry Katzen menemukan bahwa reseksi pertama pada kulit kelopak mata

atas dilakukan lebih dari 2000 tahun yang lalu. Pada abad ke-10, Ali Ibn

Isa menggunakan dua batang kayu untuk menjepit kulit kelopak mata atas

selama 10 hari. Tindakan ini menyebabkan nekrosis jaringan, dan

pengangkatan kulit tanpa meninggalkan bekas luka. 3

Aulus Cornelius Celsus, seorang ensiklopedis dan filsuf Romawi

pada abad pertama, adalah orang pertama yang membahas eksisi kulit

pada kelopak mata atas dalam bukunya De re Medica, yang diterbitkan

pada tahun 1478. Pada tahun 1818, von Graefe menggunakan istilah

blepharoplasty (dari bahasa Yunani blepharon, yang berarti kelopak mata,

dan plastos, artinya dibentuk) untuk menggambarkan rekonstruksi kelopak

mata yang telah ia lakukan pada tahun 1809. Beers menulis dan
menggambarkan ilustrasi pertama tentang kelainan kelopak mata yang

disebabkan oleh herniasi lemak dan ptosis akibat kelebihan kulit kelopak

mata pada tahun 1817. Sichel, dalam ulasannya tahun 1844, menjelaskan

bahwa tindakan eksisi bedah pada waktu itu dilakukan hanya sebatas

untuk alasan fungsional. Pada akhir abad 18, Fuchs, menggambarkan

seorang pasien dengan pembengkakan berulang pada kelopak mata atas

yang menyebabkan keriput, yang kemudian sebut blepharochalasis. 3,4

Pada awal 1900-an, ahli bedah okuloplastik mulai menggunakan

teknik operasi untuk tujuan estetika. Pada tahun 1911, Frederick Kolle

adalah orang pertama yang menyadari pentingnya marker pada kulit yang

akan di eksisi sebelum operasi untuk menentukan jumlah kelebihan kulit

yang akan dipotong. Adabert Bettman, pada tahun 1920-an menekankan

pada perawatan jaringan yang baik, aposisi yang tepat dari tepi luka,

menghilangkan ketegangan pada semua tepi luka, dan mengangkat

jahitan tepat waktu, untuk meminimalkan jaringan parut pasca operasi. Ini

menjadi konsep yang penting dan perlu diperhatikan hingga saat ini. 3

Julian Bourguet juga mengembangkan teknik baru dalam operasi

kelopak mata kosmetik. Pada tahun 1924, ia yang pertama

menggambarkan pendekatan reseksi transconjunctival pada hernia

kantong lemak orbital. Passot menjadi orang pertama yang menemukan

teknik insisi suprasiliaris pada alis untuk mengoreksi ptosis alis. Teknik ini

kemudian di sempurnakan oleh Suzanne Noel pada tahun 1926. Dalam

bukunya tentang Cosmetic Eyelis Surgery, yang melibatkan sayatan


subkutan pada kelopak mata bawah. Noel juga memasukkan banyak

dokumentasi foto sebelum operasi dan pasca operasi. Sejak saat itu

dokumentasi fotografi sekarang menjadi bagian integral dari praktik ahli

bedah okuloplastik. Pada tahun 1952, Fox menerapkan istilah

dermatochalasis untuk menggambarkan kelebihan kulit kelopak mata

yang terkait dengan penuaan.3,4

Joseph, tahun 1931, mulai memperkenalkan insisi garis rambut

dan dahi untuk menaikkan alis. Pada tahun 1980, Orkan Stasior,

menjelaskan suatu teknik untuk pengangkatan alis melalui sayatan

blefaroplasti dengan cara posterior eyebrow fixation. Pada tahun 1982,

mulai deperkenalkan asam trikloroasetat (TCA) oleh Allan Lorincz. Yang

berfungsi sebagai exfoliate pada permukaan kulit untuk mengurangi garis-

garis kerutan di daerah orbita.3

Tahun 1990, merupakan awal dari 'era laser’. Putterman

menggambarkan blefaroplasti dengan menggunakan laser skalpel-YAG.

Baker dan kawan-kawan pertama kali menjelaskan blefaroplasti laser

karbon dioksida (CO2) pada tahun 1984. Teknik ini melibatkan eksisi kulit

dan lemak menggunakan energi laser terus menerus, yang merupakan

satu-satunya mode daya yang tersedia pada saat itu. David adalah yang

pertama, pada tahun 1988, yang menggambarkan penggunaan laser CO2

untuk eksisi lemak kelopak mata bawah transkonjungtiva. Pada tahun

1994, Weinstein adalah yang pertama yang memperkenalkan “laser

resurfacing” untuk mengurangi keriput periokular. Sejak saat itu, laser


resurfacing menjadi popular dan menjadi salah satu pilihan untuk

memperbaiki estetika kulit wajah.3,4

Ahli bedah mulai menggunakan botulinum toxin A untuk keperluan

kosmetik pada awal 1990-an. Pada tahun 1994 yang lain juga melaporkan

pengalaman mereka dengan penggunaan kosmetik botulinum. Mereka

mengkonfirmasi efektivitas botulinum toksin A untuk pengobatan kerutan

wajah hiperkinetik.3

Banyak kemajuan bedah okuloplastik dalam 10 tahun terakhir

telah bergantung pada teknologi. Potensi pembedahan non-bedah yang

berpotensi mengatasi beberapa masalah yang tidak ditangani oleh

pembedahan tradisional menyebabkan pengembangan pada aplikasi

energi laser, dan selama sepuluh tahun ke depan tetap menjadi fokus

utama. Banyak yang yakin bahwa teknologi laser akan segera

menggantikan kebutuhan untuk intervensi bedah yang signifikan pada

sebagian besar pasien.3

Kemajuan medis dan teknologi ini, memungkinkan prosedur yang

lebih cepat dan lebih nyaman yang meminimalkan jaringan parut dan

memaksimalkan efek yang tampak alami yang diinginkan sebagian besar

pasien.3
1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk

mempelajari lebih jelas tentang anatomi, fisiologi alis mata dan kelopak

mata serta pendekatan terkini pada operasi alis mata dan kelopak mata.
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.1 Anatomi Alis Mata

Alis mata adalah lipatan penebalan kulit yang ditutupi rambut,

membentang di atas tepi orbital superior dan terdiri dari empat lapisan: kulit, otot,

lemak, dan galea. Kulit alis jauh lebih tebal daripada kulit kelopak mata. Lipatan

kulit tersebut ditunjang oleh serat-serat otot dibawahnya. Glabella adalah bagian

tanpa rambut di antara alis.5,6,7

Alis mata melindungi mata dari keringat dan sinar matahari. Ada 5

otot ekspresi wajah yang dimasukkan ke dalam kulit alis dan mengontrol

posisi alis, yaitu:6-8

a. M. Frontalis, berfungsi untuk mengangkat alis mata

b. M. Orbicularis Oculi, berfungsi menutup dan membuka kelopak

mata dan menarik alis kearah mata

c. M. Corrugator Supercilii, berfungsi menarik alis kebawah,

mendukung M. Frontalis dan menyebabkan garis kerutan di

glabella

d. M. Depressor Supercilli, berfungsi menarik alis kearah inferior

medial, menghasilkan kerutan vertikal di glabella

e. M. Pocerus, berfungsi menarik alis kebawah


Gambar 2.1 Otot – Otot Penunjang Alis
Di kutip dari Pearls and Pitfalls in Cosmetic Oculoplastic Surgery. 2015

Di bawah M. Orbicularis Oculi terdapat lapisan lemak yang disebut

sebagai retroorbicularis oculi fat (ROOF). Lapisan ini memanjang ke ruang

di kelopak mata antara otot orbicularis dan septum orbital serta melekat

erat ke tulang frontal pada tepi orbital superior. Lapisan lemak ini meluas

ke arah medial dua pertiga dari alis. 7-9

2.2 Anatomi Kelopak Mata

Kelopak mata (palpebra) berkembang sebagai suatu lipatan dari

proliferasi permukaan lapisan ektoderm sejak minggu ke 4-5 masa

intrauterin. Kedua palpebra superior dan interior, pada bulan ke 3 saling

menempel satu sama lain. Pada bulan ke 5 terjadi pemisahan kedua

palpebra dan kemudian berpisah secara sempurna pada bulan ke 7, pada

waktu masih terjadi penyatuan kedua palpebra, di depan kornea terbentuk

sakus konjungtiva yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan


lempeng tarsal. Otot orbikularis okuli yang juga berasal dari sel-sel

mesenkim yang kemudian dipersarafi oleh N. VII. 1,2

Silia berkembang dari suatu penonjolan epitel lapisan ektoderm

dimana bagian silia dari palpebra superior terbentuk lebih dulu. Silia

kemudian berkembang di setiap palpebra dalam 2 – 3 baris. Glandula

siliaris Moll dan Zeiss terbentuk dari folikel silia. 1,2,9

Pada palpebra superior terdapat suatu lekukan horizontal yang

dinamakan sulkus palpebra superior yang melekuk ke bagian orbital dan

tarsal. Sulkus yang terdapat di palpebra superior ini terbentuk oleh insersi

aponeurotik dari serat-serat levator palpebra superior ke kulit. Sulkus di

palpebra inferior, yang biasanya kurang jelas terlihat, dibentuk oleh

beberapa perlekatan antara kulit dan otot orbikularis okuli. 1,9

Pada orang tua sering terlihat adanya dua buah sulkus dibawah

margin orbital inferior yang disebut sulkus lateral atau malar dan sulkus

medial atau nasojugal. Kedua sulkus ini terjadi karena perletakan kulit ke

periosteum di bawahnya.1,9

Palpebra superior dipisahkan barisan supersilia dari bagian frontal

dan berperan dalam pembentukan ekspresi dan konfigurasi wajah. Alis

mata (supersilia) dapat digerakkan bersamaan dengan pergerakan wajah,

palpebra dan otot ekstraokuler dapat pula digerakkan ke atas atau

kebawah sesuai dengan perubahan jalur aksis visual dan posisi dari

palpebra.1,9
Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah bergerak

dibandingkan dengan palpebra interior. Kedua palpebra superior dan

inferior bertemu di sudut medial dan lateral (atau disebut juga kantus).

