Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN SUHU UDARA TERHADAP


PENYAKIT YANG DITIMBULKAN

PENCEMARAN UDARA DAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA


(TKL-6312)

DOSEN PENGAMPUH :
DIAN RAHAYU JATI ST, M.Si

DISUSUN OLEH :
NURAINI D1051151004
WINDA WIDIANTI D1051151008
LAILY VIOLITA D1051151022
INDRI PONTIANI D1051151046
M. FITHRAH AQBILLAH D1051151052
YULITA MAULIDIA D1051151070

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Mata Kuliah
Pencemraran Udara dan Pemantauan Kualitas Udara ini dengan tepat waktu.
Adapun judul laporan ini adalah “Hubungan Antara Perubahan Suhu
Terhadap Penyakit yang Ditimbulkan”. Laporan ini dapat diselesaikan dengan
baik, tidak terlepas dari bimbingan Dosen Mata Kuliah. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dian
Rahayu Jati S.T., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pencemraran Udara
dan Pemantauan Kualitas Udara
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Pontianak, 25 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Suhu.............................................................................................3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Suhu Udara.........................3
2.3 Penyakit Akibat Perubahan Suhu..................................................................5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Suhu Udara.........................7
3.2 Penyakit Akibat Perubahan Suhu.................................................................11

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Suhu Tahun 2014.............................................................................7


Tabel 3.2 Data Suhu Tahun 2015.............................................................................7
Tabel 3.3 Data Suhu Tahun 2016.............................................................................8
Tabel 3.4 Data Suhu Tahun 2017.............................................................................8
Tabel 3.5 Data Suhu Tahun 2018.............................................................................9

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Data Suhu Tahun 2014........................................................................9


Gambar 3.2 Data Suhu Tahun 2015.......................................................................10
Gambar 3.3 Data Suhu Tahun 2016.......................................................................10
Gambar 3.4 Data Suhu Tahun 2017.......................................................................11
Gambar 3.5 Data Suhu Tahun 2014.......................................................................11

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan fisik di kota meningkat dengan pesat, diiringi dengan
perubahan kualitas suhu udara di lingkungan kota dari tahun ke tahun yang
semakin memburuk. Salah satunya disebabkan oleh bertambahnya jumlah
penduduk sehingga bertambah pula jumlah permukiman dan prasarana lain,
seperti jalan raya, sarana transportasi dan tempat pembuangan limbah. Aktivitas
manusia ini menginjeksikan sejumlah polutan berbentuk gas dan partikel kecil ke
dalam atmosfer. Pencemaran berupa gas dapat mempengaruhi iklim melalui efek
rumah kaca (Tjasyono, 1999). Gas ini disebut sebagai gas rumah kaca. Menurut
(Foley, 1993), peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer, seperti karbon
dioksida, metana, nitrat oksida dan klorofluorkarbon (CFC), akan mengakibatkan
naiknya suhu permukaan bumi, yang pada taraf tertentu akan memicu pemanasan
global (global warming) dan perubahan iklim. Selain itu, bentuk penggunaan
lahannya yang semakin kompleks, yaitu semakin banyaknya lahan terbangun dan
sedikitnya lahan terbuka untuk tumbuhnya vegetasi juga berpontensi untuk
meningkatkan pemanasan global.
Campur tangan manusia berupa konversi penggunaan lahan alami ke
artificial berdampak pada perubahan suhu, yaitu naiknya suhu harian. Kenaikan
justru terjadi pada suhu minimum, sementara suhu maksimum cenderung
mengalami penurunan. Fenomena ini mengakibatkan suhu pada malam hari terasa
hangat. Ini terjadi terutama di kota-kota besar dan wilayah yang sangat padat.
Peningkatan suhu minimum diketahui karena besarnya konsentrasi polutan
termasuk gas rumah kaca di atmosfer. Gas ini dapat berperan sebagai selimut,
sehingga suhu pada malam hari tetap tinggi (Lakitan, 2002).
Perubahan suhu mengakibatkan beberapa dampak yang diantaranya timbul
dan berakibat langsung ke manusia tanpa disadari seperti gelombang panas yang
menyebabkan heat illness. Akan tetapi kebanyakan perubahan tersebut berakibat
tidak langsung melalui perubahan ekosistem, produksi pangan, penyakit yang
ditularkan oleh vektor, penyakit infeksi dan non-infeksi. Oleh sebab itu, dibuatlah

1
laporan ini untuk mengetahui hubungan antara perubahan suhu terhadap penyakit
yang ditimbulkan sehingga dapat mengetahui tingkat pengaruh yang timbul akibat
perubahan suhu di lingkungan.

