OLEH:
Nadya Hanifa Burmawi
108101000049
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
ABSTRAK
Penerapan ergonomi yang tidak tepat sering terjadi pada ibu menyusui saat
duduk. Ibu menyusui lebih sering mengabaikan kenyamanan mereka yang dapat
menimbulkan postur janggal mengakibatkan keluhan rasa sakit. Gejala yang umum
terjadi akibat penerapan ergonomi yang tidak tepat adalah timbulnya risiko ergonomi
akibat kerja berupa MSDs. Namun masalah muncul adalah postur tubuh ibu
menyusui yang menggunakan posisi duduk apa yang meminalisasi timbulnya risiko
ergonomi.
Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat gambaran analisis
posisi duduk ibu menyusui menggunakan RULA di Kelurahan Pisangan tahun 2014.
Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan observasional
terhadap postur tubuh pada ibu menyusui menggunakan metode ergonomic risk
assessment RULA (Rapid Upper Limb Assesment). Untuk mendapatkan gambaran
postur kerja dari aktivitas ibu menyusui dalam posisi duduk menggunakan kursi
ergonomis, kursi biasa dan tidak menggunakan kursi.
Hasil yang diperoleh pada ibu menyusui menggunakan kursi ergonomis
menggunakan metode RULA skornya 6 level risiko sedang, sedangkan postur
tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 30,8% (4 orang) dan siku kiri 31,2%
(5 orang). Pada ibu menyusui menggunakan kursi/sofa menggunakan metode RULA
skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan siku kanan
(3orang). Pada ibu menyusui tidak menggunakan kursi/sofa menggunakan metode
RULA skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
leher sebanyak 53,8% (7 orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah
kiri sebanyak 44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang). Sedangkan
berdasarkan hasil observasi yang ditemukan postur janggal pada posisi duduk ibu
yang kursi/sofa dan yang tidak menggunakan kursi terdapat postur janggal pada
bagian tubuh seperti leher, lengan, punggung, kaki kecuali menggunakan kursi
ergonomis yang menggalami postur janggal pada bagian leher dan lengan. Oleh
karena itu disarankan ibu menyusui untuk untuk duduk secara benar baik
menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa, dan tidak mengunakan kursi dengan
duduk membentuk huruf S apabila dilihat dari samping, adanya bantalan pada
punggung.
iii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, Juli 2015
Analysis Posture of Breast Mother in Sitting Position using Rapid Upper Limb
Assesment in Kelurahan Pisangan
ABSTRAK
Improper application of ergonomics often occurs in breastfeeding mothers
when sitting. Breastfeeding mother sometime abandon their convenience which can
result in awkward postures and pain. The common symptoms to improper application
of ergonomics is the emergence of ergonomic is the occupational risk in form of
MSDs. But the problem came with breastfeeding sit position and the equiptment that
can minimize ergonomic risk.
Because of that, this research tried to study about representation analysis
sitting position of breastfeeding mother with RULA in Kelurahan Pisangan 2014.
This study used descriptive method with quantitative approachment and
observational approachment toward posture of breastfeeding mother with ergonomic
risk assesment RULA (Rapid Upper Limb Assesment) method. To get an overview
of the activities of breastfeeding mothers in sitting position, we use ergonomic
chairs, regular chairs and no chair.
The results are in breastfeeding mothers using ergonomic chairs with RULA
methods the score is 6 levels moderate risk, whereas most risky posture is neck as
much as 30.8% (4 people) and left elbow 31.2% (5 people). In breastfeeding mothers
using the chair / sofa with RULA methods the score is 7 levels high risk posture
while most at risk, namely the back of 23.1% (3 people), left elbow 37.5% (3 people)
and right elbow (3 people). In nursing mothers did not use the chair / sofa with
RULA methods the score is 7 levels high risk posture while most at risk, namely the
neck as much as 53.8% (7 people), back as much as 61.5% (8 people), left forearm as
much as 44, 4% (4 people), and the left elbow as much as 50% (8 people). While
based on the observation, women found awkward postures in the sitting position who
used chairs / sofas and women found comfort at the part of body such as neck, arms,
wrists, back, legs except when used ergonomic chairs they felt comfort at back.
Therefore advisable for breastfeeding mothers to sit correctly either use an
ergonomic chair, chair/sofa, and no chair to sit down to form the letter S when
viewed from the side, the pads on the back.
References: 25 (1993-2010)
iv
RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Karawaci-Tangerang.
Telepon : 085697549711
Agama : Islam
Email : hanifanadya@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN MAGANG
PENGALAMAN ORGANISASI
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas Berkat dan Rahmat-
Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Besar
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu upaya dari mahasiswa dalam
memenuhi kewajibannya sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM). Penyelesaian skripsi ini melalui banyak proses yang
telah saya lalui dalam waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, pada kesempatan
1. Kedua orang tua saya tercinta atas kasih sayang yang tidak terhingga yang telah
mendidik dan membesarkan saya hingga saat ini, mengajarkan begitu banyak hal
tentang arti syukur, cinta dan pengorbanan. Selalu mendoakan dan memberikan
motivasi serta selalu menjadi penyemangat dan inspirasi untuk tidak berhenti
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
vii
4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA, sebagai pembimbing skripsi I yang
skripsi ini.
5. Ibu Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, sebagai pembimbing skripsi II yang telah
skripsi ini.
6. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D sebagai sebagai penguji I skripsi saya yang
7. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM sebagai penguji II skripsi saya yang
8. Ibu Meilani M Anwar, SKM, M.T sebagai penguji III skripsi saya yang sudah
9. Segenap bapak ibu dosen Kesehatan Masyarakat yang telah membagikan ilmu
10. Ibu-ibu kader posyandu di Kelurahan Pisangan yang selalu bersedia membantu
11. Ibu-ibu menyusui yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.
12. Adik penulis dan keluarga besar untuk semangat dan motivasinya supaya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.
13. Saudari-saudariku Risma Budiyanti, Maratush Sholilah, Ade Rahmi, dan Ade
Fithrotinnadhiroh
14. Sahabat penulis Sinthi Ayesha yang selalu menyemangati dan mendoakan untuk
viii
15. Serta kepada berbagai pihak yang turut mendukung dan membantu atas
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Maka dari itu, penulis
berharap akan adanya penyusunan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
ix
DAFTAR ISI
x
2. Pemberian ASI Eksklusif ........................................................ 21
3. Posisi Menyusui ...................................................................... 22
D. Anatomi Tulang Belakang ............................................................ 27
E. Metode Penilaian Risiko Ergonomi .............................................. 29
1. RULA (Rapid Upper Limb Assesment) ................................. 29
2. REBA (Rapid Entire Body Assesment) .................................. 39
3. QEC (Quick Exposure Checklist) .......................................... 41
4. OWAS (Ovako Working Posture Analysing System) ............ 42
5. BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors) 43
6. Musculoskeletal Discomfort Survey Used at NIOSH ............. 45
7. JSI (Job Strain Index) ............................................................ 45
8. PLIBEL-The Method Assigned for Identification of
Ergonomic Hazards ............................................................... 45
9. The Occupational Repetitive Action (OCRA) Methods:
OCRA Index and OCRA Checklist ………………………….46
F. Desain Kursi .................................................................................. 47
1. Kursi Ergonomis .................................................................... 49
2. Kursi Non Ergonomis ............................................................ 51
G. Kerangka Teori .............................................................................. 51
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ....... 54
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 54
B. Definisi Operasional ...................................................................... 56
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 59
A. Desain Penelitian ........................................................................... 59
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 59
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 59
D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 59
E. Pengumpulan Data ........................................................................ 61
F. Pengolahan Data ............................................................................ 65
G. Analisis Data ................................................................................. 70
BAB V HASIL ................................................................................................ 71
A. Gambaran Posisi Duduk Ibu Menyusui Menggunakan RULA
xi
di Kelurahan Pisangan Tahun 2014 .............................................. 71
1. Gambaran Postur Duduk Menggunakan RULA Pada
Kursi Ergonomis .................................................................... 73
2. Gambaran Postur Duduk Menggunakan Kursi/Sofa .............. 76
3. Gambaran Postur Duduk Tidak Menggunakan Kursi ............ 82
B. Gambaran Analisis Postur Tubuh di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014 .................................................................................... 86
C. Gambaran Posisi Janggal Ibu Menyusui di Kelurahan
Pisangan Tahun 2014 .................................................................... 88
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 90
A. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 90
B. Gambaran Posisi Duduk Menggunakan Kursi Ergonomis,
Kursi/Sofa, dan Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu
Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan
RULA di Kelurahan Pisangan Tahun 2014 ................................... 90
C. Gambaran Postur Tubuh Menggunakan Kursi Ergonomis,
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
5.2 Gambaran Postur Tubuh Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun
Tahun 2014 73
Tahun 2014 76
Tahun 2014 82
xiii
5.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Berdasarkan Bagian Tubuh
Tahun 2014 89
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
duduk yang terjadi pada saat mereka bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak
dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat
pembebanan pada tulang belakang juga semakin besar. Hal itu dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah. Gangguan fungsi itu timbul akibat tidak
seimbangnya otot perut dan otot pinggang yang menyangga tulang belakang
yang berjudul Factors Affecting Low Back Pain during Breastfeeding of Thai
Women ditemukan bahwa duduk untuk jangka waktu yang panjang pada ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dapat menyebabkan sakit, nyeri di
1
2
Posisi nyaman yang dilakukan ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
tahun belum sesuai dengan posisi menyusui yang benar dalam keadaan duduk
seperti terlalu membungkuk, jangkauan tangan dan kaki yang tidak normal
kelelahan dan rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis
tersebut, timbulnya rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidaksesuaian antara
ibu dan lingkungan setempat. Maka sebaiknya ibu dapat mengambil posisi duduk
lebih baik menggunakan kursi, punggung ibu bersandar pada sandaran kursi, dan
agar kaki tidak bergantung maka harus diberi penyangga (Suradi, 2004).
obyek-obyek fisik buatan manusia seperti: kursi, meja, tempat tidur, ball point
dan sebagainya. Kursi untuk tempat duduk misalnya, mempunyai kegunaan yang
ukuran manusia yang menggunakannya, dan bentuk atau tipe dari kursi harus
suatu sistem kerja yang baik, harus menyeimbangkan fungsi manusia sebagai
pihak yang aktif dengan fungsi obyek yang dibuat sebagai pihak yang pasif.
