IKLIM KERJA
KELOMPOK :3
NRP : 0518040052
KELAS : K3-4B
2020
BAB I
PENDAHULUAN
0 0
Beriklim tropis dengan suhu udara rata 20 C sampai dengan 30 C
merupakan iklim yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Negara beriklim tropis
biasanya memiliki ciri-ciri dimana salah satunya memiliki kelembapan dan
suhu yang tinggi. Bahkan dalam keadaan yang paling terik suhu tropis di
0 0
Indonesia dapat mencapai hingga 32 C sampai dengan 35 C. Pada
kenyataannya keadaan suhu dan iklim seperti ini akan berdampak pada
kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Indonesia. Salah satu contohnya
adalah pekerja yang bekerja di luar ruangan dalam rentan waktu tertentu.
Dengan kondisi seperti ini tentu akan banyak pekerja yang mengalami
ketidaknyamanan dimana akan berujung pada penyakit akibat kerja apabila
terpapar melebihi batas waktu standard, sehingga mengalami dehidrasi atau
PAK akibat temperatur tinggi lainnya. Apabila ini terjadi tentu akan
berdampak pada produktivitas dan efisiensi pekerja yang menurun.
Menurut Suma’mur (2009) kegiatan menjaga kondisi iklim kerja
sangtlah penting untuk dilakukan mengingat bahwa cara manusia beradaptasi
berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh banyak factor penyebab maupun
pendukung. Namun, walaupun demikian menemukan waktu toleransi untuk
kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan temperature lingkungan
sekitar adlaah hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan
yang dapat terjadi kepada pekerja. Sedangkan kondisi iklim kerja sendiri
berdasarkan pejelasan Tarwaka (2009) adalah salah satu faktor dari bahaya
fisik yang dapat menimbulkan kondisi bahaya dan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan jika melebihi nilai ambang batas (NAB) berdasarkan
peraturan yang berlaku. Apabila suatu pekerja berada di ligkungan dengan
kondisi iklim kerja yang melebihi kondisi standar atau melebihi NAB, tentu
akan menyebabkan ketidaknyamanan, dehidrasi, hingga gangguan kesehatan
(PAK) yang lebih serius.
Maka dari itu, kita sebagai ahli K3 wajib menahami betapa pentingnya
pengukuran iklim kerja untuk dilakukan. Sehingga didapatkan kondisi
lingkungan yang kondusif bagi pekerja, karena baik suhu atau kelembapan dalam
kondisi lingkungan kerja tersebut dapat mempengaruhi produktivitas dan kondisi
kesehatan para pekerja. Dari penguukuran lingkungan kerja ini nantinya kita
dapat mengetahui kondisi standar untuk lingkungan kerja tersebut dalam suhu,
kelembapan, gerakan udara, dan suhu radiasi dari lingkungan kerja tersebut.
Maka apabila terdapat. Dengan menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe
Temperature) kita dapat mengetahui ISBB yang terdapat pada suatu lingkunga
dengan yang standar yang seharusnya disarankan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari praktikum mengenai pengukuran iklim kerja
adalah dapat mengetahui cara mengukur iklim kerja pada suatu kondisi
lingkungan, dapat menggunakan alat WBGT (Wet Bulb Globe Temperature)
dengan benar, sehingga nantinya dapat mencegah segala bentuk kesetimpangan
yang berhubungan dengan iklim kerja serta dampaknya terhadap pekerja.
DASAR TEORI
Catatan penting :
1. Nilai yang tertera pada tabel 2.1 hanya berlaku ketika waktu kerja 8
jam sehari atau pekerjaan dilakukan 5 hari semiggu dengan waktu
istirahat yang telah diatur.
2. Untuk tenaga kerja yang kondisi kesehatannya kurang baik, maka nilai
kriteria untuk pekerjaan kategori terus menerus dan 25% istirahat
untuk krtieria pekerjaan yang sangat berat tidak diberikan hal ini
(tanpa melihat WBGT).
1. Mencari kalori/jam
Kalori/jam = jenis kegiatan (kkal/jam) x berat badan
2. Mencari Metabolisme Basal
Perhitungan ISBB
ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering
2. Rumus ISBB unutk pengukuran tempat kerja tanpa ada pengaruh dari
sinar matahari.