1.2. Tujuan Laporan


Tujuan dari laporan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui data suhu maksimum, suhu minimum dan suhu rata-
rata bulanan dari tahun 2014-2019.
2. Untuk mengetahui data penyakit yang timbul dari tahun 2014-2019.
3. Untuk mengetahui hubungan antara perubahan suhu terhadap penyakit
yang ditimbulkan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suhu Udara


Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur
dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara
tertinggi simuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekoator) dan makin ke kutub
semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara
terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Hal ini, diketahui bahwa
tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata
0,6˚C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau
lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1˚C (Benyamin, 1997).
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang
seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan
suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga
semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu
udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5˚C – 6˚C tiap kenaikan
1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat
pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara
merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik
(Handoko, 1994).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Suhu Udara


Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan suhu udara (temperatur) di
berbagai daerah sebagai berikut:
a. Sudut Datangnya Sinar Matahari
Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari,
sedangkan sudut terbesar pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00 siang. Sudut
datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari dan suatu
bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya sinar matahari, maka
semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima bumi semakin tinggi.

3
Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar matahari, berarti semakin miring
datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi semakin rendah.
b. Tinggi Rendahnya Tempat
Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat
tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan
suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara
yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut amplitudo.
Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer. Garis
khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara
sama disebut Garis isotherm. Salah satu sifat khas udara yaitu bila kita naik 100
m, suhu udara akan turun 0,6°C. Di Indonesia suhu rata-rata tahunan pada
ketinggian 0 meter adalah 26°C. Misal, suatu daerah dengan ketinggian 5.000 m
di atas permukaan laut suhunya adalah 26°C × -0,6°C = -4°C, jadi suhu udara di
daerah tersebut adalah -4°C. Perbedaan temperatur tinggi rendahnya suatu daerah
dinamakan derajat geotermis. Suhu udara rata-rata tahunan pada setiap wilayah di
Indonesia berbeda-beda sesuai dengan tinggi rendahnya tempat tersebut dari
permukaan laut.
c. Angin dan Arus Laut
Angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara.
Misalnya, angin dan arus dari daerah yang dingin, akan menyebabkan daerah yang
dilalui angin tersebut juga akan menjadi dingin.
d. Lamanya Penyinaran
Lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak
garis lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama
daerah tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran
matahari semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah. Indonesia yang
terletak di daerah lintang rendah (6 °LU – 11 °LS) mendapatkan penyinaran
matahari relatif lebih lama sehingga suhu rata-rata hariannya cukup tinggi.
e. Awan
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu
daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal

4
ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap
panas matahari. Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan
lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh
awan, maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.

2.3 Penyakit Akibat Perubahan Suhu


Perubahan suhu yang tidak menentu mengakibatkan terjadinya beberapa
penyakit diantaranya:
1. ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya,
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura, berlangsung selama 14 hari.
Meningkatnya ISPA ini secara tidak langsung distimulir oleh masuknya
partikelpartikel asap yang mengandung senyawasenyawa berbahaya seperti SO2,
NO2, CO dan O3 sehingga mengganggu fungsi pernapasan dan dapat mengganggu
kesehatan, terutama pada saluran pemafasan atas maupun bawah, dan
menyebabakan infeksi pare seperti bronchitis, edema pare dan pneumonia
(Syafrizal, 2003).
2. DBD
DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
terlihat (DBD) atau Dengue hemorrhagic fever (DHF) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
memiliki iklim tropis yang heterogen dan rentan terhadap dampak perubahan
iklim regional dan global. Perubahan iklim yang dapat ditinjau dari perubahan
curah hujan, suhu dan kelembapan ini dapat mempengaruhi penyebaran penyakit
menular, termasuk yang penyebarannya yang semakin luas. Iklim yang tidak
stabil menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem
reproduksi (perkembangbiakan) vektor nyamuk Aedes.

5
3. Alergi
Gatal yang timbul saat perubahan suhu memang dapat disebabkan oleh
reaksi alergi, baik akibat suhu dingin ataupun panas. Umumnya kondisi ini dapat
memicu timbulnya bentol yang terasa gatal, kulit kemerahan dan terasa panas.
4. Asma
Orang-orang dengan alergi cuaca dan asma seringkali dapat timbul
asmanya hanya dengan menghirup udara dingin. Gejala awalnya ditandai dengan
rasa sesak dan penyempitan saluran nafas. Cuaca dengan udara yang kering dan
dingin kadang-kadang memicu efek yang lebih kuat dibandingkan udara yang
lembab. Angin yang dingin disertai pilek juga dapat memperburuk gejala asma
yang muncul.

