Anda di halaman 1dari 18

PT.

KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1. DESKRIPSI KAWASAN


2.1.1. GEOGRAFIS
Secara geografi posisi astronomi Sulawesi Tengah terletak antara 2⁰ 22’ Lintang Utara
dan 3⁰ 48’ Lintang Selatan serta 199⁰ 22’ dan 124⁰ 22’ Bujur Timur. Posisi Geostrategis
Sulawesi Tengah berada di tengah wilayah nusantara dan di tengah Pulau Sulawesi,
berada di lintasan koridor perairan dari utara ke selatan menuju lautan pasifik (Selat
Makassar dan Laut Sulawesi).

Gambar 2.1.1. Peta Adminsitrasi Provinsi Sulawesi Tengah


Dengan luas wilayah daratan 63.305 km2 atau 6.330.466,82 ha atau luas wilayah daratan
tersebut adalah ¬36,47 persen dari luas Pulau Sulawesi.
Luas perairan laut Sulawesi Tengah mencapai 193.923,75 km2 dengan jumlah pulau
sebanyak 1.140 pulau dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-1
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Maluku dan Maluku Utara;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi
Tenggara;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Propinsi Sulawesi Barat.

2.1.2. TOPOGRAFI
Secara umum kondisi topografi di Sulawesi Tengah dirinci sebagai berikut :
a. Kemiringan 0 - 3 derajat sekitar 11,8 % ;
b. Kemiringan 3 - 15 derajat sekitar 8,9 % ;
c. Kemiringan 15 - 40 derajat sekitar 19,9 % ;
d. Kemiringan di atas 40 derajat sekitar 59,9 %.
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran wilayah Sulawesi Tengah
terbagi atas :
a. Ketinggian 0 m – 100 m = 20,2 % ;
b. Ketinggian 101 m – 500 m = 27,2 % ;
c. Ketinggian 501 m – 1.000 m = 26,7 %, dan
d. Ketinggian 1.001 m ke atas = 25,9 %.
Kondisi topografi pada lokasi pekerjaan merupakan dataran yang mempunyai ketinggian
200 ~ 500 m dari permukaan laut.

2.1.3. GEOLOGI
Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau – pulau sekitarnya dibagi menjadi
empat, yaitu; Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano – Plutonic Arc) sebagai
jalur magmatik yangmerupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah
(Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yangditumpangi batuan
bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt)
berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan
sedimen berumur Trias – Miosen dan yang keempat adalah Fragmen Benua Banggai –
Sula – Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan
pecahan benua yang berpindah kearah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.
Mandala Barat (West & North Sulawesi Volcano – Plutonic Arc) Mandala barat
memanjang dari lengan utara sampai dengan lengan selatan pulau Sulawesi. Secara

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-2
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
umum busur ini terdiri dari batuan volkanik – plutonik berusia Paleogen – Kuarter
dengan batuan sedimen berusia mesozoikum – tersier dan batuan malihan. Van Leeuwen
(1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatic dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat. Bagian antara memanjang dari Buol sampai
sekitar Manado, dan bagian barat dari Buol sampai sekitar Makassar.

Gambar 2.1.2 Peta Umum Geologi Pulau Sulawesi


a) Geomorfologi
Struktur dan Karakteristik geologi wilayah Sulawesi Tengah didominasi oleh
bentangan pegunungan dan dataran tinggi, yakni mulai dari wilayah Kabupaten Buol
dan Tolitoli, terdapat deretan pegunungan yang saling berangkai ke jajaran
pegunungan di Provinsi Gorontalo.
Di tengah wilayah Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong
terdapat tanah genting yang diapit oleh Selat Makassar dan Teluk Tomini, selain itu
sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan. Di selatan dan timur
yang mencakup wilayah Kabupaten Poso, Tojo Unauna, Morowali dan Banggai,
berjejer deretan pegunungan yang sangat rapat seperti Pegunungan Tokolekayu,
Verbeek, Tineba, Pampangeo, Fennema, Balingara, dan Batui. Sebagian besar dari

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-3
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
daerah pegunungan itu mempunyai lereng yang terjal dengan kemiringan di atas 45
derajat.