Perancangan Kursi untuk Ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun
lain yang dilakukan Iqbal (2013) dengan judul Pengembangan Model Kursi Bagi
Ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun yang Ergonomis Berdasarkan Ukuran
ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun di Kelurahan Pisangan. Oleh karena
ergonomis pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun khususnya di
Kelurahan Pisangan. Umumnya posisi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
Postur tubuh menjadi suatu bahan yang menarik untuk dikaji, hal ini
metode itu ialah Ovako Working Posture Analysing System (OWAS), Quick
(BRIEF), Rapid Entire Body Assesment (REBA), Rapid Upper Limb Assesment
Checklist.
menentukan apakah postur yang dilakukan sudah aman dan nyaman serta
4
cedera yang disebabkan oleh beban kerja pada tubuh bagian atas (McAtamney&
Corlett, 1993). Sehingga analisis postur tubuh menggunakan posisi duduk pada
ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun lebih efektif bila menggunakan
metode RULA. Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas,
lengan bawah, punggung dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang dipakai
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 ibu menyusui bayi yang
berumur 0-2 tahun menggunakan posisi duduk, ditemukan 25% ibu duduk
menggunakan kursi/sofa dan 75% ibu tidak duduk menggunakan kursi. Hasil
kuesioner Nordic Body Map yang telah diisi oleh ibu yang mengalami keluhan
sakit, nyeri, kesemutan, dan lain-lain pada beberapa bagian tubuh yaitu leher
(23%), punggung bagian atas (23%), punggung bagian bawah (17%), lengan
bawah (12%), pergelangan tangan (10%), bahu (10%), dan pinggul (5%). Oleh
karena itu, pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun permasalahan
ergonomi terutama sangat terkait dengan postur tubuh yang tidak baik dan harus
Gerakan postur janggal adalah salah satu faktor risiko terjadinya gangguan,
penyakit, atau cedera pada sistem otot rangka (Cohen dkk, 1997).
mengenai analisis postur tubuh yang berhubungan dengan posisi duduk ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan metode RULA. Penelitian
ini merupakan penelitian bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang
diterapkan pada postur tubuh ibu yang dapat terjadi postur janggal dan posisi
duduk ibu yang diukur menggunakan metode RULA melalui aktivitas menyusui
B. Rumusan Masalah
keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi
pada payudara yang tepat (IDAI, 2008). Menurut Kristiyanasari (2009), posisi
yang nyaman untuk menyusui sangat penting dan banyak cara untuk
memposisikan ibu dan bayi selama proses menyusui berlangsung. Ibu menyusui
bayi yang berumur 0-2 tahun lebih sering mengabaikan memposisikan dirinya
pada saat posisi duduk yang menimbulkan risiko MSDs. Sikap duduk dengan
6
posisi yang salah sangat berbahaya bagi kesehatan dan mengurangi kenyamanan.
dikarenakan sikap duduk yang kurang ergonomis dan duduk dalam posisi statis
seperti posisi membungkuk (kurang dari 90 derajat) dapat memicu kerja otot
yang yang kuat dan lama tanpa cukup pemulihan dan aliran darah ke otot
terhambat. Ibu yang menyusui sering mengalami posisi duduk yang terlalu
2013 di Kelurahan Pisangan terhadap 10 ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
kursi/sofa dan 75% ibu tidak duduk menggunakan kursi. Adapun hasil kuesioner
Nordic Body Map yang telah diisi oleh ibu yang mengalami keluhan sakit,nyeri,
kesemutan, dan lain-lain pada beberapa bagian tubuh yaitu leher (23%),
punggung bagian atas (23%), punggung bagian bawah (17%), lengan bawah
(12%), pergelangan tangan (10%), bahu (10%), dan pinggul (5%). Hal ini
duduk ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun (menggunakan kursi/sofa,
lanjut.
7
C. Pertanyaan Penelitian
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
ergonomis, kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
2014.
8
kursi/sofa, dan tidak menggunakan kursi pada ibu menyusui bayi yang
2014.
E. Manfaat Penelitian
bagi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dan masyarakat yang
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi atau referensi bagi peneliti
lain yang akan atau sedang meneliti terkait tentang analisis postur tubuh ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dalam posisi duduk menggunakan
metode RULA.
ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun akan pentingnya posisi duduk
gambaran analisis postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun
tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dalam posisi duduk
Februari-Juli 2013 pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun yang
menggunakan posisi duduk pada kursi ergonomis, menggunakan kursi dan tidak
menggunakan kursi.
penelitian ini adalah ibu menyusui di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur yang
10
menggunakan posisi duduk pada kursi ergonomis, menggunakan kursi dan tidak
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yang memiliki perhatian pada desain dari sistem
di mana manusia melakukan sebuah aktifitas pekerjaan. Asal kata ergonomi berasal
dari bahasa yunani, yaitu ergon yang berarti bekerja dan nomos yang berarti hukum.
kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan
Untuk kebanyakan orang, ergonomi adalah suatu konsep atau sebuah ide.
Ergonomi adalah cara pandang terhadap dunia, bagaimana manusia berpikir dan
yang mereka gunakan dan situasi kerja mereka (Oborne dalam Aryanto, 2008).
11
12
ergonomi. Menurut Bridger (2003) ada beberapa faktor risiko ergonomi yaitu
faktor fisik pekerjaan, faktor organisasi kerja dan faktor psikososial dalam Astuti
(2009).
a) Postur Tubuh
rata-rata setiap bagian tubuh hampir pada setiap waktu dan postur tubuh
(Pheasant, 1986). Menurut Pulat (1991) postur kerja sebagai posisi tubuh
pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja yang biasanya terkait dengan
gangguan otot rangka. Menurut Bridger (1995) postur tubuh ketika bekerja
Task requirements
Working posture
kerja, desain tempat duduk, dimensi ruang kerja, privasi, tingkat dan
kualitas pencahayaan.
Postur netral yaitu postur dalam proses yang sesuai dengan anatomi
penting tubuh, seperti organ tubuh, saraf, tendon, otot, dan tulang membuat
dua jenis postur yang sering terjadi ketika bekerja dengan pusat pendukung
a) Postur duduk
dan fleksi punggung terhadap paha dan saat posisi duduk pusat pendukung
tubuh adalah tulang pungung terhadap pelvis. Postur duduk lebih disenangi
duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga mereka
akan duduk dalam posisi yang agak sedikit merosot. Posisi duduk yang
agak merosot dapat membuat jaringan lunak pada tulang punggung antara
b) Postur berdiri
Bridger (2003) ada beberapa manfaat posisi kerja yang dilakukan dengan
berdiri yaitu jangkauan lebih luas dalam posisi berdiri daripada posisi
yang berdiri membutuhkan ruang yang lebih kecil daripada pekerja yang
duduk dan kaki sangat efektif pada damping vibration. Beban statis,
menyebabkan fatique, oleh sebab itu perlu adanya pergerakan dalam postur
15
sebagai relaksasi agar aliran darah ke kaki tetap aktif (Bridger dalam
Astuti, 2009).
Menurut ILO (1998) secara alamiah postur terbagi menjadi dua yaitu:
a. Postur Statis :
Postur statis merupakan postur yang tetap atau sama hampir
disepanjang waktu. Pada postur statis hampir tidak terjadi pergerakan otot
dan sendi, sehingga beban yang ada adalah beban statis. Dalam kondisi ini
suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen akan terganggu sehingga
statis adalah postur yang sama dalam jangka waktu yang lama sehingga
dapat menyebabkan stress atau tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam
Astuti (2009).
b. Postur Dinamis :
panjang dan peregangan pada otot serta adanya perpindahan beban. Postur
dinamis melibatkan adanya gerakan. Posisi yang paling nyaman bagi tubuh
kesehatan.