METODE PENELITIAN
VIEW
PRINT
SETUP RESET
Mulai
Menyalakan alat dengan mengubah switch dari off ke on pada alat ukur
Tunggu Alat WBGT hingga menunjukkan nilai pada ke-0 menit dan
0
setelah itu mengatur satuan temperature dalam satuan ( C)
Selesai
BAB IV
26 28 27 80 26 27
1 27 29 28 80 27 28
28 30 29 80 28 29
28 30 29 80 86 28 29 28,3 1
Nilai max
28 30 29 79 28 29
2 27 29 28 78 27 28
26 28 27 77 26 27
Nilai max 28 30 29 79 86 28 29 28,3 1
30 32 31 81 30 31
3 31 33 32 80 31 32
32 34 33 79 32 33
Nilai max 32 34 33 81 86 32 33 32,3 0,9
,6
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran
2 28 28,3
3 32 32,3
4.2.4 Perhitungan Rh
Perhitungan Rh dilakukan dengan mencocokkan data dengan tabel
Rh, data yang dicocokkan adalah suhu kering (t) dan selisih suhu antara
suhu kering (t) – suhu bola (T). Berdasarkan data hasil pengukuran
diketahui bahwa data titik 1 (subjek 1) dan data titik 2 (subjek 2) terdapat
di tebal. Sedangkan titik 3 (subjek 3) harus diinterpolase.
- Rh titik 1 = 86%
- Rh titik 2 = 86%
- Interpolase titik 3
0 0 0
Rh = t – T = 34 C – 32 C = 2 C
Rh2 – Rh1 = Rh2 – Rh1
t2 – t1 t2 – t1
87–86 = 87 – Rh
35 – 32,5 35–34
1 = 87 – Rh
2,5 1
Rh = 86,6
1 80 86
2 79 86
3 81 86,6
4.2.5 Perhitungan beban kerja (durasi waktu kerja 180 menit) pada
setiap subjek dan pengukuran waktu kerja
- Mahasiswa Pekerja I :
Nama: Ali
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 70 kg
Kegiatan : Mengelas OAW posisi duduk
Peralatan : Las OAW
Durasi : 43 menit
Kondisi alat : Sudah terkalibrasi dan baik
Kondisi pekerja : Baik
Berdasarkan pekerjaan pekerja pertama atau mahasiswa I
(Ali) yakni mengelas dengan posisi duduk. Sehingga berdasarkan
tabel beban kerja SNI pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan
dengan dua lengan posisi duduk yang tertera pada tabel no.3
kategori I dengan nilai 1,55.
Perhitungan beban kerja :
Kalori/jam = (Beban kerja per jam x waktu kerja x 60 kkal/jam) /
waktu
= (1,55 x 43 x 60)/43
= 93 kkal/jam
Metabolisme Basal (pria) = Berat badan (kg) x 1 kkal/jam
= 70 kg x 1 kkal/jam
= 70 kkal/jam
= 93+70
= 163 kkal/jam (Beban kerja termasuk kategori ringan
karena berada dala rentan 100-200 kkal/jam)
Perhitungan pengaturan waktu kerja
ISBB titik 1 :
0
1. Berdasarkan perhitungan = 28,3 C
0
2. Berdsarkan alat (WBGT) = 28 C
Sehingga pengaturan waktu kerja untuk pekerja pertama 75%-100%
- Mahasiswa Pekerja II
Nama : Alisya
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 50 kg
Kegiatan : Melakukan pengelasan SMAW
Peralatan : Las SMAW
Durasi : 33 menit
Kondisi alat : Terkalibrasi dengan baik
Kondisi pekerja : Baik
Berdasarkan pekerjaan pekerja kedua atau mahasiswa II
(Alisya) yakni mengelas dengan posisi duduk. Sehingga berdasarkan
tabel beban kerja SNI pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan
dengan dua lengan posisi duduk yang tertera pada tabel no.3 kategori I
dengan nilai 1,55.
= (1,55 x 33 x 60)/33
= 93 kkal/jam
Metabolisme Basal (wanita) = Berat badan (kg) x 0,9 kkal/jam/kg
= 50 kg x 0,9 kkal/jam
= 45 kkal/jam
=93+45
= 138 kkal/jam (Beban kerja termasuk kategori
ringan karena berada dala rentan 100-200 kkal/jam)
ISBB titik 2 :
1. Berdasarkan perhitungan = 28,3 C
0
= (2,85 x 33 x 60)/33
= 171 kkal/jam
= 75 kg x 1 kkal/jam
= 75 kkal/jam
Total Kalori = Kalori/jam + metabolism basal
= 171 + 75
= 246 kkal/jam (Beban kerja termasuk kategori
sedang karena berada dalam rentan >200-350
kkal/jam)
ISBB titik 2 :
1. Berdasarkan perhitungan = 32,3 C
0
= | − , | x 100%
,
= 1%
% error (titik 2) = | − | x 100%
= | − , | x 100%
,
= 1%
% error (titik 3) = | − | x 100%
= | − , | x 100%
,
= 0,9%
4.3 Pembahasan
Praktikum pengukuran iklim kerja pada suatu lingkungan ini
dilaksanakan di bengkel pengelasan PPNS. Praktikum ini dilaksanakan di
dalam ruangan dengan durasi waktu 180 menit atau 3 jam. Praktikum ini
mengambil subjek yang memiliki tiga kegiatan berbeda diantaranya
pengelasan SMAW, pengelasan OAW, dan kegiatan pengkikiran.