Gambar 2.1.3. Peta Geologi Sulawesi Tengah


Mandala Tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) Wilayah Palu – Koro,
Sulawesi Tengah terdiri dari batuan magmatik potassic calc-alkaline berusia akhir
Miosen di Sulawesi Tengah terdapat di bagian kiri bentangan zona sesar Palu – Koro,
dimana batuan granit di wilayah tersebut berkorelasi dengan subduksi microcontinent
Banggai – Sulawesi dengan Pulau Sulawesi pada pertengahan Miosen. Berdasarkan
aspek petrografi, batuan granit berumur Neogen tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok dari yang paling tua sampai dengan yang termuda untuk
melihat karakteristik perubahannya di masa mendatang. Pertama adalah KF-
megacrystal bantalan granit yang kasar (Granitoid-C) yang terdistribusi di bagian utara
dan selatan wilayah Palu – Koro yang berumur 8,39-3,71 Ma, dimana dua
karakteristik petrografi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biotit yang

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-4
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
mengandung granit dan hornblende sebagai mineral mafik (4,15-3,71 Ma dan 7,05-
6,43Ma) dan biotit yang mengandung granit sebagai mineral mafik utama (8,39-
7,11Ma). Kelompok kedua adalah batuan granit medium mylonitic – gneissic
(Granitoid-B) yang relatif terdapat di daerah pusat (sekitar Palu-Kulawi) berupa
medium grained granitoids yang kadang – kadang mengandung xenoliths. Batuan
granit ini juga dapat dibagi lagi menjadi hornblende – biotit yang terdistribusi di
bagian selatan (Saluwa – Karangana) sekitar 5,46-4,05 Ma dan granit bantalan biotit
yang berumur 3,78-3,21 Ma di sekitar Kulawi. Kelompok ketiga adalah Fine and
biotite – poor granitoid (Granitoid-A) kelompok batuan termuda yang tersebar di
daerah Palu – Koro sekitar 3,07-1,76 Ma, yang nampak sebagai dyke kecil hasil
potongan dari granit lain.Batuan tersebut berwarna putih bersih mengandung sejumlah
biotites sebagai mineral mafik tunggal, kebanyakan batuan tersebut terlihat diantara
daerah Sadaonta dan Kulawi.
b) Stratigrafi
Stratigrafi Sulawesi Tengah didominasi oleh batuan Neogen, tetapi di dalamnya
termasuk juga formasi batuan yang berumur Jura. Geologi daerah batuan bekudan
metamorf, termasuk batuan sedimen yang sedikit termetamorfkan. Litologi
mengindikasikan adanya tektonik aktif diarea ini.Batuan tertua di daerah penelitian
adalah Formasi yang berumur Kapur.
Formasi lainnya terdiri atas napal, batu pasir gampingan, napal tufaan, dan batu
gamping pasiran bersisipan tufa. Formasi ini mernpunyai Anggota Tapalang (Tmmt)
yang terdiri dari batu gamping koral, batu gamping bioklastik, dan napal yang banyak
mengandung moluska. Formasi Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan mikaan,
batulempung, bersisipan kalkarenit, konglomerat dan tuf, umurnya Mieseh Akhir –
Pliosen awal. Endapan termuda adalah aluvium (Qal) yang terdiri dari endapan
endapan sungai, pantai, dan antar gunung.

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-5
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN

Gambar 2.1.4. Stratigrafi Sulawesi Tengah

Stratigrafi Banggai Cekungan Banggai terbagi menjadi dua periode waktu, periode
pertama berupa sikuen hasil pengangkatan/sobekan dari batas kontinen yang
terendapkan sebelum terjadinya tumbukan, sedangkan periode kedua adalah sikuen
pengendapan molasse di bagian daratan yang terjadi selama dan pasca tumbukan.