membutuhkan energi yang lebih besar daripada posisi statis, terutama pada
16
Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga dapat dilihat dari kerja otot,
aliran darah, oksigen dan energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur
menyimpang secara signifikan dari posisi range yang normal pada saat
manusia untuk melawan beban dalam jangka waktu lama. Postur janggal
janggal yang berisiko menimbulkan sakit pada bagian tubuh tertentu (Van
Tabel 2.1 : Postur janggal dan kemungkinan terjadinya sakit atau gejala lainnya
Duduk tanpa footrest (tumpuan kaki) yang Pada lutut, kaki dan region lumbar
baik dengan ketinggian yang sesuai
Duduk dengan mengistirahatkan bahu pada Pada bahu dan otot-otot leher
permukaan alat kerja yang terlalu tinggi
Tangan bagian atas terangkat tanpa Pada bahu dan lengan bagian atas
dukungan dari alas vertical
Tangan meraih sesuatu yang sulit Pada bahu dan lengan bagian atas
terjangkau (jauh atau tinggi)
Membawa beban berat dengan cara Pada region lumbal, otot-otot punggung
memanggul atau memikul
Posisi ekstrim yang terus menerus pada Pada semua sendi (karena semua sendi
setiap sendi terlibat)
Semakin sering dan lama terjadinya postur janggal maka akan semakin
b) Frekuensi
satuan waktu (menit) yang dilakukan oleh pekerja dalam satu hari. Frekuensi
lelah bahkan nyeri/sakit pada otot, oleh karena adanya akumulasi produk sisa
berupa asam laktat pada jaringan. Akibat lain dari pekerjaan yang dilakukan
edema atau pembentukan jaringan perut. Akibat adanya jaringan parut maka
c) Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi dapat dilihat
sebagai menit-menit dari jam kerja atau hari pekerja perpajan risiko. Durasi juga
dapat dilihat sebagai pajanan atau tahun faktor risiko atau karakteristik pekerjaan
berdasarkan faktor risikonya. Secara umum, semakin besar pajanan durasi pada
Risiko fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering dan
kontraksi, otot tersebut harus menerima pasokan tetap oksigen dan bahan gizi
dari aliran darah. Jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat
d) Force/ gaya
Force/ gaya merupakan usaha mekanik atau fisik yang dikeluarkan untuk
force/ gaya juga dapat berarti sebagai tenaga yang dikeluarkan ketika melakukan
sesuatu force/ gaya juga berhubungan dengan beban dan berat objek yang
ditangani. Semakin berat objek yang ditangani semakin besar force/ gaya yang
harus dikeluarkan tubuh. Secara umum semakin besar gaya yang dikeluarkan
untuk menangani suatu objek, maka risiko kesehatan yang dapat terjadi juga
e) Faktor Objek
1. Berat objek
oleh seseorang adalah 23-25 kg. Mengangkat beban yang terlalu berat akan
20
lunak. Selain itu, beban yang berat juga dapat menyebabkan kelelahan karena
otot rangka. Ukuran objek harus cukup kecil agar dapat diletakkan sedikit
mungkin dari tubuh. Lebar objek yang besar dapat membebani otot pundak
atau bahu lebih 300-400mm, panjang lebih dari 350mm dengan ketinggian
lebih 450mm. sedangkan bentuk objek yang baik harus memiliki pegangan,
tidak ada sudut tajam dan tidak dingin atau panas saat diangkat. Mengangkat
kemampuan otot jari terbatas sehingga dapat cidera pada jari (Kumar, 1999).
C. Menyusui
Menurut Roesli (2000), menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi,
dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan
pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam
21
keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat
1. Definisi ASI
Air Susu Ibu adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak
dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh
alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bayi sejak lahir hingga berusia 2
ASI diproduksi atau dibuat oleh kelenjar susu atau pabrik ASI. Kemudian
disalurkan melalui saluran susu ke gudang susu yang terdapat dibawah daerah
yang berwarna gelap atau cokelat tua disekitar putting susu. Gudang susu ini
sangat penting artinya, karena merupakan tempat penampungan ASI. Puting susu
mengandung banyak saraf sensoris sehingga sangat peka. ASI diproduksi atas
hasil kerja gabungaan antara hormon dan refleks. Selama hamil, terjadilah
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun air putih sampai
bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan
lain dan tetap diberikan ASI sampai berumur 2 tahun (Purwati, 2003).
22
eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan lainnya seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, dan tanpa makanan tambahan padat seperti
pisang,papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim. Pemberian asi secara
eksklusif ini dianjurkan unutk jangka waktu setidaknya 4 bulan, tetapi bila
makanan padat, sedangkan asi dapat diberikan sampai umur 2 tahun atau bahkan
Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu
3. Posisi Menyusui
Ada banyak cara untuk memposisikan ibu dan bayinya selama proses
kursi dengan punggung diganjal bantal dan kaki diatas bangku kecil. Setiap ibu
memiliki kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu posisi pun yang paling benar
dalam menyusui.
Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi duduk, posisi berdiri, posisi
rebahan, posisi cradle hold, posisi cross cradle hold, posisi football hold dan
a. Posisi Duduk
sandaran kursi, dan kaki tidak boleh mengantung. Adapun cara menyusui
dengan posisi duduk yaitu: 1) gunakan bantal untuk menopang bayi, bayi
ditidurkan di atas pangkuan ibu; 2) bayi dipegang satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan
dan kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu; 3) satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu
dan yang satu di depan; 4) perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara; 5) telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
Gambar 2.1: Posisi duduk yang benar saat menyusui (Kristiyanasari, 2009)
b. Posisi Berdiri
dengan kain atau alat penggendong bayi; 2) saat menyusui sebaiknya tetap
disangga dengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat
bayi di belakang atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat
menyusui.
Gambar 2.2 : Posisi berdiri yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
c. Posisi Rebahan
dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran
tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal; 2) kedua kaki ibu berada
lurus di atas tempat tidur; 3) bayi diletakkan menghadap perut ibu; 4) ibu
posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau
Gambar 2.3: Posisi rebahan yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
Menyusui dalam posisi madona ini sangat baik untuk bayi yang
baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui bayi dengan
2) letakkan kepala bayi pada siku ibu, 3) leher dan punggung atas bayi
diletakan pada lengan bawah leteral payudara, 4) jaga bayi di perut ibu,
Gambar 2.4 : Posisi cradle hold yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
26
prematur dan ibu dengan puting payudara kecil. Cara menyusui dalam
posisi cross cradle hold : 1) tubuh bayi diletakkan di salah satu lengan ibu,
2) telapak tangan ibu menyangga kepala bayi, 3) peluk bayi sehingga dada,
Gambar 2.5 : Posisi cross cradle hold yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
Menyusui dalam posisi football hold (mengepit) baik bagi ibu yang
melahirkan dengan operasi sesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar.
samping ibu dengan kaki di belakang ibu, 2) bayi berbaring atau punggung
melingkar antara lengan dan samping dada ibu, 3) lengan bawah dan tangan
merasakan lelah atau nyeri. Harus diwaspadai dari posisi ini adalah
pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu.
Menyusui berbaring miring juga berguna pada ibu ingin tidur sehingga ia
Gambar 2.7 : Posisi berbaring miring yang benar saat menyusui (Perinasia, 1994)
untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui sendi yang terdapat
pada pangkal paha. Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya
sama hanya ada perbedaannya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
28
bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian
seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan
dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya.
panggul.
tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan
kuat.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas ke bawah dan di antara
masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara
ruas sehingga tulang belakang tegak dan membungkuk, disamping itu di sebelah
29
belakang sendiri sangat tergantung pada intervertebral discus yang terpisah dari
bagian vertebra dan berfungsi sebagai peredam kejutan dalam Selvianti (2009).
gangguan otot rangka pada postur tubuh .terbukti dengan adanya berbagai metode
Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonomi dari universitas
Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993
(Lueder, 1996).
dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus
dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas
sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh.
untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).
dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive
yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi
dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan
menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu
metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan
memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan aktivitas
tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work Related Upper
secara langsung pekerja atau operator saat bekerja selama beberapa siklus tugas
untuk memilih tugas (task) dan postur untuk pengukuran. Alat ini memasukan
skor tunggal sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan, yang mana rating dari
postur, besarnya gaya atau beban dan pergerakan yang diharapkan. Risiko adalah
hasil perhitungan menjadi suatu nilai atau skor 1 (rendah) sampai skor tinggi (7),
31
skor tersebut adalah dengan menggolongkan menjadi 4 level gerakan atau aksi
itu memberikan sebuah indikasi dari kerangka waktu yang mana layak untuk
Ikrimah 2010).
1. Langkah pertama:
Keterangan:
2. Langkah kedua :
Keterangan:
a. + 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi
3. Langkah ketiga :
Keterangan:
4. Langkah keempat :
33
Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut
adalah:
c. +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang
putaran.
5. Langkah kelima :
Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi
lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati
dan ditentukan skor unutk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan
6. Langkah keenam :
7. Langkah ketujuh :
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan
oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
35
Keterangan :
a. +1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.
a. +1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90°atau
lebih
Keterangan:
36
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:
b. +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana
a. +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher,
punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur.
Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai postur kelompok A (arm
and wrist analysis) kedalam kolom vertikal tabel C, lalu memasukkan nilai postur
kelompok B (neck, trunk, and leg analysis) ke dalam kolom horizontal tabel C. Setelah
diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level tindakan (action
(Corlett, 1998) :
b. Tempat kerja : metode ini tidak mengukur antropometri tempat kerja yang
Meskipun begitu, metode ini juga memiliki banyak keuntungan yaitu mudah
digunakan, cepat, praktis, dapat dikombinasikan dengan metode lainnya dan dapat
risiko dari repetitive motion dengan melihat pergerakan atau postur yang
berdasarkan postur-postur yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat
disediakan untuk setiap bagian tubuh untuk memodifikasi nilai dasar terjadi
40
perubahan atau pertambahan faktor risiko dari setiap pergerakan atau postur yang
dilakukan.
yang terjadi, yang terdiri dari tiga grup yaitu pertama bagian leher, punggung dan
kaki; kedua bagian lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan; ketiga
dengan berat beban sedangkan bagian kedua dijumlahkan dengan coupling dan
a. Merupakan metode yang cepat untuk menganalisa postur tubuh pada suatu
otot dan usaha, postur tubuh dalan pekerjaan, genggaman peralatan kerja,
c. Dapat digunakan untuk postur tubuh stabil maupun yang tidak stabil.
dilakukan.
e. Fasilitas kerja dan metode kerja yang lebih baik dapat dilakukan ditinjau dari
utuk menilai secara cepat risiko pajanan terhadap Work Related Musculoskeletal
pekerjaan (Li and Buckle dalam Stanton dkk, 2005). QEC fokus pada penilaian
yang penilaiannya dilakukan dengan cepat. Metode ini menilai gangguan risiko
yang terjadi pada bagian belakang punggung, bahu atau lengan, pergelangan
tangan dan leher serta kombinasinya dengan faktor risiko durasi, repetisi,
pekerjaan statis atau dinamis, tenaga yang dibutuhkan, dan kebutuhan visual.