Hasil dari pengukuran ISBB pada pengukuran iklim keja ini kemudian
dibagi menjadi 2 yakni nilai maksimum dari hasil pengukuran indicator suhu
kering, suhu basah, dan suhu bola menggunakan alat WBGT dan perhitungan
nilai ISBB berdasarkan rumus. Hasil perhitungan keduanya menunjukkan
eror sebesar 1% pada pengukuran titik pertama dan kedua, dan menunjukkan
eror sebesar 0,9% pada titik ketiga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat
WBGT yang digunakan hampir secara akurat menunjukkan indicator
parameter suhu untuk perhitungan ISBB.
Berdasarkan analisa data yang telah dilaksanakan diketahui bahwa
subjek pertama (Ali) melakukan pengelasan OAW dalam durasi waktu 43
menit setiap jam. Perhitungan beban kerja meunjukkan bahwa, pekerjaan
yang dilakukan Ali termasuk dalam kategori ringan yakni 163 kkal/jam
dimana masuk dalam rentan nilai 100-200 kkal/jam dan pada suhu ISBB 28,3
0
C. Dengan demikian pengaturan waktu kerjanya adalah 75%-100%, sehingga
masih aman dilakukan dalam rentan waktu kerja 3 jam.
Kemudian subjek kedua (Alisya) melakukan pengelasan SMAW
dalam durasi waktu 33 menit setiap jam. Perhitungan beban kerja
menunjukkan bahwa, pekerjaan yang dilakukan Alisya termasuk dalam
kategori pekerjaan ringan yakni degan 138 kkal/jam. Dengan demikian
penagturan waktu kerjanya adalah 75%-100% dengan parameter suhu
0
28,3 C, sehingga masih aman dilakukan dalam rentan waktu 3 jam.
Mahasiswa pekerja ke-III (Beno) melakukan pengikiran dalam durasi
waktu 33 menit setiap jam. Perhitungan beban kerja menunjukkan bahwa
pekerjaan yang dilakukan Beno termasuk dalam kategori sedang (200-350
kkal/jam) dengan nilai kalori 246 kkal/jam. Karena Beno bekerja pada ISBB
0
32,3 C dengan kategori pekerjaan sedang, maka aktvitas Beno harus
dilakukan pengendalian bahaya iklim kerja karena tidak diperbolehkan
berdasarkan Nilai Ambang Batas permenaker 2018.
Kelembapan udara pada ruangan bengkel pengelasan bernilai 86,6%
dimana nilai ideal seharusnya adalah 45-65%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kelembapan udara pada ruangan ini cukup tinggi, dimana harus segera
dilakukan tindak pengendalian bahaya terhadap kelembapan dalam ruangan
ini.
4.4 Rekomendasi
Berikut adalah rekomendasi yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan bahaya akibat iklim kerja terlebih untuk subjek ketiga
(Beno) dimana berdasarkan perhitungan dan analisa data yang telah
dilakukan, Beno tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan tersebut.
Pengendalian yang diberikan diberikan secara umum dan khusus dimana
akan berpengaruh nantinya pada kondisi lingkungan kerja, sehingga dapat
menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman.
A. Pengendalian bahaya secara umum
- Training (pendidikan/latihan)
Pendidikan / latihan berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan
kerja terutama pada bagaimana cara mengatasi dan beradaptasi
dalam sebuah lingkungan kerja diberikan pada calon tenaga kerja
baru.
- Pengendalian tekanan panas
Pengendalian tekanan panas yang dapat dilakukan adalah
diantaranya selalu memenuhi cairan tubuh agar tidak dehidrasi,
melakukan tidak aklimatisasi (sebuah tindak adaptasi terhadap
lingkungan baru), dan melakukan pola hidup sehat diantaranya
apabila akan bekerja dalam suatu kondisi lingkungan dengan suhu
tinggi dan kondisi cukup lembab adalah dengan tidak terlalu
banyak makan makanan yang mengandung karbohidrat, sehingga
cairan tidak tertahan pada ginjal.
