Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI MANAJEMEN PERBEKALAN FARMASI

Makalah
Diajukan untuk
memenuhi salah
satu syarat
perkuliahan Ilmu
Komunikasi
Semester Ganjil

Disusun oleh:
Rizki wahyudi

Dosen pengampu :
Syamsul rizal sinulingga, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANGKA BELITUNG
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2020

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tanin (Tannin) Bagian II”.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Farmakognosi pada program studi FARMASI di Politeknik Kesehatan Bangka
Belitung.
Dalam penulisan makalah ini penyusun sudah berusaha sebaik mungkin
dalam menyusun dan penulisan makalah ini. Oleh karena itu jika terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan makalah ini penyusun mohon maaf dan masukannya,
agar penyusun dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
makalah ini berikutnya. Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua.

Pangkalpinang, 7 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B..Rumusan Masalah ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A.. .Perencanaaan........................................................................................... 3
B....pengadaan................................................................................................ 3
C....penerimaan dan penyimpanan................................................................. 4
D.. .pendistribusian......................................................................................... 5
E....pengendalian....................................................................................6
F....pencatatan dan pelaporan.................................................................7
G.. .penghapusan....................................................................................8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
A. Kesimpulan.............................................................................................. 15
B..Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan unuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan
dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga
dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Dari
uraian di atas, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit khusus, praktek
dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi
spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS), Pedagang Besar Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat,
laboratorium kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang
meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya,
sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetik.
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
dan penggunaan obat. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia
belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat
beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan
manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen
rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi
rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat
konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan
pendistribusian.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana system pengelolaan perbekalan farmasi?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam Sistem Distribusi Perbekalan
Farmasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui system pengelolaan perbekalan farmasi
2. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam system distribusi
perbekalan farmasi

2
BAB II
URAIAN MATERI

A. Perencanaan dan seleksi


Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah dan
harga sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran dalam rangka pengadaan untuk menghindari kekosongan obat
dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
pelaksanaan yang telah ditentukan. Perencanaan berpedoman pada DOEN
(Daftar Obat Esensial Nasional), formularium RS, standart terapi RS, data
catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit,
sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu dan rencana pengembangan
(Quick,1997).
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Ada tiga jenis metode perencanaan yaitu konsumsi, epidemiologi, dan
kombinasi keduanya yang disesuaikan dengan anggaran setempat.
Perencanaan dengan metode konsumsi dilakukan berdasarkan data
penggunaan obat diwaktu yang lalu, sedangkan metode epidemiologi
dilakukan berdasarkan data tingkat kejadian penyakit dan standart pengobatan
untuk penyakit tersebut. Data penggunaan obat waktu yang lalu untuk metode
konsumsi harus akurat. Metode konsumsi ini dapat menyebabkan penggunaan
obat yang kurang rasional akan terus terjadi berbeda dengan halnya metode
epidemiologi yaitu mengambil asumsi bahwa pengobatan disesuaikan dengan
penyakit yang ada atau terjadi pada saat tertentu (Siregar,2004).
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
mempertimbangkan dana yang tersedia. Untuk mencapai efisiensi dalam
penyusunan daftar kebutuhan obat digunakan gabungan dua cara analisis,
yaitu analisis VEN dan ABC (Paretto). Analisis VEN mengelompokan obat
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk pengobatan pasien. Pembagian
VEN adalah sebagai berikut :

