Anda di halaman 1dari 5

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Pada Konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

(Identification of Senior High School Students’ Misconceptions In Concept of Factors That Affect
Chemical Reaction Rate)

Muhammad Nazar1), Sulastri1), Sri Winarni1), Rakhmi Fitriana2)


1)
Dosen Prodi Pendidikan Kimia Unsyiah Banda Aceh
2)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia Unsyiah Banda Aceh
E-mail: mnazar.unsyiah@gmail.com

Abstract

This research aimed to identify misconception of senior high school students class XI in SMAN
1 Lhokseumawe in learning concept of factors that affect chemical reaction rate. The instrument used in
this research was 20 multiple choice questions with reasons and equipped by CRI (Certainty of Response
Index) which is used to measure the degree of certainty of students’ answers. There were 38 students as
respondents in this research. The data shown that 13,16% of students held misconceptions relating to the
effect of surface area on rates of reaction, 57,89% students held misconceptions relating to the effect of
catalyst on rates of reaction, 57,89% students held misconceptions relating to the effect of temperature on
rates of reaction, However there none of students misunderstood about the effect of reactant concentration
and pressure to chemical reaction rate and most of them understood about the collision theory.

Keywords: Misconception, Reaction rate, Diagnostic test, CRI

PENDAHULUAN Kean dan Middlecamp (1984) dalam Effendy


(2002) mengatakan bahwa (1) sebagian besar
Kimia merupakan suatu bidang ilmu konsep kimia bersifat abstrak, (2) konsep-konsep
pengetahuan yang menekankan pada penguasaan kimia pada umumnya merupakan
konsep. Dalam proses pembelajaran, konsep penyederhanaan dari keadaan sebenarnya
merupakan hal yang perlu dipahami, dipelajari (analogi), (3) konsep kimia bersifat berurutan.
dan dikuasai oleh siswa. Konsep kimia terbentuk Sedangkan miskonsepsi dapat terjadi karena
dalam diri siswa secara berangsur-angsur melalui prakonsepsi yang salah (pemahaman atau konsep
pengalaman dan interaksi mereka dengan alam yang dimiliki oleh siswa sebelum masuk kelas).
sekitarnya (Faridah, 2004) Penelitian tentang miskonsepsi telah
Di sekolah, mata pelajaran kimia banyak dilakukan diantaranya miskonsepsi pada
dianggap sulit oleh sebagian besar siswa, konsep mol (Vaudhi, 2009), selanjutnya Winarni
sehingga banyak siswa Sekolah Menengah Atas (2006) meneliti tentang kesalahan konsep gaya
(SMA) yang tidak berhasil dalam belajar kimia. antarmolekul. Beberapa peneliti juga telah
Enawati et al (2004) mengatakan bahwa diantara melakukan penelitian tentang miskonsepsi
para siswa SMA berkembang anggapan bahwa seperti (Sembiring, 2004) pada konsep
mata pelajaran MIPA terutama kimia merupakan stoikiometri, selanjutnya konsep hukum
mata pelajaran tersulit dan menjadi momok di perbandingan tetap oleh Nuraini (2009). Robi’ah
kalangan mereka, sehingga tidak heran jika (2009) melaporkan dari hasil penelitian yang
sebagian mereka tidak mencapai ketuntasan dilakukan di SMA 1 Malang menunjukkan
minimum dalam mata pelajaran kimia. bahwa hampir seluruh siswa mengalami
Banyak faktor yang menyebabkan siswa kesalahan konsep pada konsep hukum gas.
tidak mencapai ketuntasan minimum yang Penelitian lain juga dilakukan oleh Al-Athiyyah
ditentukan sekolah dalam belajar kimia, (2004) pada konsep larutan asam basa dan
diantaranya yaitu kurangnya pemahaman konsep Abidin (2003) pada konsep larutan.
dan juga banyaknya siswa yang mengalami Miskonsepsi dalam pelajaran kimia
miskonsepsi. Kurangnya pemahaman konsep akan sangat fatal dikarenakan konsep-konsep
tersebut terjadi karena sebagian besar konsep kimia saling terkait antara satu dengan yang
kimia bersifat abstrak, seperti konsep tentang lainnya, sehingga kesalahan konsep di awal
atom, molekul, orbital, kesetimbangan dan laju. pembelajaran akan berpengaruh kepada pelajaran
lanjutan, hal ini akan bermuara pada rendahnya dari uji reliabilitas instrumen diperoleh tingkat
kemampuan siswa dan tidak tercapainya reliabilitas 0,4 dan berada dalam kategori cukup
ketuntasan belajar. reliabel sesuai dengan pernyataan Arikunto
Laju reaksi merupakan bagian dari (2006).
konsep kimia yang bersifat abstrak, sehingga
sering membuat siswa kesulitan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
memahami konsep ini. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga (2006) menunjukkan Miskonsepsi yang dialami siswa pada