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-6
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN

Gambar 2.1.5. Stratigrafi Banggai Sulawesi Tengah


c) Struktur dan Tektonika
Sulawesi atau celebes terletak di bagian tengah wilayah kepulauan Indonesia dengan
luas wilayah 174.600 km². Bentuknya yang unik menyerupai huruf K dengan empat
semenanjung, yang mengarah ketimur, timur laut, tenggara dan selatan. Sulawesi
berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di sebelah utara, Flores di sebelah
selatan, Timor di sebelah tenggara dan Maluku di sebelah timur. Sulawesi dan
sekitarnya merupakan daerah yang kompleks karena merupakan tempat pertemuan
tiga lempeng besar yaitu; Lempeng Indo – Australia yang bergerak ke arah utara,
Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat dan Lempeng Eurasia yang bergerak ke
arah selatan-tenggara serta lempeng yang lebih kecil yaitu Lempeng Filipina.
Sulawesi mempunyai banyak model tektonik yang sudah diajukan untuk menjelaskan
evolusi tektonik dari Pulau Sulawesi. Ada dua peristiwa penting yang terjadi di
Sulawesi bagian barat pada masa kenozoikum.
- Yang pertama adalah rifting dan pemekaran lantai samudera di Selat Makassar
pada Paleogen yang menciptakan ruang untuk pengendapan material klastik yang
berasal dari Kalimantan.

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-7
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
- Yang kedua adalah peristiwa kompresional yang dimulai sejak miosen. Kompresi
ini dipengaruhi oleh tumbukan kontinen di arah barat dan ofiolit serta fragmen-
fragmen busur kepulauan di arah timur.
Fragmen – fragmen ini termasuk mikro – kontinen Buton,Kompresi ini menghasilkan
Jalur Lipatan Sulawesi Barat (West Sulawesi Fold Belt) yang berkembang pada
Pliosen Awal. Meskipun ukuran fragmen – fragmen ini relatif kecil, efek dari
koalisinya dipercaya menjadi penyebab terjadinya peristiwa-peristiwa tektonik
diseluruh bagian Sulawesi.

Gambar 2.1.6. Perkembangan Tektonik Sulwesi (Hall dan Smyth, 2008)

Selama Kapur Akhir sikuen tebal sedimen bertipe flysch diendapkan didaerah yang
luas di sepanjang daerah Sulawesi bagian barat. Sedimen ini ditindih oleh kompleks
melange di bagian selatan dan kompleks batuan dasar metamorf di bagian tengah dan
utara . Sedimen umumnya berasosiasi dengan lava dan piroklastik yang
mengindikasikan bahwa batuan ini berasal dari busur kepulauan vulkanik dan
diendapkan di daerah cekungan depan busur. Pada saat yang sama, daerah sulawesi
bagian timur berkembang sebagai cekungan laut dalam, tempat sedimen pelagic
diendapkan sejak zaman Jura di atas batuan dasar ofiolit. Besar kemungkinan jika

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-8
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
cekungan laut dalam Kapur ini dipisahkan oleh sebuah palung dari daerah Sulawesi
Bagian Barat. Palung tersebut kemungkinan terbentuk akibat subduksi ke arah barat,
tempat Melange Wasuponda berakumulasi. Subduksi ini menyebabkan terjadinya
magmatisme di sepanjang daerah Sulawesi Bagian Barat. Batuan metamorf yang ada
di Sulawesi Bagian Barat diyakini terjadi selama subduksi Kapur ini. Daerah Banggai-
Sulawesi Tengah merupakan bagian dari paparan benua sejak Mesozoikum awal,
dimana diendapkan klastik berumur Trias akhir hingga Kapur. Batuan dasar benua
terdiri dari batuan metamorf zaman karbon dan plutonik Permo – Trias.
Pada bagian yang lebih distal diendapkan Satuan Napal di lingkungan middle neritic.
Transgresi terus terjadi sehingga Cliendapkan Satuan Batu gamping pada lingkungan
laut dangkal diatas Satuan Batu pasir – Batu lempung, sementara Satuan Napal terus
terendapkan. Transgresi terus terjadi hingga Oligosen Tengah sehingga daerah
sulawesi ditutup elleli Satuan Napal pada lingkungan upper batnyal. Pada saat Miosen
Awal, pergerakan sinistral Sesar Palu – Koro dan WaIanae menyebabkan terjadinya
gaya utama berarah barat laut pada daerah sulawesi. Gaya ini membentuk orogenesa
didaerah sulawesi berupa lipatan, sesar sesar naik berarah barat daya – timurlaut, dan
sesar – sesar mendatar berarah barat laut – tenggara dan barat barat laut – timur
tenggara, sebagai struktur – struktur pembentuk sistem sesar anjakan – lipatan.
Kompresi yang terjadi cukup kuat karena mengangkat batuan dasar yaitu Satuan
Batuan Metamorf (Formasi Latimojong) ke permukaan. Orogenesa di daerah Sulawesi
ini disertai proses erosi. Memasuki Miosen Tengah aktivitas tektonik terhenti dan
terjadi aktivitas vulkanik yang mengendapkan Satuan Lava Andesit – Basalt.
Vulkanisme berhenti pada Pliosen. Pasca pengendapan Satuan Lava Andesit – Basalt
aktivitas tektonik kembali terjadi yang mereaktivasi sesar – sesar yang sudah ada
sehingga satuan lava tersebut terpotong oleh sesar. Pada saat Holosen – Resen
terendapkan satuan aluvial disertai proses erosi yang membentuk morfologi daerah
sulawesi seperti sekarang. Sesar yang ada kemungkinan terhenti sebelum Kuarter
karena sesar tidak memotong lapisan berumur Kuarter.