Selain itu, metode ini juga melihat ada atau tidaknya pengaaruh getaran dan
adalah melihat skor pajanan ergonomi untuk bagian tubuh tertentu dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya dengan cara melihat kombinasi faktor risiko
ergonomi yang hadir secara bersamaan di tempat kerja. Metode dalam penilaian
QEC melibatkan observasi langsung oleh peneliti dari kuesioner untuk pekerja,
Skoring untuk QEC berdasarkan persentase hasil penilaian QEC sendiri yaitu ≤
42
(investigasi lebih lanjut dan perubahan segera), >70% (investigasi dan perubahan
Metode ini menilai beberapa faktor risiko fisik utama terhadap MSDs dan
kerja. Akan tetapi metode ini hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja
yang digunakan untuk menganalisis postur kerja selama bekerja. Metode OWAS
mengukur beban pada sistem musculoskeletal karena adanya postur kerja yang
tidak sesuai. Postur yang diukur adalah postur kerja pada punggung, tangan dan
pekerjaan. Selain itu juga diukur mengenai force atau beban yang ditangani
ketika bekerja, tetapi metode ini tidak mempertimbangkan faktor risiko lainnya
dalam ergonomi seperti getaran, suhu (Kant, Notermans & Borm, 1990).
adalah pemilihan pekerjaan dan pekerja yang akan dinilai, kemudian dilakukan
yang dapat mewakilkan, semua hal yang mempengaruhi, fase pekerjaan dan
digunakan utnuk manual handling dan pekerjaan yang bersifat dinamis karena
ulang ergonomic secara mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah
dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling memberikan beban paling
berat. Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: tangan kiri dan pergelangannya,
siku kiri, bahu kiri, leher, punggun, tangan kanan dan pergelangannya, siku
rendahnya risiko untuk setiap bagian tubuh. Dengan penilaian risiko, prioritas
dari intervensi dapat dilakukan. Bagian terakhir dari BRIEF adalah untuk
mengenali beban-beban fisik yang termasuk getaran, suhu dingin dan tekanan
Kelebihan BRIEF :
(CTD).
c. Dapat menentukan bagian tubuh mana yang memiliki beban paling berat.
Kekurangan BRIEF :
banyak digunakan dan umumnya diterima sebagai proxy atau faktor risiko untuk
yang digunakan untuk membedakan bagian atas tubuh yaitu leher, bahu, siku,
pergelangan tangan, punggung bawah, pinggul, paha lutut, pergelangan kaki dan
Job Strain Index dapat dibagi menjadi tugas-tugas yang dinilai 6 variabel-
variabel. Variabel berikut ialah penggunaan, durasi waktu penggunaan per siklus,
pengunaan, dan durasi tugas per hari. JSI digunakan hanya untuk gerakan-
gerakan berulang pada tubuh bagian atas yaitu siku, lengan bawah dan
harus menyelidiki kecelakaan kerja, menyusun rencana kerja, dan mengatur dan
1995).
Aspek waktu serta pertimbangan lingkungan dan organisasi juga harus dianggap
dalam penilaian kerja dari bahaya ergonomis pada bagian tubuh yaitu leher,
bahu, punggung, pinggang, siku, lengan, tangan, lutut, dan kaki. Daftar checklist
dibuat pada tahun 1986 dan terus menerus diperbarui (Kemmlert, 1995).
seluruh tubuh dan merangkum identifikasi aktual dari bahaya ergonomis hanya
dalam beberapa kalimat. Metode ini sederhana dan dirancang untuk memeriksa
primer. PLIBEL adalah metode investigasi awal pengamatan tempat kerja untuk
tubuh atas faktor risiko cedera (pengulangan, kekuatan, postur janggal dan
Indeks OCRA adalah yang pertama, yang paling analitis, dan metode
setiap pekerjaan di bidang manufaktur dan sektor jasa yang melibatkan gerakan-
peralatan listrik, mobil, tekstil dan pakaian, keramik, perhiasan, daging dan
pengolahan makanan). Metode ini tidak cocok untuk menilai pekerjaan yang
E. Desain Kursi
Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik
dapat diatur dan memiliki penyangga punggung (Wasi, 2005). Untuk mendesain
menimbulkan berbagai dampak negatif pada manusia. Dampak negatif bagi manusia
akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja pada
kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain:
dan mudah. Sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan dalam perancangan agar
kursi yang dirancang dapat sesuai dengan tubuh manusia sebagai pengguna. Dilihat
dari segi kesehatan kursi yang dianggap baik merupakan kursi yang dapat
Desain kursi terbagi menjadi dua yaitu kursi ergonomi dan kursi non ergonomi :
1. Kursi Ergonomis
mendapatkan sikap tubuh yang ergonomis dalam bekerja. Sikap ergonomis ini
duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-
otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada
bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-
bagian tersebut. Dalam mendesain kursi kerja yang ergonomis harus memenuhi
kriteria-kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan
Wardaningsih (2010).
a. Stabilitas Duduk :
b. Kekuatan Produk :
konsentrasi perhatian pada bagian yang mudah retak yaitu pada bagian
Ketinggian kursi baiknya mudah diatur pada saat duduk tanpa harus
d. Sandaran Punggung :
dapat digerakkan naik turun maupun maju mundur. Selain itu dapat pula
e. Fungsional :
f. Bahan Material :
g. Kedalaman Kursi :
h. Lebar Kursi :
populasi.
j. Bangku Tinggi :
Kursi untuk bangku tinggi harus diberikan sandaran kaki yang dapat
Selain kursi ergonomi dapat pula kursi yang tidak ergonomi, adapun
b) Kursi yang terlalu dan tidak dilengkapi dengan sandaran pinggang tidak
dapat dimanfaatkan oleh karena mereka harus duduk maju ke depan agar
dapat melakukan pekerjaannya. Ruang antara alas duduk dan tepi bawah
dan tangan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman (Panero dkk
F. Kerangka teori
durasi, force/gaya, faktor objek. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya postur
tubuh yaitu posisi kerja duduk. Posisi kerja dipengaruhi oleh hubungan antara
dimensi tubuh dan stasiun kerjanya (workstation) (Pheasant, 2003). Posisi duduk
adalah posisi tulang belakang harus menyerupai posisi tulang belakang pada saat
berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari samping. Posisi duduk
dengan tulang punggung membentuk kurva S akan lebih baik dari sisi anotomi
maupun dari sisi beban atau gaya minimum. Beban yang tetap pada otot punggung
diminimasikan melalui aktivitas otot yang akan meningkat ketika duduk dengan
dengan alas duduk dan sandaran keras. Alas duduk dan sandaran yang ideal
membentuk susut 1000 - 1100. Tinggi alas duduk harus sesuai sehingga orang dapat
duduk dengan fleksi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul, sedangkan kaki
tepat mendatar di atas lantai. Sofa merupakan tempat duduk yang ideal namun untuk
jangka waktu lama akan menimbulkan nyeri akibat regangan otot-otot hamstring dan
sandaran) menyebabkan fleksi lutut dan fleksi tulang belakang pada tungkai atas
(sekitar 900 pada kedua keadaaan tersebut) Terlalu lama duduk dengan posisi yang
salah akan menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan dapat merusak jaringan
lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari
Menurut Marras dan Karwowski (2006), postur tubuh ibu yang diamati saat
menyusui meliputi lengan atas, lengan bawah, leher, punggung, tangan, pergelangan
menimbulkan postur janggal yaitu tangan, pergelangan tangan, siku, lengan, leher,
punggung, kaki dan posisi duduk yang paling berisiko yaitu posisi duduk tidak
Postur Tubuh:
1. Tangan
Dimensi Tempat Duduk:
2. Pergelangan Tangan
1. Kursi Ergonomis 3. Siku
2. Kursi/Sofa 4. Lengan
3. Tidak Menggunakan Kursi 5. Leher
6. Punggung
7. Kaki
Bagan 2.2
Kerangka Teori (Bridger, 2003; Anderson, 1995; Judana, 1981; Pheasant, 1991
dalam Hamitz, 2000; dan Humantech, 1995)
BAB III
A. Kerangka Konsep
tangan, lengan, leher, punggung, kaki. Bagian tubuh ini akan merasa tidak nyaman
pada kondisi duduk yang tidak menggunakan sandaran, lamanya duduk, berat beban
(bayi), kursi yang tidak ergonomis, posisi duduk yang salah, alat yang tidak
memadai.
menggunakan alat bantu (kursi tanpa sandaran) terlalu lama duduk dengan posisi
yang salah akan menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan dapat merusak jaringan
lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari
menggunakan kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi. Jadi pada penelitian ini
dilihat alat bantu yang digunakan ibu saat menyusui (kursi) yang akan diamati dalam
penelitian ini untuk menangangi postur tubuh ibu, hal ini dilakukan dengan beralasan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis posisi duduk ibu menyusui bayi
yang berumur 0-2 tahun bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan metode RULA
54
55
disusunlah kerangka konsep dengan mengacu pada kerangka teori yang telah
dikemukakan pada tinjauan pustaka dari beberapa sumber. Faktor yang dilihat
mempengaruhi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun bayi yang berumur 0-2
tahun pada saat posisi duduk meliputi menggunakan kursi ergonomis, menggunakan
kursi/sofa, tidak menggunakan kursi sedangkan faktor postur tubuh yang diamati
saat ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun bayi yang berumur 0-2 tahun
meliputi lengan atas, lengan bawah, leher, punggung, tangan, pergelangan tangan,
Leher
Dimensi Tempat Duduk Lengan Atas
Lengan Bawah
Batang tubuh
Tangan
Pergelangan Tangan
Kaki
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
55
56
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
2.Postur lengan Posisi yang terjadi pada lengan Lembar Observasi Skor +1= Jika pergerakan 600-1000 Nominal
bawah bawah ketika melakukan suatu Rula, Skor +2= Jika pergerakan 00-600 atau
pekerjaan. Kamera, 1000
Busur Tambahkan:
derajat, Skor +1= Jika lengan bawah bekerja
Penggaris melewati garis tengah
Panjang. Skor +1= Jika lengan bawah bekerja
keluar tubuh dari sisi tubuh.