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Suhu Tahun 2014-2018


Suhu udara adalah suatu keadaan panas atau dinginnya udara disuatu
tempat pada waktu tertentu,yang dipengaruhi oleh banyaknya atau sedikitnya
panas matahari yang diterima bumi. Suhu maksimum bulanan yaitu suhu yang
terbaca dari termometer maksimum di alat Stasiun BMKG Pontianak. Suhu
minimum bulanan adalah suhu yang terbaca dari termometer minimum di alat
Stasiun BMKG Pontianak. Suhu rata-rata bulanan adalah jumlah suhu dalam satu
bulan dibagi dengan jumlah hari dalam satu bulan. Data suhu maksimum,
minimum dan rata-rata bulanan pertahun dari tahun 2014-2018 dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3.1 Data Suhu Tahun 2014


Nilai Nilai Rata-
No Bulan Min/bulan Max/bulan rata/bulan
1 Januari 21,9 33,2 26,70
2 Februari 20,9 35 27,82
3 Maret 21,8 35,5 27,71
4 April 22,4 36,1 27,87
5 Mei 22,6 36,8 28,17
6 Juni 22,3 36,5 28,64
7 Juli 23,2 37,9 29,29
8 Agustus 22,2 35,8 27,59
9 September 23 36,6 28,31
10 Oktober 21,2 35,9 27,81
11 November 22,6 34,1 26,87
12 Desember 21,8 35,3 27,06

Tabel 3.2 Data Suhu Tahun 2015


Suhu Suhu Suhu
No Bulan
Minimum Maksimum Rata-Rata
1 Januari 22,2 32,8 26,5
2 Februari 22,4 33,6 26,7
3 Maret 21,8 35,2 27,6
4 April 22,5 35,5 27,9

7
Suhu Suhu Suhu
No Bulan
Minimum Maksimum Rata-Rata
5 Mei 22,8 36 28,2
6 Juni 23 36,7 28,5
7 Junli 22,2 36,8 28,7
8 Agustus 22,6 36,2 28,8
9 September 23,8 36 28,7
10 Oktober 21,3 35,5 28,1
11 November 23 34 27,1
12 Desember 22,6 34,8 27,6

Tabel 3.3 Data Suhu Tahun 2016


Suhu Suhu Suhu
No Bulan
Minimal Maksimal Rata-Rata
1 Januari 22,1 36 58,1
2 Februari 23 34,4 57,4
3 Maret 23,6 36,2 59,8
4 April 23,8 35,5 59,3
5 Mei 23,8 36,4 60,2
6 Juni 22,2 36,4 58,6
7 Juli 23,1 37,7 60,8
8 Agustus 23,2 37,8 61
9 September 23,1 36,2 59,3
10 Oktober 21,4 36,2 57,6
11 November 23,2 33,9 57,1
12 Desember 23 34,3 57,3

Tabel 3.4 Data Suhu Tahun 2017


Suhu Suhu
N Suhu
Bulan Minimu Maksimu
o Rata-Rata
m m
1 Januari 22,6 35,2 28,3
2 Februari 22,8 35,2 27,5
3 Maret 23 35,4 27,7
4 April 23,2 35,4 28,0
5 Mei 23,6 34,6 27,8
6 Juni 23,1 36,4 28,4
7 Juli 23,2 36,2 28,1
8 Agustus 22,4 35,8 27,7
9 September 23,3 36,2 28,0
10 Oktober 24 36 27,7
11 November 22,7 34,4 27,4
12 Desember 23,3 34,6 27,4

8
Tabel 3.5 Data Suhu Tahun 2018
Suhu
Suhu Suhu
No Bulan Maksimu
Minimum Rata-Rata
m
1 Januari 22,5 33,8 27,0
2 Februari 23,2 34,9 27,3
3 Maret 23,3 35,8 27,7
4 April 23,8 35,9 28,0
5 Mei 23,4 36,6 27,7
6 Juni 22,8 35,5 27,9
7 Juli 22,4 37,8 29,0
8 Agustus 22,5 37 28,9
9 September 22,4 36,6 27,9
10 Oktober 22,8 35 27,0
11 November 23 35,3 27,1
12 Desember 22,7 34,1 26,9