Tabel 2.1.1. Sesar – sesar di daerah Sulawesi dan sekitarnya

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

Halaman |2-9
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN

Gambar 2.1.7. Zona Batas Lempeng Indonesia (Hall and Smyth, 2008)

d) Sumber Daya Mineral


Sumberdaya bahan galian dan mineral yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah
antara lain bahan galian golongan A (strategis) antara lain minyak dan gas bumi,
batubara dan nikel; bahan galian golongan B (vital) antara lain emas, molibdenum,
chronit, tembaga dan belerang; dan bahan galian golongan C (bukan strategis dan

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 10
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
vital) antara lain sirtukil, granit, marmer, pasir kuarsa, pasir besi, lempung dan
sebagainya.
Potensi pertambangan bahan galian golongan A berupa minyak dan gas bumi terletak
di kabupaten Banggai dan Morowali, gas alam beralokasi di kabupaten Banggai yang
pada saat ini sedang dalam tahap eksplorasi. Untuk batubara yang berlokasi di
kabupaten Morowali dan Banggai Kepulauan saat ini dalam tahap eksploitasi,
sedangkan potensi nikel berlokasi di Morowali, Banggai dan kabupaten Tojo Una-Una
masih pada tahap eksplorasi. Namun ada pula potensi yang masih bersifat indikasi
yaitu Galena (Timah hitam) yang terdapat di kabupaten Donggala, Toli-toli dan
kabupaten Poso dan sedang dalam tahap eksplorasi yang berlokasi di Minahaki,
Serono I Matindak oleh PT. Union Texas, Serono II oleh PT. Expan dan Pertamina,
Sinorang I dan Dongin oleh Pertamina. Di lapangan Tiaka juga terdapat cadangan
minyak bumi sebesar 110 juta barrel, sedangkan di Sinorang kecamatan Batui terdapat
cadangan gas sebanyak 4 trilyun kubik (TFC) yang dapat dimanfaatkan untuk industri
petro kimia, elpiji, bahan bakar pabrik dan pembangkit listrik serta gas.

2.1.4. IKLIM
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah
membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta
sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan
September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah
hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan
terendah di Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan
tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai
16 sampai 22' Celsius.

2.2. ADMISTRASI PEMERINTAHAN


Provinsi Sulawesi Tengah terbentuk melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang undang
(PERPU) No. 2 Tahun 1964 tentang pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah dengan Ibu Kota
Palu, yang meliputi 4 (empat) buah Kabupatenyaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso,
Kabupaten Buol Tolitoli dan Kabupaten Banggai. Selanjutnya ditetapkan sebagai provinsi yang
otonom berdiri sendiri yang disahkan dengan UU Nomor 13 tanggal 23 September 1964.