58
4. Postur leher Posisi yang terjadi pada leher Lembar Observasi Skor +1= Jika pergerakan 00-100 Nominal
ketika melakukan suatu Rula, Skor +2= Jika pergerakan 100-200
pekerjaan. Kamera, Skor +3= Jika pergerakan >200
Busur Skor +4= Jika pergerakan ekstensi
derajat, Tambahkan :
Penggaris Skor +1= Jika leher berputar
Panjang Skor +1= Jika leher menekuk
5. Postur Posisi yang terjadi pada Lembar Observasi Skor +1= Jika pergerakan ketika duduk Nominal
punggung punggung ketika melakukan Rula, dan ditopang dengan baik
(batang tubuh) sesuatu pekerjaan. Kamera, (terdapat sandaran) dengan
Busur sudut paha-tubuh 900 atau
derajat, lebih
Penggaris Skor +2= Jika pergerakan 00-200 atau
Panjang. ketika duduk tidak terdapat
59
6. Postur kaki Posisi yang terjadi pada kaki Lembar Observasi Skor 1= Jika pergerakan posisi normal Nominal
ketika melakukan suatu Rula, (kaki tertopang ketika duduk
pekerjaan. Kamera, dengan bobot seimbang rata)
Busur Skor 1= Jika pergerakan tidak
derajat, seimbang(kaki tidak
Penggaris bertopang atau bobot
Panjang. tubuh tidak tersebar
merata)
Berat Objek Berat benda yang ditangani Lembar Observasi Skor 0 = Jika berat >2kg Nominal
oleh pekerja ketika melakukan Rula, Skor +1 = Jika berat 2-10kg (dilakukan
suatu pekerjaan Timbangan sekali)
Digital Skor +2= Jika berat 2-10kg (postur statis
dan dilakukan berulang)
Skor +3= Jika berat >10kg
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
mendapatkan gambaran postur kerja dari aktivitas ibu menyusui dalam posisi duduk
Populasi sekaligus sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui
bayi yang berumur 0-2 tahun di wilayah Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat
Timur yang berjumlah 83 orang. Kriteria utama sampel adalah ibu yang menyusui
dan menggunakan posisi duduk saat menyusui serta bukan ibu yang bekerja, artinya
D. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
gambaran keluhan subjektif MSDs yang mengacu pada kueisoner Nordic Body
59
60
Map (Wilson and Corlett, 1995) dan kuesioner yang digunakan untuk
2. Lembar Observasi
pekerjaan yaitu postur posisi menyusui saat duduk dengan mengacu pada lembar
3. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk memperoleh data mengenai berat badan ibu
4. Kamera Digital
yang dibutuhkan dalam pengukuran postur ibu menyusui saat posisi duduk.
postur ibu menyusui saat posisi duduk yang diukur setalah dilakukan
E. Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer berupa data yang diperoleh langsung dari peneliti yang berasal dari
langsung berasal dari pengamatan posisi menyusui saat duduk dengan merekam
MSDs pada ibu menyusui, dan kuesioner yang digunakan untuk mengetahui
2. Data sekunder berupa data ibu yang menyusui di Kelurahan Pisangan Ciputat
a. Mengambil data ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun di posyandu-
b. Setalah mengambil data ibu menyusui lalu dipilih ibu yang menyusui dan
menggunakan posisi duduk saat menyusui serta bukan ibu yang bekerja,
kursi ergonomis.
e. Jika ibu bersedia menggunakan kursi ergonomis maka ibu akan diberikan
kursi.
menyusui bayinya maka ditanyakan jam berapa biasa bayi menyusui dan
63
menyusui.
kursi/sofa dan tidak menggunakan kursi dari awal ibu menyusui sampai
selesai dengan diambil posisi ibu dari tampak depan, samping kanan dan
kiri
i. Saat pengukuran ibu tidak selalu diam di satu posisi terkadang ibu
j. Oleh karena itu pengukuran diambil pada saat ibu menyusui pada satu
posisi duduk dalam jangka waktu yang lama karena menurut Klinpikul
(2010) pada penelitian yang berjudul Factors Affecting Low Back Pain
berisiko sakit, nyeri di pinggang, leher, bahu dan paha jika duduk untuk
kaki.
kursi/sofa yang berbeda-beda tiap ibu menyusui tidak sama bisa dilihat
m. Setelah ibu menyusui akan ditanyakan bagian tubuh mana ibu yang
p. Setalah itu diambil gambar ibu menyusui pada posisi duduk yang lama
panjang pada bagian postur tubuh ibu seperti leher, punggung, lengan
q. Setelah itu diketahui sudut-sudut bagian postur tubuh ibu seperti leher,
r. Lalu dikategorikan pada skor RULA dan diketahui hasilnya dengan skor
sebagai berikut :
diperlukan perubahan-perubahan.
perubahan.
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis pengolahan data,
yaitu data coding, data editing, data entry, dan data cleaning.
1. Data Coding
1. Menggunakan kursi/sofa
4. Tinggi : Skor 7
2. Data Editing
dilakukan sebelum proses pemasukan data (data entry). Penyuntingan data ini
b) Memeriksa kembali apakah video yang direkam sudah tepat yang diambil.
66
3. Data Entry
4. Data Cleaning
Cara yang sering dilakukan adalah dengan melihat distribusi frekuensi dari
1) Memberi skor pada postur tubuh grup A yang terdiri dari lengan atas, lengan
belakang tubuh.
2. Skor 2 untuk pergerakan lengan atas lebih dari 200 ke belakang atau
200-450.
(ditambah 1), lengan berputar atau bengkok (ditambah 1), dan terdapat
sanggahan pada lengan atau lengan dalam posisi bersandar (dikurangi 1).
67
2. Skor 2 untuk pergerakan lengan bawah 00-600 atau lebih dari 1000
tengah atau keluar dari sisi tubuh (masing-masing ditambah skor 1).
bawah.
putaran.
2. Skor 2 apabila pergelangan tangan berada pada atau dekat dari putaran.
yaitu untuk postur statis (satu atau lebih bagian tubuh statis atau diam) atau
68
dilakukan.
3. Skor 2 ditambahkan untuk beban 2-10 kg dan jika postur statis dan
dilakukan berulang-ulang.
5) Skor postur tubuh grup A, skor aktivitas, dan skor beban dijumlahkan.
6) Memberikan skor pada postur tubuh grup B yang terdiri dari leher, batang
1. Skor 1 diberikan apabila berada pada posisi duduk dan ditopang dengan
1. Skor 1 diberikan apabila posisi kaki normal atau seimbang dimana bobot
3. Skor 2 diberikan apabila posisi kaki tidak seimbang dimana kaki tidak
9) Skor postur tubuh grup B, skor aktivitas, dan skor beban dijumlahkan. Hasi
10) Pertemuan silang antara skor hasil penjumlahan skor tubuh grup A, skor
aktivitas, dan skor beban dengan skor hasil penjumlahan skor tubuh grup
70
B, skor aktivitas, dan skor beban pada tabel C menghasilkan skor akhir
RULA.
11) Skor akhir RULA kemudian digunakan untuk menentukan level risiko
G. Analisis Data
Analisis univariat
HASIL
didapatkan bahwa posisi duduk ibu yang menggunakan kursi atau sofa sebanyak
19.3% (16 orang), dan ibu yang tidak menggunakan kursi sebanyak 60,2% (50
20,5% (17 orang) untuk menggunakan kursi yang didesain ergonomis dan untuk
diketahui postur tubuhnya. Berikut tabel distribusi posisi duduk ibu saat
menyusui:
Tabel 5.1
Distribusi Posisi Duduk Ibu saat Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
2. Kursi/sofa 16 19,3
Total 83 100
Pada ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dilakukan pengukuran dengan
metode RULA dilakukan dengan mengkombinasikan skor postur tubuh (lengan atas,
lengan bawah, pergelangan tangan, dan putaran pergelangan tangan) dan postur tubuh
71
72
(leher, punggung dan kaki). Didapatkan kategori level risiko 1-7. Level risiko minimum
dikategorikan 1-2 dengan tindakan aman, level risiko kecil dikategorikan 3-4 dengan
tindakan diperlukan beberapa waktu ke depan, level risiko sedang dikategorikan 5-6
dengan tindakan dalam waktu dekat, dan level risiko tinggi dikategorikan 7 dengan
Berdasarkan hasil skor RULA yang telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 6 dengan level risiko sedang.
Berikut gambaran postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan kursi ergonomis di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014:
Tabel 5.2
Gambaran Postur Tubuh Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan Kursi Egonomis di Kelurahan Pisangan Tahun
2014
1. a) Lengan atas kanan bergerak dan membentuk sudut 620 sehingga mempunyai skor
2.
b) Lengan bawah kanan bergerak dan membentuk sudut 1150 sehingga mempunyai
skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 120 sehingga mempunyai skor
2.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 170 sehingga mempunyai skornya 2.
f) Tulang punggung membungkuk dan ibu bersandar pada sandaran kursi sehingga
mempunyai skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki bertumpu pada pijakan kaki
kursi sehingga mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
74
i) Beban bayi sebesar 4,21 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 6 tergolong action level 3.
2. a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 170 sehingga mempunyai skor 2.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 770 sehingga mempunyai skor
2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 570 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 280 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada kursi ergonomis sehingga mempunyai
skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki bertumpu pada pijakan kaki
kursi sehingga mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,12 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 6 tergolong action level 3.