B. Pengendalian Secara Khusus
Pengendalian secara khusus diberikan berdasarkan hierarki
pengendalian bahaya. Dikarenakan pengendalian bahaya secara
eliminasi dan subsitusi belum dapat dilaksanakan, maka dapat
dilaksanakan pada tahap-tahap selanjutnya sebagai berikut :
- Pengendalian secara teknis (Engineering Control) :
Kontrol teknik yang dapat dilakukan adalah menurunkan suhu
udara dengan pemasangan exhaust fan, kipas angin, dan
perawatan ventilasi ruangan yang memadai sehingga sirkulasi
udara berjalan dengan baik. Sirkulasi udara yang baik juga akan
menurunkan kadar kelembapan udara, dimana selain sirkulasi
udara kelembapan udara juga dapat diturunkan dengan mengatur
pencahayaan dan penerangan suatu ruangan.
- Pengendalian secara administrative
Pengendaian ini dapat diberikan dengan cara mengurangi beban
kerja menjadi lebih ringan dengan mempertimbangkan posisi
tubuh pekerja agar pekerjaan menjadi ringan. Selain itu juga
diperlukan penurunan durasi waktu kerja khususnya untuk Beno
(pekerja 3) dan diberikan waktu istirahat yang cukup, atau bisa
membuat shift pekerja, sehingga pekerjaan dapat terus dilakukan
sesuai dengan shift yang telah dibuat.
- Manajemen APD
Alat Pelindung Diri sangat berpengaruh untuk mengendalikan
kondisi bahaya pada seorang pekerja termasuk pada bahaya iklim
kerja dalam suatu lingkungan kerja. Agar pekerja bisa nyaman
bekerja, pakaian yang dikenakan harus dalam keadaan kering dan
diusahakan merupakan suatu pakaian pendingin yang dapat
memantulkan panas radiasi yang tinggi dalam lingkungan tempat
kerja panas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil analisa data yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengukuran lingkungan kerja dimana merupakan pengukuran iklim kerja
dilakukan di dalam ruangan (bengkel pengelasan PPNS) dengan 3 subjek
pengukuran yakni Ali yang melakukan pengelasan OAW, kemudian Alisya
yang melakukan pengelasan SMAW, dan Beno yang melakukan pengikiran.
Dengan lama pekerjaan 180 menit dan durasi waktu setiap jam yang berbeda
pada setiap seubjeknya, kemudian dilakukan pengukuran berkaitan dengan
beban kerja yang dialami oleh masing-masing subjek.
2. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan subjek pertama (Ali) dan
subjek kedua (Alisya) melakukan pekerjaan dalam beban dan kondisi
lingkungan yang aman menurut Nilai Ambang Batas. Sedangkan subjek
ketiga (Beno) melakukan pekerjaan dan berada dalam suatu kondisi
lingkungan yang tidak diperkenankan berdasarkan Nilai Ambang Batas
(permenaker, 2018).
3. Rekomendasi yang dapat diberikan secara umum adalah dengan melakukan
pelatihan dan pengendalian tekanan panas. Sedangkan rekomendasi
pengendalian secara khusu dapat dilakukan secara pengkontrolan teknik,
tindak pengendalian administratif, dan manajemen APD.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum iklim kerja diharapkan dapat memperhatikan
kondisi alat dan prosedur pelaksanaan praktikum yang baik. Sehingga nantinya
data hasil praktikum pada pekerja terbaca secara akurat dan pelaksanaan analisa
serta pemberian rekomendasi yang tepat dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
ACGIH (2005). Thresfold Limit Values for Chemical Substance and Biological
Exposure Indices. Amerika: ACGIH Worldwide.
Elyastuti, F. 2011. Hubungan antara Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan pada
Tenaga Kerja Bagian Fabrikasi Pabrik Gula Trangil Pati. Semarang:
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Suma’mur P.K, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.
1. Jelaskan efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas
manusia dari segi kesehatan!
o o
2. Apabila diketahui suhu basah = 28 C, dan suhu kering = 29 C,
tentukan kelembapan relative!