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 11
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
Pemekaran jumlah kabupaten dan Kota selanjutnya ditetapkan berdasarkan UU No. 4 Tanggal 12
Oktober 1994 tentang pembentukan Kota Palu, selanjutnya diterbitkan UU No. 11 Tahun 2000
tentang perubahan atas UU No. 51 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali
dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2002 dibentuk Kabupaten Parigi Moutong dan pada tanggal 21 Juli
2008 terbentuk Kabupaten Sigi yang ditetapkan berdasarkan UU No. 27 tahun 2008. Pada tahun
2013 terbentuk lagi 2 (dua) kabupaten baru yang ditetapkan berdasarkan UU No. 5 Tahun 2013
yaitu Kabupaten Morowali Utara dan Kabupaten Banggai Laut.
Hingga akhir tahun 2015, Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas 12 kabupaten dan 1 kota, 147
kecamatan, dan 2017 desa/ kelurahan. Provinsi ini memiliki luas daratan 61.841,29 km2 (BPS
2010), dengan jumlah penduduk 2.876.689 jiwa pada tahun 2015, dengan tingkat kepadatan
penduduk 47 jiwa/ km2.

Gambar 2.2.1. Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Tengah


Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2015, Provinsi Sulawesi Tengah
terdiri atas 12 Kabupaten dan 1 Kota yang memiliki luas wilayah daratan sebagai berikut :

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 12
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
Tabel 2.2.1. Kabupaten Kota dan Luas Wilayah Daratan Provinsi Sulawesi Tengah
Luas Wilayah
No. Kabupaten Kota Ibu Kota
(km²)

1. Kabupaten Banggai Luwuk 9,672.70

2. Kabupaten Banggai Kepulauan Salakan 2,448.79

3. Kabupaten Banggai Laut Banggai 725.67

4. Kabupaten Buol Buol 4,043.57

5. Kabupaten Donggala Donggala 4,275.08

6. Kabupaten Morowali Bungku 3,037.04

7. Kabupaten Morowali Utara Kolonedale 10,004.28

8. Kabupaten Parigi Moutong Parigi 5,089.91

9. Kabupaten Poso Poso 7,112.25

10. Kabupaten Sigi Sigi Biromaru 5,196.02

11. Kabupaten Tojo Unauna Ampana 5,721.15

12. Kabupaten Tolitoli Tolitoli 4,079.77

13. Kota Palu Palu 395.06

2.3. SOSIAL, EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN


1. Kependudukan
Dari segi demografi, pada tahun 1971 jumlah penduduk Sulawesi Tengah tercatat 914 ribu
jiwa, tahun 1980 jumlahnya meningkat menjadi 1,28 juta jiwa, kemudian meningkat lagi
menjadi 1,71 juta jiwa pada tahun 1990, dan pada tahun 2000 penduduk Sulawesi Tengah
mencapai 2,176 ribu jiwa. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun selama periode
1971-1980 adalah sebesar 3,87 persen kemudian menurun menjadi 2,87 persen pada periode
1980-1990 dan turun lagi menjadi 2,52 persen pada periode 1990-2000. Laju pertumbuhan
penduduk terus mengalami penurunan hingga tahun 2010 dimana periode 2000-2010
mencapai laju pertumbuhan mencapai 1,95 persen dengan jumlah penduduk pada tahun 2010
mencapai 2,64 juta jiwa. Kemudian tahun 2015 penduduk Sulawesi Tengah mencapai 2,88
juta jiwa.

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 13
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
Data di atas berdasar hasil registrasi sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi
Sulawesi Tengah tahun 2015, dengan uraian terdiri dari laki-laki sebanyak 1.446.890 jiwa dan
perempuan sebanyak 1.384.393 jiwa.
2. Kejadian Bencana
Bencana alam berupa banjir, tanah longsor, kebakaran, angin topan maupun gelombang
pasang yang mengakibatkan kerugian harta benda maupun jiwa yang tercatat dan merupakan
bencana alam yang tergolong besar.
Kejadian bencana alam menurut jenis bencana dari tahun 2010 – 2016 adalah sebagai berikut :

3. Ekonomi
1. PDRB Menurut Lapangan Usaha
1) Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2016 (c-to-c)
Perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2016 tumbuh sebesar 9,98 persen.
Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha, kecuali lapangan usaha konstruksi
yang mengalami perlambatan. Industri Pengolahan merupakan lapangan usaha yang
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 35,12 persen, diikuti Pertambangan dan
Penggalian sebesar 35,08 persen dan Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 17,66
persen.