Diantara kedua palpebra terdapat suatu celah yang berbentuk elips

terbuka lebar, fisura ini membentuk sudut sekitar 60 0 di sudut sebelah

medial membentuk lingkaran. Batas tepi dari setiap palpebra mempunyai

ketebalan sekitar 2 mm. Panjang fisura pada orang dewasa normal adalah

27-30 mm dengan lebar 8-11 mm.2,6,9

Gambar 2.2 Anatomi Luar Palpebra


Dikutip dari American Academy of Opthalmology, Fundamentals and Principles of
Opthalmology in Basic and Clinical Science Course. 2018-2019

Pada saat mata tertutup, palpebra superior menutupi keseluruhan

kornea. Pada saat mata terbuka dan melihat ke depan, palpebra superior

menutup batas atas dari kornea. Palpebra inferior menutupi batas bawah

dari kornea ketika mata terbuka dan hanya sedikit menutupi kornea bawah

ketika mata tertutup.1,2,9

Sudut lateral mata berhubungan langsung dengan bola mata

sedangkan sudut medial yang berbentuk bulat terletak 6 mm sebelah

medial bola mata. Di sudut medial kedua palpebra dipisahkan oleh suatu
ruangan yang berbentuk segitiga yang disebut sakus lakrimalis. Pada

bagian tengah dari ruang ini terdapat karunkula lakrimalis dan suatu

lipatan yang berbentuk bulan sabit, yang terletak sebelah lateral dari

karunkula, yang disebut plika semilunaris.1,2

Batas tepi dari setiap palpebra mempunyai ketebalan sekitar 2 mm.

Pada margin palpebra, 5/6 bagian dari lateral disebut bagian silaris,

berbentuk persegi dan 1/6 bagian medialnya berbentuk bulat, disebut

bagian lakrimal. Sekitar 5 mm dari sudut medial terdapat sedikit

penonjolan yang disebut papilla lakrimalis. Pada puncak papilla tersebut

terdapat suatu lubang kecil yang disebut pungtum lakrimalis yang

kemudian masuk menuju kanalikuli lakrimalis. Pungtum dan kanalikuli

lakrimalis berfungsi dalam pengaliran air mata ke hidung. 1,2

Gambar 2.3 Sistem Lakrimal


Di kutip dari American Academy of Opthalmology, Fundamentals and Principles
of Opthalmology in Basic and Clinical Science Course. Section 2. 2018-2019.

Bulu mata yang terdapat pada margin, mulai dari sudut lateral

sampai papilla lakrimalis, berbentuk kurva dan pendek. Bulu mata pada
palpebra superior lebih panjang dan lebih banyak dibandingkan yang di

palpebra inferior dan tersusun dalam 2 – 3 baris. Tepat di depan batas

posterior dari margin palpebra terdapat orifisium kelenjar tarsalis (glandula

meibom). Kelenjar tarsalis berjumlah sekitar 20-25 buah pada setiap

palpebra dan dapat dilihat sebagai garis yang berwarna kekuningan pada

permukaan dalam palpebra apabila palpebra dilipat keluar. Orifisum

kelenjar tarsalis menandai batas antara kulit dan kongjungtiva. Sebuah

garis berwarna keabu-abuan atau suatu lekukan kecil dapat terlihat

sepanjang batas antara bagian anterior dari palpebra yang dibentuk oleh

kulit dan otot orbikularis okuli dan bagian posterior yang dibentuk oleh

konjungtiva dan tarsal.1,2,7

Gambar 2.4 Anatomi Palpebra


Di kutip dari American Academy of Opthalmology, Fundamentals and Principles
of Opthalmology in Basic and Clinical Science Course. Section 2. 2018-2019.
2.2.1 Struktur Kelopak Mata

Dari bagian luar ke bagian dalam setiap palpebra terdiri dari

beberapa lapisan, yaitu :1-6

1. Kulit dan jaringan subkutan

2. Otot-otot Profraktor

3. Septum Orbita

4. Lemak Orbital

5. Otot Refaktor Palpebra

6. Tarsus

7. Konjungtiva

Gambar 2.5 Struktur Palpebra


Dikutip dari : Atlas of Aesthetic Eyelid and Periocular Surgery.2004

1. Kulit dan Jaringan Subkutan

Kulit di palpebra merupakan kulit yang sangat tipis, bahkan

dikatakan merupakan lapisan kulit yang paling tipis dibandingkan


bagian tubuh lain sehingga mudah untuk dilipat. Lapisan kulit di

palpebra hanya mengandung sedikit lemak.1,2,5,6

Pada pemeriksaan mikroskopik, kulit palpebra terdapat banyak

rambut-rambut kecil disertai dengan kelenjar sebasea dan kelenjar

keringat. Di lapisan epidermis banyak terdapat melanosit. Pada daerah

margin, lapisan dermis lebih tebal dan papilla lebih tinggi. Kulit di

palpebra kemudian berubah menjadi kongjungtiva tepat di depan batas

posterior dan orifisium kelenjar tarsalis.1,2,9

Bulu mata lebih banyak di palpebra superior dibandingkan dengan

palpebra inferior dan melengkung ke arah luar, pendek dan tebal. Bulu

mata biasanya lebih gelap daripada rambut kepala, tidak memutih

seiring dengan pertambahan usia dan disetiap folikel rambut terdapat

kelenjar sebasea Zeis dan kelenjar siliaris Moll.1,2,9

Jaringan subkutan dari palpebra sangat longgar, kaya akan serat,

serta elastis dan mengandung sedikit lemak. Darah dan cairan akan

sangat mudah berakumulasi yang menyebabkan pembengkakan pada

palpebral. 1,9
Gambar 2.6 Histologi Kulit Palpebra
Di kutip dari American Academy of Opthalmology, Fundamentals and Principles
of Opthalmology in Basic and Clinical Science Course.2018-2019

2. Otot – Otot Protraktor

Otot orbikularis okuli merupakan otot protaktor utama dari palpebra.

Kontraksi otot-otot ini yang dipersarafi oleh N. VII, membuat fisura


2,3,5
palpebra menyempit dan berfungsi sebagai sistem pompa lakrimal.

Otot orbikularis okuli terdiri dari lapisan-lapisan otot yang berbentuk

elips dan datar melingkar di margin orbital yang melebar ke temporal,

pipi bagian orbital, palpebra sampai ke sakus lakrimalis. 1,2,7

Gambar 2.7 Otot Orbikularis Oculi


Dikutip dari American Academy of Opthalmology, Fundamentals and Principles
Of Opthalmology in Basic and Clinical Science Course.2018-2019

Otot orbikularis okuli terdiri dari 3 bagian berdasarkan anatomi dan

fisiologinya yaitu bagian pretarsal, preseptal dan orbital. Bagian

palpebra dari otot ini (pretarsal dan preseptal) lebih banyak terlibat

dalam pergerakan tidak sadar, seperti mengedip, sedangkan bagian

orbital terutama berperan dalam penutupan palpebra secara kuat.1,2


Bagian pretarsal sebelah dalamnya menempel pada posterior

puncak lakrimal sedangkan bagian superfisialnya menempel pada

bagian anterior tendon kantus medialis. Ujung bagian dalam dari otot

orbikularis pretarsal berfusi membentuk serabut serat menonjol yang

disebur Horner’s muscle, sampai ke bagian posterior tendon kantus.

Otot-otot orbikularis pretarsal palpebra superior dan interior bersatu di

area kantus lateralis membentuk tendon kantus lateral.1,2

Otot orbikularis preseptal bagian dalamnya menempel pada fasia di

sekeliling sakus lakrimalis dan posterior puncak lakrimal, sedangkan

bagian superfisialnya menempel pada bagian anterior tendon kantus

medialis. Pada bagian lateral, otot-otot preseptal membentuk raphe

palpebra di atas batas lateral dari orbita.1,2,7

Gambar 2.8 Otot Orbikularis Oculi dari dalam orbita


Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016

Bagian orbital orbikularis okuli muncul dari bagian anterior dari

tendon kantus medialis dan menutupi periosteum. Pada sebelah bawah


palpebra inferior, serat-serat otot ini melintasi zigomatikum dan

kemudian menutupi otot-otot levator bibir. 1,2,7

Di sebelah superior dan medial otot orbikularis bagian orbita

terdapat otot korugator supersiliar yang melintang secara horizontal

kearah hidung. Otot ini ikut berperan dalam membentuk alur vertikal

pada jembatan hidung. Di sebelah medial otot korugator terdapat otot

proserus yang berjalan vertikal. Di bawah otot orbikularis okuli terdapat

satu lapisan jaringan pengikat yang berisi pembuluh darah dan saraf

untuk palpebra.1,2

Otot orbikularis okuli mendapat persarafan dari cabang temporal

dan zygomatikum N. Fasialis yang masuk ke lapisan dalam dari otot

melalui sisi lateral. Anatomi dari kantus medial amatlah rumit karena

banyak struktur yang tersusun secara 3 dimensi terletak pada area

yang sempit. Otot Horner’s berlokasi pada bagian ½ atas sakus lakrimal

dan menempel ke sakus melalui cabang posterior dari tendon kantus

media dan jaringan ikat, dengan relaksasi akan berbentuk struktur

konveks anterior. Pada saat otot Horner’s berkontraksi terjadi

pemendekan jarak antara titik origin dan insersi, bergerak menjauhi

sakus. Sebagai hasilnya ½ atas dari dinding lateral sakus melebar

kearah lateral karena traksi dari otot Horners. Pada saat relaksasi,

kembali membentuk struktur koveks anterior, mendorong ½ atas sakus

kearah medial.1,2,10
Orbikularis okuli preseptal atas dan orbital menempel ke forniks

atas sakus. Forniks tertarik dan melebar ke superior pada saat

kontraksi orbikularis. Bagian otot orbikularis ini merupakan antagonis

dari bagian medial aponeurosis levator pada saat relaksasi

orbikularis.1,2

Kedua kanalikulus dan sakus lakrimalis terbagi menjadi dua

kompartemen yang berbeda pada hubungannya dengan otot Horner’s.

Bagian ½ atas dari sakus lakrimal berhubungan dengan otot Horner’s

melalui cabang posterior tendon kantus medial dan jaringan ikat.