3. Hasil pengukuran lingkungan kerja sebagai berikut :
1 34 36 39 35,2 2 Outdoor
2 30 35 38 30,92 5 Outdoor
3 32 33 37 32,72 1 Outdoor
4 22 25 26 23,2 3 Indoor
Berjalan Sedang
Berdiri Ringan
Tentukan :
a. Kebutuhan kalori/jam
b. Pengaturan waktu kerja
c. Rekomendasi yang harus dilakukan
Jawab :
1. Apabila seorang pekerja terpapar iklim kerja yang melebihi standar atau
tidak sesuai dengan kapasitas manusia tentu akan berdampak pada
kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa PAK yang dapat terjadi
akibat dari iklim kerja yang tidak sesuai
a. Hiportemia
Berdasarkan penjelasan Harahap, dkk (2014) Hiportemia merupakan
0
sebuah kondisi dimana temperature inti tubuh ( C) lebih rendah dari
temperature rata-rata inti tubuh manusia. Hiportemia menyebabkan
peningkatan laju nadi, tekanan darah, serta detak jantung sebagai
akibat dari bertambahnya kebutuhan O2 produksi CO2 dan juga disertai
dengan peningkatan kadar katekolamin dalam plasma.
b. Frostbite
Frostbite atau yang biasa disebut dengan radang dingin adalah dimana
kondisi kulit dan jaringan di sekitarnya yang membeku kemudian rusak.
Frosbite biasa terjadi pada tangan , kaki, telinga, hidung, dan bibir.
Penyakit ini memiliki ciri-ciri yakni rasa sakit, kulit pucat, berubahnya
warna kulit, yang apabila tidak segera ditangani akan muncul gangrene
c. Penat Panas
Penat panas atau yang biasa disebut dengan heat exhaustion dapat
terjadi apabila pekerja belum bisa beradaptasi dengan kondisi
lingkungan kerja yang bertemperatur tinggi. Sehingga pekerja akan
menimbulkan banyak keringat, namun suhu badan normal. Penderita
akan mengalami tekanan darah menurun dan nadi lebih cepat.
d. Pukulan atau Struk panas
Penat panas atau heat stroke biasa terjadi selama keadaan panas yang
diikuti kelembapan kondisi lingkungan yang tinggi.
e. Heat Rash
Kondisi ini terjadi ketika kulit mengalami gatal-gatal akibat keringat
yang mengucur secara terus menerus.
f. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi akibat kurangnya asupan cairan dalam tubuh, dimana
gejala yang mulai tampak adalah mulut kering dan kelelahan pada
tubuh. Dehidrasi disebabkan kurangnya cairan terutama Garam Na.
g. Milaria
Merupakan kelainan kulit yang terjadi karena kulit terlalu banyak
mengeluarkan keringat.
2. Diketahui :
0
Suhu basah = 28 C
0
Suhu Kering = 29 C
Ditanya :
Kelembapan relative? (Rh, %)
Jawab :
Kelembapan relative = suhu kering-suhu basah
0 0
= 29 C - 28 C
0
=1 C
Interpolase
0 0 0
Rh = t – T = 29 C – 28 C = 1 C
Rh2 – Rh1 =
Rh2 – Rh1
t2 – t1 t2 – t1
93–92 = 93 – Rh
30 – 27,5 30–29
1 = 93 – Rh
2,5 1
Rh = 92,6%
3. Diketahui :
Asumsi berdasarkan soal = Pekerja laki-laki, dengan berat badan 65 kg
Ditanya :
a. Kebutuhan kalori/jam
b. Pengaturan waktu kerja
c. Rekomendasi yang harus dilakukan
Jawab :
c. Rekomendasi
- Pekerjaan Pertama
Pada pekerjaan pertama yakni mengepel lantai (pasti dalam
keadaan berhalan) harus mengupayakan penutup ruangan sehingga
suhu terhindar dari paparan suhu anas secara langsung. Pemberian
kipas, fan sangat dianjurkan.
- Pekerjaan Kedua
Pada pekerjaan kedua yakni merajut dengan berdiri, telah
memenuhi nilai ambang batas sesuai dengan standar dengan
pengaturan waktu kerja 75%-100%.
- Pekerjaan Ketiga
Pada pekerjaan ketiga yakni menambal logam dengan berjalan
mendaki, kondisi iklim kerja sangat tidak dianjurkan karena
pekerja terpapar suhu tinggi dala keadaan ruangan terbuka. Perlu
diberikan penutup pada area tempat pekerja menambal logam,
sehingga pekerja tidak terpapar panas matahari secara langsung.
Selain itu, penggunaan fan/kipas sangat dianjurkan untuk
menyejukkan kondisi lingkungan.
- Pekerjaan keempat
Pada pekerjaan keempat yakni mengemas dus dengan duduk yang
dilakukan didalam ruangan, memiliki kondisi iklim lingkungan
kerja yang telah memenuhi nilai ambang batas yang ditetapkan
dengan pengaturan waktu kerja 75%-100%