Pengembangan k13
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana perkembangan kurikulum 2013
Jelaskan tujuan pelaksanaan kurikulum 2013
Apalandasan pengembangan kurikulum 2013
Jelaskan kurikulum PPKn 2013
1.3 Tujuan masalah
Memahami tentang perkembangan kurikulum 2013
Memahami tujusn pelaksanaan kurikulum 2013
1.4 Manfaat masalah
Memberikan pengetahuan baru kepada pembaca dan penulis mengenai perkembangan
kurikulum 2013.
BAB 2. PEMBAHASAN
Perubahan zaman adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat.
Perubahan zaman telah memberikan dampak yang besar terhadap seluruh segi kehidupan
masyarakat tidak terkecuali dalam segi pendidikan. Dewasa ini, masyarakat sebagai agen
perubahan itu sendiri mulai berinovasi dan mulai menangkap akan adanya tantangan zaman.
Kenyataan tersebut tentunya adalah hal yang positif, namun tidak boleh ditampikkan bahwa
dalam setiap perubahan zaman tentunya ada pula dampak negatif yang ditimbulkan. Tidak
semua pengaruh perubahan zaman positif bagi masyarakat Indonesia, ada hal-hal yang perlu
untuk disikapi dengan bijak dan ditolak mentah-mentah karena tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa.
Pendidikan mencoba untuk menyikapi dilema tersebut, kemudian mengemasnya
dalam sebuah konsep perubahan kurikulum. Isu-isu perubahan, fakta dan realita kehidupan
masyarakat serta isu-isu tantangan zaman dikemas sedemikian rupa sebagai dasar untuk
mengembangkan sebuah kurikulum baru yang mencoba untuk menjawab tantangan zaman
tersebut. Hal inilah yang coba dilakukan pemerintah melalui pengembangan kurikulum 2013.
Adapun isu-isu penting yang menjadi dasar pertimbangan pemerintah tersebut adalah sebagai
berikut.
2.Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional, maupun global.
7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan
hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.
8. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan
multi tafsir.
Hal-hal yang dijelaskan diatas merupakan latar belakang yang diangkat oleh
pemerintah dalam pengembangan kurikulum 2013. Pro dan kontra yang muncul akibat
wacana kurikulum 2013 bukan menjadi halangan pemerintah untuk tetap melanjutkan
kurikulum 2013 yang dianggap akan dapat memperbaiki pendidikan Indonesia menjadi jauh
lebih baik serta dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang muncul. Dalam
berbagai kesempatan yang telah disampaikan oleh pengambil kebijakan, juga terangkum
bahwa kurikulum 2013 mencoba untuk mengurangi beban guru secara administratif yang
kemudian guru hanya akan terfokus pada proses pembelajaran.
Beberapa alasan perlunya pengembangan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
1. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan
proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan
penambahan jam pelajaran;
2. Kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran; dan
3. Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkanjam pelajaran di Indonesia dengan
Negara lain relatif lebih singkat.
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan
tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiawian serta budaya bangsa.
Faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti
dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu,
sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang
isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan
(2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan
dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat
belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori
psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran
Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi
merupakan ”karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan
referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu
situasi”.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:
1. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan
untuk melakukan suatu aksi.
2. Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi
atau informasi.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi
dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan Pelatihan merupakan hal tepat
untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit
untuk dikenali dan dikembangkan.
Psikologi Belajar dan Pengembangan Kurikulum Psikologi belajar merupakan suatu studi
tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya
dengan teori belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan
psikologis adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang
mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju
kedewasaannya. Pemahaman yang luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan
memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi para pengembang kurikulum baik di
tingkat makro maupun tingkat mikro untuk merumuskan model kurikulum yang diharapkan.
Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu teori tertentu merupakan asumsi yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaannya berkaitan dengan aspek-aspek dan akibat yang
kungkin ditimbulkannya.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut
di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat
lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang
mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu aspek
penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan
dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang
dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang
dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional
maupun global.
Gagasan pemerintah untuk merealisasikan pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut
yang dimulai pada sekolah dasar, telah diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal
Sekolah Dasar kemudian disusul dengan penjabaran pelaksanaannya dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 Tanggal 7
Oktober 1987. Dalam sambutannya Mendikbud menyatakan: “Dalam hal ini harus diingat
bahwa adanya „muatan lokal‟ dalam kurikulum bukan bertujuan agar anak terjerat dalam
lingkungannya semata-mata. Semua anak berhak mendapat kesempatan guna lebih terlibat
dalam mobilitas yang melampaui batas lingkungannya sendiri” (Umar Tirtarahardja dan la
Sula, 2000:274).
Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di sebagian besar sekolah
adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah. Tujuan pengembangan
kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta
didik. Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal bertujuan:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.
b. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kearah yang positif.