Bagian ½ bawah berhubungan dengan fasia oleh otot Horner’s. Bagian

medial kanalikulus lakrimal (kanalikulus lakrimal komunis) tidak tertutup

oleh otot Horner’s, tetapi tertutup oleh otot orbikularis preseptal dan

orbital pada permukaan anteriornya. 1,2,10

3. Septum Orbita

Kerangka fibrosa dari kelopak mata dibentuk oleh suatu lapisan

membran yang disebut septum orbital yang meluas pada bagian margin

orbital dan terletak di sebelah posterior dari ligament palpebra medial.

Pada sisi lateral orbita, septum orbita terletak di sebelah posterior dari

raphe otot orbikularis okuli tetapi sebelah anterior dari ligament

palpebra lateral. Septum orbital memisahkan kelompak mata dari isi

ruang orbita.1,2
Pada palpebra superior, septum orbita bersatu dengan aponeurosis

levator palpebra sekitar 2-5 mm di atas batas superior tarsal. Di

palpebra inferior septum orbita bersatu dengan fasia kapsulo palpebra

sedikit di bawah batas inferior tarsal. 1,2,9

4. Lemak Orbita

Septum orbita berfungsi sebagai barrier antara orbita dengan

palpebra untuk mencegah penyebaran infeksi dan perdarahan. Pada

kelopak mata atas, ada 2 buah kantong lemak: nasal dan central

(preaponeurotic fat pad). Pada kelopak mata bawah, ada 3 buah

kantung lemak: nasal, central (preaponeurotic fat pad), dan temporal.

Lemak orbita biasanya terletak di posterior septum orbita dan disebelah

anterior aponeurosis levator. Pada pasien usia lanjut, lemak orbita

kadang-kadang menonjol ke arah palpebra. Lemak orbita merupakan

suatu pertanda penting dalam tindakan operasi palpebra dan perbaikan

laserasi palpebra karena lemak orbita ini terletak langsung di belakang

septum orbita dan didepan aponeurosis levator palpebra. 1,3


Gambar 2.9 Lemak Orbita
Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016

5. Otot Rektraktor Palpebra

Otot rektraktor pada palpebra superior adalah otot levator palpebra

dengan aponeurosisnya dan otot tarsalis superior (otot Muller).

Sedangkan otot rektraktor pada palpebra inferior adalah fasia

kapsulopalpebra dan otot tarsalis inferior.2,9,10

Pada palpebra superior terdapat suatu kumpulan otot yang

berfungsi untuk menaikkan palpebra yang disebut otot levator palpebra

superior. Insersi dari tendon otot ini merupakan suatu aponeurosis yang

masuk ke septum orbital yang kemudian melekat pada permukaan

anterior dari lempeng tarsal superior. Beberapa serat dari otot levator

palpebra superior ada yang masuk di antara otot orbikularis okuli yang

kemudian melekat ke kulit dan membentuk alur horizontal pada

palpebra superior. Otot levator palpebral berasal dari puncak orbita,

yang muncul dari periorbital tepat di atas anulus zinn. Panjang otot ini

sekitar 40 mm, sedangkan panjang bagian aponeurosisnya sekitar 14-

20 mm. Pada bagian peralihan antara bagian otot dan aponeurosis

terdapat suatu ligamen transversa superior yang disebut Ligamen

Whitnall. Ligamen ini berfungsi sebagai penahan palpebra superior dan

jaringan orbita superior.1,2

Bagian medial dan lateral dari aponeurosis levator palpebra

superior melebar sehingga disebut horn. Bagian lateral dari horn


melekuk kearah glandula lakrimalis sehingga batas lateral dari

aponeurosis otot levator palpebra superior ini diselubungi oleh kelenjar

lakrimalis. Bentuk seperti ini membagi kelenjar lakrimalis menjadi

bagian tipis di palpebra dan bagian tebal di orbital. Lateral horn

kemudian menempel pada bagian marginal dari tuberkel tulang

zigomatikus dan ligmen palpebra lateral. Perletakan medial dan lateral

horn berguna untuk pergerakan otot di palpebra superior. 1,5,12

Dari bagian permukaan inferior dari aponeurosis berjalan suatu

lapisan otot halus yang tipis yang disebut otot tarsal superior yang

berinsersi di batas atas lempeng tarsal superior. Pada permukaan

inferior dari aponeurosis terdapat suatu lapisan fasia yang berjalan naik

di belakang septum orbital dan kemudian melekat pada periosteum

orbita.1,5

Otot Muller berasal dari permukaan dari levator palpebral superior,

kira-kira sejajar dengan ligament Whitnall, yang terletak sekitar 12-14

mm di atas margin tarsal superior. Otot ini membantu mengangkat

palpebra superior sekitar 2 mm. Otot Muller ini melekat erat pada

kongjungtiva di sebelah posteriornya.1,5

Bagian otot berlapis dari levator palpebra superior dipersarafi oleh

serabut saraf yang berasal dari cabang nervus okulomotorik sedangkan

otot halus (otot tarsal superior) dipersarafi oleh serabut saraf simpatik

dari ganglion simpatik servikal superior. Levator palpebra superior

berfungsi menaikkan palpebra superior. Keadaan takut atau gembira


menyebabkan kontraksi otot halus dan membuat palpebra superior

lebih baik lagi. Paralisis dari saraf simpatik ini menyebabkan otot tidak
1,5
dapat bergerak naik (ptosis).

Fasia kapsulopalpebra dari palpebra inferior mempunyai fungsi

yang sama dengan otot levator palpebra superior. Fasia ini berasal dari

perlekatan serabut otot rektus inferior. Septum orbital bersatu dengan

fasia kapsulopalpebra sedikit di bawah tarsus. 1,2,10

Otot tarsalis inferior menempel pada batas bawah lempeng tarsal

dari palpebra inferior dan berhubungan dengan bagian fasia dari otot

rektus inferior. Otot tarsalis inferior berfungsi untuk menurunkan

palpebra inferior.1,2,810

6. Lempeng Tarsal

Tarsal adalah lempeng padat dari jaringan ikat yang berfungsi

sebagai penopang struktural kelopak mata. Lempeng tarsal kelopak

mata atas berukuran 10-12 mm secara vertikal di tengah kelopak mata.

Pengukuran lempeng tarsal kelopak mata bawah maksimum adalah 4

mm. Lempeng tarsal memiliki perlekatan yang kaku pada periosteum

tendon kantus medial dan lateral. Lempeng tarsal dapat bergeser

secara horizontal seiring bertambahnya usia akibat meregangnya

tendon medial dan lateral. Kedua lempeng tarsal biasanya memiliki

tebal 1 mm dan lancip di ujung medial dan lateral saat mendekati


tendon cantus. Di dalam tarsal terdapat kelenjar meibom yang

merupakan kelenjar sebaceous yang termodifikasi.1,2,9

Ligamen palpebra medial melekatkan tarsus pada puncak lakrimal

dan bagian frontal prosesus maksila. Ligamen tersebut memiliki batas

atas yang tidak tegas tetapi batas bawahnya tegas dan tebal. Ligamen

palpebra medial terletak disebelah dari sakus lakrimalis. 1,2,9

Ligamen palpebra lateral meletakkan tarsal ke margin orbital yang

dibentuk oleh tulang zigomatikus. Kelenjar tarsalis (Glandula Meibom)

menempel pada lempeng tarsal yang berjumlah sekitar 20-25 buah

pada setiap palpebra. Kelenjar ini tersusun dalam satu baris dan

mensekresi cairan melalui margin palpebra. Glandula tarsalis

merupakan modifikasi dari kelenjar sebasea, mempunyai saluran yang

cukup panjang yang dikelilingi oleh sekitar 10-15 asini. Lubang dari

duktus tarsalis dibatasi oleh epitel skuamosa dan sel-sel asini yang

berbentuk polyhedral. Cairan yang disekresikan oleh kelenjar tarsalis

merupakan cairan berminyak yang berfungsi mencegah pengaliran

yang berlebihan dari air mata.,1,2,9


Gambar 2.10 Lempeng Tarsal
Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016

7. Konjungtiva

Kongjungtiva palpebra merupakan suatu lapisan mukosa tipis yang

melapisi palpebra. Konjungtiva palpebra berhubungan dengan

konjungtiva bulbi di forniks superior dan inferior. Pada margin

palpebra, konjungtiva berubah menjadi lapisan kulit dimana lapisan

epital skuamosa non keratin berubah menjadi lapisan epital sel keratin

bertingkat atau epidermis.1,2,7

Gambar 2.11 Konjungtiva Bulbi (Merah), Fornik (Hitam), Tarsal (Biru)


Dikutip dari American Academy of Opthalmology, Fundamentals and Principles
Of Opthalmology in Basic and Clinical Science Course. 2018-2019

Pada bagian belakang palpebra terdapat suatu lekukan dangkal,

yang dinamakan sulkus subtarsal yang berfungsi untuk menangkap

benda asing yang masuk ke mata. Sulkus subtarsal ini terletak sekitar 2

mm dari batas posterior margin palpebra. Lapisan kongjungtiva


palpebra kaya akan pembuluh darah sehingga bagian belakang dari

palpebra tampak berwarna kemerahan. Lapisan konjungtiva yang tipis

membantu pemeriksaan untuk dapat melihat glandula tarsalis yang

berbentuk alur-alur berwarna kekuningan.1,2

2.2.2 Vaskularisasi Kelopak Mata

1. Arteri

Suplai darah arteri pada palpebra berasal dari 2 sumber utama

yaitu :1,2,7

a. Arteri karotis interna yang mengalirkan darah ke arteri oftalmika dan

cabang-cabangnya (supraorbita dan lakrimal)

b. Arteri karotis eksterna melalui pembuluh darah arteri di wajah

(angular dan temporal). Sirkulasi kolateral diantara kedua sumber

darah arteri ini beranastomose dan membentuk arcade marginal

dan perifer pada kedua palpebra.