3
a. Kategori V adalah obat vital dengan jumlah sedikit tetapi harus selalu
disediakan untuk menyelamatkan jiwa pasien
b. (life-saving drug), misalnya insulin, heparin, adrenalin, atropin sulfat,
albumin dan obat-obat pelayanan kesehatan standar, misalnya serum antibisa
ular.
c. Kategori E adalah obat esensial yang umum digunakan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, misalnya obat jantung, obat hipertensi, obat diabetes.
d. Kategori N adalah obat non-esensial yang boleh disediakan atau boleh
tidak disediakan karena tidak membahayakan nyawa bila tidak tersedia,
misalnya food suplement dan vitamin (Quick,1997).
Analisis ABC/Paretto mengelompokkan obat berdasarkan volume and value of
consumption obat, yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok A adalah obat yang berharga mahal dan sering ditulis dengan
resep dokter, menyerap dana sebesar ± 80% dari total dana dengan jumlah
item ± 20% dari total item obat yang ada.
b. Kelompok B adalah obat yang dibutuhkan dalam banyak kasus dan
sering keluar, menyerap dana sebesar ± 15% dari total dana dengan jumlah
item ± 60% total item obat yang ada.
c. Kelompok C adalah kelompok obat yang hanya sebagai suplemen saja.
Menyerap dana sebesar ± 5% dari total dana dengan jumlah item ± 20% total
item obat yang ada (Quick,1997).
B. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merelisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui:
1. Pembelian
2. Produksi atau pembuatan sediaan farmasi
3. Sumbangan/drooping atau hibah
Pembelian dengan penawaran yang kompetitif( tender) merupakan
suatu metode penting untuk mencapau keseimbangan yang tepat antara mutu
dan harga, apabila ada dua atau lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan
pada criteria berikut :
mutu produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan
waktu pengiriman, mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan
tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan.

4
Tujuan pengadaaan :
Mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu
yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan
tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.

C. Penerimaan dan penyimpanan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan.

Penerimaan perbekalan farmasi harus dulakukan oleh petugas yang bertanggung


jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik dalam tanggung
jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi.
Dalam tim penerimaan harus ada tenaga farmasi.

Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai
kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan

Perbekalan farmasi yang di terima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah
ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan :

1. Harus mempunyai Material, Safety, Data, Sheet(MSDS), untuk bahan


berbahaya.

2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai serticate of origin.

3. Sertifikat analisa produk (Depkes RI,2008)

Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sediaan farmasi dan alat


kesehatan sebelum didistribusikan. Fungsi gudang adalah mempertahankan kondisi
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang disimpan agar tetap stabil sampai ke tangan
pasien (Siregar,2004).

Tujuan penyimpanan adalah :

a. Memelihara mutu sediaan farmasi

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

5
c. Menjaga ketersediaan

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI,2008)

Penumpukan stok barang yang kadaluwarsa dan rusak dapat dihindari dengan
pengaturan sistem penyimpanan seperti fisrt expired fisrt out (FEFO) dan fisrt in fisrt
out (FIFO). Sistem FEFO adalah dimana obat yang memiliki waktu kadaluwarsa lebih
pendek keluar terlebih dahulu, sedangkan dalam sistem FIFO obat yang pertama kali
masuk adalah obat yang pertama kali keluar (Quick,1997).

Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi penyimpanan masing-


masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud antara lain adalah temperatur/suhu
sekitar 20-250C, kelembaban dan atau paparan cahaya. Tempat penyimpanan yang
digunakan dapat berupa ruang atau gedung yang terpisah, lemari, lemari terkunci,
lemari es, freezer, atau ruangan sejuk. Tempat penyimpanan tergantung pada sifat
atau karakteristik masing-masing obat (Siregar,2004).

Pengaturan obat digudang dapat dikelompokkan dengan 7 cara yaitu berdasarkan :

1) Kelompok farmakologi/terapeutik

2) Indikasi klinik

3) Kelompok alphabetis

4) Tingkat penggunaan

5) Bentuk sediaan

6) Random bin

7) Kode barang.

Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang sebaiknya disimpan


dalam keadaan yang mudah terambil dan tetap terlindung dari kerusakan
(Siregar,2004).

Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan narkotika disebutkan


bahwa RS harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, dimana tempat

6
tersebut harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat, selain itu
tempat penyimpanan narkotika tersebut harus mempunyai kunci yang kuat dan tempat
penyimpanan terbagi menjadi 2 bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan.

D.pendistribusian

Distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu tugas utama
pelayanan farmasi dirumah sakit. Distribusi memegang peranan penting dalam
penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan ke unit-unit disetiap
bagian farmasi rumah sakit termasuk kepada pasien. Hal terpenting yang harus
diperhatikan adalah berkembangnya suatu proses yang menjamin pemberian sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang benar dan tepat kepada pasien, sesuai dengan yang
tertulis pada resep atau kartu obat atau Kartu Instruksi Obat (KIO) serta dilengkapi
dengan informasi yang cukup (Quick,1997).