bahwa hampir setengah siswa mengalami materi laju reaksi memiliki persentase yang
kesulitan dalam memahami konsep pengaruh bervariasi terhadap soal-soal yang diberikan.
katalis dan suhu terhadap laju reaksi. Konsep-konsep yang diujikan pada materi laju
reaksi terdiri dari enam konsep yang meliputi
METODE PENELITIAN konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi (luas permukaan, konsentrasi, katalis,
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 suhu, tekanan) dan teori tumbukan. Sebagaimana
Lhokseumawe Tahun Ajaran 2009/2010. Subjek dijelaskan pada BAB III , siswa mengalami
penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 yang miskonsepsi pada konsep pengaruh luas
berjumlah 38 orang. Data miskonsepsi siswa permukaan, suhu dan katalis terhadap laju reaksi,
diperoleh dari hasil tes diagnostik, Instrumen sedangkan pada konsep pengaruh konsentrasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa dan tekanan terhadap laju reaksi serta teori
tes tertulis berbentuk pilihan ganda (multiple tumbukan, tidak ditemukan adanya miskonsepsi.
choice) dengan jumlah pilihan jawaban 4 buah. Hal ini dikarenakan sebagian jawaban alasan
Skor soal yang dijawab benar = 1 dan yang siswa meskipun salah, nilai CRI lebih kecil dari
dijawab salah = 0. Tes Diagnostik menggunakan 4 dan pola jawaban yang tidak konsisten
model David Treagust et al (1986) yang kesalahannya sehingga tidak dapat dikategorikan
dimodifikasi yaitu berupa pilihan ganda miskonsepsi.
beralasan.
Untuk membedakan jawaban yang Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju
berbentuk Multiple Choice antara siswa yang Reaksi
tidak tahu (lack of knowledge) dengan siswa Dari hasil penelitian diperoleh
yang miskonsepsi digunakan metode Certainty of persentase siswa yang mengalami miskonsepsi
Response Index (CRI) dari Hasan et al (1999). pada setiap konsep. Konsep pengaruh luas
Pada CRI ini siswa diminta untuk mengisi permukaan terhadap laju reaksi diuji dengan soal
derajat kepastian (degree of certainty) mereka nomor 1, 5, 12 dan 17. Jumlah siswa yang
dengan memilih opsi skala 6 tingkatan dalam mengalami miskonsepsi adalah 5 orang atau
menseleksi dan memanfaatkan pengetahuan, 13,16% . Tabel 1 menunjukkan persentase siswa
konsep atau hukum untuk menjawab soal, Opsi yang mengalami miskonsepsi pada pengaruh luas
itu adalah: (a) 1 untuk jawaban tebakan (totally permukaan terhadap laju reaksi.
guess answer), (b) 2 untuk jawaban hampir Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
menebak (almost guess answer), (c) 3 untuk sebanyak 13,16% siswa mengalami miskonsepsi.
jawaban yang ragu-ragu (not sure), (d) 4 untuk Miskonsepsi yang terjadi adalah : zat yang
jawaban yang yakin (sure), (e) 5 untuk jawaban memiliki ukuran partikel lebih kecil memiliki
yang hampir pasti (almost certain), (f) 6 untuk luas permukaan sentuhan yang lebih kecil dalam
jawaban yang pasti (certain). masa yang sama. Hal ini bertentangan dengan
Sebelum digunakan dalam penelitian, konsep yang benar dimana bahan kimia yang
instrument terlebih dahulu divalidasi dan di uji memiliki ukuran lebih kecil memiliki luas
reliabilitasnya. Hasil validasi menunjukkan permukaan sentuhan lebih besar sehingga reaksi
bahwa instrument valid dan dapat digunakan lebih cepat berlangsung (Goldberg, 2004).
untuk keperluan penelitian. Uji reliabilitas Dalam memahami pengaruh luas permukaan
dilakukan pada kelas XI IPA 2 dan dihitung terhadap laju reaksi, siswa mengira bahwa bahan
dengan rumus: yang berbentuk serbuk memiliki luas permukaan
lebih kecil sehingga reaksi lebih cepat
 k   M (k  M ) 
r  1  
berlangsung,
 k  1  kVt 
reaktan. Sebanyak 2,63% siswa beranggapan
Tabel 1. Persentase konsistensi jawaban alasan bahwa kenaikan suhu meyebabkan energi
salah siswa pada pengaruh luas aktivasi menurun, dan sebanyak 55,26% siswa
permukaan terhadap laju reaksi beranggapan peningkatan suhu menyebabkan
Alasan Salah energi aktivasi meningkat sehingga reaksi lebih
Juml Persen cepat berlangsung.
dengan CRI 4-6
Miskonsepsi ah tase
Nomor Soal
Siswa Siswa Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
1 5 12 17
Luas Untuk mengukur miskonsepsi siswa
permukaan B C B D 5 13,16 pada pengaruh katalis terhadap laju reaksi
lebih kecil digunakan soal nomor 4, 7, 14 dan 18. Jumlah
Ket: BCBD = Pilihan jawaban siswa siswa yang mengalami miskonsepsi adalah 22
orang atau 57,89%, hal ini menunjukkan lebih