Gambar 2.12 Vaskularisasi Arteri Palpebra
Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016

2. Vena

Pengaliran darah vena pada palpebra dapat dibagi menjadi 2

bagian yaitu pretarsal dan post-tarsal. Pembuluh vena di jaringan pretarsal

mengalirkan darah ke vena angular di sebelah medial dan ke vena

temporal superficial di sebelah lateral. Darah vena dari post-tarsal

mengalir ke vena di orbital, cabang dalam dari vena fasialis anterior dan

pleksus pterigoid. 1,2,7

Gambar 2.13 Vaskularisasi Vena Palpebra A. Tampak Anterior B. Tampak Anterior


Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016

2.2.3 Saluran Limfatik


Pembuluh limfatik pada bagian medial dari palpebra mengalir

menuju nodus limfatik di submandibula. Sedangkan bagian lateralnya

mengalir menuju nodus preaurikular superfisial dan kemudian ke nodus

servikal sebelah dalam.1,2,7

Gambar 2.14 Sistem Limfatik Palpebra


Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016

2.2.4 Persarafan

Persarafan sensorik palpebra berasal dari cabang supraorbital (V1)

dan maksilaris (V2) dari N. Trigeminus (N.V). Cabang-cabang suprorbita

mempersarafi bagian frontal dan lateral periokular. Cabang-cabang

maksilaris mempersarafi bagian palpebra inferior dan pipi. Persarafan

motorik pada palpebra berasal dari N. III, N. VII dan saraf-saraf

simpatis.1,2,7
Otot orbikularis okuli mendapat persarafan dari cabang temporal

dan zigmatikus saraf fasial. Otot halus dari palpebra (otot tarsal superior

dan inferior) mendapat persarafan dari saraf simpatik servikal superior. 1,2,7

Gambar 2.15 Sistem Persyarafan Palpebra


Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016

2.3 Fisiologi Kelopak Mata

Kelopak mata merupakan suatu bagian dari mata yang berperan

penting dalam fungsi proteksi mata. Palpebra melindungi mata dari

trauma dan sinar yang berlebihan dengan jalan menutup mata atau

berkedip. Palpebra juga membantu mendistribusikan air mata ke seluruh

permukaan anterior mata yang kemudian mengalir keluar melalui sudut

medial mata ke hidung.1,2,9


Fungsi proteksi dari palpebra dijalankan melalui mekanisme : 1,2,9

a. Sensasi silia

Fungsi perlindungan mata yang pertama dijalankan oleh silia dan

supersilia. Silia atau bulu mata tersusun dalam dua baris di margin

palpebra dengan jumlah sekitar 100-150 silia di palpebra superior dan

setengahnya pada palpebra inferior. Pada palpebra superior, silia

berbentuk kurva yang melengkung kearah luar atas sedangkan pada

pabpebra inferior melengkung kearah luar bawah.1,2,9

Silia yang tumbuh dari folikel rambut di palpebra superior dan

inferior berbentuk silinder, pendek, dan kokoh. Setiap folikel di kelilingi

oleh kelenjar sebasea (glandula Zeis) dan oleh suatu jaringan saraf

yang mempunyai ambang rangsang sangat rendah. Suatu rangsang

yang disebabkan oleh partikel debu sudah cukup untuk merangsang

jaringan saraf di folikel dan membuat reflex mengedip. Masa tumbuh

rata-rata silia sekitar 3-5 bulan yang kemudian akan rontok untuk

kemudian diganti dengan silia baru. Jika satu silia dicabut maka akan

tumbuh silia baru yang akan mencapai ukuran maksimal dalam 2

bulan. Jika silia digunting maka pertumbuhannya akan lebih cepat dan

akan mencapai ukuran normal dalam beberapa minggu. 1,9,10

b. Sekresi Kelenjar Palpebra

Sistem proteksi mata juga dijalankan melalui sekresi kelenjar di

palpebra yang terutama oleh kelenjar meibom yang terdapat di

lempeng tarsal. Kelenjar ini menghasilkan suatu cairan minyak yang


melapisi bola mata. Lapisan minyak yang bersifat minyak ini berfungsi

untuk mencegah agar cairan mata tidak keluar dari bola mata melalui

margin palpebra.1,7,9

c. Pergerakan Palpebra

Pergerakan palpebra menutup dan membuka merupakan faktor

terpenting dalam fungsi perlindungan bola mata. Pergerakan palpebra

terdiri dari :1,7,10

1. Elevasi

Elevasi dari palpebra superior disebabkan oleh kontraksi otot

levator palpebra superior yang mengangkat palpebra sekitar 10

mm melawan gaya gravitasi. Elevasi dari palpebra superior ini

juga dibantu oleh serta otot-otot halus seperti otot Muller, yang

muncul dari bawah permukaan otot levator palpebra superior

yang kemudian berinsersi pada margin atas dari lempeng tarsal.

Otot levator palpebra superior merupakan elemen utama dari

pergerakan elevasi palpebra superior yang dalam aktivitasnya

berhubungan dengan otot rektus superior. Pada pergerakan

yang dalam aktivitasnya berhubungan dengan otot frontalis

membantu otot levator dalam mengangkat palpebra superior.


Pada saat pergerakan bola mata kearah atas, palpebra superior

mengikuti pergerakan bola mata tersebut. 9,10

2. Pergerakan Menutup

Pergerakan menutup dari palpebra disebabkan karena aksi

dari otot orbikularis okuli, yang dipengaruhi oleh kombinasi kerja

otot dan saraf.8-10

3. Pompa Lakrimal

4. Air mata dipompa setiap kali mata berkedip. Air mata ini

dikeluarkan untuk melindungi mata dan membersihkannya dari

kotoran yang mungkin menempel. Mekanisme pompa ini adalah

sebagai berikut :

a) Pada awal kedipan, saluran drainase lakrimal mengandung

cairan air mata yang telah ada pada kedipan sebelumnya

b) Ketika kelopak mata atas turun, papillae yang mengandung

bukaan punkta terangkat dari batas kelopak medial

c) Sisa dari penutupan kelopak bekerja untuk memeras

kanalikuli dan sakus melalui kerja orbikularis okuli, memaksa

cairan yang terkandung keluar melalui duktus nasolakrimal

d) Saat kelopak tertutup sempurna, sistem ini dikompresi dan

sebagian besar kosong dari cairan

e) Pada awal fase pembukaan mata, puncta masih tertutup, dan

kerja katup pada akhir bagian dalam kanalikuli (mungkin


dalam duktus nasolakrimal) bekerja untuk mencegah

kembalinya cairan atau udara, daya kompresif berakhir dan

dinding elastis saluran ini berupaya kembali ke bentuk

normalnya, daya elastis ini menyebabkan vakum parsial

terbentuk dalam kanalikuli dan sakus

f) Tenaga hisapan yang menahan bagian puncta batas kelopak

mata dilepaskan ketika kelopak telah cukup terbuka, yaitu

sekitar dua pertiga terbuka, papillae puncta secara tiba-tiba

terbuka pada titik ini, membuka kanalikuli untuk masukan

cairan, yang terjadi selama beberapa detik pertama setelah

kedipan.
BAB III

OPERASI ALIS DAN KELOPAK MATA

3.1 Prinsip Dasar Operasi

Tujuan dari operasi rekonstruktif dan estetika pada kelopak mata

adalah untuk memperbaiki struktur kelopak mata dengan jaringan parut

yang minimal. Terlepas dari teknik mana yang digunakan, hasil akhir

sangat tergantung pada prinsip-prinsip dasar bedah dari penempatan

sayatan, pilihan teknik jahit dan penjahitan, penyembuhan luka, dan

perawatan pasca operasi. Penggunaan teknik yang tepat memungkinkan

ahli bedah untuk meminimalkan pembentukan bekas luka sementara

mempercepat pemulihan setelah operasi.5,8,9

3.1.1 Anastesi Lokal

Anestesi lokal yang paling umum digunakan adalah obat tetes mata

tetracaine dan suntikan dengan lidocaine (Xylocaine) dan bupivacaine

(Marcaine) dengan epinefrin. Hemostasis dapat dipertahankan dengan

epinefrin, yang mengurangi perdarahan dengan menyebabkan


vasokonstriksi pleksus subdermal. Butuh waktu 7 hingga 8 menit untuk

efek ini terjadi setelah injeksi. Untuk meminimalkan rasa sakit yang terkait

dengan injeksi, setelah pemberian tetes mata tetracaine untuk pasien

yang tidak di bawah anestesi sistemik, anestesi lokal diinfiltrasi secara

perlahan dengan jarum no. 27.5,10

3.1.2 Lokasi Insisi Kulit

Hasil akhir dari bekas luka operasi sangat dipengaruhi oleh

penempatan sayatan dan penutupan luka dengan tegangan rendah.

Sayatan yang dibuat tegak lurus dengan permukaan kulit akan

mempercepat penyembuhan epitel dan lebar bekas luka yang lebih

sempit. Insisi miring menghasilkan dermal overlap, yang menyebabkan

peningkatan epidermis dan jaringan parut. Sebaiknya sayatan

ditempatkan dalam garis lipatan kulit, seperti dalam lipatan kelopak mata.

Bila tidak terdapat lipatan mata, sayatan harus ditempatkan sejajar

dengan garis-garis kulit yang memiliki tegangan minimal, yang diciptakan

oleh kontraksi otot yang mendasari dan tegak lurus terhadap sumbu otot-

otot. Garis-garis dengan tegangan minimal ini umumnya sejajar dengan

garis-garis kerutan dan garis ekspresi wajah. Bekas luka yang

ditempatkan sejajar dengan garis-garis kulit tersebut tidak akan terlalu

terlihat. Sayatan di dekat alis dapat disembunyikan dengan

menempatkannya di tepi superior dari rambut alis. Sayatan di daerah pipi

dan lateral kantus harus lebih miring dan sejajar dengan lipatan nasojugal

dan garis senyum.5,9,10


3.1.3 Instrumen dan Benang Jahit

Pemilihan benang jahit yang tepat, ukuran jarum, dan instrumen

tergantung pada kedalaman dan lebar luka. Terdapat 2 jenis benang jahit,

yang dapat diserap dan tidak dapat diserap. Benang jahit yang dapat

diserap termasuk catgut (chromic dan plain), dan asam poliglikolat seperti

vicryl, dexon, maxon, PDS, dan monocryl. Benang jahit yang tidak dapat

diserap menyebabkan lebih sedikit reaksi jaringan dan termasuk bahan

monofilamen sintetik seperti nilon dan prolene. Sutra adalah jenis benang

tidak dapat diserap yang memiliki sifat mengikat terbaik dan paling lentur.

