MAKALAH
Oleh:
Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
yang harus diperbaiki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga penulis dapat menghasilkan karya yang lebih baik kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daur Hidup dari Marchantia ....................................................................... 2
2.2 Daur Hidup dari Selaginella ...................................................................... 4
2.3 Perbandingan Daur Hidup Antara Marchantia dan Selagenella ………… 6
BAB III: PENUTUP
3.1 Simpulan .................................................................................................... 7
3.2 Saran .......................................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan (palntae) merupakan makhluk hidup yang bersifat eukariotik,
multiseluler, mengandung klorofil, dapat melakukan fotosintesis, memiliki alat
reporduksi multiseluler, dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual, terjadi
pergantian generasi serta dinding selnya tersusun dari selulosa. Kindom Plantae
pada klasifikasi 5 kingdom dibagi menjadi tumbuhan lumut, tumbuhan paku dan
tumbuhan berbiji (Sulistyorini, 2009).
Tumbuhan memiliki pergiliran keturunan yang jelas yaitu fase haploid dan
fase diploid, fase kehidupa haploidnya di sebut generasi gametofit karena
menghasilkan gamet. Fase gametofit menghasilkan anteridium dan arkegonium
yang akan mengasilkan spora dan apabila dua gamet tersebut bersatu akan
mengasilkan zigot yang merupakan awal fase diploid tumbuhan (fase sporofit)
(Campbell et al, 2004; Solomon et al, 2008).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui daur hidup Marchantia
2. Mengatahui daur hidup Selaginella
3. Mengetahui perbedaan daur hidup antara Marchantia dan Selagenella
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
anteridiofor, namun pada bagian atap payung terdapat belahan-belahan yang dalam
(Steenis. 2006).
Marchantia termasuk tumbuhan berumah dua; talus tertentu hanya
membentuk anteridiofor, sedangkan arkegoniofor terdapat pada talus yang berbeda.
Pada saat masak setiap arkegonium menghasilkan sebuah sel telur, sedangkan
anteridium membentuk sel sperma berflagela dalam jumlah sangat banyak.
Percikan air hujan membantu melepaskan sel sperma dari anteridium. Air hujan
juga merupakan medium yang memungkinkan sel sperma berenang menuju sel
telur dalam arkegonium. Dengan bantuan air hujan sel sperma dapat menempuh
jarak sampai 0.5 m dari tempat asalnya. Setelah sel sperma mencapai arkegonium
masak serta bertemu dengan sel telur terjadi proses fertilisasi. Zigot hasil fertilisasi
selanjutnya akan berkembang membentuk embrio multiseluler yang merupakan
sporofit. Gametofit menyediakan seluruh makanan serta air yang diperlukan dalam
tahap awal perkembangan sporofit muda tersebut.
Menurut Bell (1992) pada tahap berikutnya sel-sel sporofit mengalami
deferensiasi. Suatu struktur menyerupai kenop pintu menancapkan sporofit pada
jaringan arkegoniofor. Struktur tersebut disebut kaki. Sporofit memiliki semacam
tangkai pendek tebal yang disebut seta. Bagian utama sporofit adalah suatu kapsul
yang merupakan tempat perkembangan spora. Selapis sel pada bagian paling luar
kapsul membentuk jaket pelindung yang merupakan jaringan steril.
Lapisan terluar tersebut menyelubungi sel-sel di sebelah dalam yang akan
membentuk spora. Mula-mula sel-sel di bagian dalam ini membelah secara mitosis
hingga membentuk massa sel padat, sel-sel ini dikenal dengan sporosit. Setiap
sporosit selanjutnya mengalami pembelahan meiosis menghasilkan empat sel
haploid yang akan berkembang menjadi spora. Selain sporosit, di dalam kapsul
dijumpai pula sel-sel yang tidak mengalami meiosis sehingga tetap bersifat diploid.
Sel-sel ini kemudian tumbuh memanjang serta mengalami penebalan berbentuk
spiral. Struktur ini dikenal dengan elatera. Elatera bersifat sensitif terhadap
kelembaban udara. Perubahan tingkat kelembaban udara menyebabkan elatera
tergulung atau terurai menanjang dengan cepat. Perubahan bentuk elatera secara
tiba-tiba ini berperan dalam penyebaran spora. Selama masa perkembangnnya
3
sporofit dilindungi oleh kaliptra, yaitu suatu jaringan menyerupai lembaran yang
muncul dari gametofit.
Pada saat sporofit masak, terjadi robekan pada dinding kapsul sehingga
spora tersebar dengan bantuan angin. Pada kondisi yang sesuai spora berkecambah
membentuk gametofit. Dalam kehidupan tumbuhan lumut generasi sprorofit yang
bersifat diploid akan dilanjutkan dengan generasi gametofit yang bersifat hapliod.
Hal ini biasa dikenal dengan pergiliran keturunan (Tjitrosomo, 1984).
Dalam pergantian generasi, satu spesies menampilkan beberapa bentuk.
Ada sporofit, yang mampu memproduksi spora haploid. Spora ini tidak dapat
bergabung bersama seperti gamet, dan sebaliknya mereka tumbuh menjadi
organisme baru, gametofit. Gametofit masih haploid, tetapi tumbuh menjadi
organisme multisel. Gametofit dapat menghasilkan gamet, yang mirip dengan spora
kecuali mereka tidak akan tumbuh menjadi organisme baru secara langsung.
Sebagai gantinya, gamet menjalani fusi atau pembuahan, dan membentuk sel baru,
zigot.
4
.
5
2.3 Perbandingan Daur Hidup Antara Marchantia dan Selaginella
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
7
DAFTAR RUJUKAN
Bell, P. R., 1992. Green Plants Their Origin and Diversity. Dioscorides Press,
Portland, Oregon. Halaman 102-124
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi. Jilid 3. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Heidel, B. and J. Handley. 2006,. Selaginella selaginoides (L.) Beauv. ex Mart. &
Schrank (club spikemoss): a technical conservation assessment. [Online].
USDA Forest Service, Rocky Mountain Region. Available:
http://www.fs.fed.us/r2/projects/scp/assessments/selaginellaselaginoides.pdf
Solomon, E.P., Berg, L.R. & Martin, D.W. 2008. Biology 8th edition. USA :
Thomson Brooks/Cole.
Steenis, C G J, Van. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.