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi dari setengah jumlah siswa yang mengalami
Untuk menguji miskonsepsi siswa miskonsepsi pada pengaruh katalis terhadap laju
tentang pengaruh suhu terhadap laju reaksi reaksi. Tabel 4.3 menunjukkan persentase siswa
digunakan soal nomor 2, 8 dan 11. Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi berkenaan dengan
yang mengalami miskonsepsi adalah 22 orang pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
atau 57,89%, hal ini menunjukkan lebih dari
setengah jumlah siswa yang mengalami Tabel 3. Persentase konsistensi jawaban alasan
miskonsepsi pada pengaruh suhu terhadap laju salah siswa pada pengaruh katalis
reaksi Tabel 2 menunjukkan persentase siswa terhadap laju reaksi
yang mengalami miskonsepsi berkenaan dengan Alasan
pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Salah
dengan CRI Juml Perse
Tabel 2 Persentase konsistensi jawaban Miskonsepsi 4-6 ah ntase
alasan salah siswa pada pengaruh Nomor Soal Siswa Siswa
suhu terhadap laju reaksi 4 7 18
Alasan Salah
Juml Persen Menaikkan C C D 57,89
dengan CRI 4-6
Miskonsepsi ah tase energi 22
Nomor Soal
Siswa Siswa aktivasi
2 8 11
Eenergi C D A 2,63 Ket: CCD = Pilihan jawaban siswa
aktivasi 1
menurun Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Energi D C B 55,26 bahwa sebanyak 57,89% siswa mengalami
aktivasi 21 miskonsepsi berkenaan dengan pengaruh katalis
meningkat terhadap laju reaksi, miskonsepsi yang terjadi
Total 22 57,89 adalah: penambahan katalis dapat menaikkan
Ket: CDA dan DCB = Pilihan jawaban siswa energi aktivasi. Padahal konsep yang benar
adalah penambahan katalis dapat menurunkan
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa energi aktivasi reaktan sehingga lebih banyak
57,89% siswa mengalami miskonsepsi berkenaan reaktan yang bereaksi membentuk produk (Clark,
dengan pengaruh suhu terhadap laju reaksi. 2002).
Miskonsepsi yang terjadi adalah kenaikan suhu Data di atas senada dengan temuan
mempengaruhi energi aktivasi reaktan. Padahal Sinaga (2006) dimana hampir setengah dari
konsep yang benar adalah kenaikan suhu dalam jumlah siswa mengalami miskonsepsi pada
suatu reaksi kimia dapat meningkatkan energi konsep pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
kinetik zat-zat yang bereaksi sehingga reaksi Dalam hal pengaruh penambahan katalis
lebih cepat berlangsung (Helmenstine, 2010). terhadap laju reaksi, sebagian besar siswa
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa memahami bahwa penambahan katalis dapat
siswa sering salah dalam memahami pengaruh menaikkan energi aktivasi reaktan sehingga
katalis dan suhu terhadap laju reaksi terutama reaksi lebih cepat berlangsung.
mereka sering tertukar dalam memahami antara
energi kinetik reaktan dan energi aktivasi
Hasil Wawancara Skripsi. Jurusan Kimia, Universitas Negeri
Pada penelitian ini selain tes tertulis Medan. Medan.
terhadap siswa, juga dilakukan wawancara
terhadap guru bidang studi kimia yang mengajar Agestiani, D. 2007. Kajian Tentang Kesulitan
di kelas penelitian. Wawancara dilakukan untuk Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 7
melengkapi data penelitian dengan tujuan Malang Dalam Menyelesaikan Soal-soal
mengetahui penyebab miskonsepsi siswa pada Laju Reaksi. Skripsi. Jurusan Kimia,
materi laju reaksi. Universitas Negeri Malang. Malang.
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa
sebelum mengajar, guru menyusun silabus Al-Athiyyah, Z. 2004. Efektifitas Penggunaan
bersama-sama dengan guru-guru lain dalam Model Konstruktivisme Untuk Mencegah
forum MGMP (Musyawarah guru mata Miskonsepsi Kimia Siswa SMU Pada
pelajaran) Kimia dan guru merasa tidak ada Konsep Larutan Asam-Basa. Skripsi.
masalah dalam menyusun silabus. Guru juga Jurusan Kimia, Universitas Negeri Medan.
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sebelum mengajar konsep laju reaksi. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu
Dalam hal mengajar, guru hanya menggunakan Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
metode ceramah dan tanya jawab tanpa Jakarta.
menggunakan media atau alat bantu dalam
proses belajar mengajar. Guru beralasan karena Effendy. 2002. Upaya untuk Mengatasi
kelas yang diajarkan adalah kelas unggul dimana Kesalahan Konsep dalam Pengajaran
siswanya merupakan siswa pilihan. Berikut Kimia dengan Menggunakan Strategi
petikan hasil wawancara dengan guru bidang Konflik Kognitif. Jurnal Media
studi kimia: Komunikasi Kimia, No. 2, th 6.