Secara umum, jahitan 4-0 dan 5-0 digunakan untuk lapisan dalam, dan

jahitan 6-0 dan 7-0 digunakan untuk penutupan kulit. Plain catgut

menyerap cepat dan dapat mempertahankan kekuatan tarik selama 4

hingga 7 hari. Chromic catgut dibuat dengan larutan garam krom untuk

membekukan protein. Proses ini memperpanjang retensi kekuatan tarik

catgut hingga 30 hari, dengan penyerapan total hingga 90 hari. Catgut

diserap oleh degradasi enzim proteolitik, diikuti oleh fagositosis. Dexon

dan vicryl lebih kuat dari catgut dan kehilangan kekuatan tarik pada 30

hari, dengan penyerapan hingga 90 hari. PDS dan monocryl

mempertahankan kekuatan tarik selama 60 hari, dengan penyerapan total

hingga 180 hari. Karena PDS dan monocryl adalah jenis monofilamen dan

mengalami degradasi dengan hidrolisis, lebih sedikit reaksi jaringan


inflamasi yang tercipta. PDS adalah polydioxanone, yang merupakan

senyawa ester-eter.5,8

Benang jahit tersedia dengan berbagai jarum swaged-on, seperti

cutting, reverse-cutting, taper, dan jarum spatula. Diameter jarum

bervariasi dan umumnya adalah threeeighths circle. Jarum cutting

digunakan untuk jahitan dalam dan fiksasi periosteal, jarum taper atau

reverse-cutting digunakan untuk penutupan kulit, dan jarum spatula

digunakan untuk menjahit pelat tarsal.5,6,8

Instrumen bedah harus mencakup berbagai jenis pemegang jarum,

(needle holder), forsep jaringan, dan gunting. Pemegang jarum tipe

spring-type locking atau nonlocking umumnya digunakan untuk benang

jahit ukuran 4-0 hingga 7-0. Pemegang jarum Webster dapat digunakan

secara efektif untuk jarum yang lebih besar. Forsep jaringan dengan gigi

harus digunakan untuk meminimalkan trauma jaringan lokal. Forsep

jaringan Adson harus digunakan untuk flap yang tebal, dan forsep Bishop-

Harmon harus digunakan untuk menangani jaringan yang lebih halus.

Forsep Lester mirip dengan forsep Uskup-Harmon dan tersedia dengan

tipe fine-teeth atau extra-fine teeth. Fine skin hooks, Blair retractors, dan

Tyrell-Iris hook digunakan untuk retraksi jaringan atraumatik. Gunting yang

paling umum digunakan adalah gunting iris untuk flap otot-kulit, dan

gunting Stevens Tenotomy dan gunting Westcott Spring digunakan untuk

jaringan yang lebih halus.5,8,9


Gambar 3.1 Instrumen Blepharoplasty
Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016
3.1.4 Teknik Jahit

Luka traumatis harus dipersiapkan dengan baik untuk

meminimalkan bekas luka yang dihasilkan. Jika tepi luka rusak atau kasar,

tepi yang tidak beraturan harus dipotong. Semua kotoran dan benda asing

harus dikeluarkan dari luka, diikuti dengan irigasi dengan larutan antibiotik.

Selanjutnya, luka dibersihkan dengan larutan antiseptik. Untuk

mendapatkan hasil fungsional dan kosmetik yang baik, luka yang

menembus jauh ke dalam jaringan subkutan harus ditutup berlapis-lapis.

Semua dead space harus dihilangkan, sehingga tepi kulit berada dalam

posisi tanpa ketegangan atau tepi yang tumpang tindih. Tehnik jahitan

interuptus (terputus) dengan menggunakan benang yang dapat di serap

dilakukan untuk menutup lapisan bagian dalam. Jahitan kulit sebaiknya

didekatkan secara longgar.5,6

Gambar 3.2 Penempatan Jahitan pada Tepi Luka


Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016
Gambar 3.3 Mattress Suture mengurangi ketegangan untuk penutupan kulit.
A, Tipe Vertikal. B, Tipe Near-far–far-near.
Dikutip dari Eyelid and Preorbital Surgery. 2016
Ketika menggunakan penutup mata untuk melindungi luka, balutan

tidak harus ditempel dengan kencang, karena balutan yang ketat dapat

meningkatkan tekanan intraorbital. Laporan kebutaan telah dikaitkan

dengan peningkatan tekanan intraorbital, menyebabkan oklusi arteri retina

sentral dari perdarahan pasca operasi atau pembentukan hematoma. 5,8

Jahitan sebaiknya dilepas dalam 7 hari, tergantung pada ukuran

dan jenis benang jahitan. Jika jahitan dibiarkan terlalu lama, bekas jahitan

dapat berepitelisasi, menghasilkan kista inklusi. Benang jahit sutra 6-0

dilepas dalam 4 hingga 5 hari, dan Benang jahit nilon atau Prolene dilepas

dalam 6 hingga 7 hari.5,9

3.1.5 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka normal dapat dibagi menjadi empat fase,

yaitu:5,8,9

1. Fase inflamasi

2. Fase fibroblastik

3. Fase pematangan bekas luka

4. Fase kontraksi luka


Fase inflamasi penyembuhan luka sering disebut sebagai fase

laten. Saat terjadi luka jaringan dibuat baik secara pembedahan atau

trauma, akan terjadi respons seluler dan humoral yang kompleks.

Interleukin dan berbagai faktor kemotaksis distimulasi yang menarik

leukosit, makrofag, fibroblas, dan sel-sel lain yang terlibat dalam

penyembuhan luka. Luka disiapkan untuk fase fibroblastik dengan

membersihkan bakteri, debris, dan jaringan nekrotik. Jika masih terdapat

bahan asing pada di luka, akan terjadi peradangan kronis yang dapat

membentuk granuloma. Epitelisasi permukaan luka terjadi selama fase

inflamasi dan umumnya selesai dalam 24 jam.5,9

Setelah 4 hingga 6 hari, fase fibroblastik dimulai dengan stimulasi

fibroblas yang bermigrasi ke luka selama fase inflamasi. Fibroblas yang

berkembang biak menghasilkan jumlah kolagen yang meningkat selama 2

hingga 4 minggu. Keseimbangan dinamis antara produksi kolagen dan

degradasi kolagen terjadi pada fase ini. 5,8

Selama bulan kedua penyembuhan luka, fase pematangan bekas

luka dimulai, terjadi pengurangan kepadatan fibroblas. Kekuatan tarik

jaringan terus meningkat, dan dan memuncak dalam 12 minggu.

Meskipun fase pematangan berlanjut selama bertahun-tahun, kekuatan

tarik tidak pernah mencapai kekuatan jaringan sebelum luka dibuat.

Karena bentuk akhir dari bekas luka tidak dapat ditentukan sampai satu

tahun setelah operasi, perbaikan pada bekas luka umumnya tidak boleh

dilakukan sampai periode penyembuhan telah selesai. 5,6


3.2 Proses Penuan Pada Alis dan Kelopak Mata

Sebelum prosedur bedah dilakukan, ahli bedah harus terlebih

dahulu memiliki pemahaman yang jelas dan menyeluruh tentang

perubahan anatomi yang terjadi sebagai akibat dari proses penuaan.

Meskipun perubahan ini dapat bervariasi di antara individu, ada beberapa

penyebab umum dari penuaan, termasuk sifat genetik keluarga, hilangnya

elastisitas, kerusakan akibat sinar matahari, turunnya jaringan periorbital,

dan deflasi lemak periorbital. Ligamen penahan di daerah periorbital

adalah ligamen osteokutan yang tetap, seperti ligamen orbitomalar di

sepanjang tepi orbital inferior. Ketika jaringan lunak turun, jaringan akan

ditahan oleh ligamen ini, sehingga menciptakan cekungan (lingkaran

hitam) di bawah kelopak mata. Perubahan karena penuaan juga terjadi di

wajah bagian atas dan bawah. Banyak dari perubahan penuaan ini dapat

diperbaiki.8-10

Seiring bertambahnya usia, terjadi perubahan posisi pada dahi dan

alis mata. Menurunnya posisi dibuktikan dengan penurunan jarak antara

alis - bulu mata. Kontraksi berulang dari M. Depressor Supercilli, M.

Corrugator Supercilii, dan procerus, juga menyebabkan ptosis alis bagian

nasal dan alur-alur glabella. Penyempitan jarak alis-bulu mata

menciptakan tampilan hooding di kelopak atas, sehingga mengaburkan

lipatan kelopak atas, serta ruang pretarsal atau ruang "eyeshadow" pada

wanita.8-10
Hilangnya elastisitas dan penurunan alis menciptakan

dermatochalasis di kelopak atas, menghasilkan hooding (tudung) yang

mengaburkan lipatan kelopak mata atas. Hal ini disebabkan oleh

hilangnya elastisitas pada kulit itu sendiri, kelemahan dan penurunan alis.

Hilangnya kekuatan septum orbita dan ketidakmampuan jaringan

ikat di sekitarnya untuk menahan kantung lemak mata sering

menyebabkan penonjolan lemak di kelopak mata atas. Posisi tonjolan

lemak dapat bervariasi di antara pasien. 9-11

Gambar 3.4 Variasi Anatomi Kelopak Mata


Dikutip dari Atlas of Aesthetic Eyelid and Periocular Surgery. 2004

Variasi anatomi pada kelopak mata atas ditampilkan oleh berbagai

kelompok etnis dan perubahan yang terkait dengan penuaan dalam setiap
kelompok memungkinkan terjadinya konvergensi anatomi. Banyak

perbedaan etnis ini terhapus oleh penuaan dan / atau kelemahan

struktur.12

3.3 Aspek penilaian estetika

Gambaran estetika bentuk alis dan mata merupakan dasar

keberhasilan dalam operasi meremajakan bagian atas wajah.