75
3. a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 400 sehingga mempunyai
skor 2.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 780 sehingga mempunyai
skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan menbentuk sudut 630 mempunyai skor 3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 230 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu bersandar pada kursi ergonomis dan membungkuk
sehingga mempunyai skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki bertumpu pada pijakan kaki
kursi sehingga mempunyai skor 1.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,54 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan
berulang-ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
76
Berdasarkan hasil skor RULA yang telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 7 dengan level
risiko tinggi. Berikut gambaran postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun menggunakan kursi/sofa di
Tabel 5.3
Gambaran Postur Tubuh Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Menggunakan Kursi/Sofa di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014
2. a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 140 sehingga mempunyai skor 3.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 850 sehingga mempunyai skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 370 sehingga mempunyai skor
3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 270 sehingga mempunyai skor 3.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada sofa sehingga mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki tidak seimbang karena kaki kiri
bertumpu pada kaki meja dan kaki kanan bertumpu pada lantai sehingga
mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,97 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
78
3 a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 300 sehingga mempunyai skor 3.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 1090 sehingga mempunyai skor
3
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 270 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 340 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada kursi plastik karena tidak terdapat
sandaran pada kursi tersebut sehingga mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan kaki tidak seimbang karena kaki untuk
bertumpu pada lantai harus jinjit terlebih dahulu sehingga mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 4,82 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
79
4. a) Lengan atas kanan bergerak dan membentuk sudut 240 sehingga mempunyai skor
2.
b) Lengan bawah kanan bergerak dan membentuk sudut 960 sehingga mempunyai skor
2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 300 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 230 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar pada kursi plastik dan membungkuk sehingga
mempunyai skor 3.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan untuk bertumpu pada lantai harus
jinjit terlebih dahulu sehingga mempunyai skor 1
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 6,21 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
80
5 a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 450 sehingga mempunyai skor 4.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 1110 sehingga mempunyai skor
3.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 620 sehingga mempunyai skor
4.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga
mempunyai skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 450 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu bersandar pada kursi putar sehingga mempunyai skor 2.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan untuk bertumpu pada kaki kursi harus
jinjit terlebih dahulu sehingga mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 5,31 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-
ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
81
Berdasarkan hasil skor RULA yang telah dikombinasi didapatkan rata-rata level risiko dikategorikan 7 dengan level
risiko tinggi. Berikut gambaran postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun tidak menggunakan kursi di
Tabel 5.4
Gambaran Postur Tubuh Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Tidak Menggunakan Kursi di Kelurahan Pisangan
Tahun 2014
3. a) Lengan atas kiri bergerak dan membentuk sudut 180 sehingga mempunyai skor 2.
b) Lengan bawah kiri bergerak dan membentuk sudut 900 sehingga mempunyai skor 2.
c) Pergelangan tangan bergerak dan membentuk sudut 280 sehingga mempunyai skor 3.
d) Putaran pergelangan tangannya pada atau dekat dengan putaran sehingga mempunyai
skor 2.
e) Leher dalam posisi fleksi membentuk sudut 300 sehingga mempunyai skor 4.
f) Tulang punggung ibu tidak bersandar apapun karena duduk dilantai sehingga
mempunyai skor 4.
g) Kaki ditekuk sehingga membentuk sudut dan tidak bertumpu karena ibu duduk
dilantai sehingga mempunyai skor 2.
h) Aktivitas saat menyusui membentuk postur statis sehingga mempunyai skor 1.
i) Beban bayi sebesar 7,73 sehingga mempunyai skor 2 yang dilakukan berulang-ulang.
j) Skor akhir rula adalah 7 tergolong action level 4.
85
Map untuk mengukur keluhan sakit pada postur tubuh dalam posisi duduk ibu
menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dengan menggunakan kursi ergonomis,
menggunakan Nordic Body Map postur tubuh yang paling berisiko adalah
punggung dan siku kiri. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi keluhan
berdasarkan bagian tubuh pada posisi duduk ibu menyusui bayi yang berumur 0-
2 tahun:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Keluhan Berdasarkan Bagian Tubuh pada Posisi Duduk Ibu
Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di Kelurahan Pisangan Tahun 2014
N % N % n % n %
Rata-rata postur tubuh ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun
saat menggunakan kursi/sofa sebagai alas duduk yang paling berisiko pada
bagian tubuh yaitu punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3
orang) dan siku kanan (3orang). Disebabkan posisi duduk yang tidak didesain
untuk ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun dan kebanyakan ibu
duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu leher sebanyak 30,8% (4
orang) dan siku kiri 31,2% (5 orang). Disebabkan pada leher karena sebagian
ibu menunduk untuk bisa melihat bayinya dan pada siku kanan karena ibu
3. Ibu Bayi yang Berumur 0-2 Tahun Tidak Menggunakan Kursi sebagai
Alas Duduk
duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu leher sebanyak 53,8% (7
kursi/sofa dan yang tidak menggunakan kursi terdapat postur janggal pada
bagian tubuh seperti leher, lengan, pergelangan tangan, punggung, kaki. Secara
Tabel 5.6
Gambaran Postur Janggal Menggunakan Kursi Ergonomis, Kursi/Sofa, dan Tidak
Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2 Tahun di
Kelurahan Pisangan Tahun 2014
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
berada pada sikap duduk alami saat menyusui karena ibu menyadari adanya
kamera.
2. Saat akan pengukuran ibu terkadang sudah selesai menyusui dan bayi tidak
mau menyusu lagi, bayi yang sedang tidur, bayi yang tidak mau menyusu
saat sedang ramai, oleh karena itu peneliti menanyakan kembali jam berapa
biasa bayi menyusui dan setalah itu dilakukan pengukuran hari berikutnya
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 60,2% (50 orang) ibu menyusui
lebih memilih posisi duduk tidak menggunakan kursi seperti duduk dilantai atau
di atas tempat tidur. Sedangkan 19,3% (16 orang) menggunakan kursi/sofa untuk
menyusuinya seperti kursi plastik yang tidak ada sandaran punggung dan
tangannya atau kursi plastik yang ada sandaran punggung dan tanganya, kursi
kantor, sofa, kursi makan dan sebagainya. Terakhir beberapa ibu 20,5% (17
90
91
orang) diminta untuk menggunakan kursi ergonomis yang didesain khusus untuk
ibu menyusui.
kursi dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang rendah ditandai dengan kondisi
terkadang tidak ada kursi sehingga ibu tidak punya pilihan untuk menyusui
bayinya di lantai atau tempat tidur. Ibu menyusui tidak selalu menggunakan
posisi duduk ada saatnya ibu menggunakan posisi tidur pada saat malam hari.
Saat ibu melakukan aktivitas menyusui dalam jangka waktu yang lama
dan berulang-ulang menggunakan posisi duduk tidak selalu tegak lurus tetapi
lama kelamaan duduk ibu akan merosot atau membungkuk ini sesuai dengan
duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga mereka akan
duduk dalam posisi yang agak sedikit merosot. Posisi duduk yang agak merosot
dapat membuat jaringan lunak pada tulang punggung antara anterior dan
punggung diganjal bantal dan kaki di atas bangku kecil. Sebagian lagi ibu
Namun, pada ibu menyusui dengan duduk tidak semua menggunakan ganjalan
bantal pada punggungnya seperti ibu menyusui tidak menggunakan kursi atau
92
juga tidak semua menggunakan kursi kecil untuk menopang kaki oleh karena itu
kaki itu menggantung itu terjadi pada ibu yag menggunakan kursi/sofa yang
tinggi dudukan kursi/sofanya tinggi daripada kaki ibu saat duduk di kursi/sofa. Ini
menggunakan kursi atau sofa, punggung ibu bersandar pada sandaran kursi, dan
kaki tidak boleh mengantung. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu:
1) gunakan bantal untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu; 2)
bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan pada lengan dan kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu; 3) satu tangan bayi diletakkan di
belakang badan ibu dan yang satu di depan; 4) perut bayi menempel badan ibu,
kepala bayi menghadap payudara; 5) telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus.
Cara duduk yang benar di tempat duduk ibu sering mengabaikan padahal,
hal ini sangatlah penting sebagai dasar pola posisi ergonomis dimana banyak
terkadang para ibu perlu melakukan perubahan sikap dan posisi tubuhnya saat
aktivitas menyusui dengan durasi yang terlalu lama dalam keadaan duduk
dengan posisi yang salah karena ibu biasanya tidak bersandar atau bersandar
fleksi lutut dan fleksi tulang belakang pada tungkai atas (sekitar 900 pada kedua
keadaaan tersebut) Terlalu lama duduk dengan posisi yang salah akan
menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan dapat merusak jaringan lunak. Posisi
tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan
kursi dengan alas duduk dan sandaran keras. Alas duduk dan sandaran yang ideal
membentuk sudut 1000 - 1100. Tinggi alas duduk harus sesuai sehingga orang
dapat duduk dengan fleksi sempurna baik pada sendi lutut dan panggul,
sedangkan kaki tepat mendatar di atas lantai. Sofa merupakan tempat duduk yang
ideal namun untuk jangka waktu lama akan menimbulkan nyeri akibat regangan
belakang pada saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari
samping. Posisi duduk dengan tulang punggung membentuk kurva S akan lebih
baik dari sisi anotomi maupun dari sisi beban atau gaya minimum. Beban yang
94
tetap pada otot punggung diminimasikan melalui aktivitas otot yang akan
resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang
Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti
bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan
untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera
dengan cara observasi secara langsung pekerja atau operator saat bekerja selama
beberapa siklus tugas untuk memilih tugas (task) dan postur untuk pengukuran.