Gambar 2.3.1. Grafik Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2016
Struktur perekonomian Sulawesi Tengah menurut lapangan usaha tahun 2016
didominasi oleh tiga lapangan usaha yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
(29,56 %), Konstruksi (12,87 %) dan Industri Pengolahan (11,87 %).

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 14
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun
2016, Pertambangan dan Penggalian memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar
3,91 %, diikuti Industri Pengolahan dan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan masing-
masing sebesar 3,44 % dan 0,76 %.

Gambar 2.3.2. Grafik Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha


1) Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (y-on-y)
Pada triwulan IV-2016 Ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 3,80 % bila dibandingkan
triwulan IV 2015 (y-on-y). Pertumbuhan positif terjadi pada seluruh lapangan usaha
kecuali pada lapangan usaha Konstruksi yang tumbuh negatif. Jasa Keuangan dan
Asuransi merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar
23,04 %, diikuti Pertambangan dan Penggalian yang tumbuh sebesar 9,03 %.
Struktur perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2016 didominasi oleh tiga
lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (29,75 %);
Konstruksi (12,68 %) dan Pertambangan dan Penggalian (11,84 %).
Sementara itu, sumber utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah Triwulan IV-
2016 adalah Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,16 % diikuti Industri
Pengolahan sebesar 0,90 %, dan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 0,81
%.
2) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan III-2016 (q-to-q)
Ekonomi Sulawesi Tengah triwulan IV-2016 mengalami peningkatan 1,83 % bila
dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Hal ini didorong oleh meningkatnya
aktivitas transaksi jasa keuangan di kuartal akhir 2016 serta menggeliatnya bisnis

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 15
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
properti. Sehingga terjadi peningkatan pada Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan
Asuransi yang tumbuh 8,35 %, diikuti Lapangan Usaha Real Estate yang tumbuh
6,12 % dan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang tumbuh
sebesar 3,92 %.

2. PDRB Menurut Pengeluaran


1) Pertumbuhan Ekonomi 2016 Terhadap 2015
Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahun 2016 terhadap tahun 2015 terjadi
pada seluruh komponen. Pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Ekspor sebesar
110,66 %; diikuti Komponen Impor sebesar 106,43 %; dan Komponen Perubahan
Inventori sebesar 32,05 %.
Struktur PDRB Sulawesi Tengah menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku
tahun 2016 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir
masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang
mencakup hampir separuh PDRB Sulawesi Tengah. Komponen lainnya yang
memiliki peranan besar terhadap PDRB secara berturut-turut adalah Pembentukan
Modal Tetap Bruto; Ekspor Barang dan Jasa; Pengeluaran Konsumsi Pemerintah;
dan Impor Barang dan Jasa; sedangkan Perubahan Inventori dan Pengeluaran
Konsumsi LNPRT relatif kecil.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah Tahun
2016, maka Komponen Ekspor Barang dan Jasa merupakan komponen dengan
sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 10,84 %, diikuti komponen Konsumsi
Rumah Tangga sebesar 3,10 %, dan PMTB % 2,70 %.
2) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (y-on-y)
Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2016 terhadap triwulan
IV-2015 terjadi pada seluruh komponen kecuali Konsumsi Pemerintah. Pertumbuhan
tertinggi dicapai Komponen Ekspor barang dan Jasa sebesar 68,49 %; diikuti
Komponen Perubahan Inventori sebesar 13,51 %; dan Komponen PMTB sebesar
9,17 %.
Struktur PDRB Sulawesi Tengah menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku
triwulan IV-2016 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan
akhir masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang
mencakup hampir separuh dari PDRB Sulawesi Tengah.