Keberhasilan ini berhubungan dengan jenis kelamin, usia, ras, budaya

dan tampilan personal. Pada umumnya tujuan estetika adalah untuk

memperindah dahi, alis mata dan temporal kepala. Jarak ideal dari alis

mata ke lubang orbital, alis mata ke lipatan supratarsal, dan alis mata ke

mid pupil seharusnya adalah 1 cm, 1.6 cm, dan 2.5 cm. Kemiringan rata-

rata pada wanita adalah 4.1 mm dan pada pria adalah 2.1 mm. Kulit

pretarsal dapat diukur 3 hingga 6 mm dan bulu mata hingga ke kelopak

jaraknya dari 8 mm hingga 10 mm. Kelopak mata atas menutupi 2 hingga

3 mm iris dan kelopak mata membentuk “Lazy-S” dan bertemu dengan

bagian inferior.12

Ellenbogen menggambarkan hubungan estetika alis mata pada

bagian wajah lainnya, yaitu :12

1.Pada wanita, alis mata dimulai di bagian tengah pada garis vertikal

yang digambarkan tegak lurus terhadap hidung. Dan melengkung

pada rima orbital superior. Pada laki-laki melengkung sepanjang

rima orbital superior.


2.Alis mata lateral berakhir pada garis melintang yang tergambar tegak

lurus dengan hidung dan canthus lateral.

3.Bagian tengah dan lateral berakhir kira-kira pada level horizontal

yang sama.

4.Apeks dari alis mata membentuk garis vertikal langsung di atas

limbus lateral.

Gambar 3.5 Gambaran ideal alis mata. A. Wanita B. Pria


Dikutip dari Master techniques in blepharoplasty and periorbital rejuvenation 2011.

3.4 Operasi Alis Mata

3.4.1 Direct Brow Elevation / Direct Browlift

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Passot pada tahun 1930.

Merupakan pendekatan paling sederhana, insisi dilakukan tepat diatas alis

sehingga dapat mengangkat langsung alis bagian lateral. Biasanya

digunakan untuk kasus brow ptosis ringan dan sedang pada pasien yang

memililki alis tebal. Dilakukan paling banyak pada pria. Teknik ini di

indikasikan untuk usia lanjut yang memiliki dominasi brow ptosis kearah

lateral. Kelemahannya dapat timbul scar yang sangat jelas terutama pada

pasien yang memiliki alis yang terang dan berambut merah dan sering
terjadi kehilangan bulu mata, yang menyebabkan abnormalitas bentuk dari

margin kelopak mata atas.2,5,12,13

Tanda dibuat di atas alis atau pada lipatan kulit di atasnya. Jumlah

alis ptosis ditentukan dengan mengangkat bagian alis yang ptosis. Jumlah

ketinggian alis yang dibutuhkan diukur dan di beri tanda di atas

penandaan awal, sesuai dengan jumlah ptosis yang perlu diperbaiki.

Secara umum, diambil lebih dari 10 mm dan kurang dari 15 mm, kecuali

jika dikaitkan dengan kelumpuhan N. VII. Tanda yang sudah dibuat di

insisi dengan pisau no. 15, kulit dan lemak subkutan direseksi. Luka

kemudian ditutup dengan poliglaktin 4-0 jahitan terputus, diikuti dengan

jahitan polietilen 5-0. Teknik penutupan dan pilihan jahitan bervariasi di

antara ahli bedah. 11-14

Gambar 3.6 Pasien sebelum (a) dan setelah (b) direct browplasty dan blefaroplasti
kelopak mata atas
Dikutip dari Surgical Management of Ptosis and Brow Ptosis. 2017

3.4.2 Midforehead Browlift


Teknik browlift saat ini sudah dimodifikasi dengan melakukan

insisi koronal pada midforehead yaitu dengan melakukan sayatan tepat

pada kerutan dahi. Pada tahun 1980-1990, teknik ini merupakan kriteria

standar untuk prosedur browlift. Meskipun teknik ini dapat meminimalkan

timbulnya scar yang nyata, teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu

meningkatkan resiko hematoma dan cedera syaraf, kesulitan

mengembalikan kontur kelopak mata, dan distorsi kesejajaran bulu mata.

Kelemahan ini sama dengan kelemahan teknik modifikasi pretrichial

kecuali adanya distorsi kesejajaran bulu mata. Insisi dilakukan pada

pertengahan dahi dan dianjurkan pada pasien yang memiliki kerutan dahi

melintang yang dalam sehingga dapat menyembunyikan bekas luka. 10-14

3.4.3 Transblepharoplasty Browpexy

Dilakukan untuk memperbaiki posisi alis dengan membuang

jaringan otot, lemak dan kulit yang berlebih. Teknik dilakukan melalui insisi

blepharoplasty standar. Keuntungan prosedur ini lebih sederhana dan

letak luka operasi tepat pada skin crease. Kerugiannya dapat mengenai

neovaskular supraorbital dan menyebabkan kerusakan saraf cabang

lakrimal, zygomaticofrontal dan zygomaticotemporal. Menurut Mc Cord

dan Doxanas dapat menyebabkan anaesthesia dan paraesthesia pada

bagian lateral alis setelah tindakan, namun ini bersifat sementara dan

dapat timbul kembali dalam 6 bulan. 13,16


3.4.4 Pretrichial Browlift

Dilakukan insisi dibagian depan garis rambut yang bertujuan

mengurangi kerutan di dahi. Teknik ini direkomendasikan bagi mereka

yang memiliki jarak 5 cm antara alis mata ke garis rambut, dan tidak

memiliki kerutan di dahi dan memiliki rambut kepala yang penuh. 8,13

3.4.5 Temporal foreheadlift / Lateral Browlift

Digunakan pada brow ptosis yang mengenai sepertiga lateral alis

yang terdapat kelemahan kulit yang berat pada bagian lateral alis,

sementara bagian medial alis dalam posisi normal. Dilakukan melalui

pendekatan subgaleal dengan melepaskan jaringan tipis pada rima orbital

superior dan lateral orbita.2

3.4.6 Endoscopic-assisted Foreheadlift

Teknik browlift dengan metode endoscofic pertama kali

diperkenalkan oleh Vasconez et al pada tahun 1992 dan diterangkan lebih

lanjut oleh Isse pada tahun 1994 dan Steinsapir et al. Merupakan

prosedur kosmetik yang paling sering digunakan karena efektif, kurang

invasif, komplikasi lebih ringan dan waktu rehabilitasi lebih cepat.

Digunakan lebih sering pada wanita muda dengan beberapa kerutan di

dahi terutama pada kondisi brow ptosis yang mengenai dua pertiga nasal

area glabellar. Teknik ini dilakukan dengan insisi tersembunyi dikulit

kepala anterior atau tepat dibelakang garis rambut dibawah pengaruh


anastesi umum. Seluruh dahi dan alis mata direposisi dengan

menggunakan peralatan endoskopi dan video monitoring. 3,17

Bekas insisi ditutup dengan staples dapat dibuka 10-14 hari setelah

operasi. Rambut tidak dicukur dan tidak ada jaringan yang dibuang.

Kerugian tehnik ini harus dipelajari lebih mendalam, menggunakan

peralatan tambahan dan membutuhkan waktu operasi yang lebih

lama.10,15-19

Gambar 3.7. Lokasi insisi untuk coronal forehead (A). Pretrichal forehead
(B) endoscopic assisted (C) midforehead lifts (D) and direct (E) brow-lift.
Dikutip dari Evaluation of the Midforehead Brow-lift Operation. American Medical
Association. 2011

3.5 Operasi Kelopak Mata

Operasi pada kelopak mata atas (blefaroplasti) biasanya digunakan

untuk memperbaiki dermatochalasis, baik untuk keperluan kosmetik

maupun fungsional. Prosedur bedah telah berkembang selama bertahun-

tahun. Saat ini, konsep operasi lebih cenderung ke arah eksisi kulit saja

dan meninggalkan otot orbicularis yang mendasarinya (terutama pada

pasien yang lebih muda atau pada pasien dengan mata kering). Banyak

ahli bedah memotong otot orbikularis lateral untuk membantu peningkatan


alis, mirip dengan menerapkan toksin botulinum pada area ini. Ada juga

yang mempertahankan lemak preaponeurotik dan mengeluarkan bantalan

lemak medial. Adanya prolap kelenjar lakrimal harus diidentifikasi sebelum

operasi sehingga kelenjar dapat direposisi secara intraoperatif. 11-14

Prosedur ini memiliki banyak kemungkinan komplikasi. Perdarahan

pasca operasi dini dapat berpotensi kebutaan; ini paling umum pada

pasien dengan kelainan koagulasi iatrogenik atau bawaan. Komplikasi

potensial lainnya termasuk koreksi berlebihan, undercorrection, kelopak

mata atau lipatan asimetri, bekas luka, mata kering, dan infeksi. Salah

satu komplikasi blefaroplasti kelopak mata atas yang sering diabaikan

adalah depresi alis. Jika kulit dihilangkan di bawah alis, alis akan turun.

Penurunan ini mungkin sangat kecil, tetapi sangat bermakna. Karena itu

pentingnya mengenali ptosis alis sebelum operasi dan mengatasi

malposisi alis pada saat operasi blefaroplasti.8-1

3.5.1. Teknik Operasi

Persiapan bedah melibatkan penandaan kulit berlebih untuk eksisi

sebelum infltrasi anestesi lokal. Tentukan jumlah kulit berlebih yang akan

dipotong dengan memegang kulit kelopak mata atas dengan forsep

jaringan (teknik cubit). Untuk menghindari pengangkatan kulit yang


berlebihan, dilakukan pengukuran setidaknya 20 mm kulit yang tersisa di

antara batas bawah alis dan margin kelopak mata atas.13,14,15

a. Blefaroplasti kelopak mata atas

Blefaroplasti kelopak mata atas dimulai dengan menandai lipatan

kelopak mata (atau tempat lipatan kelopak mata yang diusulkan) dan

kemudian menandai jumlah kulit berlebih yang akan dikeluarkan.

Lakukan insisi di sepanjang garis yang ditandai pada kelopak mata atas. Kulit

dan otot orbicularis oculi yang mendasarinya dapat dieksisi secara bertahap.