Alat ini memasukan skor tunggal sebagai gambaran foto dari sebuah pekerjaan,
yang mana rating dari postur, besarnya gaya atau beban dan pergerakan yang
diharapkan. Risiko adalah hasil perhitungan menjadi suatu nilai atau skor 1
(rendah) sampai skor tinggi (7), skor tersebut adalah dengan menggolongkan
menjadi 4 level gerakan atau aksi itu memberikan sebuah indikasi dari kerangka
waktu yang mana layak untuk mengekspektasi pengendalian risiko yang akan
Metode RULA dipilih karena ibu menyusui berada pada posisi statis
dalam waktu yang lama dalam sekali menyusui dan mengakibatkan pembebanan
fisik pada postur tubuh bagian atas seperti leher, bahu, tangan, dan punggung
95
dikarenakan beban bayi yang ibu bawa. Oleh karena itu, sangat cocok untuk
ibu menyusui pada posisi yang statis selama 30-60 menit dalam sekali menyusui
dan pembebanan postur tubuh lebih banyak terjadi pada tangan, leher, bahu, dan
punggung.
sedang yang dimana harus ada tindakan dalam waktu dekat yang diambil ibu untuk
dengan level risiko tinggi. Berdasarkan hasil skor RULA yang tidak
kursi sama-sama mendapatkan level risiko 7 yang dimana level tersebut tinggi
dengan harus mengambil tindakan sekarang juga. Berarti ibu harus memperbaiki
postur tubuhnya sekarang juga dan harus menambahkan ganjalan bantal pada
punggung supaya posisi tulang belakang menyerupai posisi tulang belakang pada
saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari samping itu
sesuai dengan pendapat Anderson (1995), posisi duduk yang menggunakan kursi
belakang pada saat berdiri normal, yaitu membentuk huruf S apabila dilihat dari
96
atas kursi dengan alas duduk dan sandaran keras. Menurut Judana (1981), alas
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Hasil dari penelitian terdapat rata-rata postur tubuh ibu menyusui saat
menggunakan kursi/sofa sebagai alas duduk yang paling berisiko pada bagian
tubuh yaitu punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan
siku kanan (3 orang). Disebabkan posisi duduk yang tidak didesain untuk ibu
kanan untuk menahan bayi yang sedang menyusui sehingga menimbulkan postur
alas duduk rata-rata bagian tubuh yang paling berisiko yaitu leher sebanyak
30,8% (4 orang) dan siku kiri 31,2% (5 orang). Disebabkan saat ibu duduk, leher
ibu menunduk dikarenkan untuk melihat bayinya dan pada bagian tubuh lainnya
yaitu siku kanan dikarenakan ibu harus menopang berat badan bayi.
Hasil penelitian pada ibu yang tidak menggunakan kursi sebagai alas
duduk yang paling berisiko pada bagian tubuh yaitu leher sebanyak 53,8% (7
orang), punggung sebanyak 61,5% (8 orang), lengan bawah kiri sebanyak 44,4%
(4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang). Postur tubuh ibu menyusui yang
97
paling banyak mengalami resiko ergonomi adalah posisi duduk yang tidak
berisiko tinggi pada bagian tubuh yaitu leher, punggung, lengan bawah kiri, dan
siku kiri. Pada posisi duduk menggunakan kursi yang paling berisiko pada
bagian tubuh yaitu punggung, siku kiri dan siku kanan. Terakhir pada posisi
duduk yang menggunakan kursi ergonomis bagian tubuh yang paling berisiko
yaitu leher dan siku kiri. Persamaan bagian tubuh yang berisiko tinggi yaitu siku
Menurut Pheasant (1991), postur adalah orientasi relatif dari posisi rata-
rata setiap bagian tubuh hampir pada setiap waktu dan postur tubuh seseorang
(1991) postur kerja sebagai posisi tubuh pekerja pada saat melakukan aktivitas
kerja yang biasanya terkait dengan desain area kerja dan task requirements.
Postur tubuh ibu menyusui juga dipengaruhi oleh posisi duduk ibu,
dimana ada ibu yang menggunakan kursi ergonomis, kursi/sofa dan tidak
menggunakan kursi itu juga disesuaikan oleh posisi ibu menyusui bayinya
dengan tepat. Menurut Bridger (1995) postur tubuh ketika bekerja dapat
kerja.
98
Menurut ILO (1998) secara alamiah postur terbagi menjadi dua yaitu
postur statis dan postur dinamis. Postur statis merupakan postur yang tetap atau
sama hampir disepanjang waktu. Pada postur statis hampir tidak terjadi
pergerakan otot dan sendi, sehingga beban yang ada adalah beban statis. Dalam
kondisi ini suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen akan terganggu
menggunakan postur statis yang dimana ibu hanya duduk untuk menyusui
bayinya dalam waktu yang lama yang tidak terjadi pergerakan sendi dan otot.
Menurut Karjewski et.al (2009) menjelaskan bahwa ketika ulang atau persendian
Postur netral yaitu postur dalam proses yang sesuai dengan anatomi
tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting
tubuh, seperti organ tubuh, saraf, tendon, otot, dan tulang membuat keadaan
sama dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan stress atau
tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam Astuti (2009). Postur dinamis adalah
postur yang terjadi dengan adanya perubahan panjang dan peregangan pada otot
Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral dengan pergerakan.
Akan tetapi jika pergerakan tersebut terjadi terus menerus dan kelanjutan maka
99
dapat membahayakan kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena pergerakan yang
statis, terutama pada pergerakan yang ekstrim atau ketika menangani beban yang
berat. Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga dapat dilihat dari kerja
otot, aliran darah, oksigen dan energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur
Disarankan pada saat ibu menyusui dalam posisi duduk harus ditunjang
dengan kursi yang tepat seperti menggunakan kursi ergonomis yang dapat
membantu duduk dengan postur alami. Ini sesuai dengan pendapat Grandjean
(1988), dimana mengatakan duduk dalam postur alami akan mengurangi kerja
otot statis untuk menghindari gangguan pada tulag belakang, pinggang, dan kaki
Tidak Menggunakan Kursi pada Ibu Menyusui Bayi yang Berumur 0-2
Postur janggal terjadi karena postur tubuh atau segmen tubuh yang
menyimpang secara signifikan dari posisi range yang normal pada saat
untuk melawan beban dalam jangka waktu lama. Postur janggal akan
Postur janggal adalah deviasi dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang
dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas kerja secara berulang-ulang dan
dalam waktu yang relatif lama. Gerakan postur janggal merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya gangguan, penyakit, atau cedera pada sistem otot rangka.
pernah terjadi secara langsung, akan tetapi lebih merupakan suatu akumulasi dari
benturan kecil maupun besar secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang
relatif lama (Cohen dkk, 1997). Misalnya ibu yang sedang melakukan aktivitas
Ibu menyusui mengalami postur tubuh yang tidak alamih saat posisi
(1997), dalam ukuran jarak atau dimensi pada dasarnya setiap orang memiliki
tubuh yang tidak stabil (tidak alamiah) menunjukan bukti yang kuat sebagai
terjadi postur janggal pada bagian tubuh punggung yaitu bersandar pada kursi
terjadinya postur janggal pada punggung jika membungkuk (bent forward) yaitu
101
punggung dan dada lebih condong ke depan membentuk > 200 terhadap garis
vertikal. Oleh karena punggung pada ibu meyusui yang menggunakan kursi/sofa
dan yang tidak menggunakan kursi mengalami postur janggal. Postur janggal
pada punggung lainnya yaitu tidak bersandar pada apapun (karena sudut yang
bentuk rata-rata ≥ 600). Menurut Humantech (1995), postur janggal yang lainnya
yaitu miring (bent sideway), yaitu setiap deviasi bidang median tubuh dari garis
vertikal tanpa memperhitungkan besarnya sudut yang dibentuk dan terjadi fleksi
hingga membentuk sudut 200 terhadap vertikal dan berputar dengan beban objek
≥ 9 kg, durasi ≥ 10 detik, dan frekuensi 2 kali/menit atau total lebih 4 jam/hari.
Berarti saat ibu menyusui yang tidak memiliki sandaran tidak memperhatikan
besaran sudut yang dibentuk dan dapat menimbulkan postur janggal karena
posisi duduk dengan lebih codong ke depan atau belakang dapat terjadi fleksi.
menggunakan kursi terjadi postur janggal pada bagian tubuh leher yaitu
postur janggal pada leher terjadi pada saat melakukan membengkokkan leher ≥
menunduk leher dan kepala tidak boleh melebihi 150, karena menyebabkan
postural stress. Menurut Bridger (1995) ada banyak bukti fleksi yang dilakukan
102
secara sering atau ditahan dalam waktu lama pada kedua bagian ini berhubungan
dengan nyeri pada leher dan kepala yang kronis. Pada ibu menyusui dilakukan
menekukkan kepala (menunduk) dengan waktu yang lama dan dilakukan sering
yang dimana ibu menyusui lakukan saat aktivitas menyusui untuk melihat
bayinya
Pada lengan bagian tubuh yang terjadi postur janggal yaitu lengan
ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh
lengan ibu), terjadi pada ibu menyusui yang menggunakan kursi ergonomis dan
kursi/sofa. Sedangkan tidak menggunakan kursi lengan ditopang oleh paha ibu
paha atas untuk menopang berat kepala bayi). Bagian leher yang terjadi postur
janggal yang lain yaitu karena lengan mengantung atau tidak ditopang oleh
sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu dan
rata-rata ibu membentuk sudut ≥ 800) terjadi pada ibu menyusi menggunakan
postur janggal saat menggunakan gerakan penuh dalam bekerja. Ibu menyusui
melakukan gerakan penuh untuk menopang bayi dengan beban bayi oleh karena
tubuh kaki yaitu berjinjit untuk menyentuh lantai (karena kursi yang digunakan
rata-rata tidak sesuai dengan proporsi tubuh ibu bagian bawah) dan kakinya
proporsi tubuh ibu bagian bawah dan kursi terlalu tinggi). Sedangkan tidak
menggunakan kursi postur janggal pada kaki yaitu ditekuk kesamping atau
janggal pada kaki yaitu bertumpu di atas satu kaki atau tidak seimbang dalam
Bukhori (2010) dan Laraswati (2009). Oleh karena itu ibu menyusui yang
berjinjitkan kaki saat dalam posisi duduk dan kakinya menggantung dapat
menyebabkan postur janggal karena kaki bertumpu diatas satu kaki atau tidak
seimbang.
