Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN DAUR HIDUP MARCANTIA DAN SELAGINELLA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Keanekaragaman Tumbuhan


Yang dibimbing oleh Dra. Sunarmi, M.Pd dan Umi Fitriyati, S.Pd, M.Pd

Oleh:

Kelompok 6 / Offering B 2018

Cindy Noviana Erintan Siburian (180341617505)


Reza Nur Annisa (180341617557)
Styaninggrum Tri Wulandari (180341617562)
Verona Tri Nur Jannah (180341617541)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan kesehatan kepada


penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keanekaragaman
Tumbuhan.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Dra.Sunarmi, M.Pd. dan Umi


Fitriyati, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah
serta ucapan terima kasih kepada seluruh kerabat yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini.

Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
yang harus diperbaiki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga penulis dapat menghasilkan karya yang lebih baik kedepannya.

Malang, 18 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daur Hidup dari Marchantia ....................................................................... 2
2.2 Daur Hidup dari Selaginella ...................................................................... 4
2.3 Perbandingan Daur Hidup Antara Marchantia dan Selagenella ………… 6
BAB III: PENUTUP
3.1 Simpulan .................................................................................................... 7
3.2 Saran .......................................................................................................... 7

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan (palntae) merupakan makhluk hidup yang bersifat eukariotik,
multiseluler, mengandung klorofil, dapat melakukan fotosintesis, memiliki alat
reporduksi multiseluler, dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual, terjadi
pergantian generasi serta dinding selnya tersusun dari selulosa. Kindom Plantae
pada klasifikasi 5 kingdom dibagi menjadi tumbuhan lumut, tumbuhan paku dan
tumbuhan berbiji (Sulistyorini, 2009).
Tumbuhan memiliki pergiliran keturunan yang jelas yaitu fase haploid dan
fase diploid, fase kehidupa haploidnya di sebut generasi gametofit karena
menghasilkan gamet. Fase gametofit menghasilkan anteridium dan arkegonium
yang akan mengasilkan spora dan apabila dua gamet tersebut bersatu akan
mengasilkan zigot yang merupakan awal fase diploid tumbuhan (fase sporofit)
(Campbell et al, 2004; Solomon et al, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah daur hidup dari Marchantia?
2. Bagaimanakah daur hidup dari Selaginella?
3. Bagaimanakah perbedaan daur hidup antara Marchantia dan Selagenella?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui daur hidup Marchantia
2. Mengatahui daur hidup Selaginella
3. Mengetahui perbedaan daur hidup antara Marchantia dan Selagenella

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Daur Hidup dari Marchantia

Gamet jantan dibentuk dalam anteridium (jamak: anteridia), sedangkan


gamet betina dihasilkan oleh struktur menyerupai botol yang disebut arkegonium
(jamak: arkegonia). Beberapa anteridia didukung oleh bangunan seperti payung
yang disebut anteridiofor, sedangkan kumpulan arkegonia terdapat pada suatu
pendukung yang disebut arkegoniofor. Bentuk arkegoniofor sangat mirip dengan