Pada pasien dengan sindrom mata kering, harus mempertimbangkan untuk

tidak mengangkat otot orbicularis okuli untuk meminimalkan perkembangan

lagophthalmos. Dilakukan mengangkat kulit dan kemudian secara selektif

dapat menghilangkan orbikularis dan lemak orbital untuk membentuk kembali

kelopak mata atas. Prosedur tambahan untuk membentuk kembali lipatan

kelopak mata dan memposisikan ulang kelenjar lacrimal mungkin

diperlukan.8,11,14,16
Gambar 3.8 Blefaroplasti A, Penentuan lipatan kelopak mata.
Batas ini berfungsi sebagai bawah dari sayatan blefaroplasti.
Lebar atau luas eksisi kulit ditentukan dengan mencubit kulit
penutup di antara forsep. Titik superior ini akan menentukan
lokasi untuk batas superior dari sayatan kulit (kiri). B,
Penentuan tingkat ptosis alis bagian lateral. Tingkat hooding
lateral akan menentukan titik ekstensi lateral yang diperlukan.
Semakin besar hooding, tingkat sayatan tingkat sayatan akan
semakin ke arah lateral.
Dikutip dari Atlas of Aesthetic Eyelid and Periocular Surgery.2004
Gambar 3.9 Blefaroplasti A. Insisi kulit B. Kulit diangkat dengan otot
orbicularis dalam satu manuver menggunakan instrumen C. Insisi orbital
septum
Dikutip dari Atlas of Aesthetic Eyelid and Periocular Surgery.2004

Gambar 3.10 Blefaroplasti Pengeluaran kantong lemak (kiri) penutupan


(kanan)
Dikutip dari Atlas of Aesthetic Eyelid and Periocular Surgery. 2004

b. Blefaroplasti bagian bawah

Blefaroplasti kelopak mata bawah dapat dilakukan melalui sayatan

transkonjungtiva atau transkutan. Sayatan transkutan lebih ditujukan

pada pasien dengan kekenduran kulit kelopak mata yang berlebihan

disertai herniasi lemak orbita sedangkan sayatan transkonjungtiva

ditujukan pada pasien dengan herniasi lemak orbita tanpa adanya

kekenduran kulit. Evaluasi tingkat dan lokasi prolaps lemak pada


kelopak mata bawah untuk menentukan batas eksisi bedah. Selama

blefaroplasti kelopak mata bawah, tentukan lokasi otot inferior oblik,

yang berada di antara bantalan lemak hidung dan pusat, untuk

menghindari kerusakan otot ini. Dilakukan pengangkatan atau

transposisi lemak.11,12,17

Setelah perubahan struktural pada kelopak mata bawah

(pengangkatan lemak, transposisi lemak, pengencangan kelopak mata

horizontal), dilakukan pengangkatan kulit kelopak mata bawah.

Dokter bedah dapat meminta pasien untuk membuka mata dan mulut

sejauh mungkin dan kemudian menilai kelopak mata bawah untuk

melihat apakah kulit yang berlebihan masih ada. Pengangkatan kulit

yang agresif selama blepharoplasti bagian bawah meningkatkan risiko

kelainan kontur kelopak mata bawah, retraksi, dan ektropion. Risiko

ini dapat diminimalkan dengan pengangkatan kulit yang konservatif

dan pengencangan kelopak mata bawah.12-16


Gambar 3.11 Operasi kelopak mata bawah transkutaneous
Dikutip dari www.elrouby-clinic.com/en/blepharoplasti

Gambar 3.12 Operasi kelopak mata bawah transkonjungtiva


Dikutip dari www.elrouby-clinic.com/en/blepharoplasti

c. Blefaroplasti pada pasien Asia

Perbedaan antara kelopak mata Asia dan Kaukasia terletak pada

titik terendah fusi septum orbital dengan levator aponeurosis. Pada

Kaukasia, septum orbital menyatu dengan levator aponeurosis sekitar

8-10 mm dari atas batas tarsal superior. Ketika otot levator

berkontraksi dan menarik kelopak mata atas, kulit membentuk lipatan


di atas batas tarsal superior dan kulit di atas lipatan membentuk

lipatan.4

Pada orang Asia yang tidak memiliki lipatan ini, titik perlekatan

septum obital ke levator aponeurosis lebih rendah, sering serendah

batas tarsal superior. Posisi ini memungkinkan bantalan lemak

preaponeurotik untuk hadir pada titik yang lebih rendah pada kelopak

mata atas, memberikan penampilan yang lebih penuh, Hasilnya adalah

'kelopak mata tunggal' yang tampak lebih tebal tanpa lipatan. 4,8

Pertama menentukan ketinggian vertikal bagian tengah tarsus atas

kemudian ditranskripsi ke permukaan kulit secara terpusat. Ini

berfungsi sebagai titik pusat untuk garis insisi bawah, dengan garis

keseluruhan yang ditentukan oleh bentuk lipatan yang diinginkan.

Bagian atas garis sayatan biasanya mencakup 2 mm kulit. Setelah

sayatan dibuat, dilakukan kauterisasi untuk hemostasis dan kauterisasi

bedah digunakan untuk menginsisi otot orbicularis oculi di sepanjang

lokasi sayatan superior. 3.12

Septum orbital pertama kali dibuka dengan kauter monopolar di

sepanjang garis insisi atas. Kemudian diperpanjang secara horizontal

dengan gunting pegas Westcott. Sejumlah kecil bantalan lemak

preaponeurotik dikeluarkan. Dari 2-3 mm otot orbicularis pretarsal

dieksisi sepanjang tepi inferior luka kulit. Penempatan jahitan yang

terputus dari kulit ke aponeurosis levator ke kulit. Penutupan kulit

menggunakan lima hingga enam jahitan terputus dengan benang 6-0


untuk membentuk lipatan dan jahitan terus menerus untuk mendekati

tepi luka.3,12

3.5.2 Komplikasi

Kehilangan penglihatan adalah komplikasi blefaroplasti yang

paling ditakuti. Hampir setiap kasus kehilangan penglihatan pasca

blefaroplasti dilaporkan berkaitan dengan blefaroplasti. Meskipun jarang

terjadi, kebutaan setelah operasi kelopak mata telah dilaporkan. Kebutaan

terjadi akibat perdarahan retrobulbar pasca operasi, dengan peningkatan

tekanan intraorbital yang menyebabkan kompresi dan iskemik dari arteri

siliaris yang memperdarahi saraf optik. Mekanisme cedera lain juga dapat

terjadi, termasuk iskemia yang disebabkan oleh retraksi bedah yang

berlebihan atau penyempitan pembuluh darah retrobulbar sebagai

respons terhadap epinefrin dalam anestesi lokal. Perdarahan orbital dapat

terjadi akibat cedera pada pembuluh darah orbital yang lebih dalam atau

dari pendarahan di bagian anterior. Faktor risiko untuk komplikasi ini

adalah TED (thyroid eye disease), penggunaan antikoagulan.12-18


Diplopia sekunder akibat cedera otot ekstraokular merupakan komplikasi

serius lain dari blepharoplasti. Diplopia dapat terjadi akibat cedera pada otot oblik

inferior, otot rektus inferior, atau otot oblik superior. Otot oblik inferior

memisahkan kantong lemak central dan nasal pada kelopak mata bawah, dengan

demikian, otot oblik inferior dapat terluka selama pengangkatan jaringan lemak

kelopak mata bawah. 14,17,19

Pengangkatan kulit yang berlebihan merupakan komplikasi yang

dapat menyebabkan lagoftalmus pada kelopak mata atas serta ektropion

sikatrikal atau retraksi kelopak mata bawah.14,20

3.6 Laser Resurfacing

Laser resurfacing adalah salah satu prosedur kosmetik medis yang

efektif tanpa operasi dengan menggunakan laser untuk mengurangi

tanda-tanda penuaan dan meningkatkan tekstur kulit, kelemahan dan

warna kulit. Prosedur ini juga digunakan untuk pengurangan bekas luka

dan stretch mark serta untuk perawatan berbagai masalah kosmetik

lainnya. Laser dari prosedur ini dapat membuat kolagen baru dengan

memberikan panas hanya pada bagian dalam kulit yang terkena laser.

Prosedur ini dapat dicapai dengan laser ablatif atau non-ablatif. 3,21
3.6.1 Laser Ablatif

Laser ablatif terbatas pada dua panjang gelombang. Laser erbium-

doped yttrium aluminium garnet (Erb-YAG/Erb) memancarkan 2940 nm

dan laser karbon dioksida (CO2) memancarkan pada 10600 nm. Sinar dari

laser CO2 dapat berupa sinar kontinu atau berdenyut. Laser erbium hanya

memancar sebagai sinar berdenyut (pulse beam). Dengan memasukkan

dua tabung laser erbium dalam unit pengiriman yang sama, sinar dapat

dipancarkan secara berurutan yang secara efektif memperpanjang durasi

sinar. Kedua laser menargetkan air sebagai kromofornya. Kulit memiliki

kandungan air yang tinggi yang membuat kedua panjang gelombang

efektif untuk ablasi.3,21

Perawatan laser resurfacing CO2 digunakan untuk menghilangkan

bekas luka, mengecilkan pori-pori, mengatasi strechmark, memotong

semua tumor seperti kutil, mengencangkan kulit dan peremajaan sekitar

mata. Laser rrbium dirancang untuk menghasilkan panas yang ideal

supaya sel kulit mati dapat mengelupas secara aman. Laser ini juga
mampu merangsang produksi kolagen secara alami. Laser ini digunakan

untuk garis-garis halus dan kerutan, bersama dengan masalah kulit

superfisial lainnya. Kedua jenis laser ablatif menghilangkan lapisan luar

kulit.3,21

a. Preoperasi

Tindakan pencegahan keamanan harus dilakukan saat

menggunakan laser inframerah yang tidak terlihat, yang dapat secara

tidak sengaja mengeluarkan dan membakar area di luar bidang

perawatan. Pintu ruang operasi harus memiliki tanda laser peringatan

yang ditampilkan, dan semua personel harus mengenakan pelindung

mata khusus. Tirai bedah harus tahan api atau dibasahi, dan

pengiriman oksigen harus dimatikan saat menggunakan laser.

Semprotan berisi air harus siap di area perawatan untuk memadamkan

api. Laser erbium menghasilkan segumpal besar debu yang

mengandung uap air dan partikel yang dikeluarkan. "Debu jaringan" ini

mungkin berbahaya untuk dihirup, dan semua personel harus

mengenakan masker laser yang menyaring partikel sekecil 1 μm.

