3672 - Parameter Suhu
3672 - Parameter Suhu
DOSEN PENGAMPUH :
DIAN RAHAYU JATI ST, M.Si
DISUSUN OLEH :
NURAINI D1051151004
WINDA WIDIANTI D1051151008
LAILY VIOLITA D1051151022
INDRI PONTIANI D1051151046
M. FITHRAH AQBILLAH D1051151052
YULITA MAULIDIA D1051151070
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mata Kuliah
Pencemraran Udara dan Pemantauan Kualitas Udara ini dengan tepat waktu.
Adapun judul laporan ini adalah “Hubungan Antara Perubahan Suhu
Terhadap Penyakit yang Ditimbulkan”. Laporan ini dapat diselesaikan dengan
baik, tidak terlepas dari bimbingan Dosen Mata Kuliah. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dian
Rahayu Jati S.T., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pencemraran Udara
dan Pemantauan Kualitas Udara
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Suhu.............................................................................................3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Suhu Udara.........................3
2.3 Penyakit Akibat Perubahan Suhu..................................................................5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Suhu Udara.........................7
3.2 Penyakit Akibat Perubahan Suhu.................................................................11
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
laporan ini untuk mengetahui hubungan antara perubahan suhu terhadap penyakit
yang ditimbulkan sehingga dapat mengetahui tingkat pengaruh yang timbul akibat
perubahan suhu di lingkungan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar matahari, berarti semakin miring
datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi semakin rendah.
b. Tinggi Rendahnya Tempat
Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat
tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan
suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara
yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut amplitudo.
Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer. Garis
khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara
sama disebut Garis isotherm. Salah satu sifat khas udara yaitu bila kita naik 100
m, suhu udara akan turun 0,6°C. Di Indonesia suhu rata-rata tahunan pada
ketinggian 0 meter adalah 26°C. Misal, suatu daerah dengan ketinggian 5.000 m
di atas permukaan laut suhunya adalah 26°C × -0,6°C = -4°C, jadi suhu udara di
daerah tersebut adalah -4°C. Perbedaan temperatur tinggi rendahnya suatu daerah
dinamakan derajat geotermis. Suhu udara rata-rata tahunan pada setiap wilayah di
Indonesia berbeda-beda sesuai dengan tinggi rendahnya tempat tersebut dari
permukaan laut.
c. Angin dan Arus Laut
Angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara.
Misalnya, angin dan arus dari daerah yang dingin, akan menyebabkan daerah yang
dilalui angin tersebut juga akan menjadi dingin.
d. Lamanya Penyinaran
Lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak
garis lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama
daerah tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran
matahari semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah. Indonesia yang
terletak di daerah lintang rendah (6 °LU – 11 °LS) mendapatkan penyinaran
matahari relatif lebih lama sehingga suhu rata-rata hariannya cukup tinggi.
e. Awan
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu
daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal
4
ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap
panas matahari. Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan
lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh
awan, maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
5
3. Alergi
Gatal yang timbul saat perubahan suhu memang dapat disebabkan oleh
reaksi alergi, baik akibat suhu dingin ataupun panas. Umumnya kondisi ini dapat
memicu timbulnya bentol yang terasa gatal, kulit kemerahan dan terasa panas.
4. Asma
Orang-orang dengan alergi cuaca dan asma seringkali dapat timbul
asmanya hanya dengan menghirup udara dingin. Gejala awalnya ditandai dengan
rasa sesak dan penyempitan saluran nafas. Cuaca dengan udara yang kering dan
dingin kadang-kadang memicu efek yang lebih kuat dibandingkan udara yang
lembab. Angin yang dingin disertai pilek juga dapat memperburuk gejala asma
yang muncul.