Diagram batang suhu maksimum, minimum dan rata-rata bulanan dapat


dilihat pada gambar berikut.
40

35

30

25

20

15

10

0
ri ri et ril ei ni ju
li us be
r
be
r
be
r
be
r
nua rua ar ap m ju us
t
m to m m
J a f eb m ag te ok ve s e
s ep no de

Nilai Min/bulan Nilai Max/bulan Rata-rata/bulan

Gambar 3.1 Data Suhu Tahun 2014

9
40

35

30

25

20

15

10

0
ri ri et ril ei ni nl
i us r er r r
ua rua ar Ap M Ju Ju st be ob be be
n u m t m m
J a
F eb M A g te Ok ve se
S ep No De

Suhu Harian minimum Suhu Harian Maksimum Suhu Harian Rata-rata

Gambar 3.2 Data Suhu Tahun 2015

40

35

30

25

20

15

10

0
ri ri et ril ei ni li us be
r
er be
r r
ua ua ar Ap M Ju Ju t ob be
n r us m t ve
m m
J a eb M
Ag te Ok se
F
S ep No De

Suhu Minimal Suhu Maksimal Suhu Rata-rata

Gambar 3.3 Data Suhu Tahun 2016

10
40

35

30

25

20

15

10

0
ri ri et ril ei ni nl
i s r r r r
ua ua ar Ap Ju Ju tu be be be be
n r M us m to m m
J a
F eb M A g te Ok ve s e
S ep No De

Suhu Minimum Suhu Maksimum Suhu Rata-Rata

Gambar 3.4 Data Suhu pada Tahun 2017

40

35

30

25
SUHU oC

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
BULAN

Suhu Minimum Suhu Maksimum Suhu rata-rata

Gambar 3.5 Data Suhu Tahun 2018

3.2 Penyakit-Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Perubahan Suhu


Perubahan suhu yang terjadi di lingkungan sekitar pada dasarnya akan
menimbulkan berbagai macam penyakit yang tanpa disadari dapat berdampak
baik dan buruk oleh manusia. Dampak-dampak yang timbul tersebut dapat terlihat

11
tergantung dari tingkat perubahan suhu itu sendiri. Penyakit yang dapat timbul
akibat suhu atau perubahan suhu adalah alergi dan asma. Masyarakat penderita
alergi cuaca dan asma seringkali merasa resah apabila suhu mengalami perubahan
dengan jangka waktu yang tidak tetap. Penyakit ini timbul hanya dengan
menghirup udara dingin. Gejala awalnya ditandai dengan rasa sesak dan
penyempitan saluran nafas. Cuaca dengan udara yang kering dan dingin kadang-
kadang memicu efek yang lebih kuat dibandingkan udara yang lembab. Angin
yang dingin disertai pilek juga dapat memperburuk gejala asma yang muncul.
Seringkali, alergi yang timbul berupa ruam-ruam merah di badan yang terasa gatal
dan panas.
Selain itu, penyakit lain yang dapat timbul akibat adanya
perubahan suhu yaitu, ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA
merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan
atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura yang berlangsung selama 14 hari. Secara
tidak langsung, ISPA distimulir oleh masuknya partikel-partikel asap yang
mengandung senyawasenyawa berbahaya seperti SO2, NO2, CO dan O3
sehingga mengganggu fungsi pernapasan dan dapat mengganggu
kesehatan, terutama pada saluran pemafasan atas maupun bawah, dan
menyebabakan infeksi pare seperti bronchitis, edema pare dan pneumonia.
Penyakit ISPA ini, jika diperhatikan hampir mirip dengan asma karena
perubahan suhu tersebut menyerang anggota tubuh manusia bagian saluran
pernafasan.
Disamping itu, masih ada penyakit yang timbul akibat perubahan suhu
seperti DBD. DBD atau Dengue hemorrhagic fever (DHF) masih menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. DBD disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki iklim tropis
yang heterogen dan rentan terhadap dampak perubahan iklim regional dan global.
Perubahan iklim yang dapat ditinjau dari perubahan curah hujan, suhu dan
kelembapan ini dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular, termasuk

12
yang penyebarannya yang semakin luas. Iklim yang tidak stabil menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem reproduksi (perkembangbiakan)
vektor nyamuk Aedes. Untuk sebagian masyarakat yang mempunyai daya imun
yang rendah, perubahan suhu yang terjadi secara terus-menerus akan sangat
meresahkan bahkan akan menyebabkan kematian dibeberapa kasus. Selain itu, hal
ini tentu akan menghambat pihak yang terkena dampak tersebut dan akan
mengalami kesulitan untuk melakukan aktifitas biasa sehari-hari.

13

Anda mungkin juga menyukai