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 16
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB secara berturut-
turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto; Ekspor Barang dan
Jasa; Pengeluaran Konsumsi Pemerintah; dan Impor Barang dan Jasa; sedangkan
Pengeluaran Perubahan Inventori dan Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah
Tangga (LNPRT) perannya relatif kecil.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah triwulan
IV-2016 (y-on-y), maka Komponen Ekspor Barang dan Jasa merupakan komponen
dengan sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 8,80 %, diikuti komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 3,85 %; sedangkan Konsumsi Rumah
Tangga sebesar 3,07 %.
3) Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan III-2016 (q-to-q)
Ekonomi Sulawesi Tengah triwulan IV2016 terhadap triwulan III-2016 (q-to-q)
mengalami pertumbuhan sebesar 1,83 persen. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
yang terjadi di seluruh komponen. Komponen PMTB mengalami pertumbuhan
terbesar yaitu 7,78 % diikuti Impor Barang dan Jasa, Konsumsi Pemerintah dan
Ekspor Barang dan Jasa yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,24 %, 5,87 % dan
4,44 %.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah triwulan
IV-2016 (q-to-q), maka Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto merupakan
komponen dengan sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 3,25 %, diikuti
komponen Konsumsi Rumah Tangga sebesar 1,04 %; sedangkan Ekspor Barang dan
Jasa sebesar 0,90 %.
2.4. TRANSPORTASI
Dalam rangka aksesibilitas dan mobilitas kegiatan ekonomi dari dan ke kantong-kantong produksi,
peranan dan ketersediaan infrastruktur sangat urgen. Pada tahun 2016 kondisi infrastruktur jalan
yaitu:
1. Panjang Jalan Nasional 2.373.40 Km; terdiri dari jalan Baik sepanjang 1.416,13 km (64,90%),
Sedang sepanjang 611,58 km (28,03%), jalan tidak mantap sepanjang 76,76 km (3,52%) dan
Rusak Berat sepanjang 77,48 km (3,55%).
2. Panjang Jalan Propinsi 1.619,26 Km; terdiri dari jalan Baik sepanjang 196,81 km (12,15%),
Sedang sepanjang 645,89 km (39,89%), jalan tidak mantap sepanjang 200,87 Km (12,41%)
dan Rusak Berat sepanjang 77,48 km (35,55%).

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 17
PT. KHARISMA KARYA
bekerjasama dengan
PT. IRAYA KONSULTAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
Dari sisi perhubungan laut; dalam rangka menunjang kelancaran pelayaran angkutan laut di
Propinsi Sulawesi Tengah, terdapat 18 (delapan belas) pelabuhan laut yakni 3 (tiga) pelabuhan
yang diusahakan yaitu Pelabuhan Pantoloan, Donggala dan Pelabuhan Laut Tolitoli. Terdapat 15
(lima belas) pelabuhan yang tidak diusahakan yaitu Pelabuhan Banggai, Salakan, Bunta, Pagimana,
Luwuk, Kolonodale, Poso, Ogoamas, Wani, Leok, Parigi, Moutong, Ampana, Wakai dan Dolong
Popoli.
Dari segi perhubungan udara; Bandar Udara Mutiara Palu merupakan pintu gerbang utama masuk
di Sulawesi Tengah. Pemerintah daerah saat ini telah menyiapkan pengembangan Bandar Mutiara
Palu agar dapat didarati pesawat yang berbadan besar, tidak terbatas hanya mampu melayani
pesawat jenis Boeing MD 80 / MD 82 / MD 83, Boeing 737-300 / 200, Fokker 28 / 100. Selain itu,
di beberapa kabupaten terdapat pula Bandar Udara untuk penerbangan perintis seperti Bandar
Udara Syukuran Aminudin Amir di Kabupaten Banggai yang dapat melayani jenis pesawat Boeing
737/200, Cassa 212, Fokker 100, 28, dan Fokker 27, Bandar Udara Lalos di Kabupaten Tolitoli dan
Bandar Udara Pogogul di Buol.

Pekerjaan Desain Penanganan Lokasi Khusus Tertentu Dan Rawan Kecelakaan

H a l a m a n | 2 - 18

Anda mungkin juga menyukai