Evakuator asap yang kuat adalah wajib untuk menangkap gumpalan

debu.3,21

Laser erbium menciptakan perdarahan pinpoint yang meningkat

setiap kali lewat. Alis, kelopak periorbital, midface, dan zona perioral /

wajah bagian bawah adalah batas anatomi yang berguna untuk


menggambarkan unit kosmetik., Jika laser hanya dilakukan pada satu

atau dua zona kosmetik, bisa menggunakan anestesi lokal dengan

blok saraf selain obat penenang ringan dan pereda nyeri seperti

diazepam dan koktail meperidine. Dengan laser erbium: YAG,

beberapa menyarankan hanya menambahkan krim anestesi topikal

seperti lidocaine atau butacaine topikal. Namun, jika dilakukan laser

CO2 pada seluruh wajah, sedasi intravena biasanya diperlukan.

Namun, daerah periorbital sulit dibius dengan blok saraf dan

merupakan area yang sangat sensitive. Perawatan laser periorbital

sering dikombinasikan dengan prosedur lain, seperti blepharoplasty,

yang mungkin memerlukan sedasi intravena.3,21

b. Postoperasi

Komplit re-epitelisasi terjadi sekitar hari ke 7 sampai 10 dan akan

bermanifestasikan kulit merah muda yang halus. Ini akan memakan

waktu satu bulan untuk epitel mendapatkan kembali ketebalan

penuhnya. Dermatitis kontak dapat terjadi. Sun block minimal SPF 30

harus digunakan. Jerawat dan milia juga dapat terjadi setelah

epidermis terbentuk kembali. Hindari bahan kimia, parfum, atau scrub

yang tidak perlu untuk beberapa minggu pertama. Kulit biasanya

berwarna merah muda selama 8-12 minggu. Produksi serat kolagen

dan elastin baru dapat berlanjut hingga 12 bulan setelah laser. 3


Gambar 3.13 Pria 59 tahun yang menjalani laser resurfacing seluruh
wajah bersama dengan endoskopi browlift dan blepharoplasty kelopak
mata atas. A, Pra Operasi; B, 6 minggu pasca operasi.
Dikutip dari : Puttereman’s Cosmetics Oculoplastic Surgery. 2008

Laser resurfacing ablatif memeliki efek samping dan komplikasi

bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh perawatan pasca operasi,

pemilihan pasien, dan keterampilan operator. Secara umum, efek

samping setelah laser resurfacing Erb serupa tetapi tidak terlalu parah

dan lebih jika dibandingkan dengan yang dialami setelah laser

resurfacing CO2.3,12
Tabel 3.1 Efek samping dan komplikasi pada ablative laser skin resurfacing
Efek Komplikasi
Samping Ringan Sedang Berat
 Transient  Prolonged  Perubahan  Hypertropic
Erythema erythema warna scar
 Edema  Milia pigmen  Ectropion
lokal  Acne  Infeksi
 Pruritus  Dermatitis (bakteri,
kontak jamur, virus)

3.6.2 Laser Non-Ablatif

Laser non-ablatif menjaga kulit tetap utuh, merangsang

pertumbuhan kolagen dan mengencangkan kulit di bawahnya. Ini sangat

ideal untuk pasien yang lebih memilih pendekatan pengobatan yang

lebih ringan, waktu penyembuhan yang lebih cepat dan tidak ada risiko

infeksi kulit. Laser non-ablatif, termasuk. pulsed light, pulsed-dye lasers,

dan fractional lasers.3,12,21

Pasien yang cocok untuk tindakan ini adalah orang dengan kulit

terang, kerusakan epidermis minimal, dan harapan realistis tentang

modalitas perawatan ini. Pasien yang tidak cocok untuk tindakan ini

adalah orang dengan warna kulit yang lebih gelap, bekas luka yang

sedang hingga berat, dan / atau banyak dyschromia.3,18


Tabel 3,2. Keuntungan dan kerugian laser resurfacing
Ablasi Non-ablasi
CO2 (10,600 nm) Pulsed dye (585–595 nm)
Erbium (2,940 nm) Nd:YAG (1,320 nm)
Diode (1,450 nm)
Er :Glass (1,540 nm)
IPL (515–1,200 nm)
Keuntungan  Hasil klinis terbaik  Tidak ada pemulihan
 Single procedure pasca operasi
 Minimal risiko dan efek
samping

Kerugian  Waktu penyembuhan  Efek klinis yang halus


yang lama  Perlu dilakukan
 Efek samping banyak beberapa sesi

3.6.2 Mesin Laser Resurfacing


Gambar 3.14 CO2 Ultrapulse Fractional laser machine (10.600nm)
Dikutip dari : www.m.alibaba.com

Gambar 3.15 Erbium Laser Machine (1540nm dan 2940 nm)


Dikutip dari : www.omniahealth.com
Gambar 3.6 Fractional non-ablative skin resurfacing er-glass laser (1550nm)
Dikutip dari : www.omniahealth.com
BAB IV

KESIMPULAN

Blefaroplasti didefinisikan sebagai reformasi, penggantian,

penyesuaian kembali, atau transplantasi dari salah satu jaringan kelopak

mata. Bedah kelopak mata kosmetik saat ini merupakan hasil dari
pengembangan dan penyempurnaan teknik dan instrumen bedah yang

telah ada sejak 2000 tahun yang lalu.

Banyaknya prosedur yang dilakukan saat ini seperti reseksi lemak

orbital, dan pembentukan lipatan kelopak mata memiliki sejarah panjang,

seperti halnya apresiasi dan nilai peninjauan foto-foto sebelum operasi,

dan sikap budaya yang spesifik terhadap operasi kosmetik.

Dalam pendekatan terkini, blefaroplasti mengacu pada eksisi kulit

kelopak mata yang berlebihan, dengan atau tanpa eksisi lemak orbital,

baik untuk indikasi fungsional maupun kosmetik. Namun sejak pergantian

abad ke-20 sampai saat ini, indikasi kosmetik menjadi alasan paling

umum untuk dilakukan pembedahan pada kelopak mata. Perubahan ini

mengikuti perkembangan teknik operasi yang lebih baik, hasil bedah yang

lebih baik, dan perubahan kebiasaan sosial.

Saat ini terapi laser menjadi salah satu pilihan utama dalam

peremajaan kulit termasuk pada daerah periorbita. Laser resurfacing

dianggap sebagai salah satu prosedur kosmetik medis yang efektif tanpa

operasi dengan menggunakan laser untuk mengurangi tanda-tanda

penuaan dan meningkatkan tekstur kulit.

Perkembangan di masa depan juga akan fokus pada pencegahan

melalui penggunaan terapi anti penuaan untuk memperlambat atau

mengembalikkan kerusakan akibat sinar matahari, mempertahankan dan


meningkatkan elastisitas kulit, dan metode lain dapat mencegah penuaan

wajah.

Pengetahuan tentang sejarah dalam bidang ini, pemahaman yang

lebih baik tentang anatomi, fisiologi kelopak mata, proses penuaan

periorbital, peningkatan teknik operasi, produk, dan perangkat pada

akhirnya akan meningkatkan sumber daya ahli bedah untuk hasil operasi

yang lebih baik dan lebih tahan lama

DAFTAR PUSTAKA

1. Levine M, Lawrence. MD, et all. Ocular development in fundamentals


and principles of ppthalmology. Basic and clinical Science Course;
section 2. San fransisco. American Academy of Ophtalmology. 2018-
2019.
2. Foster JA MD, et all. Orbit, eyelids, and lacrimal system. Basic and
clinical science course: section 7. Sanfransisco. American Academy
of Ophthalmology. 2018-2019.
3. Fagien, Steven. Puttereman’s Cosmetics Oculoplastic Surgery. 4 th
ed. Philadelphia. Elsevier; 2008.
4. Meade, Ricardo A. Blepharoplasty. Selected reading in plastic
surgery. Vol 11; 2010.
5. Eva. PR, et all. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 19th ed.
London: The McGraw-Hill; 2018.
6. Massry, GG. Forehead and Eyebrow Anatomy and Its Continuity with
the Eyelid. Pearls and Pitfalls in Cosmetic Oculoplastic Surgery. New
York. Springer; 2014.
7. Codner, Mark A. Eyelid & Periorbital Surgery. 2nd ed. New York. 2016
8. Tan SK, Oh RS, Priel A, Korn BS, Kikkawa DO. Surgical anatomy of
the forehead, eyelids, and midface for the aesthetic surgeon. Master
techniques in blepharoplasty and periorbital rejuvenation. New York:
Springer; 2011.
9. Khurana AK, et all. Anatomy and physiology of eye. 2nded. New
Delhi: CBS; 2015.
10. Gladstone, Geoffrey I. et all. Oculoplastic surgery atlas eyelid and
lacrimal disorders. 2nd ed. New York. Springer; 2018.
11. Lam V, Czyz CN, Wulc AE. Brow and upper eyelid surgery:
multispecialty approach. Clin Plast Surg. Philadelphia: Elsevier; 2013
12. Spinelli, Henry M. Atlas of aesthetic Eyelid and Periocular Surgery.
Pennsylvania. Elsevier; 2004
13. Allen, Richard C, Surgical Management of Ptosis and Brow Ptosis.
American academy of ophthalmology. Focal Points – Modul 5. 2017
14. Cohen, Adam J. Weinberg, David A. Evaluation and Management of
Blepharoptosis. New York: Springer; 2011.
15. Collin, JRO. A Manual of Systemic Eyelid Surgery. 3rd ed. London.
Elsevier; 2006.
16. Hassanpour. Seyed Esmail, Kermani. Houman Khajouei, Brow ptosis
after upper blepharoplasty: findings in 70 patients. WJPS – Vol. 5,
No. 1 January 2016.
17. Bhattacharjee, Kasturi. et all. Updates on upper eyelid
blepharoplasty. Indian journal of Opthalmology Medknow. India
Wolters Kluwer – Vol 65. 2017.
18. Kim JW, Lee H, Chang M, Park M, Lee TS, Baek S. What causes
increased contrast sensitivity and improved functional visual acuity
after upper eyelid blepharoplasty. Craniofac Surg. 2013.
19. Klapper SR, Patrinely JR. Management of cosmetic eyelid surgery
complications. Semin Plast Surg. 2007.
20. J, Prischmann. Dry eye symptoms and chemosis following
blepharoplasty : a 10-year retrospective review of 892 cases in
single-surgoen series. Pubmed. 2013.
21. Alster, Tina. Laser Skin Resurfacing. Cosmetic Dermatology. New
York: Springer; 2005.

Anda mungkin juga menyukai