Tujuan pendistribusian : tersedianya perbekalan farmasi diunit-unit pelayanan secara


tepat waktu tepat jenis dan jumlah (Depkes RI,2008)

Farmasi rawat inap menjalankan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk


memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di RS, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap diruangan,
sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi.

Ada tiga macam sistem pendistribusian rawat inap, yaitu:

a) Sistem persediaan lengkap (Floor stock system), meliputi semua persediaan obat
dan alat kesehatan yang dibutuhkan diruangan. Pelayanan dalam sistem persediaan
ruangan salah satu adalah penyediaan emergency kit (kotak obat darurat) yang
digunakan untuk keperluan gawat darurat (Siregar,2004).

b) Resep perorangan (individual prescribing) merupakan cara distribusi obat dan


alat kesehatan berdasarkan permintaan dalam resep atau kartu obat pasien rawat inap.
Sistem ini memiliki keuntungan berupa adanya pengkajian resep pasien oleh apoteker
adanya kesempatan interaksi profesional penggunaan obat lebih terkendali dan
mempermudah penagihan biaya obat pada pasien. Keterbatasannya adalah adanya
kemungkinan keterlambatan obat untuk dapat sampai kepada pasien (siregar dan
amalia, 2004).

7
c) sistem unit dose dispensing (UDD) didefinisikan sebagai obat yang disiapkan
dan diberikan kepada pasien dalam unit dosis tunggal yang berisi obat untuk sekali
minum. Konsep UDD bukan merupakan inovasi baru dalam farmasi dan pengobatan.
Unit dose dispensing merupakan tanggung jawab farmasi yang tidak dapat berjalan
disituasi institusi rumah sakit tanpa kerja sama dengan perawat dan staf kesehatan
yang lain. Keuntungan UDD antara lain penderita hanya membayar obat yang
digunakanya saja,mengurangi kesalahan pengobatan,memperbesar komunikasi antara
apoteker-dokter perawat,serta apoteker dapat melakukan pengkajian penggunaan obat.
Keterbatasannya adalah jumlah tenaga farmasi yang dibutuhkan lebih tinggi (Siregar
dan Amalia,2004).

Kelebihan sistem UDD dibandingkan dengan sistem yang lain diantaranya adalah:

a) Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik selama 24 jam sehari dan
hanya membayar untuk obat-obatan yang digunakan saja,

b) Semua obat yang dibutuhkan dibagian perawatan disiapkan oleh farmasi


sehingga perawat mempunyai lebih banyak waktu merawat pasien,

c) Memberikan kesempatan farmasis menginterpretasikan dan memeriksa kopi


pesanan resep, bagi perawat mengurangi kemungkinana kesalahan obat,

d) Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang berlebihan dibagian
perawat dan farmasi,

e) Menghemat ruang-ruang di pos perawatan,

f) Meniadakan kemungkinan terjadi pencurian dan pemborosan obat,

g) Mengurangi kemungkinan kesalahan obat dan juga membantu menarik kembali


kemasan pada saat obat itu ditarik dari peredaran karena kemasan dosis unit masing-
masing diberi label,

h) Farmasis dapat mengunjungi pos perwatan untuk menjalankan tugasnya yang


diperluas (Siregar,2004).

2.6.2 Disribusi rawat jalan

8
Pedoman pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan (ambulatory) di RS mencakup:
persyaratan manajemen, persyaratan fasilitas dan peralatan, persyaratan pengelohan
order atau resep obat, dan pedoman operasional lainnya (siregar dan amalia, 2003).

Pelayanan farmasi untuk penderita ambulatory harus dipimpin oleh seorang apoteker
yang memenuhi syarat secara hukum dan kompeten secara professional
(Anonim,2012).

Sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien rawat jalan adalah sistem resep
perorangan yaitu cara distribusi obat pada pasien secara individual berdasarkan resep
dokter. Pasien harus diberikan informasi mengenai obat karena pasien sendiri yang
akan bertanggung jawab atas pemakaian obat tanpa adanya pengawasan dari tenaga
kesehatan. Apoteker juga harus bertindak sebagai konsultan obat bagi pasien yang
melakukan swamedikasi (Siregar dan Amalia, 2003).

E. Pengendalian

Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran


yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan obat di unit-unit pelayanan.