Telah dilihat di atas sikap kerja tidak alamiah pada ibu menyusui
Grandjen (1993), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini
pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja dalam Tarwaka dkk
(2004). Masih terdapat posisi janggal pada ibu menyusui saat menggunakan kursi
ergonomi, bisa jadi terdapatnya posisi janggal ini dikarenakan kursi ergonomi
A. SIMPULAN
tubuhnya paling berisiko yaitu leher sebanyak 30,8% (4 orang) dan siku kiri
31,2% (5 orang) dan postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menunduk
(karena ibu menatap bayinya), lengan yaitu karena ditopang oleh sandaran
tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu), punggung yaitu
bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk 00-200), kaki yaitu bertumpu
skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
punggung sebesar 23,1% (3 orang), siku kiri 37,5% (3 orang) dan siku kanan
(3orang), dan pada postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menuduk
(karena ibu menatap bayinya), lengan yaitu ditopang oleh sandaran tangan kursi
(karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu), mengantung atau tidak
ditopang oleh sandaran tangan kursi (karena berat kepala bayi ditopang oleh
lengan ibu dan rata-rata ibu membentuk sudut ≥ 800), punggung yaitu bersandar
pada kursi (karena sudut yang dibentuk 200-600), tidak bersandar pada apapun
(karena duduk dikursi yang tidak ada sandarannya), kaki yaitu berjinjit untuk
104
105
menyentuh lantai (karena kursi yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan
proporsi tubuh ibu bagian bawah), berjinjit untuk menyentuh lantai (karena kursi
yang digunakan rata-rata tidak sesuai dengan proporsi tubuh ibu bagian bawah.
skornya 7 level risiko tinggi sedangkan postur tubuhnya paling berisiko yaitu
bawah kiri sebanyak 44,4% (4 orang), dan siku kiri sebanyak 50% (8 orang), dan
pada postur janggalnya pada bagian tubuh leher yaitu menuduk (karena ibu
menatap bayinya), lengan yaitu ditopang oleh paha ibu (karena sikap duduk ibu
berat kepala bayi), mengantung atau tidak ditopang oleh sandaran tangan kursi
(karena berat kepala bayi ditopang oleh lengan ibu dan rata-rata ibu membentuk
sudut ≥ 800), punggung yaitu bersandar pada kursi (karena sudut yang dibentuk
200-600), tidak bersandar pada apapun (karena sudut yang bentuk rata-rata ≥ 600),
Kaki yaitu ditekuk kesamping atau disilangkan (karena untuk menopang berat
badan bayi)
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan bagi ibu menyusui bayi yang berumur 0-2
dan pijakan kaki, pelebaran sandaran tangan dan pijakan kaki, pemberian
c. Disarankan ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun yang tidak
dapat mengurangi tekanan untuk sudut sandaran yang dapat disesuaikan dari
sudut vertikal 900- 1100 sedangkan kaki tepat mendatar di atas lantai atau
tidak mengantung.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri Endah Budi. 2009. Gambaran Faktor Risiko Pekerjaan dan Keluhan Gejala
MSDs pada Tubuh Bagian Atas Pekerja Disektor Informal Butik Lamonde
Depok Lama Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Skripsi
Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man, fourth edition. London : Taylor &
Francis Inc.
Karjewski, Janet Torma et. al. 2009. Ergonomics: MSD Risk Factors-Awkward
Postures. NIOSH Publication No. 2009-107.
Klinpikul, N., et. al. 2010. Factors Affecting Low Back Pain during Breastfeeding of
Thai Woman. World Academy of Science, Engineering and
Technology.Available on: http://www.waset.org/journals/waset/v48/v48-56.pdf.
Kumar, Shrawan. 1999. Biomechanics in Ergonomics. London: CRC Press Taylor &
Francis Group. Ed.
Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif
Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Pabrik Proses
Finishing Departemen PPC PT Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta
Timur 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya : Tinjauan Anatomi,
Fisiologi, Antropometri, Psikologi, dan Komputasi Untuk Perancangan Kerja
dan Produk. Surabaya: Penerbit Guna Widya.
Pheasant, Stephen. 2003. Body Space Anthropometry, Ergonomics and the Design of
Work. London: Taylor & France. Second Edition.
Roesli, Utami. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Cet. I. Jakarta: Pustaka Bunda.
Stanton, Neville et. al. 2005. Handbook of Human Factor dan Ergonomics Methode.
London: CRC Press Taylor & Francis Group.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan & Produktivitas. Edisi
I, Cetakan I. Surakarta : UNIBA Press.
Wilson, J.R and Corlett, E.N. (eds) Evaluation of Human Work: A Practical
Ergonomics Methodology. 2nd and Revisised Edition. London: Taylor&Francis.
Lampiran 1: Form Pernyataan Persetujuan Responden
Atas perhatian dan kerjasamanya untuk itu saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Pada penelitian ini, responden akan diberikan kursi ergonomis untuk aktivitas
observasi terkait postur tubuh dalam posisi duduk menggunakan kursi ergonomis. Segala
“Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden pada penelitian
Nama Ibu :
Alamat :
Umur Ibu :
Nama Bayi :
Umur Bayi :
Rekam dengan video posisi atau sikap tubuh ibu saat menyusui.
Hasil Pengukuran
A. Langkah-langkah penilaian postur tubuh ibu menyusui dalam posisi duduk dengan
metode RULA :
1. Diambil gambar postur duduk ibu saat menyusui melalui video.
2. Video yang telah direkam, kemudian dijadikan gambar-gambar sesuai dengan postur
yang diinginkan untuk dianalisis.
3. Ditentukan sudut-sudut bagian tubuh yang terbentuk dari postur tubuh ibu saat
menyusui tersebut.
4. Ditentukan skor masing-masing bagian tubuh berdasarkan sudut yang dibentuk dan
ketentuan skor pada masing-masing bagian tubuh.
5. Skor tubuh grup A ditambahkan dengan skor aktivitas dan beban kemudian hasil
penjumlahannya dimasukkan ke dalam table C. Begitu juga dengan skor tubu grup B
ditambahkan dengan skor aktivitas dan beban kemudian hasil penjumlahanya
dimasukkan ke dalam table C.
6. Diperoleh skor akhir RULA
Masing-masing skor postur tubuh di atas dimasukkan ke dalam table A yaitu sebagai
berikut:
Skor lengan
Skor pergelagan
atas
tangan
bawah
Skor tubuh grup A gambar di atas adalah 3. Skor tersebut kemudian ditambahkan
dengan skor aktivitas dan skor beban.
a. Skor aktivitas untuk gambar diatas adalah 1 karena postur saat menyusui adalah
postur statis.
b. Skor beban untuk gambar diatas adalah 2 karena berat beban bayi sebesar 4,21 dengan
postur statis dan dilakukan berulang-ulang.
Skor leher
Skor batang tubuh
Skor kaki
Skor tubuh grup B gambar di atas adalah 2. Skor tersebut kemudian ditambahkan dengan
skor aktivitas dan skor beban.
a. Skor aktivitas untuk gambar diatas adalah 1 karena postur saat menyusui adalah
postur statis.
b. Skor beban untuk gambar diatas adalah 2 karena berat beban bayi sebesar 4,21 dengan
postur statis dan dilakukan berulang-ulang.
Skor A
Skor B
Akhir skor RULA gambar di atas adalah 6, sehingga responden di atas berada pada
level risiko sedang dan dibutuhkan tindakan dalam waktu dekat untuk mengurangi risiko
dan meminimalisir akibat dari risiko lebih lanjut.
Lampiran 5: Form Nordic Body Map
Lampiran 6: Data Kursi Ergonomis
1.
2. 4.
3. 5.
6. 9.
7. 10.
8. 11.
12. 15.
13. 16.
14. 17.
B. Foto Ibu Menyusui Tidak Menggunakan Kursi
1. 4.
2. 5.
3.
C. Foto Ibu Menyusui Menggunakan Kursi/Sofa
1. 4.
2. 5.
3.
LAMPIRAN 10: HASIL PENGUKURAN RULA
Skor Tubuh Grup A Skor Tubuh Grup B Skor Skor Skor Skor Skor
Skor Skor Skor Skor
No.
Lengan Lengan Pergelangan Putaran
Tabel Aktivitas Beban A Leher Punggung Kaki Tabel Aktivitas Beban B RULA
Atas Bawah Tangan Pergelangan B
A
Tangan
25 1 1 1 2 2 1 2 5 4 1 1 5 1 2 8 7
26 1 1 3 1 2 1 2 5 3 2 1 3 1 2 6 7
27 2 2 4 2 4 1 2 6 3 2 1 3 1 2 6 7
28 2 2 4 2 4 1 2 7 4 2 1 5 1 2 8 7
29 2 3 1 1 2 1 2 5 4 1 1 5 1 2 8 7
30 1 2 1 2 3 1 2 6 4 2 2 5 1 2 8 7
31 1 1 4 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
32 2 1 4 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
33 1 1 3 2 3 1 2 6 2 2 1 2 1 2 5 6
34 2 1 2 1 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
35 1 1 3 1 2 1 2 5 3 2 1 3 1 2 6 7
36 2 1 2 2 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
37 1 1 3 2 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
38 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
39 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 1 3 1 2 6 7
40 1 1 3 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
41 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
42 1 1 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
43 2 1 3 2 4 1 2 7 1 1 2 3 1 2 6 7
44 1 2 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
45 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
46 2 2 1 2 3 1 2 6 4 1 1 5 1 2 8 7
47 2 1 3 2 4 1 2 7 3 1 2 4 1 2 7 7
48 1 1 3 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
49 2 2 2 2 3 1 2 6 3 1 1 3 1 2 6 7
50 1 1 2 2 2 1 2 5 3 1 1 3 1 2 6 7
Tabel Hasil Pengukuran RULA Ibu Menyusui Menggunakan Kursi/Sofa