2
anteridiofor, namun pada bagian atap payung terdapat belahan-belahan yang dalam
(Steenis. 2006).
Marchantia termasuk tumbuhan berumah dua; talus tertentu hanya
membentuk anteridiofor, sedangkan arkegoniofor terdapat pada talus yang berbeda.
Pada saat masak setiap arkegonium menghasilkan sebuah sel telur, sedangkan
anteridium membentuk sel sperma berflagela dalam jumlah sangat banyak.
Percikan air hujan membantu melepaskan sel sperma dari anteridium. Air hujan
juga merupakan medium yang memungkinkan sel sperma berenang menuju sel
telur dalam arkegonium. Dengan bantuan air hujan sel sperma dapat menempuh
jarak sampai 0.5 m dari tempat asalnya. Setelah sel sperma mencapai arkegonium
masak serta bertemu dengan sel telur terjadi proses fertilisasi. Zigot hasil fertilisasi
selanjutnya akan berkembang membentuk embrio multiseluler yang merupakan
sporofit. Gametofit menyediakan seluruh makanan serta air yang diperlukan dalam
tahap awal perkembangan sporofit muda tersebut.
Menurut Bell (1992) pada tahap berikutnya sel-sel sporofit mengalami
deferensiasi. Suatu struktur menyerupai kenop pintu menancapkan sporofit pada
jaringan arkegoniofor. Struktur tersebut disebut kaki. Sporofit memiliki semacam
tangkai pendek tebal yang disebut seta. Bagian utama sporofit adalah suatu kapsul
yang merupakan tempat perkembangan spora. Selapis sel pada bagian paling luar
kapsul membentuk jaket pelindung yang merupakan jaringan steril.
Lapisan terluar tersebut menyelubungi sel-sel di sebelah dalam yang akan
membentuk spora. Mula-mula sel-sel di bagian dalam ini membelah secara mitosis
hingga membentuk massa sel padat, sel-sel ini dikenal dengan sporosit. Setiap
sporosit selanjutnya mengalami pembelahan meiosis menghasilkan empat sel
haploid yang akan berkembang menjadi spora. Selain sporosit, di dalam kapsul
dijumpai pula sel-sel yang tidak mengalami meiosis sehingga tetap bersifat diploid.
Sel-sel ini kemudian tumbuh memanjang serta mengalami penebalan berbentuk
spiral. Struktur ini dikenal dengan elatera. Elatera bersifat sensitif terhadap
kelembaban udara. Perubahan tingkat kelembaban udara menyebabkan elatera
tergulung atau terurai menanjang dengan cepat. Perubahan bentuk elatera secara
tiba-tiba ini berperan dalam penyebaran spora. Selama masa perkembangnnya

3
sporofit dilindungi oleh kaliptra, yaitu suatu jaringan menyerupai lembaran yang
muncul dari gametofit.
Pada saat sporofit masak, terjadi robekan pada dinding kapsul sehingga
spora tersebar dengan bantuan angin. Pada kondisi yang sesuai spora berkecambah
membentuk gametofit. Dalam kehidupan tumbuhan lumut generasi sprorofit yang
bersifat diploid akan dilanjutkan dengan generasi gametofit yang bersifat hapliod.
Hal ini biasa dikenal dengan pergiliran keturunan (Tjitrosomo, 1984).
Dalam pergantian generasi, satu spesies menampilkan beberapa bentuk.
Ada sporofit, yang mampu memproduksi spora haploid. Spora ini tidak dapat
bergabung bersama seperti gamet, dan sebaliknya mereka tumbuh menjadi
organisme baru, gametofit. Gametofit masih haploid, tetapi tumbuh menjadi
organisme multisel. Gametofit dapat menghasilkan gamet, yang mirip dengan spora
kecuali mereka tidak akan tumbuh menjadi organisme baru secara langsung.
Sebagai gantinya, gamet menjalani fusi atau pembuahan, dan membentuk sel baru,
zigot.

3.2 Daur Hidup dari Selaginella


Selaginellaceae merupakan anggota divisi Lycopodiophyta. Lycopodiophyta
merupakan salah satu dari empat kelompok dalam Pteridophytes (Heidel &
Handley, 2006). Selaginella merupakan genus pada Selaginellaceae. Genus ini
terdiri dari 700 spesies, yang pusat penyebarannya berada di daerah beriklim
tropis dan hangat.

4
.

Sumber: (Garud, 2012).

Spora Selaginella digolongkan ke dalam heterospora, karena terdapat 2 jenis


spora yaitu, mikrospora dan megaspora. Megaspora mengalami germinasi sehingga
terbentuklah ovum (n). Sedangkan mikrospora membentuk antherozoid (n).
Kemudian ovum dan antherozoid mengalami fertilisasi dan menghasilkan zigot.
Zigot pada fase kehidupan Selaginella menjadi awal generasi sporofit. Zigot dengan
n kromosom yang telah kemudian membentuk embrio (n). Embrio berkembang
membentuk Selaginella dewasa yang memiliki 2n kromosom. Pada Selaginella
dewasa terdapat Strobilus (2n). Strobilus jantan berupa mikrosporofil dan strobilus
betina berupa megasporofil.