Tujuan pengendalian : agar tidak terjadi kelbihan dan kekosongan perbekalan farmasi
di unit-unit pelayanan (Depkes RI,2008)

Kegiatan pengendalian mencakup :

a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah stok


ini disebut stok kerja.

b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/ kekosongan.

c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima (Depkes RI,2008)

Pengendalian obat di RS terdiri atas:

a. Sistem satu pintu,

9
b. Penandaan pada wadah perbekalan farmasi yang didistribusikan,

c. Pengembalian wadah bekas,

d. Penggunaan kartu kendali,

e. Menghitung dosis obat,

f. Menghitung biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan dan membandingkan


dengan unit cost yang diterima (Anonim,2012)

F. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi


perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Adanya pencatatan
akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu
obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan
dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan
untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok Induk (Anonim,2012).

Fungsi:

1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi (penerimaan,


pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa),

2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1(satu) jenis
perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran,

3) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan


pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik perbekalan
farmasi dalam tempat penyimpanan (Depkes RI,2008)

Hal-hal yang harus diperhatikan:

1) Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan perbekalan farmasi


bersangkutan,

2) Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari,

3) Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang,


rusak/kadaluwarsa) langsung dicatat di dalam kartu stok,

10
4) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan (Depkes
RI,2008)

Informasi yang didapat:

1) Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia (sisa stok),

2) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima,

3) Jumlah perbekalan farmasi yang keluar,

4) Jumlah perbekalan farmasi yang hilang/ rusak/ kadaluwarsa,

5) Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi.

Manfaat informasi yang didapat:

1) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan perbekalan farmasi,

2) Penyusunan laporan,

3) Perencanaan pengadaan dan distribusi,

4) Pengendalian persediaan,

5) Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian,

6) Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFRS.

Hal-hal yang harus Diperhatikan

1) Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan pengeluaran


perbekalan farmasi di Kartu Stok Induk.

2) Kartu Stok Induk adalah :

a) Sebagai pencerminan perbekalan farmasi yang ada di gudang,

b) Alat bantu bagi petugas untuk pengeluaran perbekalan farmasi,

11
c) Alat bantu dalam menentukan kebutuhan.

3) Bagian judul pada kartu induk persediaan perbekalan farmasi diisi dengan :

a) Nama perbekalan farmasi tersebut,

b) Sumber/asal perbekalan farmasi,

c) Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan, dihitung sebesar
waktu tunggu,

d) Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam persediaan=sebesar stok


kerja+waktu tunggu+ stok pengaman.

4) Kolom-kolom pada Kartu Stok Induk persediaan perbekalan farmasi diisi


dengan:

a) Tanggal diterima atau dikeluarkan perbekalan farmasi,

b) Nomor dan tanda bukti misalnya nomor faktur dan lain-lain,

c) Dari siapa diterima perbekalan farmasi atau kepada siapa dikirim,

d) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima berdasarkan sumber anggaran,

e) Jumlah perbekalan farmasi yang dikeluarkan,

f) Sisa stok perbekalan farmasi dalam persediaan,

g) Keterangan yang dianggap perlu, misalnya tanggal dan tahun kadaluwarsa,


nomor batch dan lain-lain.

2.9.2 Pelaporan

Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan


farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang
berkepentingan.

Tujuan:

a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,

b) Tersedianya informasi yang akurat,

12
c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan,

d) Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan (Depkes RI,2008)

G. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang


tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara
membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak
memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan
akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan
obat yang sub standar (Depkes RI,2008)

Prosedur Tetap Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

a. Melaksanakan inventarisasi terhadap sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan


yang akan dimusnahkan,

b. Menyiapkan adminstrasi (berupa laporan dan berita acara pemusnahan),

c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak


terkait,

d. Menyiapkan tempat pemusnahan,

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan,

f. Membuat laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan, sekurang-


kurangnya memuat:

1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan,

2) Nama dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,

3) Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan,

13
4) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan,

5) Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan ditandatangani


oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan.

Pemusnahan Narkotika diatur dalam pasal 60 dan 61 UU No.22 Tahun 1997, yaitu:

Pasal 60:

a) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau
tidak dapat digunakan dalam proses produksi,

b) Kadarluarsa,

c) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau

d) Berkaitan dengan tindak pidana.

Pasal 61:

1) Pemusnahan Narkotika sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 huruf a, b dan c


dilaksanakan oleh pemerintah, orang atau badan yang bertanggung jawab atas
produksi dan atau peredaran narkotika, sarana kesehatan tertentu, serta lembaga ilmu
pengetahuan tertentu dengan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk Menkes,

2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan dengan pembuatan


berita acara yang sekurang-kurangnya memuat:

a) Nama, jenis, sifat dan jumlah,

b) Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan,

c) Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

Pasal 75:

14
Dalam rangka melakukan penyidikan, penyidik BNN berwenang:

a) Melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang


adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

b) Memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dan


peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

c) Memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi,

d) Memeriksa tanda pengenal diri tersangka, menyuruh berhenti orang yang diduga
melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
serta,

e) Memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak pidana dalam


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

f) Memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan peredaran


gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

g) Menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan


peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

h) Melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor


Narkotika di seluruh wilayah juridiksi nasional,

i) Melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran


gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang cukup,

j) Melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah


pengawasan,

k) Memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika;

l) Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA),
dan/atau tes bagian tubuh lainnya,

m) Mengambil sidik jari dan memotret tersangka,

n) Melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman,

15
o) Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat
perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

p) Melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang disita,

q) Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan
Prekursor Narkotika,

r) Meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,
dan

s) Menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Pasal 91

1) Kepala kejaksaan negeri setempat setelah menerima pemberitahuan tentang


penyitaan barang Narkotika dan Prekursor Narkotika dari penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia atau penyidik BNN, dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari wajib
menetapkan status barang sitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika tersebut untuk
kepentingan pembuktian perkara, kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kepentingan pendidikan dan pelatihan, dan/atau dimusnahkan.

2) Barang sitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika yang berada dalam


penyimpanan dan pengamanan penyidik yang telah ditetapkan untuk dimusnahkan,
wajib dimusnahkan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak menerima
penetapan pemusnahan dari kepala kejaksaan negeri setempat.

3) Penyidik wajib membuat berita acara pemusnahan dalam waktu paling lama 1 x
24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak pemusnahan tersebut dilakukan dan
menyerahkan berita acara tersebut kepada penyidik BNN atau penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia setempat dan tembusan berita acaranya disampaikan
kepada kepala kejaksaan negeri setempat, ketua pengadilan negeri setempat, Menteri,
dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

16
4) Dalam keadaan tertentu, batas waktu pemusnahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu yang sama.

5) Pemusnahan barang sitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan


berdasarkan ketentuan Pasal 75 huruf k.

6) Barang sitaan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi diserahkan kepada Menteri dan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan
diserahkan kepada Kepala BNN dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam waktu paling lama 5 (lima) hari terhitung sejak menerima penetapan dari
kepala kejaksaan negeri setempat.

7) Kepala BNN dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana


dimaksud pada ayat (6) menyampaikan laporan kepada Menteri mengenai
penggunaan barang sitaan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang
merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan/produksi,
penerimaan, pendistribusian, pengawasan, pemeliharaan, penghapusan,
pemantauan, administrasi, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu agar
tersedianya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu dalam jumlah dan
pada saat yang tepat sesuai spesifikasi dan fungsi yang ditetapkan oleh panitia
farmasi dan terapi secara berdaya guna dan berhasil guna.
Untuk menyiapkan tenaga professional tersebut diperlukan berbagai masukan
diantaranya adalah tersedianya pedoman yang tepat digunakan dalam pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah IFRS.Mengingat pentingnya pelayanan farmasi di
rumah sakit, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan
apoteker di rumah sakit, khususnya Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai
bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di
rumah sakit
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih belum sempurna,
dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh karena itu, saya berharap pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini dan pembelajaran untuk penulisan makalah di lain kesempatan.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, dan juga para
pembaca pada umumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, C.J.P, Amalia, L. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) . Jakarta

19
http://kesehatan-dokter-kebidanan-farmasi.blogspot.com/2012/01/perencanaan-
pengadaan-dan-distribusi.html diakses pada tanggal 8 Oktober 2013

20

Anda mungkin juga menyukai