Jika dilihat dari sudut kepentingan peserta didik pengemangan kurkulum muatan lokal
bertujuan:
a. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam, sosial,
dan budaya).
b. Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan
lingkungannya.
c. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah
yang ditemukan di lingkungan sekitarnya (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000:276
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan
teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan telah berkembang
dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh
penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John
Dewey, Archimides, dan lain-lain.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-
temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi,
budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan
menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak
langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap
pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan
pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat dan bahan
yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus
menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang
tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau
manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat
di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan
dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga
diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk
berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan
menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap
ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena
itu, kurikulum seharusnya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti
televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk
teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta
kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan
perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak
langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan
D. Karakteristik Kurikulm 2013
Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Belajar Tuntas
Belajar tuntas, yaitu peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar. Peserta
didik harus mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk mencapai kompetensi yang ditentukan (John Carrol). Peserta didik yang belajar lambat
perlu diberi waktu lebih lama dengan materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada
umumnya. Kompetensi pada kategori pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4), peserta
didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
2. Penilaian Autentik
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk
kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
2. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan/keluwesan yang dimiliki guru dalam
mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternatif pilihan program pendidikan bagi
siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antarberbagai
jenis dan jenjang sekolah serta antartingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar
berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti.
4. Prinsip Praktis dan Efisiensi
Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga
murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang
waktu, tenaga, dan biaya.
5. Prinsip Efektifitas
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik kuantitas maupun kualitas.
Keberhasilan kuntitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi,
proses belajar, dan evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil
pelaksanaan kurikulum yang ada.
6. Prinsip khusus
Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, antara
lain: prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan integrasi nasional,
keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad
pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan keterampilan hidup, berpusat pada
anak, serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
F. Komponen-komponen Kurikulum 2013
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua
hal.Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan
perkembangan masyarakat. Keduakesesuaian antar komponen-komponen.
Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Komponen tujuan
Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-
hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan.
Dengan membuat tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses pembuatan
kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan
yang diharapkan dapat tercapai.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam
Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3.Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran.
c. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan
sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan
tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
2. Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik
dalamkegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-
jenisbidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut.
3. Komponen Metode
Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena
metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi
yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Dalam prakteknya,
seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif,
menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses
belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan
atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat
haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. KomponenEvaluasi
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang
bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara
untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain
itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi
yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat
dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera
memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang
sudah baik atau berhasil
G. Perangkat Kurikulum 2013
Ditambah dengan:
a) Orde Baru
b) Sejarah Indonesia dan
c) Ilmu Bumi Indonesia.
Tahun 1972: Civic diganti dengan Ilmu Kwarga Negara,sedangkan Civic Education diganti
dengan pendidikan Kewargaan Negara(PKN).Dalam kurikulum Tahun 1975 sampai dengan
kurikulum 1984 PKN berganti nama menjadi PMP.Dalam kurikulum tahun 1994 PMP
berganti nama lagi menjadi PPKN.Dalam kurikulum KBK tahun 2004 dan kurikulum KTSP
tahun 2006,PPKN menjadi PKN,sedangkan dalam kurikulum 2013 PKN kembali lagi
PPKN.Perubahan nama dari Civic menjadi PKN,PMP,PPKN dan kembali PPKN tersebut
pada dasarnya ingin memerankan fungsi guru sebahai pendidik,pengajar dan pelatih secara
optimal.
d. hakekat pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan(Citizenship) merupakan pembelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama,sosiokultural,bahasa,usia dan suku bangsa
untuk menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
pancasila dan UUD 1945(KBK,2004).
Landasan PPKN adalah pancasila dan UUD 1945,ynag berakar pada nilai-nilai
agama,kebudayaan nasional Indonesia,tanggap pada perubahan zaman,serta Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.Pada dasarnya pendidikan pancasila
dan kewarganegaraan tersebut merupakan mengembangkan jiwa dan nila-nila 1945 kepada
generasi muda.PPKN merupakan pelajaran bukan untuk dihafal,melainkan untuk dimaknai
dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
Secara garis besar penyajian konsep PPKN bertujuan:
a. Untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan diri pribadi peserta didik sebagai insan
pancasilais.
b. Untuk meningkatkan diri peserta didik sebagai warga negara yang pancasilais yang mahir
dalam melakukan hubungan social.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mata pelajaran PPKn yang dikemas secara menarik akan membuat peserta didik
menyenanginya, merasa perlu, tidak menjadi beban, dan merasakan manfaat setelah
mempelajarinya. Selain akan mengubah image bahwa mata pelajaran PPKn membosankan
karena menurut penulis, penilaian bahwa suatu mata pelajaran membosankan atau tidak,
disamping dipengaruhi oleh minat peserta didik, juga dipengaruhi oleh cara guru
menyampaikannya. Dengan kata lain, guru harus mampu menampilkan pribadi yang
menyenangkan di hadapan peserta didik.
3.2 Saran
Kurikulum 2013 masih perlu di tinjau ulang, dikarenakan sosialisasinya masih dapat dibilang
sangat nihil di lakukan oleh pemerintah. Juga banyak sekali opini public yang kontra terhadap
kurikulum 2013 ini.
Negeri kita yang tercinta ini sangat luas dan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak
oleh karena itu rasanya tidak adil kalau hanya melakukan sosialisasi didaerah perkotaan
semata. Bagaimana dengan daerah pesisir pantai, pedalaman kampong, dan masih banyak
lagi daerah terpencil yang tidak terjangkau.
DAFTAR PUSTAKA
http://rimatrian.blogspot.com/2013/10/kajian-dan-pengembangan-kurikulum-2013.html
www.kemdiknas.go.id
http://prezi.com/zhfxc_ghg04o/landasan-penyusunan-kurikulum-2013/
http://kur2013.vedcmalang.or.id