SIMPULAN Enawati, E., Hairida dan Mulyani. 2004.


Meningkatkan Pemahaman Siswa
Dari hasil penelitian dan pembahasan Melalui Strategi Peta Konsep disertai
dapat disimpulkan bahwa sebanyak 13,16% Penulisan Jurnal dalam Setting
siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Lhokseumawe Pembelajaran Konsep Kimia Karbon
mengalami miskonsepsi pada konsep pengaruh yang Didasari Konstruktivisme. Laporan
luas permukaan terhadap laju reaksi dengan penelitian. Universitas Tanjungpura.
menganggap bahwa semakin besar ukuran Pontianak.
partikel maka semakin luas permukaan sentuhan.
Sebanyak 57,89% siswa mengalami miskonsepsi Faridah. 2004. Miskonsepsi dalam Topik
berkenaan dengan pengaruh suhu terhadap laju Elektrolisis dikalangan Pelajar
reaksi dengan menganggap kenaikan suhu dapat Tingkatan Empat Di Daerah Tanah
mempengaruhi energi aktivasi dan 57,89% siswa Merah, Kelantan. Tesis. Johor Bahru:
mengalami miskonsepsi berkenaan dengan Universiti teknologi Malaysia. Malaysia.
pengaruh katalis terhadap laju reaksi dimana
siswa menganggap penambahan katalis dapat Hasan, S., Bagayoko dan Kelley. 1999.
menaikkan energi aktivasi reaktan. Untuk konsep Misconceptions and the Certainty of
pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi, Response Index (CRI), Journal of Physics
pengaruh tekanan terhadap laju reaksi dan teori Education, 34 294.
tumbukan, tidak ada siswa yang mengalami
miskonsepsi, adapun hasil wawancara dengan Nuraini. 2009. Identifikasi Konsep Sukar dan
guru tidak dapat mengidentifikasi penyebab Kesalahan Konsep Hukum Perbandingan
kesalahan konsep siswa. Tetap Siswa MAN 3 Malang. Skripsi.
Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri
Malang. Malang.
DAFTAR PUSTAKA
Robi’ah, A. 2009. Identifikasi Konsep Sukar dan
Abidin. A. 2003. Analisis Miskonsepsi Siswa miskonsepsi hukum gas pada siswa SMA
Kelas II SMU Negri I Tanjung pura pada Negeri 1 Malang. Skripsi. Jurusan Kimia,
Konsep Larutan Tahun ajaran 2002/2003.
FMIPA Universitas Negeri Malang. Bonding and Structure Concepts Using a
Malang. Diagnostic Instrument. Research in
Science Education, 6: 40-48.
Sembiring . I. 2004. Miskonsepsi Siswa Tentang
Stoikiometri Pada Siswa Kelas II SMUN-I Vaudhi, F. 2009. Identifikasi Konsep Sukar dan
Berastagi T.A 2002/2003. Skripsi. Jurusan Kesalahan Konsep Mol Pada Siswa SMA
Kimia, Universitas Negeri Medan. Medan. Negeri I Malang. Skripsi. Jurusan Kimia,
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Sinaga, M. S. 2006. Analisis Kesulitan Siswa Malang.
Dalam Memahami Materi Sub Pokok
Bahasan Faktor-Faktor Yang Winarni, S. 2006. Koreksi Kesalahan Konsep
Mempengaruhi Laju Reaksi Yang Diolah Gaya-Gaya Antarmolekul (Intermolecular
Dengan Reduksi Didaktik. Skripsi. Forces) Dengan Menggunakan Strategi
Jurusan Kimia, UPI. Bandung. Konflik Kognitif Pada Mahasiswa Kimia
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Treagust. D. F Garnett, P., dan Peterson, R.F. Tesis. Malang. Universitas Negeri
1986. Identification of Secondary Malang. Malang.
Students’ Misconceptions of Covalent

Anda mungkin juga menyukai