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Suhu Suhu Suhu
No Bulan
Minimum Maksimum Rata-Rata
5 Mei 22,8 36 28,2
6 Juni 23 36,7 28,5
7 Junli 22,2 36,8 28,7
8 Agustus 22,6 36,2 28,8
9 September 23,8 36 28,7
10 Oktober 21,3 35,5 28,1
11 November 23 34 27,1
12 Desember 22,6 34,8 27,6
8
Tabel 3.5 Data Suhu Tahun 2018
Suhu
Suhu Suhu
No Bulan Maksimu
Minimum Rata-Rata
m
1 Januari 22,5 33,8 27,0
2 Februari 23,2 34,9 27,3
3 Maret 23,3 35,8 27,7
4 April 23,8 35,9 28,0
5 Mei 23,4 36,6 27,7
6 Juni 22,8 35,5 27,9
7 Juli 22,4 37,8 29,0
8 Agustus 22,5 37 28,9
9 September 22,4 36,6 27,9
10 Oktober 22,8 35 27,0
11 November 23 35,3 27,1
12 Desember 22,7 34,1 26,9
35
30
25
20
15
10
0
ri ri et ril ei ni ju
li us be
r
be
r
be
r
be
r
nua rua ar ap m ju us
t
m to m m
J a f eb m ag te ok ve s e
s ep no de
9
40
35
30
25
20
15
10
0
ri ri et ril ei ni nl
i us r er r r
ua rua ar Ap M Ju Ju st be ob be be
n u m t m m
J a
F eb M A g te Ok ve se
S ep No De
40
35
30
25
20
15
10
0
ri ri et ril ei ni li us be
r
er be
r r
ua ua ar Ap M Ju Ju t ob be
n r us m t ve
m m
J a eb M
Ag te Ok se
F
S ep No De
10
40
35
30
25
20
15
10
0
ri ri et ril ei ni nl
i s r r r r
ua ua ar Ap Ju Ju tu be be be be
n r M us m to m m
J a
F eb M A g te Ok ve s e
S ep No De
40
35
30
25
SUHU oC
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
BULAN
11
tergantung dari tingkat perubahan suhu itu sendiri. Penyakit yang dapat timbul
akibat suhu atau perubahan suhu adalah alergi dan asma. Masyarakat penderita
alergi cuaca dan asma seringkali merasa resah apabila suhu mengalami perubahan
dengan jangka waktu yang tidak tetap. Penyakit ini timbul hanya dengan
menghirup udara dingin. Gejala awalnya ditandai dengan rasa sesak dan
penyempitan saluran nafas. Cuaca dengan udara yang kering dan dingin kadang-
kadang memicu efek yang lebih kuat dibandingkan udara yang lembab. Angin
yang dingin disertai pilek juga dapat memperburuk gejala asma yang muncul.
Seringkali, alergi yang timbul berupa ruam-ruam merah di badan yang terasa gatal
dan panas.
Selain itu, penyakit lain yang dapat timbul akibat adanya
perubahan suhu yaitu, ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA
merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan
atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura yang berlangsung selama 14 hari. Secara
tidak langsung, ISPA distimulir oleh masuknya partikel-partikel asap yang
mengandung senyawasenyawa berbahaya seperti SO2, NO2, CO dan O3
sehingga mengganggu fungsi pernapasan dan dapat mengganggu
kesehatan, terutama pada saluran pemafasan atas maupun bawah, dan
menyebabakan infeksi pare seperti bronchitis, edema pare dan pneumonia.
Penyakit ISPA ini, jika diperhatikan hampir mirip dengan asma karena
perubahan suhu tersebut menyerang anggota tubuh manusia bagian saluran
pernafasan.
Disamping itu, masih ada penyakit yang timbul akibat perubahan suhu
seperti DBD. DBD atau Dengue hemorrhagic fever (DHF) masih menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. DBD disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki iklim tropis
yang heterogen dan rentan terhadap dampak perubahan iklim regional dan global.
Perubahan iklim yang dapat ditinjau dari perubahan curah hujan, suhu dan
kelembapan ini dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular, termasuk
12
yang penyebarannya yang semakin luas. Iklim yang tidak stabil menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem reproduksi (perkembangbiakan)
vektor nyamuk Aedes. Untuk sebagian masyarakat yang mempunyai daya imun
yang rendah, perubahan suhu yang terjadi secara terus-menerus akan sangat
meresahkan bahkan akan menyebabkan kematian dibeberapa kasus. Selain itu, hal
ini tentu akan menghambat pihak yang terkena dampak tersebut dan akan
mengalami kesulitan untuk melakukan aktifitas biasa sehari-hari.
13