Pada megasporofil terdapat megasporangium yang menghasilkan sel induk


megaspora (2n). Begitupun pada mikrosporofil, terdapat mikrosporangium yang
menghasilkan sel induk mikrospora. Fase selanjutnya merupakan meiosis pada sel
induk megaspora dan sel induk mikrospora. Meiosis ini menyebabkan sel induk
yang semula memiliki 2n kromosom berubah menjadi n kromosom. Sel induk
megaspora akan membentuk megaspora, sedangkan sel induk mikrospora
membentuk mikrospora. Megaspora dan mikrospora merupakan fase awal pada
generasi gametofit.

5
2.3 Perbandingan Daur Hidup Antara Marchantia dan Selaginella

Perbedaan utama proses pergiliran keturunan antara Selaginella dan


Marchantia, terletak pada ukuran sporofit dan gametofitnya. Pada sporofit
Marchantia ukuranya lebih kecil dibandingkan gemetofit dan hidupnya
menumpang atau parasit pada gemetofit. Sedangkan pada Selaginella sporofit
berukuran besar dan gametofit berukuran kecil lebih kurang 6-7 mm yang disebut
protalium. Pada Marchantia, gametofitnya berupa tumbuhan lumut, sedangkan
pada Selaginella, gametofitnya berupa protalium. Pada Marchantia, sporofitnya
berupa sporogonium, sedangkan pada Selaginella, sporofitnya berupa tumbuhan
paku.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Daur hidup Marchantia dimulai dari spora yang berkembang menjadi


protonema dan membentuk tumbuhan lumut. Pada tumbuhan lumut terdapat
anteridiun dan arkegonium yang nantinya akan menghasilkan sel sperma dan
sel telur. Kemudian sel sperma dan sel telur mengalami fertilisasi menjadi
zigot. Zigot berkembang menjadi sporogonium dan membentuk sporangium
yang nantinya akan menghasilkan sel induk spora. Sel induk spora akan
mengalami pembelahan meiosis sehingga menjadi spora.

Daur hidup Selaginella dimulai spora spora yang berkembang menjadi


protalium dan terdapat anteridiun dan arkegonium yang nantinya akan
menghasilkan sel sperma dan sel telur. Kemudian sel sperma dan sel telur
mengalami fertilisasi menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi tumbuhan
paku dan membentuk sporangium yang nantinya akan menghasilkan sel induk
spora. Sel induk spora akan mengalami pembelahan meiosis sehingga menjadi
spora.

Terdapat perbedaan antara daur hidup Marchantia dan Selaginella.


Proses pergiliran keturunan antara Selaginella dan Marchantia, terletak pada
ukuran sporofit dan gametofitnya. Pada sporofit Marchantia ukuranya lebih
kecil dibandingkan gemetofit dan hidupnya menumpang atau parasit pada
gemetofit.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat


menambah wawasan tentang Perbandingan Daur Hidup Marcantia Dan
Selaginella dengan membaca dari banyak literatur dan melihat video
pembelajaran tentang Perbandingan Daur Hidup Marcantia dan Selaginella.

7
DAFTAR RUJUKAN

Bell, P. R., 1992. Green Plants Their Origin and Diversity. Dioscorides Press,
Portland, Oregon. Halaman 102-124

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi. Jilid 3. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dewi, R. A. 2017. Perbandingan Daur Hidup Tumbuhan Lumut, Paku Berbiji.


[Online]. Diakses: 18 Maret 2020

Garud, B. D.. 2012. STUDY OF SELAGINELLA. Jaihind Collage.

Heidel, B. and J. Handley. 2006,. Selaginella selaginoides (L.) Beauv. ex Mart. &
Schrank (club spikemoss): a technical conservation assessment. [Online].
USDA Forest Service, Rocky Mountain Region. Available:
http://www.fs.fed.us/r2/projects/scp/assessments/selaginellaselaginoides.pdf

Solomon, E.P., Berg, L.R. & Martin, D.W. 2008. Biology 8th edition. USA :
Thomson Brooks/Cole.

Steenis, C G J, Van. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sulistyorini, A. 2009. Biologi 1. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan


Nasional.

Tjitrosomo, Siti Sutarni. 1984. Botani Umum. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai