Anda di halaman 1dari 161

MANAJEMEN HUMAS

PADA LEMBAGA PENDIDIKAN

Tim Penulis :
Juhji, S.Pd., M.Pd.
Dr. dr. Bernadheta Nadeak, M.Pd.
Opan Arifudin., S.Pd, M.Pd.
Marwidin Mustafa, S.Sos.I.
Dr. Wahyuni Choiriyati, S.Sos.,M.Si.
Ita Musfirowati Hanika S.A.P, M.I.Kom.
Rahman Tanjung, SE, MM.
Dra. Gracia Rachmi Adiarsi, MM.
MANAJEMEN HUMAS PADA LEMBAGA PENDIDIKAN

Juhji, Bernadheta Nadeak, Opan Arifudin, Marwidin Mustafa,


Wahyuni Choiriyati, Ita Musfirowati Hanika,
Rahman Tanjung, Gracia Rachmi Adiarsi

Desain Cover:
Ridwan

Tata Letak:
Aji Abullatif. R

Proofreader:
Novisa Vitania

ISBN: 978-623-93255-0-3

Cetakan Pertama:
Maret 2020

Hak Cipta 2020, Pada Penulis

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright © 2020
by Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Website: www.penerbitwidina.com
Instagram: @penerbitwidina
Facebook: Penerbit Widina
E-mail: penerbitwidina@gmail.com

ii
PENGANTAR EDITOR
Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis sebagai
bagian dari upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, selanjutnya yang
menjadi salah kunci sukses sebuah lembaga pendidikan berhasil
menjalankan tugas dan perannya adalah terdapatnya kemampuan
lembaga pendidikan dalam membina hubungan baik antara lembaga
pendidikan dengan lingkungan atau masyarakatnya. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan yang tidak dapat memanfaatkan dan melibatkan
bidang hubungan masyarakat dalam pengelolaan lembaga pendidikannya,
akan tertinggal karena tidak mampu menyerap dan menyebarkan
informasi yang strategis baik bagi institusi atapun masyarakat
lingkungannya (Public).
Aktifitas Hubungan masyarakat pada lembaga pendidikan secara
substasi dapat dimakani sebagai sarana komunikasi dua arah atau dikenal
dengan istilah two way traffic communication antara lembaga pendidikan
dengan masyarakatnya, sekaligus sebagai bentuk upaya yang dilakukan
oleh lembaga pendidikan dalam rangka menjalin simbiosis dan sinergi
demi tercapainya proses pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan
yang lebih baik. Selain itu, hubungan masyarakat juga dapat dimaknai
sebagai upaya untuk membangun hubungan baik dan kesepahaman
(Mutual understanding) antara lembaga pendidikan dengan
masyarakatnya (Public), salah satunya dilakukan melalui proses pelibatan
masyarakat (Public) dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti
dalam bentuk keterbukaan informasi publik, penerimaan saran dan kritik
dan hal lain yang berkaitan dengan proses penyampaian informasi positif
dari lembaga pendidikan kepada masyarakat atau sebaliknya dari
masyarakat terhadap lembaga pendidikan.
Dengan demikian untuk menjembatani kepentingan kedua pihak
tersebut diperlukan satu bidang khusus yang membidangi aktifitas
hubungan masyarakat dikelola dengan baik, professional, efektif dan
efisien demi tercapainya tujuan organisasi lembaga Pendidikan, dan yang
paling strategis adalah terciptanya hubungan baik dan kesepahaman
(Mutual understanding) antar stakeholders, yang terdiri dari pimpinan

iii
lembaga pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan
masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Buku yang ada di tagan para pembaca ini sangat layak dimiliki dan
dibaca karena mengupas tuntas masalah hubungan masyarakat di sekolah
dari berbagai sudut pandang, sehingga harapannya pembaca dapat
mengenali, menambah ilmu dan wawasan serta menjadi acuan berharga
bagi para pengelola lembaga pendidikan dan stakeholders-nya dalam
mengembangkan manajemen hubungan masyarakat untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas dan dapat memenuhi tuntutan zaman

Bandung, Maret 2020

DR. A. Saeful Bahri, M. Ag.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualiakum. wr. Wb.

Salam literasi,

Syukur Alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidaya-Nya kepada kita. Karena izin-Nya
pula buku yang berjudul “Manajemen Humas Pada Lembaga Pendidikan”
ini telah berhasil diterbitkan. Tulisan-tulisan yang ada dalam buku ini
merupakan kumpulan buah pemikiran dari para dosen, peneliti dan
praktisi yang memiliki kompetensi dan kapasitas pada bidangnya masing-
maisng, terutama bidang Humas dan Manajemen Pendidikan.
Selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa, penerbitan buku
kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen kami sekaligus bentuk
kontribusi terhadap perkembangan dunia litarasi dan publikasi ilmiah di
Indonesia. selain itu, buku kolaborasi ini juga menjadi bagian dari visi kami
untuk berperan sebagai mitra sekaligus media diseminasi gagasan dan
pemikiran para Dosen, peneliti ataupun praktisi di Indonesia. Adapun
materi yang disaijkan melalui buku ini terdiri dari berbagai konsep dan
teori tentang manajemen humas sekolah yang tersusun secara terstruktur
dan sistematis mengikuti pedoman pembelajaran matakuliah di perguruan
tinggi. Selain itu, buku ini juga menyajikan berbagai teori dan konsep
tentang bagaimana humas sekolah berperan dalam rangka merencanakan,
mengelola dan mempertahankan hubungan baik antara sekolah dengan
masyarakat, baik internal ataupun eksternal.
Selanjutnya, buku ini juga membahas tentang perangkat media
humas yang bisa digunakan sebagai alat bantu sekolah dalam rangka
melaksankan aktifitas kehumasannya, termasuk didalamnya memabahas
tentang bagaimana strategi, tahapan dan langakah-langkah pengadaan
media humas yang efektif dan efisien.
Harapannya, buku ini dapat menjadi referensi dan sekaligus
menjadi pedoman baik dalam proses pembelajaran atapun dalam praktik

v
pengelolaan humas di sekolah. Oleh karena itu, semoga buku ini dapat
bermanfaat dan dapat diterima oleh masyarakat luas, sekaligus
berkontribusi bagi perkembangan dunia literasi dan pendidikan indonesia.

Pimpinan Penerbit

Elan Jaelani

vi
DAFTAR ISI

PENGANTAR EDITOR............................................................. iii


KATA PENGANTAR ................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................... vii
BAB 1 DEFINISI, PERKEMBANGAN, FUNGSI, DAN PERAN HUMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN ...................................................... 2
A. Pendahuluan .................................................................... 2
B. Definisi humas lembaga pendidikan ................................. 4
C. Perkembangan humas lembaga pendidikan ..................... 6
D. Fungsi humas lembaga pendidikan ................................... 7
E. Peran humas lembaga pendidikan .................................. 10
F. Rangkuman materi .......................................................... 15
BAB 2 PERAN MANAJEMEN HUMAS DI LEMBAGA
PENDIDIKAN.................................................................... 20
A. Pendahuluan .................................................................. 20
B. Hakikat manajemen kehumasan pendidikan .................. 21
C. Tujuan dan fungsi manajemen hubungan
masyarakat pendidikan .................................................. 23
D. Strategi manajemen humas pendidikan ......................... 27
E. Jenis-jenis hubungan sekolah dengan masyarakat ......... 29
F. Teknik-teknik hubungan masyarakat dalam
lembaga pendidikan ........................................................ 30
G. Kesimpulan ...................................................................... 33
BAB 3 TUGAS DAN KEWAJIBAN HUMAS
PADA LEMBAGA PENDIDIKAN .......................................... 38
A. Pendahuluan ................................................................... 38
B. Fungsi hubungan masyarakat ......................................... 42
C. Tugas dan kewajiban hubungan masyarakat .................. 44
D. Rangkuman ..................................................................... 48
BAB 4 JENIS KEGIATAN HUMAS PADA LEMBAGA
PENDIDIKAN.................................................................... 52
A. Pendahuluan ........................................................... 52
vii
B. Humas dan lembaga pendidikan ............................. 54
C. Hubungan lembaga pendidikan
dengan masyarakat..................................................54
D. Kegiatan humas di lembaga pendidikan ..................55
E. Kriteria petugas humas ..........................................57
F. Rangkuman ............................................................. 59
BAB 5 TEKNIK MANAJEMEN HUMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN ............................................ 64
A. Pendahuluan ................................................................... 64
B. Manajemen humas lembaga pendidikan........................ 68
C. Teknik manajemen humas
Lembaga pendidikan ....................................................... 71
D. Teknik operasional manajemen humas deroche ............ 75
E. Rangkuman materi .......................................................... 82
BAB 6 PROGRAM KERJA HUMAS PADA
LEMBAGA PENDIDIKAN............................................. 86
A. Pendahuluan ................................................................... 86
B. Manajemen strategis humas lembaga pendidikan ......... 92
C. Studi kasus manajemen strategis humas
di lembaga pendidikan formal “abc” .............................. 98
D. Program humas lembaga pendidikan ............................. 99
E. Evaluasi humas lembaga pendidikan ............................ 109
BAB 7 BENTUK HUBUNGAN MASYARAKAT
DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ............................ 116
A. Pendahuluan ................................................................. 116
B. Pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat ..... 119
C. Peran orang tua atau masyarakat terhadap
peserta didik di sekolah ................................................ 120
D. Jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat ............. 123
E. Peranan media komunikasi dalam
hubungan sekolah dan masyarakat .............................. 123
F. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan .................... 124
G. Rangkuman ................................................................... 128

viii
BAB 8 PERAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA
HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN .............................. 132
A. Pendahuluan ................................................................. 132
B. Teknologi informasi....................................................... 133
C. Public relations (humas) ............................................... 135
D. Humas pada lembaga pendidikan ................................. 137
E. Penggunaan teknologi informasi oleh humas .............. 140
F. Rangkuman ................................................................... 148

ix
x
xi
BAB 1
DEFINISI,
PERKEMBANGAN, FUNGSI,
DAN PERAN HUMAS LEMBAGA
PENDIDIKAN
Juhji, S.Pd,.M.Pd
Universitas Islam Negeri Sultan Hasanuddin Banten

A. PENDAHULUAN
Hubungan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan sebutan
humas memiliki peran yang penting dalam sebuah lembaga
pendidikan atau sekolah. Keberadaannya menjadi trend
dalam dunia manajemen di Indonesia, ditandai dengan
dibentuknya divisi humas baik dalam perusahan profit maupun non
profit. Demikian juga dalam lembaga pendidikan, dikenal wakil kepala
sekolah bidang hubungan masyarakat (humas). Keberadaannya sangat
penting karena ia sebagai penghubung bagi lembaga pendidikan
dengan masyarakat dalam memperkenalkan lembaga yang dikelolanya
seperti memperkenalkan program-program ungulan yang akan
dicapai, mempromosikan lembaga pendidikan kepada para pengguna
(masyarakat), menunjukkan keberhasilan peserta didik kepada
khalayak ramai khususnya pada orang tua peserta didik.
Peranan humas lembaga pendidikan di era revolusi industri
4.0 saat ini sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tata
kelola lembaga pendidikan yang bermutu. Munculnya beberapa
lembaga pendidikan baru di sebuah lingkungan masyarakat tentunya
menjadi tantangan baru dalam mempromosikannya baik di
masyarakat sekitar maupun luar. Hal ini juga sekaligus menjadi
ancaman bagi lembaga pendidikan lama yang berlokasi tidak jauh dari
lembaga pendidikan baru. Di sinilah humas lembaga pendidikan
dituntut berperan secara profesional bagaimana ia mampu dalam
teknis maupun pengelolaan hubungan masyarakat.
Secara teknis, humas lembaga pendidikan mewakili seni
kehumasan seperti menulis, mengambil gambar, mengedite,
memberikan komentar, membuat event khusus, melakukan kontak
telepon dengan media, dan menangani produksi komunikasi. Seni
kehumasan ini diperlukan bagi seseorang yang diberikan
tanggungjawab untuk mengelolanya agar pesan komunikasi yang
disampaikan benar-benar dapat diketahui dan dipahami oleh
masyarakat atau pun orang tua peserta didik sehingga mendapatkan
citra positif dari masyarakat.
Pengelolaan humas lembaga pendidikan berfokus pada
kegiatan yang membantu lembaga pendidikan dalam mengidentifikasi
dan memecahkan masalah terkait kehumasan seperti bagaimana
mempromosikan lembaganya kepada masyarakat agar masyarakat
percaya dan yakin menyekolahkan anaknya di lembaga tersebut. Di
sini tergambar bahwa manajer humas mempunyai peran sebagai

Pada Lembaga Pendidikan |3


konsultan, fasilitator komunikasi, dan fasilitator pemecah masalah
(Lattimore, 2010). Sebagai konsultan, humas lembaga pendidikan
mengemban amanat yang begitu besar dalam menunjang
keberlangsungan lembaga, menjaga kualitas lembaga, serta ikut
mencarikan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi sehingga
mendapatkan citra positif dari masyarakat.
Pada bab ini, akan diuraikan pengertian humas lembaga
pendidikan, perkembangan humas lembaga pendidikan, fungsi humas
lembaga pendidikan, dan peran humas lembaga pendidikan.

B. DEFINISI HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Humas merupakan kependekan dari “Hubungan Masyarakat”.
Dalam bahasa Inggris, humas diberi sebutan public relations, yaitu
kegiatan komunikasi khusus yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam upaya penyebaran informasi sesuai tujuan
yang diinginkan. Di Indonesia sebagai negara berkembang, humas
belum memiliki makna yang sangat penting dalam putaran roda
organisasi khususnya di lembaga pendidikan. Jauh berbeda dengan
negara-negara maju, utamanya Amerika Serikat dimana humas dapat
diterjemahkan dengan pendekatan disiplin ilmu yang berbeda. Dalam
kurun waktu 10 tahun (1970-1980) tercatat 2000 definisi humas
(Cutlip, 2000). Namun pada pembahasan ini hanya disajikan beberapa
definisi saja. Definisi humas diartikan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
Seluruh upaya yang dilakukan secara tersusun dan
berkelanjutan dalam rangka mengkondisikan an memelihara niat baik
serta pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya
(Anggoro, 2008). Sedangkan Suryobroto (2010) mengartikan sebagai
kegiatan melakukan publikasi tentang kegiatan organisasi yang harus
diketahui oleh pihak luar secara luas (Suryosubroto, 2010). Herimanto,
dkk (2007) mengutip pengertian humas dari Robertpo Simoes dalam
bukunya bahwa humas merupakan proses interaksi yang bertujuan
untuk menciptakan opini publik yang saling menguntungkan (simbiosis
mutualisme), menanamkan kepercayaan yang baik, serta
menumbuhkan citra positif dari publik (Herimanto et al., 2007).

4| Manajemen Humas
Cristian yang dikutip Bonar (1993) mengartikan humas sebagai
suatu usaha sadar guna memengaruhi orang lain melalui komunikasi
yang disampaikannya agar dapat berpikir baik, menghargai,
mendukung, serta bersimpati terhadap organisasinya (Bonar, 1993).
Sementara itu Jefkins (2003) mendefinisikan humas sebagai
keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat
baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya (Jefkins, 2003). Humas juga diartikan sebagai
usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna
membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara
organisasi dan masyarakatnya (Hidayah, 2015).
Merujuk pada beberapa pengertian humas yang di atas, dapat
disimpulkan bahwa humas adalah suatu kegiatan yang diatur
sedemikian rupa, berlangsung secara terprogram, kontinu, dan teratur
dalam sebuah program organisasi, dan bukan kegiatan yang dilakukan
secara sembarangan dan asal-asalan, dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang yang ahli dalam mengatur tatakelola komunikasi yang
baik sehingga terciptanya kepercayaan dan citra positif dari
masyarakat.
Lembaga pendidikan merupakan salah satu bagian penting
dalam kehidupan seorang anak, selain lingkungan keluarga dan
masyarakat. Secara umum, lembaga pendidikan adalah tempat
dimana seorang peserta didik dirangsang untuk belajar di bawah
pengawasan dan pendidikan guru (Mulyana, 2009). Lembaga
pendidikan juga dijadikan sebagai tempat yang utama bagi peserta
didik dalam tahap perkembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat diartikan
sebagai tempat belajar peserta didik melalui kegiatan pengajaran,
pendidikan, dan latihan yang dilakukan pendidik terhadap peserta
didiknya agar terbentuk keterampilan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Merujuk pada pengertian humas dan lembaga pendidikan di
atas, maka humas lembaga pendidikan dapat dipahami sebagai bagian
dari humas (public relations) secara umum, dimana kegiatan sehari-

Pada Lembaga Pendidikan |5


harinya banyak mengadopsi dan mengadaptasi dari kegiatan humas
yang banyak diterapkan oleh dunia usaha dengan menyesuaikan nilai-
nilai yang dianut dalam lembaga pendidikan seperti saling
menghormati dan menunjung tinggi kejujuran diantara lembaga
pendidikan dengan masyarakat.
Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa humas lembaga
pendidikan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan oleh lembaga,
direncanakan secara baik dan berlangsung secara kontinu dalam
mengadakan dan membina hubungan yang harmonis dengan orang
tua peserta didik sebagai pengguna (user), dengan memberi
penjelasan yang secukupnya sesuai kebijakan lembaga pendidikan
serta tindakan agar masyarakat (pengguna) dapat memahami,
mempercayai, dan memberikan dukungan terhadap program-program
yang diselenggarakan lembaga pendidikan.

C. PERKEMBANGAN HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Hubungan masyarakat di Indonesia mengalami perkembangan
yang signifikan. Secara konseptual, perkembangan humas di Indonesia
terjadi pada tahun 1950-an, ditandai dengan berdirinya Perusahaan
Perminyakan Negara (Pertamina) yang di dalamnya terbentuk divisi
hubungan pemerintah dan masyarakat atau hupmas (Suhada, 2017).
Kemudian di tahun 1954 humas menjadi bagian penting dalam
lembaga kepolisian. Pada tahun 1970-an, humas menjadi bagian wajib
di berbagai perusahaan dan lembaga baik pemerintah maupun
swasta. Pada tahun 1970-an sampai sekarang inilah humas menjadi
bagian penting dan wajib di seluruh lembaga atau institusi.
Keberadaannya menjadi sangat penting karena berfungsi sebagai
corong informasi sebuah lembaga yang dapat meminimalisir
terjadinya kesalahan dalam menerima informasi.
Perkembangan humas lembaga pendidikan tentunya tidak
dapat dilepaskan dari peran kolonial Belanda di era 1930-an dalam
memperkenalkan pendidikan formal di hampir semua provinsi di
Hindia Belanda (Indonesia). Belanda memperkenalkan sistem
pendidikan –meski terbatas- yang hampir sama dengan sistem
pendidikan yang ada sekarang dengan tingkatan sebagai berikut: 1)

6| Manajemen Humas
sekolah dasar bagi orang Eropa (Europeesche Lagere School), 2)
sekolah dasar bagi pribumi (Hollandsch-Inlandsche School), 3) sekolah
menengah pertama (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), dan 4) sekolah
menengah atas (Algemeene Middlebare School).
Secara pasti belum ditemukannya literatur yang menjelaskan
kapan sebenarnya humas lembaga pendidikan itu dikenal di
lingkungan lembaga? Namun, seiring dengan diundangkannya
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 dan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikenal jalur
pendikan formal, nonformal, dan informal yang diselenggarakan
melalui tatap muka dan atau jarak jauh. Jalur pendidikan formal terdiri
atas pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTs), pendidikan menengah
(SMA/MA, SMK/MAK), dan pendidikan tinggi (Sekolah Tinggi, Institut,
Perguruan Tinggi, Universitas). Sedangkan jalur pendiikan nonformal
terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatam belajar masyarakat, majelis taklim, dan sejenisnya.
Sementara pendidikan informal terdiri atas pendidikan keluarga dan
lingkungan belajar secara mandiri. Artinya humas lembaga pendidikan
mulai dikenal dan diperkenalkan di lembaga pendidikan pada masa-
masa diundangkannya undang-undang Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia dengan adanya sebutan wakil kepala sekolah bidang humas.

D. FUNGSI HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Humas memiliki fungsi membangun fungsi pengelolaan dan
mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat antara lembaga
atau organisasi dengan masyarakat lain yang dapat memberikan
pengaruh kesuksesan atau kegalalan lembaga atau organisasi itu
sendiri (Ahid, 2018). Sedangkan Grunig sebagaimana dikutip Tamher
dan Hm (2011) menjelaskan bahwa humas berfungsi sebagai
manajemen komunikasi dan komunikasi organisasi. Sementara itu,
Cutlip dan Center sebagaimana ditulis Anwar (2015) menyatakan
bahwa humas memiliki fungsi: 1) hubungan internal, 2) publisitas, 3)
advertising, 4) penciptaan berita dan peristiwa, 5) public affairs, 6)
lobbying, 7) pengelolaan isu, dan 8) hubungan investor.

Pada Lembaga Pendidikan |7


Seitel (2001) menjelaskan bahwa humas harus melakukan
fungsinya sebagai: 1) penghubung organisasi dengan lingkungannya,
2) bekerjasama dengan bagian organisasi guna membangun solusi
inovatif atas permasalahan yang ditemui dalam organisasi, 3) berpikir
logis dan strategis ditunjukkan dengan adanya pengetahuan yang luas
atas visi, misi, dan tujuan organisasi, serta 4) mengukur keberhasilan
dari program-program organisasinya. Dengan demikian, humas dapat
memberikan masukan dalam organisasi untuk dapat membantu
memecahkan problem dalam organisasi.
Mengutip pendapatnya Bertrand R. Canfield dalam buku yang
ditulis Rahmat (2016) mengungkapkan bahwa humas memiliki tiga
fungsi utama, yakni: 1) it should serve the public’s interest, 2) Maintain
good communication, dan 3) And stress good morals and manners.
Ketiga fungsi humas tersebut jika dikaitkan dengan sekolah maka
fungsi humas sekolah adalah: 1) mendedikasikan diri terhadap
kepentingan dan kebutuhan orang tua peserta didik dalam
pembelajaran yang dilakukan guru terhadap anak-anaknya, 2)
mengkonstruk komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua
peserta didik, dan 3) memfokuskan pada tutur kata, tutur sapa, dan
perilaku yang baik yang dapat ditunjukkan guru kepada orang tua
peserta didik sebagai pengguna melalui media baik cetak maupun
online. Secara rinci, fungsi humas lembaga pendidikan antara lain:
1. Menjalin relasi yang baik antara orang tua peserta didik sebagai
pengguna dengan lembaga pendidikan. Harapannya, agar
program-program yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan baik
intrakurikuler (proses belajar mengajar, kegiatan field trip,
karyawisata, home visit, kegiatan penilaian harian, penilaian
tengah semester, penilaian akhir semester, ujian sekolah, ujian
nasional) maupun ekstrakurikuler (pramuka, paskibra, palang
merah remaja, drum band, pencak silat, karate, angklung,
marawis, sains club, footsal, basket, dan sebagainya) dapat
diterima dan didukung oleh orang tua peserta didik baik secara
moral maupun finansialnya.
2. Menciptakan komunikasi yang baik antara orang tua peserta didik
dengan guru dalam mengatur informasi yang disampaikan

8| Manajemen Humas
lembaga pendidikan melalui publikasi atau pesan timbal balik
sehingga tercipta citra positif orang tua peserta didik terhadap
lembaga pendidikan. Komunikasi ini dapat dibentuk pada tiap
angkatan. Misalnya, sekolah MTs X menerima peserta didik pada
tiap tahun pelajaran baru sejumlah 5 (lima) kelas. Masing-masing
kelas dibentuk persatuan orang tua murid-guru (POMG) yang
terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan dua orang anggota
sehingga dalam satu kelas terdapat perwakilan orang tua peserta
didik sebanyak 5 (lima) orang. Demikian juga dengan kelas yang
lainnya sehingga dalam satu angkatan terdapat 25 (duapuluh lima)
orang tua peserta didik yang terlibat dalam cipta komunikasi yang
baik dengan guru.
3. Mendukung kegiatan-kegiatan pengelolaan lembaga pendidikan
(manajemen sekolah) dalam upaya mencapai tujuan bersama
melalui mitra komite lembaga pendidikan. Tugas komite lembaga
pendidikan di sini adalah menjembatani usulan dan masukan dari
para orang tua peserta didik yang disampaikan melalui perwakilan
orang tua murid-guru (POMG) pada tiap-tiap kelas. Tujuannya
agar terjadi sinergisitas antara harapan orang tua peserta didik
yang menyekolahkan anaknya dengan program-program yang
dilakukan oleh sekolah sehingga tujuan sekolah yang dituangkan
dalam misinya tercapai secara optimal karena mendapatkan
dukungan dari orang tua peserta didik sebagai pengguna.
4. Mengidentifikasi opini, perspesi atau pun tanggapan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan. Opini, persepsi atau pun tanggapan
orang tua peserta didik terhadap sekolah sebagai lembaga
pendidikan tentunya tidak bisa dilepaskan dari peran yang
dilakukan sekolah itu sendiri. Apakah sekolah itu mampu
menciptakan kondisi sekolah yang nyaman, bermutu, dan atau
berkualitas atau tidak. Opini, persepsi atau tanggapan ini harus
diidentifikasi oleh humas lembaga pendidikan yang nantinya
dibawa pada rapat bulanan dengan seluruh guru dalam upaya
memperbaiki program-program atau kegiatan-kegiatan yang tidak
sejalan dengan keinginan para orang tua peserta didik.

Pada Lembaga Pendidikan |9


5. Memberikan layanan dan sumbangsih saran terbaik, serta
pemikiran yang bermanfaat kepada ketua yayasan sebagai
manajer demi mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama. Ini
dilakukan karena humas lembaga pendidikan mendapatkan
informasi atau masukan-masukan yang berarti bagi lembaga
pendidikan dari para orang tua peserta didik yang disampaikan
melalui POMG atau pun komite lembaga pendidikan. Informasi
yang disampaikan itu tentunya harus ditindaklanjuti dengan
memberikan layanan yang prima.
6. Menyebarkan informasi keberhasilan program-program lembaga
pendidikan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan atau
akademik maupun non akademik kepada orang tua peserta didik
melalui pesan Whatsapp Group dengan didukung data-data
keberhasilannya yang ditampilkan dalam website lemabaga,
sekolah, jurnal, atau pun media massa. Ini dilakukan agar
menambah kepercayaan orang tua peserta didik dalam
menitipkan anak mereka di lembaga pendidikan tersebut sehingga
secara terprogram dapat meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan.

E. PERAN HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Selain ketua yayasan, humas lembaga pendidikan (biasanya
wakil ketua yayasan) juga memiliki peran yang sangat besar dalam
pengelolaan lembaga. Selain mempromosikan program-program
lembaga pendidikan kepada orang tua peserta didik atau masyarakat,
humas juga berperan dalam menegakkan citra lembaga agar tidak
menimbulkan kesalahan dalam memahami dan memaknai sekolah.
Kepuasan orang tua peserta didik yang menyekolahkan anaknya di
sebuah lembaga pendidikan harus terus diwujudkan.
Terdapat 4 (empat) peran humas lembaga pendidikan,
diantaranya adalah sebagai: 1) penghubung, 2) pengomunikasi, 3)
pendukung, dan 4) publikator. Keempatnya akan diuraikan berikut ini.
1. Penghubung
Humas lembaga pendidikan berperan sebagai
penghubung antara lembaga (ketua yayasan, kepala

10| Manajemen Humas


sekolah/madrasah, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan)
dengan masyarakat (orang tua peserta didik). Oleh karenanya,
humas diharuskan memiliki keterampilan dalam: a) membangun
hubungan yang baik antara lembaga yang diwakilinya dengan
masyarakat, mengupayakan; b) menciptakan suasana saling
percaya dan pengertian antara lembaga dengan masyarakat; c)
menciptakan kerjasama dan toleransi antara lembaga dengan
masyarakat. Keberadaan humas menjadi penting dalam
menghubungkan dan menyambungkan program-program yang
ditawarkan kepada orang tua peserta didik dengan harapan
adanya dukungan dan kerjasama yang baik dalam menyukseskan
program lembaga pendidikan.
2. Pengomunikasi.
Secara individu, pendidik yang ditugasi menjadi humas
sekolah harus memiliki kemampuan dalam komunikasi baik lisan
maupun tulisan, langsung maupun tidak langsung, melalui media
cetak atau pun elektronik. Komunikasi lembaga pendidikan
dengan orang tua peserta didik juga bisa melalui whatsapp group
online. Ketua yayasan atau kepala sekolah selaku manajer dapat
memberikan tugas kepada guru yang dipercaya mampu menjadi
humas lembaga pendidikan untuk menjadi admin dalam whatsapp
group online sekolah. Perannya, sebagai komunikator.
3. Pendukung.
Humas lembaga pendidikan merupakan pendukung
program lembaga atau yayasan. Artinya, keberadaannya
dipandang penting manakala berperan sesuai perannya secara
baik. Banyaknya program yang ditawarkan sekolah kadang tidak
mendapat dukungan dari orang tua peserta didik. Hal ini
dimungkinkan karena kurang optimalnya peran humas sebagai
pendukung program sekolah sehingga tidak tersampaikan
pesannya kepada orang tua peserta didik.
4. Publikator.
Humas lembaga pendidikan juga memiliki peran sebagai
publikator, yakni orang yang diberi tugas untuk mempublikasikan
hasil-hasil kegiatan lembaga kepada masyarakat. Publikasi

Pada Lembaga Pendidikan |11


tersebut bisa dilakukan melalui media cetak maupun online
seperti Koran, bulletin, majalah, jurnal, website sekolah, media
sosial (Facebook, Instagram, Whatsapp Group, line), dan
sebagainya. Tujuan publikasi ini agar prestasi yang telah dicapai
oleh peserta didik di lembaga pendidikan dapat diketahui oleh
orang tua mereka sehingga orang tua memiliki kepuasan dan
kebanggaan karena telah menitipkan anak-anaknya di sekolah
tersebut.

Berfungsi atau pun tidak humas di lembaga pendidikan, dapat


dilihat dari ciri-ciri yang melekat padanya. Diantara ciri-ciri humas
lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Humas lembaga pendidikan adalah kegiatan komunikasi dalam
sebuah lembaga yang berlangsung dua arah secara timbal balik,
dilakukan oleh guru (pembawa pesan) terhadap masyarakat atau
orang tua peserta didik (penerima pesan).
2. Humas lembaga pendidikan merupakan penyokong tercapainya
visi misi lembaga yang telah ditetapkan melalui rapat kerja antara
ketua yayasan, kepala sekolah dengan para tenaga pendidik (guru)
dan kependidikan (tata usaha, laboran, pramubakti, satpam, dan
lain-lain).
3. Masyakarat yang menjadi sasaran dari kegiatan humas lembaga
pendidikan adalah orang tua peserta didik maupun masyarakat
lain.
4. Bentuk kerja humas lembaga pendidikan adalah membina
hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat dan
mencegah terjadinya hambatan atau pun rintangan baik secara
psikis maupun psikologis baik yang ditimbulkan dari sekolah
maupun dari masyarakat.

Keempat ciri-ciri di atas harus dijalankan secara baik oleh


humas lembaga pendidikan guna mendukung visi, misi, dan tujuan
lembaga pendidikan yang bermutu. Hal ini tentu harus disadari oleh
ketua yayasan atau kepala sekolah sebagai manajer. Artinya, ketua
yayasan atau kepala sekolah harus memiliki kemampuan yang baik

12| Manajemen Humas


dalam manajemen humas sehingga keberadaan humas sekolah benar-
benar menjadi sebuah keniscayaan dan membangun sekolah yang
diminati masyarakat pun dapat diwujudkan. Namun jika ketua yayasan
atau kepala sekolah tidak memiliki kemampuan tersebut, ia dapat
menunjuk seorang guru (biasanya wakil kepala sekolah) yang dianggap
mumpuni dalam bidang kehumasan dengan memberikan surat tugas
yang ditandatangani oleh ketua yayasan atau kepala sekolah.
Penunjukkan ini tentu harus diimbangi dengan kemampuan guru
dalam kehumasan terlepas dari latarbelakang pribadinya.
Jefkins (2003) menggarisbawahi bahwa seorang yang menjadi
humas harus memiliki kriteria: 1) mampu menghadapi semua orang
yang memiliki aneka ragam karakter yang baik, 2) mampu
berkomunikasi yang baik, 3) pandai mengorganisir segala sesuatu, 4)
memiliki iintegrasi personal, 5) mempunyai imajinasi, dan 6) serba
tahu. Keenam kriteria humas ini dapat diadopsi juga dalam humas
sekolah.
Pertama, humas lembaga pendidikan harus mampu
menghadapi semua orang tua peserta didik dan masyarakat dengan
beraneka ragam karakter, artinya humas lembaga pendidikan harus
berusaha memahami, berupaya untuk mempunyai sikap toleransi
yang tinggi terhadap orang tua peserta didik atau masyarakat yang
dihadapinya. Kedua, humas lembaga pendidikan harus mampu
berkomunikasi secara baik sehingga ia mampu menjelaskan segala
sesuatu secara rinci dan terarah baik secara lisan maupun tulisan.
Ketiga, humas lembaga pendidikan harus mampu mengorganisasi
segala sesuatu termasuk dalam merencakan kapan waktunya untuk
mempromosikan visi, misi, dan tujuan lembaga pendidikan serta
program-program yang dicanangkan oleh sekolah kepada orang tua
peserta didik dan masyarakat.
Keempat, humas lembaga pendidikan harus memiliki
kemampuan personal yang baik. Kelima, humas lembaga pendidikan
harus memiliki imajinasi dan kreativitas yang tinggi guna menemukan
ide-ide atau gagasan yang cemerlang dalam menunjang visi misi
lembaga pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk kegiatan atau
program-program sekolah baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pada Lembaga Pendidikan |13


Keenam, humas lembaga pendidikan harus memiliki pengetahuan
yang luas dan komprehensif sehingga ia mampu mengakses informasi
seluas-luasnya tentang persekolahan yang bermutu dengan harapan
dapat diadopsi di sekolahnya.
Dari beberapa uraian peran dan fungsi humas lembaga
pendidikan di atas, setidaknya terdapat 7 (tujuh) tujuan dari humas
lembaga pendidikan. Ketujuh tujuan humas lembaga pendidikan
diuraikan berikut ini.
1. Meningkatkan kerjasama antar warga lembaga pendidikan
(pendidik dan peserta didik) seperti mengadakan lomba 17
agustusan, membentuk kantin sehat, dan mengadakan kegiatan
sapu bersih (memberihkan lingkungan kelas, jalan sekitar,
kerjabakti membersihkan saluran air, dan lain sebagainya).
2. Meningkatkan kerjasama antar lembaga pendidikan dengan
masyarakat sekitar sehingga masyarakat merasa memiliki dan
bertanggungjawab atas keberadaan sekolah di lingkungannya.
3. Meningkatkan kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan
komite lembaga pendidikan sehingga bersama-sama berperan
aktif dalam mewujudkan sekolah yang berkualitas, bermartabat,
dan bermutu.
4. Menjalin kerjasama dengan para alumni yang sudah berhasil
meniti karir di dunia kerja.
5. Menjaga keharmonisan hubungan dengan masyarakat sekitar
sehingga keamanan lembaga pendidikan dapat terpelihara secara
baik.
6. Meningkatkan dan menumbuhkembangkan jiwa persaudaraan,
persatuan, dan kebangsaan.
7. Menjalin kerjasama dengan media cetak seperti Koran, majalah,
booklets, brosur, pamphlets, atau pun bulletin lembaga
pendidikan guna mempublikasikan kemajuan dan ketercapaian
program-program sekolah agar diketahui masyarakat. Selain
media cetak, publikasi juga bisa dilakukan melalui media online
seperti website, facebook, Whatsapp Group, Instagram, dan
media sosial online lainnya.

14| Manajemen Humas


F. RANGKUMAN MATERI
Humas lembaga pendidikan adalah kegiatan yang sengaja
dilakukan oleh lembaga pendidikan, direncanakan secara baik dan
berlangsung secara kontinu dalam mengadakan dan membina
hubungan yang harmonis dengan orang tua peserta didik sebagai
pengguna (user), dengan memberi penjelasan yang secukupnya sesuai
kebijakan sekolah serta tindakan agar masyarakat (pengguna) dapat
memahami, mempercayai, dan memberikan dukungan terhadap
program-program yang diselenggarakan lembaga pendidikan. Secara
pasti, belum ditemukan literatur kapan sebenarnya humas lembaga
pendidikan diperkenalkan di sebuah lembaga. Namun dapat
diperkirakan sejarah perkembangan lembaga pendidikan dimulai sejak
diundangkannya undang-undang sistem pendidikan di Indonesia.
Fungsi humas lembaga pendidikan adalah: 1) menjalin relasi
yang baik antara orang tua peserta didik sebagai pengguna dengan
lembaga pendidikan; 2) menciptakan komunikasi yang baik antara
orang tua peserta didik dengan guru dalam mengatur informasi yang
disampaikan lembaga pendidikan melalui publikasi atau pesan timbal
balik sehingga tercipta citra positif orang tua peserta didik terhadap
lembaga pendidikan; 3) mendukung kegiatan-kegiatan pengelolaan
lembaga pendidikan (manajemen sekolah) dalam upaya mencapai
tujuan bersama melalui mitra komite lembaga pendidikan; 4)
mengidentifikasi opini, perspesi atau pun tanggapan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan; 5) Memberikan layanan dan
sumbangsih saran terbaik, serta pemikiran yang bermanfaat kepada
ketua yayasan atau kepala sekolah sebagai manajer demi mewujudkan
tujuan dan cita-cita bersam; dan 6) menyebarkan informasi
keberhasilan program-program lembaga pendidikan baik
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan atau akademik maupun
non akademik kepada orang tua peserta didik melalui pesan
Whatsapp Group dengan didukung data-data keberhasilannya yang
ditampilkan dalam website sekolah, jurnal, atau pun media massa.
Sedangkan peran humas lembaga pendidikan adalah sebagai: 1)
penghubung, 2) pengomunikasi, 3) pendukung, dan 4) publikator.

Pada Lembaga Pendidikan |15


LATIHAN TUGAS
1. Jelaskan pengertian humas dan humas lembaga pendidikan?
2. Jelaskan secara singkat bagaimana perkembangan sejarah humas
lembaga pendidikan di Indonesia?
3. Jelaskan peran humas lembaga pendidikan di Indonesia?
4. Jelaskan fungsi humas lembaga pendidikan di Indoensia?
5. Obervasi dan wawancarai ketua yayasan atau kepala sekolah di sekitar
bagaimana peran humas di sekolahnya dalam mengembangkan
kualitas dan mutu lembaga pendidikan?

16| Manajemen Humas


DAFTAR PUSTAKA

Ahid, N. (2018). Problem Pengelolaan Madrasah Aliyah Dan Solusinya.


Islamica, 4(2), 11–23.
Anggoro, M. L. (2008). Teori dan Profesi Kehumasan (5th ed.). Bumi
Aksara.
Anwar, R. (2015). Peran praktisi public relations dalam organisasi di
yogyakarta. An-nida, 7(1), 46–55.
Bonar, S. K. (1993). Hubungan Masyarakat Modern. PT Rineka Cipta.
Cutlip, S. M. (2000). Effective Public Relations, Merancang dan
Melaksanakan Kegiatan Kehumasan Dengan Sukses. PT Indeks.
Herimanto, B., Rumanti, A., & Indrojiono, F. (2007). Public Relations dalam
Organisasi. Santusta.
Hidayah, R. A. (2015). Kajian tugas dan fungsi hubungan masyarakat di
kantor pemerintah provinsi sulawesi utara. E-Journal Acta Diurna,
4(3), 1–7.
Jefkins, F. (2003). Public Relation. Erlangga.
Lattimore, L. (2010). Public Relations, Profesi dan Praktik. Salemba
Humanika.
Mulyana, R. (2009). Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Perduli
dan Berbudaya Lingkungan. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 6(2),
175–180.
Rahmat, A. (2016). Manajemen Humas Sekolah. Media Akademi.
Seitel, F. P. (2001). The Practice of Public Relations (8th ed.). Practice Hall.
Suhada, H. (2017, September 6). Analisis Perkembangan Humas di
Indonesia. Kompasiana.
Suryosubroto, B. (2010). Manajemen Pendidikan Di Sekolah. PT Rineka
Cipta.
Tamher, R. S., & Hm, M. N. (2011). Pasar Inpres Kota Tual The Roles of
Public Relation in Crisis Management of the Tradisional Market
Tual City Post Fire. Komunikasi Kareba, 1(3), 271–182.

Pada Lembaga Pendidikan |17


PROFIL PENULIS

Juhji, dilahirkan di Tanara Kabupaten Serang Provinsi


Banten pada tanggal 21 September 1981. Anak ke-5
dari pasangan almarhum H. Madiyas dan
almarhumah Hj. Junaenah menyelesaikan
pendidikan formalnya di SDN Tanara (1994), MDA
Mu’awanah (1993), MTs Al Ittihad (1997), MAN
Kronjo (2000), Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta (2005), dan Universitas
Indraprasta PGRI (2010). Ia mendedikasikan diri
menjadi pengajar di beberapa sekolah di Jakarta dan sekitarnya seperti
Madrasah Diniyah al-Muhajirin Ciputat (2000-2004), MTs Soebono
Mantofani Jombang Ciputat (2003-2006), SMA Gita Kirtti 3 Jakarta (2004-
2006), SD Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan (2006-2009), SMPN 2
Legok Kabupaten Tangerang (2009-2014), MTs Raudlatul Irfan Lengkong
Kulon (2009-sekarang), SMK Bina Insani Cisauk (2011-2013), STKIP
Arrahmiyah Depok (2010-sekarang), STAI Nida El Adabi Bogor (2010-2016).
Sejak tahun 2014, ia tercatat sebagai Dosen Tetap di Universitas Islam
Negeri Sultan Hasanuddin Banten. Tahun 2017 ia dipercaya menjadi
Redaktur Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Akititasnya
selain mengajar, ia aktif menulis artikel ilmiah di beberapa jurnal, surat
kabar, dan buku. Selain itu, ia juga tercatat dan aktif mereviu artikel di Al-
Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam dan sebagai editor di JEMST:
Journal of Education in Mathematics, Science, and Technology.

18| Manajemen Humas


Bernadetha Nadeak., dr., M.Pd., Dr

Pada Lembaga Pendidikan |19


BAB 2
PERAN MANAJEMEN
HUMAS DI LEMBAGA
PENDIDIKAN

Bernadetha Nadeak., dr., M.Pd., Dr


Universitas Kristen Indonesia

A. PENDAHULUAN
Pada era modern saat ini, kualitas manajemen dan pemasaran
dalam suatu instansi pendidikan dapat juga merupakan salah satu
faktor penting dalam indikator penjaminan kualitas pembelajaran dan
pendidikan. Maka dari itu, layanan kehumasan dalam pendidikan
sangatlah diperlukan untuk menyampaikan dan menjembatani
informasi terkait lembaga tersebut dan juga masyarakat. Manajemen
kehumasan membutuhkan strategi yang efektif dan efisien untuk
menyampaikan kepentingan lembaga dan juga sosial. Pada era
sekarang untuk pengelolaan lembaga pendidikan sangat memerlukan
sinergi kepentingan sosial dengan pendekatan promosi dan
pemasaran. Penggabungan tersebut akan menjadikan karakteristik
khusus yang merupakan ciri tersendiri pada lembaga pendidikan.
Karakteristik tersebutlah yang membedakan peran humas pada
lembaga pendidikan dengan peran humas pada instansi lainnya.
Untuk menjalankan fungsi mengelola informasi kepada civitas
akademika lembaga pendidikan dan kepada publik dan masyarakat,
maka diperlukan bagian khusus yang menangani secara profesional,
efisien dan efektif yakni hubungan masyarakat. Manajemen
hubungan masyarakat juga mempunyai peran yang penting untuk
memberikan informasi yang berhubungan dengan citra lembaga
pendidikan melalui berbagai macam media komunikasi.

B. HAKIKAT MANAJEMEN KEHUMASAN PENDIDIKAN


Menurut sejarah, manajemen humas berkenaan dengan suatu
metode public relations saat menghadapi puncak krisis pada tahun
1906. Saat itu terjadi pemogokan total buruh di industri
pertambangan batu bara di Amerika Serikat. Sebagai akibatnya adalah
terancamnya kelumpuhan total industri batu bara terbesar di Negara
tersebut. Pada titik puncak yang berlangsung tersebut, muncul “Ivy
Ledbetter Lee seorang tokoh Public Relations /Humas pertama, yang
berlatar belakang seseorang jurnalis”. Beliau mengajukan
“Manajemen Humas sebagai salah satu solusi atau sebagai jalan keluar
untuk mengatasi krisis yang tengah terjadi di industri batu bara di
Amerika Serikat sebagai akibat pemogokan massal untuk meminta
kenaikan upah (Rahmat, 2016)”.
“Manajemen humas menurut Mc Elreath dalam Ruslan
(2012)” adalah “Managing public relations means researching,
planing, implementing and evaluating an array of comunication
activities sponsored by the organization; from small group meetings to
international satellite linked press conference, from simple brochures
to multimedia national campaigns, from open house to grassroot
political campaigns, from public service announcement to crisis
management.” Berdasarkan pendapat di atas mengelola hubungan
masyarakat berarti meneliti, merencanakan, menerapkan dan

Pada Lembaga Pendidikan |21


mengevaluasi macam-macam aktifitas komunikasi yang dipelopori
oleh organisasi terkait. Aktifitas tersebut dilakukan sesuai kebutuhan
organisasi. Kegiatan akan dilakukan dengan skala yang besar jika
pengaruh organisasi tersebut juga besar atau minimal memiliki visi
dan tujuan dalam skala nasional atau international.
Sebagai bahan literature yang lebih luas, berikut adalah
definisi mengenai humas dan manajemen humas berdasarkan para
ahli:
1. Manajemen humas itu diibaratkan sebagai penyampaian segala
informasi baik kedalam maupun keluar, manajemen humas fokus
pada hal yang berkaitan dengan komunikasi, konferensi pers,
informasi dan public relation (Saihudin, 2018).
2. Manajemen hubungan masyarakat merupakan alat manajemen
yang memiliki posisi sangat penting dalam menentukan ouput
yang dihasilkan oleh hubungan masyarakat (Putri, 2018)
3. Manajemen humas adalah pengaturan tentang hubungan
masyarakat (internal dan eksternal), berkaitan dengan citra
lembaga pendidikan, agar image dan kaulitas tetap mendapat
perhatian dari masyarakat, bahkan mengalami perubahan dan
pengembangan (Maskur, 2018)
4. “Public relations is the management function that identifies,
establishes, and maintains mutually beneficial relationships
between an organization and the various publics on whom its
success or failure depends (Cabot & Ph, 2012)”
5. “Public relations is the management of communication between
an organization and its publics (James E. Grunig and Todd Hunt
dalam Pearson 2012)”

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat kita


kaitkan pengertian manajemen humas dengan pendidikan sebagai
berikut:
1. Penyampaian segala informasi (komunikasi) baik dalam internal
ataupun ekternal organisasi pendidikan dalam rangka tertentu dan
tujuan tertentu.

22| Manajemen Humas


2. Manajemen humas pendidikan adalah pengelolaan humas yang
memiliki posisi sangat penting dalam kaitannya dengan citra dan
kualitas lembaga pendidikan di mata masyarakat.
3. Manajemen humas pendidikan merupakan bagian dari
manajemen komunikasi organisasi pendidikan kepada public
sebagai cara untuk “mengidentifikasi, membangun, dan
memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara
organisasi dan berbagai public”.

C. TUJUAN DAN FUNGSI MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT


PENDIDIKAN
Tujuan utama Public Relation sendiri adalah menciptakan,
“mempertahankan dan melindungi reputasi organisasi/perusahaan,
memperluas prestis, menampilkan citra-citra yang mendukung. Riset
menunjukkan bahwa konsumen/pelanggan lebih sering melakukan
buying decicision atau keputusan pembelian berdasarkan citra
perusahaan (Rahmat, 2016)”.
Sementara untuk fungsi hubungan masyarakat dalam bidang
pendidikan tidak jauh berbeda dengan fungsi hubungan masyarakat
secara umum, yaitu “menunjang kegiatan manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi, bagaimana membina hubungan harmonis
antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya
rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi
maupun dari pihak publiknya (Ruslan, 2012)”
Menurut Rahmat (2016) ruang lingkup tujuan humas itu
sendiri ternyata demikian luas, begitupun dengan fungsinya. Namun
dari semua tujuan dan fungsi humas tersebut kita bisa mengambil
beberapa yang bisa dijadikan prioritas. Berikut tabel tujuan dan fungsi
humas dalam skala utama yang menjadi pokok umum dalam sebuah
organisasi:

Tabel 1. “Tujuan dan Fungsi Humas (Rahmat, 2016)”

Tujuan Humas Fungsi Humas


“Merubah citra umum di “Menumbuh-kembangkan
masyarakat sehubungan dengan hubungan baik antara

Pada Lembaga Pendidikan |23


aktifitas baru di suatu lembaga/organisasi dengan
perusahaan. Sebagai contoh, publiknya, baik publik internal
suatu perusahaan yang semula maupun external dalam rangka
hanya menangani transportasi menanamkan pengertian”.
truk tapi kemudian mulai
menjual mesin pemanas
ruangan. Guna menyesuaikan
diri atas adanya kegiatan yang
baru tersebut, maka
perusahaan harus mengubah
citranya supaya kegiatan dan
produk-produk barunya itu
mendapat sambutan positif dari
khalayaknya”.
“Untuk meningkatkan kualitas “Menilai dan menentukan
para calon pegawai” pendapat umum yang berkaitan
dengan organisasinya”
“Menginformasikan cerita “Memberi pendapat kepada
sukses yang telah dicapai oleh pemimpin tentang cara-cara
perusahaan kepada masyarakat mengendalikan pendapat
dalam rangka mendapatkan umum sebagaimana mestinya”
pengakuan”.
“Memperkenalkan perusahaan “Meningkatkan motivasi dan
kepada masyarakat luas, serta partisipasi publik dalam rangka
membuka pasar-pasar baru” menciptakan iklim pendapat
publik yangmenguntungkan
organisasi/lembaga”
“Mempersiapkan dan “Menggunakan komunikasi
mengkondisikan masyarakat untuk mempengaruhi
bursa saham atas rencana pendapatan umum”.
perusahaan untuk menerbitkan
saham baru atau saham
tambahan”.
“Memperbaiki hubungan antara “Membuat analisis ―trend‖
perusahaan itu dengan masa depan dan ramalan akan

24| Manajemen Humas


khalayaknya, sehubungan akibat-akibatnya bagi institusi.”
dengan telah tejadinya suatu
peristiwa yang mengakibatkan
kecaman, kesangsian, atau
salah paham dikalangan
khalayak terhadap niat baik
perusahaan”.
“Untuk mendidik para “Melakukan riset pendapat,
pengguna atau konsumen agar sikap dan harapan masyarakat
mereka lebih efektif dan terhadap institusi serta
mengerti dalam memanfaatkan memberi saran tindakan-
produk- produk perusahaan”. tindakan yang diperlukan
institusi untuk mengatasinya”.
“Meyakinkan khalayak “Menciptakan dan membina
bahwasanya perusahaan komunikasi dua-arah
mampu bertahan atau bangkit berlandaskan kebenaran dan
kembali setelah terjadinya informasi yang utuh”
suatu krisis”.
“Meningkatkan kemampuan “Mencegah konflik dan salah
dan ketahanan perusahaan pengertian”
dalam menghadapi resiko
pengambilalihan (take-over)
oleh pihak-pihak lain”.
“Mendukung keterlibatan suatu “Meningkatkan rasa saling
perusahaan sebagai sponsor hormat dan rasa tanggung
dari suatu acara”. jawab social”.
“Memastikan bahwasanya para “Menarik calon tenaga yang
politisi benar-benar memahami baik agar menjadi anggota serta
kegiatan-kegiatan atau produk mengurangi keinginan anggota
perusahaan yang positif, agar untuk keluar dari institusi”.
perusahaan yang bersangkutan
terhindar dari peraturan,
undang-undang, dan kebijakan
pemarintah yang merugikan”.
“Menyebarluaskan kegiatan- “Memupuk minat mengenai

Pada Lembaga Pendidikan |25


kegiatan riset yang telah masalah-masalah nasional
dilakukan perusahan, agar maupun internasional serta
masyarakat luas mengetahui menciptakan jati diri institusi”.
betapa perusahaan itu
mengutamakan kualitas dalam
berbagai hal”.

Selanjutnya menurut Kowalski (2011) ada tujuan yang berlaku


secara universal dalam public relations, yaitu:
1. “Improving the quality of education”
Setiap administrasi, pengajaran, dan layanan dukungan yang
disediakan oleh lembaga pendidikan, memiliki tujuan akhir
peningkatan pembelajaran siswa. Dengan demikian, semua kegiatan
siswa harus menghasilkan atau mempengaruhi hasil yang akan
berkontribusi pada peningkatan layanan pendidikan.
2. “Enhancing the image of the school or district”
Pencitraan memerlukan penyajian gambar organisasi ke masyarakat.
Dalam kasus pendidikan tinggi, kepercayaan publik telah berkurang
oleh banyaknya cerita negative dan isu kurang akurat yang disebarkan
melalui media luas.
3. “Building support for change”
Pengembangan organisasi, termasuk peningkatan lembaga pendidikan
, membutuhkan perubahan. Seringkali, upaya untuk melakukan hal-hal
baru terkendala dengan resistensi, baik dalam organisasi maupun di
lingkungan masyarakat yang lebih luas.
4. “Managing information”
Dalam organisasi modern, manajemen informasi dipahami dengan
benar dalam kerangka komunikasi yang terbuka dan multidireksional.
Tujuannya adalah untuk mengakses, menyimpan, menganalisis,
bertukar, dan menggunakan data untuk membuat keputusan yang
efektif.
5. “Marketing programs”.
Pemasaran adalah mekanisme untuk menentukan apa yang
dibutuhkan dan diharapkan masyarakat dari masing-masing lembaga
pendidikan.

26| Manajemen Humas


6. “Establishing good will and asense of ownership”
Dalam iklim politik saat ini, jajak pendapat nasional terus
mengungkapkan ketidakpuasan yang cukup besar terhadap
pendidikan public. Merebut kembali itikad baik dan menyalakan
kembali rasa tanggung jawab kolektif mengharuskan pejabat lembaga
pendidikan untuk melibatkan semua publik dalam wacana yang
bermakna.
7. “Providing evaluation data”
Administrator memiliki tanggung jawab untuk menilai dan
mengevaluasi efektivitas program pendidikan. Program public
relations dapat memfasilitasi tugas-tugas ini dengan memberikan
umpan balik dari berbagai publik. Seperti yang dicatat oleh Tacheny,
data yang dikumpulkan dari karyawan dan pemangku kepentingan
lainnya dapat menjadi aset yang kuat untuk menentukan dan
meningkatkan kinerja di masa depan.

D. STRATEGI MANAJEMEN HUMAS PENDIDIKAN


Adnan salah seorang pakar humas yang dalam naskah
workshop yang berjudul public relations strategy yang dikutip oleh
Ruslan (2014)menulis bahwa “arti strategi adalah bagian terpadu dari
suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari
suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya perenanaan adalah
salah satu fungsi dasar dari proses manajemen”. Dikatakan lebih lanjut
bahwa yang dimaksud dengan startegi manajemen humas adalah
“alternative optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai
tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relation”.
Menurut Nurul (2018) adapun pelaksanaan manajemen
kehumasan di dalam lembaga pendidikan secara umum terintegrasi
dengan tatakelola manajemen berbasis lembaga pendidikan tersebut.
Implementasi manajemen humas dalam “tahapan perencanaan
(Planning)” melihat:
1. Analisis kebutuhan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
lembaga pendidikan, yang umumnya “harapan stakeholder dalam
urusan kehumasan” diantaranya:

Pada Lembaga Pendidikan |27


a. “Mempunyai hubungan dua-arah antara lembaga pendidikan
dan masyarakat, baik menyangkut substansi maupun strategi
pelaksanaanya ditulis dan dipublikasi secara eksplisit dan
jelas”.
b. “Melibatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan
melalui strategi komunikasi”.
c. “Memberdayakan melalui berbagai media komunikasi
tradisional (TV, radio, koran) maupun media komunkasi
modern (media online, e-mail, website)”.
2. Membuat dan melaksanakan “visi, misi, tujuan, kebijakan,
rencana, program dan pengambilan keputusan bersama”.
3. Perlu adanya “jaminan komitmen lembaga pendidikan-masyarakat
sesuai tingkat kemajuan masyarakat”.

Pada tahap “pengorganisasian (organizing), diperlukan


pembagian tugas melaksanakan program hubungan lembaga
pendidikan dengan masyarakat”. Untuk mengorganisasian dalam
pelaksanaan tugas dilakukan secara “tim” yang solid dari lembaga di
bawah koordinasi pimpinan lembaga pendidikan bersama orang tua
peserta didik sehingga terwujud program kehumasan di lembaga
pendidikan tersebut. Pada “tahap pengarahan (actuating)” melihat:
1. Hubungan lembaga pendidikan dengan orang tua peserta didik
terbangun dengan baik.
2. Lingkungan belajar yang efektif yang di buat oleh orangtu peserta
didik.
3. Terjadinya komunikasi dengan para pakar komunikasi .
4. Kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta.
5. Kerjasama dengan organisasi sosial keagamaan.

Pada “tahapan pengawasan (controlling)”, melihat:


1. Monitoring hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat.
2. Penilaian kinerja hubungan lembaga pendidikan dengan
masyarakat.

28| Manajemen Humas


E. JENIS-JENIS HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
Hubungan lembaga pendidikan/ sekolah dengan masyarakat
merupakan bentuk dari hubungan sosial antara pihak sekolah dengan
masyarakat. Soekanto (2011) menyatakan “Pengertian hubungan
sosial dipegunakan untuk menggambarkan suatu keadaan dalam
mana dua orang atau lebih terlibat dalam suatu proses perilaku.
Proses perilaku tersebut terjadi berdasarkan tingkah-laku para pihak
yang masing-masing memperhitungkan perilaku pihak lain dengan
cara yang mengandung arti bagi masing-masing”.
“Purwanto dalam Hasbullah (2010)” mengemukakan bahwa
“Hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan sekolah
dengan sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah
dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah dengan masyarakat
pada umumnya”. Istilah hubungan sekolah dengan masyarakat disebut
juga dengan “humas”. Ibnoe Syamsi dalam Suryosubroto (2010)
mengemukakan bahwa “Humas adalah kegiatan organisasi untuk
menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar
mereka mendukungnya dengan sadar dan sukarela”.
“Menurut Arikunto dalam Sundari & Sholikhin (2016) apabila
sekolah dipandang sebagai suatu organisasi sosial maka organisasi
tersebut mempunyai lingkungan di mana ia memperoleh pengaruh
dan membutuhkan hubungan”.
1. “Hubungan masyarakat internal adalah hubungan masyarakat
yang di jalin oleh dan di antara unsur-unsur yang ada di dalam
ruang lingkup sekolah”.
2. “Humas eksternal adalah humas yang di jalin oleh dan diantara
sekolah dengan lembaga negri, lembaga swasta dan perseorangan
di luar organisasi sekolah yang bersangkutan”.

Selanjutnya menurut Purwanto (2010) ada tiga jenis hubungan


sekolah dengan masyarakat, ketiga jenis tersebut adalah:
1. Hubungan edukatif, maksudnya adalah ”hubungan kerjasama
dalam hal mendidik murid antara guru dan wali siswa dalam
keluarga”.

Pada Lembaga Pendidikan |29


2. Hubungan kultural, maksudnya ”usaha kerjasama antar sekolah
dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu
berada”.
3. Hubungan institusional, ”maksudnya hubungan kerjasama antara
sekolah dengan lembaga-lembaga resmi baik swasta maupun
pemerintah seperti hubungan kerjasama antara sekolah dengan
sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat,
jawatan pertanian, jawatan penerangan, perikanan dan
peternakan, dengan perusahaan-perusahaan negara atau swasta”.

Jenis-jenis hubungan ini nantinya akan mempengaruhi pada


pencapaian tujuan lembaga pendidikan dalam membina dan
membangun komunikasi dengan masyarakat. Menurut Sundari &
Sholikhin (2016) tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah /
lembaga pendidikan dan masyarakat adalah:
1. Memperkuat peran sekolah sebagai saran penting untuk masa
depan.
2. Sebagai partner dalam mencari dukungan dalam bentuk apapun
untuk keberlanjutan lembaga pendidikan.
3. Sarana informasi pada khalayak luas terutama mengenai program
dan proses belajar.
4. Mampu menganalisa kebutuhan masyarakat luas yang nantinya
dituangkan dalam aktifitas dalam program lembaga pendidikan..
5. Sebagai bentuk kerjasama yang kuat antara masyarakat dan
lembaga pendidikan.

F. TEKNIK-TEKNIK HUBUNGAN MASYARAKAT DALAM LEMBAGA


PENDIDIKAN
Menurut Mulyono (2011) ada sejumlah teknik humas yang
dapat diterapkan dalam pengembangan lembaga pendidikan. Secara
garis besar teknik itu dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
teknik tertulis, lisan, peragaan, dan elektronik. Berikut penjelasan
keempat teknik tersebut.

30| Manajemen Humas


1. Teknik Tertulis.
Hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat dilakukan
melalui teknik tertulis, yang meliputi:
a. Buku kecil pada permulaan tahun ajaran baru.
Buku berisi tata tertib, syarat-syarat masuk, hari-hari
libur, dan hari-hari efektif. Buku itu dibagikan kepada orang
tua peserta didik; teknik ini biasanya dilaksanakan di lembaga
pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK).
b. Pamflet.
Pamflet adalah “selebaran berisi tentang sejarah
lembaga pendidikan tersebut, staf pengajar, fasilitas yang
tersedia, dan kegiatan akademik dan non-akademik”. Pamflet
ini selain dibagikan ke wali murid juga bisa disebarkan ke
masyarakat umum, selain untuk menumbuhkan pengertian
masyarakat juga sekaligus untuk promosi lembaga.
c. Informasi aktifitas peserta didik.
Berita dibuat sesederhana mungkin pada selebaran kertas
yang berisi “informasi singkat tentang kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di lembaga pendidika”. Dengan membacanya orang
tua siswa mengetahui apa yang terjadi di lembaga pendidikan
tersebut, khususnya kegiatan yang dilakukan peserta didik.
d. Catatan berita gembira.
Teknik ini sebenarnya mirip dengan berita kegiatan
peserta didik, keduanya sama-sama ditulis dan disebarkan ke
orang tua. Hanya saja catatan berita gembira ini berisi
“tentang keberhasilan seorang peserta didik”. Berita tersebut
ditulis di selebaran kertas dan disampaikan kepada wali murid
atau bahkan disebarkan ke masyarakat.
e. Buku kecil tentang cara membimbing anak.
Dalam rangka “menciptakan hubungan yang harmonis
dengan orang tua, kepala sekolah atau guru” dapat membuat
sebuah buku kecil yang sederhana yang berisi tentang cara
membimbing anak yang efektif, kemudian buku tersebut
diberikan kepada orang tua peserta didik.

Pada Lembaga Pendidikan |31


2. Teknik Lisan
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat juga melalui
teknik lisan, misalnya melalui kegiatan:
a. Kunjungan rumah.
Untuk membangun hubungan dengan masyarakat,
pihak lembaga pendidikan d”apat mengadakan kunjungan ke
rumah wali murid, warga ataupun tokoh masyarakat. Melalui
kegiatan ini akan dapat diketahui jika ada masalah siswa didik
di rumahnya. Apabila setiap anak diketahui problemnya secara
totalitas, maka program pendidikan akan lebih mudah
direncanakan untuk disesuaikan dengan minatnya. Hal ini
akan memperlancar mancapai tujuan program pendidikan
sekolah tersebut.
b. Pertemuan wali murid .
Pihak sekolah mengundang orang tua siswa agar
datang ke sekolah. Mereka akan mendapat penjelasan lebih
spesifik tentang perkembangan pendidikan di lembaga
tersebut serta penjelasan khusus tentang perkembangan
pendidikan anaknya.

c. Pertemuan.
Sekolah mengundang wali murid dan masyarakat
dalam acara pertemuan khusus untuk membicarakan masalah
atau hambatan yang dihadapi sekolah. Pertemuan ini
sebaiknya diadakan pada waktu tertentu yang dapat dihadiri
oleh semua pihak yang diundang. Sebelum pertemuan dimulai
acaranya disusun terlebih dahulu dengan agenda yang akan di
diskusikan. Oleh karena itu, dalam setiap akan mengadakan
pertemuan sebaiknya dibentuk panitia penyelenggara.

3. Teknik Peragaan.
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dilakukan
dengan cara mengundang masyarakat melihat peragaan yang
diselenggarakan sekolah. Peragaan yang diselenggarakan bisa
berupa pameran keberhasilan peserta didik. Misalkan di TK

32| Manajemen Humas


menampilkan anak-anak bernyanyi, membaca puisi dan lain-lain.
Pada kesempatan itu kepala sekolah atau guru dapat
menyampaikan program-program peningkatan mutu pendidikan
dan juga masalah atau hambatan yang dihadapi dalam
merealisasikan program-program itu.

4. Teknik Elektronik.
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik maka
dalam mengakrabkan sekolah dengan orangtua siswa dan
masyarakat pihak sekolah dapat menggunakan sarana elektronik,
misalnya dengan e-mail, telepon, televisi, ataupun radio, sekaligus
sebagai sarana untuk promosi pendidikan. Dengan demikian
hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat terjalin dengan
baik.

G. KESIMPULAN
Manajemen humas pendidikan adalah pengelolaan humas
yang memiliki posisi sangat penting dalam kaitannya dengan citra dan
kualitas lembaga pendidikan di mata masyarakat. Manajemen humas
pendidikan merupakan bagian dari manajemen komunikasi organisasi
pendidikan kepada public sebagai cara untuk mengidentifikasi,
membangun, dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan
antara organisasi dan berbagai public.
Stretegi dalam manajemen kehumasan pendidikan adalah
dengan dilakukannya perencanaan yang matang, terutama mengenai
analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat, menciptakan dan
melaksanakan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program dan
pengambilan keputusan bersama dan mengupayakan jaminan
komitmen lembaga pendidikan-masyarakat sesuai tingkat kemajuan
masyarakat. Apabila itu semua sudah matang, barulah lanjut pada
tahap actuating dan tahap controlling
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat
haruslah terjalin harmonis. Ada beberapa teknik untuk mencapai itu
semua. Seperti teknik tertulis (pamflet, berita kegiatan), teknik lisan
(kunjungan rumah, panggilan orang tua, pertemuan), teknik peragaan

Pada Lembaga Pendidikan |33


(kegiataan minat bakat/ekstrakurikuler) dan teknik elektronik
(telepon, televisi dan radio).

LATIHAN TUGAS
1. Dalam penyampaian pesan pada masyarakat, selain komunikasi secara
lisan mengapa HUMAS harus mampu juga menguasai berbagai macam
cara lain, seperti komunikasi tertulis, lewat kegiatan atau melalui
elektronik/ teknologi.
2. Buatlah suatu analisis dan desain/rancangan kerja sebagai HUMAS
pada suatu lembaga pendidikan yang tidak popular atau kurang
mendapat perhatian dari masyarakat.
3. Sebuah lembaga pendidikan yang baru akan melakukan promosi
besar-besaran kepada masyarakat maka harus melakukan suatu riset
HUMAS terlebih dahulu. Seberapa penting riset tersebut terhadap
keberhasilan pencitraan lembaga tersebut? Uraikan dengan jelas.
4. Buatlah suatu analisis dan uraikan pemilihan media promosi yang
paling efektif dan efisien di era revolusi indusri 4.0 dan
keberhasilannya.
5. Bagaimana lembaga pendidikan menilai kegiatan yang telah dilakukan
berhasil atau telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan? Apa saja
tolok ukur keberhasilan yang digunakan?

34| Manajemen Humas


DAFTAR PUSTAKA
Cabot, M. (2012). Introduction to Public Relations. San Jose State
University: AJEEP.
Hasbullah. (2010). Otonomi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Kowalski, T. J. (2011). Public Relations in Schools. University Of Dyton:
Pearson Education.
Maskur. (2018). Manajemen Humas Pendidikan Islam Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Deepublish.
Mulyono. (2011). Teknik Manajemen Humas dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Studi Keislaman, 17(1).
Nurul. (2018). Strategi manajemen humas dalam menyampaikan program
unggulan madrasah. Al Tanzim, 2(1).
Pearson. (2012). What Is Public Relations? UK: Pearson Education.
Purwanto, N. (2010). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Putri, A. (2018). The Role of Public Relations as A Management Function in
Higher Education. SHS Web Conferences, 31.
Rahmat, A. (2016). Manjemen Humas Sekola. Yogyakarta: Media Akademi.
Ruslan, R. (2012). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi
Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press.
Ruslan, R. (2014). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saihudin. (2018). Manajemen Institusi Pendidikan. Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia.
Soekanto, S. (2011). Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali
Press.
Sundari, S., & Sholikhin. (2016). Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
terhadap Peningkatan Perilaku Peserta Didik di SMP Negeri 1
Bangilan. Jendela Pendidikan, 156–166.
Suryosubroto, B. (2010). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.

Pada Lembaga Pendidikan |35


PROFIL PENULIS
Dr. dr. Bernadetha Nadeak M.Pd, bekerja sebagai dosen
tetap pada program studi Manajemen Pendidikan
program pascasarjana UKI. Lahir di Bandung, 20
November 1964. E-mail: bernadetha.nadeak@uki.ac.id.
Alamat Kantor: Jln. Mayjen Sutoyo Nomor 2, Cawang
Jakarta Timur – DKI Jakarta.
Scopus ID: 57210387085, Google Scholar ID:
ImiuO5cAAAAJ, SINTA ID: 6094981, Certified Editor of BNSP, Pendidikan S3
(Doktor) di Universitas Negri Jakarta (UNJ) pada Program Studi
Manajemen Pendidikan (MP). Pendidikan S2 (Magister) di Universitas
Kristen Indonesia (UKI) pada Program Studi Manajemen Pendidikan.
Pendidikan S1 (Dokter) di Universitas Kristen Indonesia (UKI) pada
Program Studi ilmu kedokteran. Mempubliskan artikel di jurnal bereputasi
berjudul "Employee performaof private hospital non-medical services",
"Healthy work culture stimulate performance", "Analysis of nursing quality
services", "Investigating the Effect of Learning Multimedia and Thinking
Style Preference on Learning Achievement on Anatomy at Universitas
Kristen Indonesia". Menulis dan mempublikasikan dua buku ber ISBN
berjudul manajemen SDM di era 4.0 dan latihan dan pengembangan SDM.
Presenter pada Third International Conference On Social Sciences and
Education (3rd ICSSE) dengan makalah berjudul "The Description of The
Lecturers' Performance of Indonesia Private Higher Education".
Mempubliskan artikel berjudul The Effectiveness Of Organizational
Structure and effect On lecture campus and Employee Performance: Case
Study on Private Christian University in Jakarta and Correlation Between
Knowledge, Experience and Common Sense, With Critical Thinking
Capability of Medical Faculty's Students at Christian University di IJSR
Online. Mempubliskan artikel berjudul "The Relationship Among
Knowledge, experience and Common Sense with Medical Faculty
Stuednts' With Mecial Faculty Students' Critical Thinking Skill At at
Christian University of Indonesia, IASHE 4th.

36| Manajemen Humas


Pada Lembaga Pendidikan |37
BAB 3
TUGAS DAN KEWAJIBAN
HUMAS PADA
LEMBAGA PENDIDIKAN
Opan Arifudin, S.Pd., M.Pd
STIE AL-AMAR Subang

A. PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan mutu lembaga pendidikan tidak hanya
terfokus pada penyediaan faktor input lembaga pendidikan saja tetapi
juga harus lebih memperhatikan faktor proses penyelenggaraan
pendidikan. Pada prinsifnya input yang baik tidak menjadi jaminan
peningkatan mutu suatu lembaga pendidikan. Tidak hanya faktor
input dan proses saja, tetapi juga perlu diperhatikan berbagai hal
seperti keragaman peserta didik, kondisi lingkungan dan peran serta
masyarakat. Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat tercapai tanpa
memberi akses kesempatan kepada sekolah yang aktif dan mandiri
mengambil keputusan tentang pendidikan. Lembaga pendidikan harus
menjadi bagian utama, sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya
dalam peningkatan mutu yang telah menjadi komitmen masyarakat
pada lembaga pendidikan.
Tugas dan kewajiban hubungan masyarakat (humas) pada
lembaga pendidikan dalam berdasar pada kenyataan saat ini
mengalami disfungsi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang
membuat peran humas pada lembaga pendidikan kurang maksimal
atau boleh dikatakan tidak berdaya guna. Peran humas pada lembaga
pendidikan hanya terbatas pada pekerjaan yang bersifat teknis
administrative. Sebagai contoh yang sangat mencolok dari hal ini tugas
dan kewajiban humas pada lembaga pendidikan hanya menjadi
moderator atau notulen rapat sekolah atau tugas lainnya paling
mengedarkan undangan rapat atau acara arisan lembaga pendidikan
dan daftar hadir ketika upacara. Dalam konteks tugas dan kewajiban
diluar lembaga pendidikan sebagai contoh menggantikan kepala
sekolah yang berhalangan hadir memenuhi undangan untuk mengikuti
rapat-rapat atau pertemuan dengan dinas atau instansi. Sehingga
peran wakil kepala Sekolah humas terkesan kurang greget dengan
tugas dan tanggung jawab tidak sebesar wakil kepala Sekolah yang
lainnya.
Peran humas lembaga pendidikan saat ini secara empiris lebih
kepada tugas-tugas administratif. Hal ini terjadi dengan penunjukan
humas tidak didasarkan pada kompetensi yang dimiliki, namun lebih
kepada pemenuhan posisi. Sehingga yang terjadi humas lembaga
pendidikan tidak memiliki program kerja yang jelas atau ada program
kerja tetapi tidak dapat dilaksanakan karena tidak sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. Disamping pelaksanaan tugas humas tanpa
disadari humas lembaga pendidikan kurang diberi kewenangan
dengan tugas dan fungsinya. Sebagai contoh empiris dilapangan
bahwa banyak tamu berkunjung ke lembaga pendidikan baik untuk
keperluan promo produk atau konfirmasi informasi lembaga
pendidikan kerap langsung ke kepala sekolah. Begitupun jika ada
acara-acara sosialisasi perguruan tinggi di lembaga pendidikan selalu
ditangani oleh wakasek kesiswaan atau kurikulum sehingga terkesan
tumpang tindih. Terlebih humas tidak memiliki anggaran mandiri

Pada Lembaga Pendidikan |39


sehingga sulit untuk membiayai program public relationship. Padahal
untuk mendukung tugas Humas harus ada pengadaan barang seperti
kamera, handycame, alat tulis kantor, komputer, internet dan lainnya
termasuk tenaga staf yang membantu dokumentasi dan distribusi
informas.
Menurut Broom, dkk (2011) Humas adalah fungsi manajemen
yang mengidentifikasi, membangun, dan mempertahankan hubungan
yang saling menguntungkan antara organisasi dengan berbagai publik
yang menjadi penentu kesuksesan dan kegagalannya. Terkait peran
dari humas ini secara hakikat sebagai penyambung komunikasi antara
lembaga pendidikan dan masyarakat maupun sebaliknya. Tujuan dari
adanya hubungan humas lembaga pendidikan dengan masyarakat
adalah sebagai upaya meningkatkan kepedulian, keterlibatan,
kepemilikan dan dukungan masyarakat terhadap lembaga pendidikan.
Konteks Masyarakat disini meliputi masyarakat setempat dimana
sekolah itu berada, orang tua murid dan masyarakat pengguna
lembaga pendidikan. Hubungan antara humas lembaga pendidikan
dan masyarakat pada hakikatnya adalah sarana yang mempunyai
peranan dan menentukan dalam rangka usaha mengadakan
pembinaan, pertumbuhan dan juga perkembangan peserta didik di
lembaga pendidikan. Ada kebutuhan yang sama dari keduanya, baik
dari segi edukatif maupun dari segi psikologis sehingga hubungan
humas lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan simbiosi
mutualisme.
Hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat lebih
dibutuhkan dan terasa fungsinya karena adanya kecenderungan
perubahan dalam pendidikan yang menekankan perkembangan
pribadi dan sosial peserta didik melalui pengalaman peserta didik
dibawah bimbingan guru baik diluar maupun di dalam lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan dengan masyarakat memiliki
hubungan yang erat dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan
secara efektif dan efisien. Sebaliknya lembaga pendidik juga harus
menunjang pencapaian tujuan, pemenuhan kebutuhan masyarakat
khususnya kebutuhan pendidikan. Dari hal tersebut dapat dipahami,
bahwa lembaga pendidikan pada hakikatnya adalah suatu bentuk

40| Manajemen Humas


organisasi yang terbuka dalam arti lembaga pendidikan selalu
membangun relasi atau hubungan dengan lingkungannya. Hal ini
perlu, karena untuk menjaga agar system atau lembaga itu tidak
mudah mati. Karena hidup dan matinya pendidikan sebagian besar
ditentukan oleh usaha lembaga pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian lembaga pendidikan berkewajiban memberi
pemahaman tentang tujuan, program, kebutuhan serta keadaan
masyarakat. Lembaga pendidikan juga harus mengetahui dengan jelas
apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat. Jadi antara
lembaga pendidikan dengan masyarakat harus memiliki dan
membangun hubungan yang harmonis. Akan tetapi fenomena yang
terjadi sekarang ini terlebih lagi lembaga pendidikan di kota-kota
besar, terjadi hubungan yang kurang harmonis antara lembaga
pendidikan dengan masyarakat. Apalagi untuk membangun hubungan
yang baik antara lembaga pendidikan dengan masyarakat, diperlukan
waktu yang tidak sedikit. Sementara itu kebutuhan terhadap
hubungan antara sekolah dengan masyarakat ini makin mendesak.
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidakberdayaan humas di lembaga pendidikan dalam menjalankan
tugasnya, diantaranya tidak tahu tugas dan fungsinya, yang
bersangkutan tidak memiliki kompetensi (keahlian), kewenangannya
dibatasi atau tumpang tindih, tidak memiliki anggaran dan terbatasnya
tenaga humas. Tidak sedikit lembaga pendidikan yang memiliki
wakasek bidang humas tidak memahami tugas pokoknya.
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, secara lebih detail
tentang bagaimana manajemen hubungan masyarakat pada lembaga
pendidikan yang meliputi pelaksanaan, fungsi dan hal-hal yang lain
yang berkaitan dengan hubungan dengan masyarakat. Peningkatan
mutu atau kualitas pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa
pemberian kesempatan sebesar-besarnya kepada lembaga pendidikan
untuk secara aktif dan mandiri dalam mengambil sebuah keputusan
pendidikan. Lembaga pendidikan disini menjadi bagian utama,
sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan
mutu yang telah menjadi komitmen demi kemajuan masyarakat.

Pada Lembaga Pendidikan |41


Dengan demikian dibutuhkan secara komprehensi terkait Tugas dan
kewajiban humas pada lembaga pendidikan.

B. FUNGSI HUBUNGAN MASYARAKAT


Lembaga pendidikan merupakan sebuah organisasi yang harus
menjalankan fungsi-fungsi organisasinya dalam rangka berupaya
mencapai tujuan organisasi. Lembaga pendidikan sebagai sebuah
organisasi harus menjalankan fungsi organisasinya dalam penerapan
administrasi pendidikan, yaitu dengan memperhatikan komponen
lingkungan sebagai salah satu faktor dalam pendidikan. Masyarakat
sebagai lingkungan lembaga pendidikan harus diperhatikan dan
dikondisikan oleh lembaga pendidikan agar masyarakat dapat terlibat
dalam pengelolaan lembaga pendidikan.
Humas lembaga pendidikan merupakan bagian dari lembaga
pendidikan yang memiliki peran menyambungkan komunikasi antara
lembaga pendidikan dan masyarakat. Hal ini sebagai upaya
membangun sinergi antara lembaga pendidikan dengan masyarakat
guna mencapai tujuan pendidikan bermutu. Lembaga pendidikan dan
masyarakat memiliki tujuan yang sama sehingga hanya dibutuhkan
komunikasi yang intens dan baik dalam membangun sinergi
keduannya. Fungsi utama hubungan masyarakat yakni menumbuhkan
dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga organisasi
dengan publiknya dalam rangka menanamkan pengertian,
menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik supaya menciptakan
pendapat atau opini yang menguntungkan lembaga atau organisasi.
Menurut Edwin Emery, ia menyatakan bahwa fungsi
hubungan masyarakat adalah upaya yang terencana dan terorganisasi
dari sebuah perusahaan atau lembaga untuk menciptakan hubungan-
hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya.
Berdasar pada pendapat ini, bahwa hubungan masyarakat harus
memiliki system seperti halnya sebuah organisasi dalam rangka
mencapai tujuan hubungan masyarakat untuk melayani publik.
Sebuah hubungan masyarakat lembaga pendidikan harus dapat
bersinergi dengan seluruh masyarakat pendidikan guna menghasilkan
manfaat bagi yang menerima layanan.

42| Manajemen Humas


Berdasarkan pemikiran ini bahwa dapat disimpulkan
hubungan masyarakat mempunyai fungsi timbal balik, dengan
menumbuhkan sikap dan gambaran masyarakat yang positif terhadap
segala tindakan dan kebijakan organisasi atau lembaganya. Serta
berusaha mengenali hal-hal yang dapat menimbulkan sikap negatif
dalam masyarakat atau referensi sebelum sesuatu tindakan atau
kebijakan dilakukan.
Adanya hubungan masyarakat dalam lembaga pendidikan
tidak lain adalah sebagai wadah komunikasi antara lembaga
pendidikan dengan masyarakat guna mendiskusikan berbagai masalah
terkait kemajuan pendidikan dan layanan pendidikan yang bermutu.
Tujuan hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat adalah:
1. Mengembangkan pembinaan pengertian masyarakat tentang
semua aspek atau bidang pelaksanaan program pendidikan di
lembaga pendidikan. Ini dilakukan agar masyarakat termotivasi
untuk bisa memberikan bantuan yang maksimal terhadap
terlaksananya program-program lembaga pendidikan tersebut.
2. Menampung harapan-harapan tentang tujuan pendidikan di
lembaga pendidikan, yang dapat dilakukan dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan rutin antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat. Hal ini perlu karena lulusan lembaga pendidikan akan
kembali ke masyarakat, maka tujuan harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh partisipasi, dukungan, bantuan secara konkrit dari
masyarakat, baik berupa tenaga, sarana maupun dana demi
kelancaran tercapainya tujuan pendidikan.
4. Menumbuh dan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih
besar pada masyarakat terhadap kelangsungan program
pendidikan di lembaga pendidikan.
5. Mengikutsertakan masyarakat dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pendidikan, menyangkut permasalahan peserta
didik, guru, perlengkapan, keuangan dan perumusan tujuan
lembaga pendidikan.

Berdasarkan tujuan di atas bahwa lembaga pendidikan


diharapkan dapat melaksanakan hubungan dengan masyarakat secara

Pada Lembaga Pendidikan |43


terus menerus dan berkesinambungan, sehingga masyarakat dapat
membantu program lembaga pendidikan dan kerjasama yang baik
sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan yang bermutu.

C. TUGAS DAN KEWAJIBAN HUBUNGAN MASYARAKAT


Hubungan masyarakat pada lembaga pendidikan memiliki
peran yang cukup vital dalam rangka membangun mutu lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan yang bermutu dapat dilihat dari
sejauh mana lembaga pendidikan itu menampung aspirasi masyarakat
guna menghasilkan perbaikan-perbaikan di masa mendatang untuk
mencapai mutu pendidikan. Adapaun Tugas dan kewajiban utama
hubungan masyarakat pada lembaga pendidikan adalah:
1. Menyampaikan pesan, informasi dari lembaga pendidikan secara
lisan, tulis atau visual kepada publiknya, sehingga masyarakat
memperoleh pengertian yang benar, tepat mengenai kondisi
lembaga pendidikan, tugas dan kegiatannya.
2. Melakukan studi dan analisis atas tanggapan publik terhadap
kebijaksanaan dan tindakan lembaga pendidikan.
3. Menyampaikan fakta-fakta dan pendapat kepada para pelaksana
tugas guna membantu mereka dalam memberikan pelayanan
yang mengesankan publik.

Berfungsi tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat


diketahui dari ada tidaknya kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu
lembaga. Mengenai konsep fungsional humas, Scott M. Cutlip
memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili
dari publik-publik suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan dan
operasionalisasi organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan
ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik tersebut
2. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun
kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat
diterima secara maksimal oleh public
3. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat
menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap
kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi.

44| Manajemen Humas


Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat pada
hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam
membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di
lembaga pendidikan. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan
bagian yang integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu
masyarakat. Lembaga pendidikan dan masyarakat memiliki hubungan
yang sangat erat dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan, oleh
karena itu hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat harus
dibina suatu hubungan yang harmonis sehingga lahirnya komite
Sekolah saat ini.
Menurut Purwanto, Ngalim (1993:189-190) Secara kongkrit
lagi, tujuan diselenggarakan hubungan lembaga pendidikan dan
masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2. )Mendapatkan dukungan dan bantuan morel maupun finansial
ang diperlukan bagi pengembangan sekolah.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan
pelaksanaan program sekolah.
4. Memperkaya dan memperluas program sekolah sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan
sekolah dalam mendidik anak-anak.

Adapun pendapat lain dari Nawawi yang mengemukakan


bahwa tugas-tugas pokok atau beban kerja humas suatu organisai
atau lembaga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Memberikan informasi dan menyampikan ide (gagasan) kepada
masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkannya.
Menyebarluaskan informasi dan gagasan-gagasan itu agar
diketahui maksud atau tujuannya sertakegiatankegiatannya
termasuk kemungkinan dipetik manfaatnya oleh pihak-pihak
diluar organisasi.
2. Membantu pimpinan yang karena tugas-tugasnya tidak dapat
langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang memerlukannya.

Pada Lembaga Pendidikan |45


3. Membantu pimpinan mempersiapkan bahan-bahan tentang
permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang
menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu. Dengan
demikian pimpinan selalu siap dalam memberikan bahan-bahan
informasi yang up-to-date.
4. Membantu pimpinan dalam mengembagkan rencana dan
kegiatan-kegiatan lanjutan yang berhubungan dengan pelayanan
kepada masyarakat (Publicservice) sebagai akibat dari komunikasi
timbal balik dengan pihak luar, yang ternyata menumbuhkan
harapan atau penyempurnaan policy atau kegiatan yang telah
dilakukan oleh organisasi.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa dapat dimaknai humas


merupakan bidang yang mempunyai ruang lingkup kerja yang cukup
luas bukan hanya sekedar melakukan hubungan dengan pihak lain,
memperindah penampilan melancarkan propaganda guna mencapai
tujuan, kegiatan membangun relasi dengan pers dan sebagai juru
bicara serta koordinator lalu lintas informasi dengan pengguna
layanannya. Dengan demikian humas memiliki kewajiban selalu
mengetahui latar belakang dari suatu kebijakan dan keputusan yang
diambil oleh pihak pimpinan. Bagian humas dituntut mempunyai
kemampuan dalam mengamati dan menganalisa persoalan,
berkepribadian menarik dan mampu mempengaruhi pendapat umum,
menjalin kerjasama dan dapat dipercaya serta bisa menjalin hubungan
baik dengan pihak lain sebagai konsumen dan semua stakeholder
lembaga pendidikan.
Peran Humas yang tidak kalah pentingnya adalah mempunyai
tugas dan fungsi salah satunya menangani citra dalam sebuah institusi.
Saat ini perkembangan humas sebagai salah satu profesi menjadi salah
satu personal yang bertugas untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi tersebut yaitu bagaimana membangun dan mengembangkan
hubungan-hubungan yang baik antara berbagai institusi dengan
masyarakat pengguna demi tercapainya tujuan lembaga.
Dalam perannya di lembaga pendidikan, humas lembaga
pendidikan yang secara struktural dipimpin oleh Wakil kepala sekolah
bidang Hubungan Masyarakat. Peran dari wakil kepala Sekolah

46| Manajemen Humas


mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan
kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
2. Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat
langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang memerlukannya.
3. Membantu Kepala Sekolah mempersiapkan bahan-bahan tentang
permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang
menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.
4. Membantu Kepala Sekolah dalam mengembangkan rencana dan
kegiatan lanjutan yang berhubungan dengan pelaksanaaan kepada
masyarakat sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan
pihak luar, yang ternyata menumbuhkan harapan untuk
penyempurnaaan kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi.
5. Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam
masyarakat tentang masalah pendidikan.
6. Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh
bantuan dan kerja sama.
7. Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan.
8. Menunjukkan pergantian keadaan pendapat umum.
9. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Humas secara berkala.

Berdasar pada tugas dan kewajiban humas pada lembaga


pendidikan ini seperti diuraikan diatas bahwa dalam mejalankan tugas
dan kewajiban humas dibutuhkan sinergi semua pihak dalam lembaga
pendidikan. Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak diraih oleh
satu elemen dalam lembaga pendidikan saja tetapi dibutuhkan sebuah
unit atau kesatuan seluruh masyarakat pendidikan guna menghasilkan
sinergi dalam mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Sehingga
lembaga pendidikan dalam hal ini humas lembaga pendidikan dapat
berkontirbusi terhadap kemajuan lembaga pendidikan dan
berkontribusi terhadap program pemerintah dalam menghasilkan
sumber daya manusia unggul.

Pada Lembaga Pendidikan |47


D. RANGKUMAN
Peningkatkan mutu lembaga pendidikan tidak hanya terfokus
pada penyediaan faktor input lembaga pendidikan saja tetapi juga
harus lebih memperhatikan faktor proses penyelenggaraan
pendidikan. Tujuan dari adanya hubungan humas lembaga
pendidikan dengan masyarakat adalah sebagai upaya meningkatkan
kepedulian, keterlibatan, kepemilikan dan dukungan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan. Sehingga peran hubungan masyarakat
dalam lembaga pendidikan sangat vital dalam menghasilkan mutu
pendidikan yang baik. Hubungan masyarakat mempunyai fungsi
timbal balik, dengan menumbuhkan sikap dan gambaran masyarakat
yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau
lembaganya. Serta berusaha mengenali hal-hal yang dapat
menimbulkan sikap negatif dalam masyarakat atau referensi sebelum
sesuatu tindakan atau kebijakan dilakukan. tugas dan kewajiban
humas dibutuhkan sinergi semua pihak dalam lembaga pendidikan.
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak diraih oleh satu
elemen dalam lembaga pendidikan saja tetapi dibutuhkan sebuah
unit atau kesatuan seluruh masyarakat pendidikan guna
menghasilkan sinergi dalam mencapai tujuan pendidikan yang
bermutu.

48| Manajemen Humas


DAFTAR PUSTAKA
Cutlip, Scoot. 2006. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana
Cutlip, Scoot M., Allen H. Center, dan Glen M. Broom. 2011. Effective
Public Relations, Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana.
Edwin Emery. 2001. Introduction To Mass Communications. New York:
Longman
Nawawi, Hadari, 2011, Manajemen Sumber Daya manusia, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pada Lembaga Pendidikan |49


PROFIL PENULIS

Penulis memiliki nama lengkap Opan Arifudin lahir di


Subang 17 Juli 1991, dari pasangan (alm) Omang
Awaludin dan Nawangsih. Saat ini berprofesi sebagai
dosen, peneliti, penulis dan konsultan perguruan
tinggi. Pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi
di Bandung, Indramayu, Jakarta dan kini menjadi
Dosen Tetap di STEI Al-Amar Subang.
Menamatkan pendidikan dasar di SDN Gardusayang I,
jenjang menengah pertama di SMPN 1 Tanjungsiang, menengah atas di
SMKN 1 Purwakarta dan melanjutkan Pendidikan jenjang sarjana, magister
dan doktor di Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung. Saat ini pun
aktif menjadi penulis berlisensi Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP)
dengan nomor Penulis BNSP 1446.020612019 dan penulis regular di koran
harian pasundan ekspres diantaranya menulis pada judul Manajemen
Perguruan Tinggi Menuju Era Revolusi Industri 4.0, Desa Mulai Bersolek
Menggali Potensinya Lewat Wisata, Perguruan Tinggi Lokal Harus Mampu
Bersaing Di Era Digital, Urgensi Kompetensi di Era Revolusi Industri 4.0 dan
Memupuk Asa Melanjutkan Pendidikan Tinggi Di Era Disrupsi. Selain aktif
sebagai Dosen, penulis sebagai peneliti dengan memiliki beberapa Hak
Paten Kekayaan Intelektual (HKI) untuk karyanya. Dengan mendampingi
beberapa Desa di Kabupaten Subang dalam pembangunan Desa Wisata.

50| Manajemen Humas


Pada Lembaga Pendidikan |51
BAB 4
JENIS KEGIATAN HUMAS
PADA LEMBAGA
PENDIDIKAN
Marwidin Mustafa, S.Sos.I
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan

A. PENDAHULUAN
Dr. Rex Harlow dalam bukunya berjudul : “ A Model For Public
Relations Education For Professional Practices yang di terbitkan oleh
International Public Relations Association (IPRA) 1978 menyatakan
definisi public relations adalah fungsi manajemen yang khas dan
mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi
dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian,
penerimaan dan kerja sama ; melibatkan manajeman dalam
menghadapi persoalan /permasalahan, membantu manajemen untuk
mampu menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam
mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak
sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecendurangan
penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis
sebagai sarana utama. (Ruslan, 2014:16)
Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di
Mexico city, Agustus 1978, menghasil kan definisi humas atau public
relations yang dinamakan the statement of Mexico. Ditetapkan
definisi humas atau public relations adalah sebagai berikut : humas
adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang dapat
dipergunakan menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksi
setiap kemungkinan konsekunsi dari setiap kegiatannya, memberi
masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan
mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana
untuk melayani kebutuhan organisasi maupun kepentingan
khalayaknya (Anggoro, 2002:2)
Citra positif merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh
suatu lembaga pendidikan, termasuk lembaga sekolah. Citra positif
tentunya akan berkaitan dengan eksistensi suatu lembaga. Hal ini
karena adanya penilaian yang positif akan memengaruhi kepercayaan
masyarakat terhadap suatu lembaga pendidikan untuk
menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan tersebut. Keberadaan
lembaga pendidikan pada awalnya mendasarkan pada suatu alasan
bahwa orangtua tidak mampu mendidik anaknya secara sempurna
dan lengkap, dengan demikian memerlukan pihak lain, yakni lembaga
pendidikan, untuk membantu peran orangtua dalam mendidik
anaknya. (Maskur, 2015 : 222 ).
Humas dalam lembaga pendidikan meliputi persoalan
hubungan masyarakat luas yang pesannya adalah masalah-masalah
pendidikan. Dengan demikian di dalam aktivitas humas terkandung
aktivitas komunikasi antara pihak lembaga pendidikan dan
masyarakat. Kegiatan humas selalu dijalankan dengan komunikasi.
Yang dimaksud dengan komunikasi adalah proses penyampaian berita
dari suatu sumber berita kepada orang lain.

Pada Lembaga Pendidikan |53


B. HUMAS DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan sebagai sebuah organisasi memiliki dua
jenis komunikasi jika dilihat dengan pihak mana lembaga pendidikan
melakukan komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi Internal, yaitu komunikasi yang terjadi antara pihak-
pihak internal lembaga pendidikan seperti kepala sekolah, guru,
tata usaha, siswa, pegawai kantin, dan lain sebagainya.
2. Komunikasi eksternal, yaitu komunikasi yang terjadi antara
lembaga pendidikan dengan publik seperti orang tua siswa,
pemerintahm dan masyarakat pada umumnya.
Selanjutnya jika dilihat dari arah komunikasi yang terjadi maka
dapat dibedakan menjadi:
1. Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi ke lembaga yang lebih tinggi.
Sebagai contoh komunikasi lembaga pendidikan dengan kanwil
diknas. Isi komunikasi dapat berupa laporan, informasi, atau
keluhan dan saran.
2. Komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi yang diberikan lembaga
yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Isi komunikasi bisa
berupa pemberitahuan, penyadaran, dorongan, persuasi, atau
perintah kepada bawahan agar bertindak sesuai dengan isi pesan
dan tujuannya.
3. Komunikasi horisontal, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan dengan instansi yang bersifat resmi. Seperti
komunikasi dengan lembaga pendidikan lain atau instansi lain di
luar dunia pendidikan seperti kantor pos, bank, toko, dan lainnya.

C. HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT


Sebagaimana namanya, humas menitikberatkan pada aktivitas
hubungan antara lembaga pendidikan dan pihak masyarakat. Bentuk
hubungan yang bisa terjadi adalah:
1. Hubungan antara lembaga pendidikan dengan orang tua dan
warga masyarakat. Dalam hal ini ada dua bentuk hubungan yaitu
hubungan yang sifatnya individual dan hubungan yang sifatnya
organisatoris. Secara individual misalnya orang tua datang ke
sekolah untuk berkonsultasi maupun untuk membahas

54| Manajemen Humas


permasalahan anaknya. Secara organisasi misalnya polisi sebagai
lembaga yang berwenang melakukan penyuluhan narkoba di
lembaga pendidikan.
2. Hubungan lembaga pendidikan dengan alumni.
3. Hubungan lembaga pendidikan dengan dunia kerja.
Pelaksanaannya dengan mengundang tokoh yang berhasil untuk
datang ke lembaga pendidikan agar dapat memberi inspirasi. Bisa
juga dengan mengirim siswa ke dunia usaha.
4. Hubungan dengan instansi lain, misalnya bekerja sama dengan
badan swasta melakukan kampanye anti narkoba atau “safety
riding”.

Hal-hal yang perlu disampaikan oleh humas, antara lain:


1. Sikap resmi.
2. Informasi.
3. Wacana pemikiran.
4. Berita .

D. KEGIATAN HUMAS DI LEMBAGA PENDIDIKAN


M. Linggar Anggoro ( 2000 : 318) menyebutkan, hubungan
masyarakat (humas) menjadi suatu profesi yang banyak diminati saat
ini. Tidak bisa dipungkiri hampir semua institusi baik organisasi
komersial maupun nonkomersial membutuhkannya. Humas sering
diidentikkan dengan periklanan meskipun pada hakikatnya berbeda.
Selain itu, dikenal pula marketing publik relations (M-PR) sebagai
konsep yang membangun citra lembaga dan produk dengan
memberikan informasi yang rinci dan lengkap.
Purwanto (1987: 194) mengkategorikan hubungan masyarakat
dengan lembaga pendidikan ke dalam tiga jenis, yakni:
1. Hubungan edukasi,
2. Hubungan kultural, dan
3. Hubungan institusional.

Purwanto (1987: 194) mengartikan hubungan edukatif sebagai


hubungan kerja sama dalam hal mendidik/murid, antara guru di

Pada Lembaga Pendidikan |55


sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adapun hubungan kultural ia
artikan sebagi usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang
memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan
kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.
Sedangkan hubungan institusional diartikan sebagai hubungan
kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-
instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan
kerja sama antara sekolah dengan sekolah-sekolah lain, dengan kepala
pemerintahan setempat, jawatan penerangan, jawatan pertanian,
perikanan dan peternakan, dengan perusahaan-perusahaan
pemerintah maupun swasta, yang berkaitan dengan perbaikan dan
perkembangan pendidikan pada umumnya.
Dilihat dari aspek kegiatan yang dilaksanakan untuk
membangun dan mengembangkan hubungan itu, maka kegiatan
hubungan masyarakat ini dapat dibedakan kedalam beberapa jenis
yang masing-masing jenis dapat meliputi beberapa bentuk, yaitu:
1. Jenis tulisan
Hubungan masyarakat jenis ini dapat dilaksanakan dalam
beberapa bentuk kegiatan, yaitu:
a. mengadakan buletin sekolah atau majalah,
b. menyampaikan lembar informasi kepada masyarakat dalam
bentuk liflet atau yang semisalnya,
c. catatan berita gembir atas perkembangan harian peserta didik
kepada orang tua
d. catatan berita masalah peserta didik di sekolah untuk orang
tua.
2. Jenis lisan
Hubungan masyarakat dalam jenis ini dapat dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan:
a. kunjungan rumah para orang tua peserta didik.
b. panggilan orang tua ke sekolah, dan
c. pertemuan-pertemuan formal orang tua dengan pihak sekolah
seperti: rapat musyawarah untuk pengembangan sekolah.
3. Jenis peragaan

56| Manajemen Humas


Dalam jenis ini kegiatan dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan kurikuler dan ekastra kurikuler peserta didik, serta
aktivitas para guru baik di sekolah maupun di tengah-tengah
masyarakat.
4. Jenis opini publik
Kegiatan hubungan masyarakat dalam jenis ini dapat
berbentuk open house, mengundang masyarakat dalam kegiatan
masive, seperti pengajian dan seminar, bakti sosial, pameran dan
semisalnya. Muslim, dkk. (dalam Subakir, 2001:19) mengemukan
bentuk-bentuk kegitan tersebut di atas denagan bahasa istilah
berbeda. Dia menggunakan dalam bentuk kata kerja hingga
menjadikannya sebagai cara untuk dapat menjalankan dan
mengembangkan hubungan kerjasama antara sekolah dengan
masyarakat. Dikatakan bahwa bergagai cara yang dapat digunakan
adalah:
a. berkirim surat,
b. bersilaturrahim,
c. terlibat dalam kegiatan masyarakat,
d. datang berkunjung di temapat atau kegiatan masyarakat,
e. bertelephon,
f. mengundang masyarakat dalam acara rapat yang
diselenggarakan sekolah,
g. menyertakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah, dan
h. mengadakan pameran.

E. KRITERIA PETUGAS HUMAS


Memang tidak mudah menggambarkan profil petugas humas,
namun dari beberapa buku disebutkan enam criteria yang merangkum
kualitas yang harus dimiliki seorang petugas humas atau pranata
humas atau public relations, antara lain; (1). Mampu menghadapi
semua orang yang memiliki aneka ragam karakter dengan baik; (2).
Mampu berkomunikasi dengan baik, menjelaskan segala sesuatu
dengan jelas dan lugas, baik lisan maupun tertulis,atau bahkan secara
visual; (3). Mampu mengorganisir segala sesuatu, termasuk dalam

Pada Lembaga Pendidikan |57


perencanaan program; 4. Memiliki integritas personal, baik dalam
profesi maupun kehidupan pribadi; (5). Mempunyai imajinasi; 6. Serba
tahu, dalam hal ini adalah akses informasi yang seluas-luasnya.
(Hikmah Romalina, kehumasan.pdf, 2015, 1).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan kriteria ideal adalah
kemampuan dalam hal manajemen, keterampilan, dan kepribadian.
Gambaran umum tentang profil petugas humas dan kualifikasi yang
dimilikinya sebagai berikut. Petugas humas haruslah orang yang
memiliki kerampilan, khususnya di bidang penulisan, mendengarkan,
berbicara, membaca dan menggunakan alat-alat komunikasi lainnya,
mampu berbahasa Inggris jika memungkinkan.
Menurut (Hikmah Romalina, 2015,_kehumasan.pdf, 2015, 5
)Pranata humas harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang
berbagai macam media dan memahami proses manajeman. Pranata
humas harus memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu
masalah, dalam mengambil keputusan, mengelola opini public,
mengevaluasi kecenderungan perilaku dan respon public. Petugas
humas juga harus memiliki selera dan perilaku yang baik tentang etika,
simpati, dan empati, kepemimpinan, semangat, kreativitas dan
imajiasi, kematangan/stabilitas kepribadian serta integritas pribadi.
Petugas humas dituntut cakap dalam bekerja, rapi dan pantas
serta tidak berlebihan dalam berpakaian, santun dan sopan dalam
bertutur kata dan bersikap, petugas humas juga harus supel dalam
pergaulan tidak boleh membeda-bedakan dan menunjukan sikap
arogan karena petugas humas sebagai etalase dari sebuah instasi/
lembaga/ organisasi. Petugas humas harus mampu memberikan solusi
terhadap permasalahan atau kasus yang disampaikan kepadanya.
Setiap tamu, yang datang ke humas untuk bertanya tentang suatu hal,
maka sudah menjadi kewajiban petugas humas untuk memberikan
jawaban dan solusi kepada yang bertanya, ada perasaan bersalah jika
orang yang datang bertanya ke humas tetapi tidak memperoleh solusi
dan jawaban dari pertanyaan atau permasalahnnya.

58| Manajemen Humas


F. RANGKUMAN
Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat pada
hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam
membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di
sekolah. Dalam hal ini sekolah merupakan bagian yang integral dari
sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai
tujuan sekolah, oleh karena itu hubungan sekolah dengan masyarakat
harus dibina suatu hubungan yang harmonis.
Maka sangat wajar peran Humas dalam mengfungsikan
hungungan lembaga secara optimal dengan masyarakat. Berfungsi
tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada
tidaknya kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu lembaga. Sesuai
dengan konsep fungsional humas, Scott M. Cutlip dan Allen Center
(Effendy Onong, 2002:34) memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili
dari publik-publik suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan dan
operasionalisasi organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan
ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik tersebut
2. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun
kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat
diterima secara maksimal oleh public
3. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat
menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap
kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi.

LATIHAN DAN TUGAS


1. Jelaskan apa jenis kegiatan Humas di Lembaga Pendidikan Anda?
2. Sebutkan contoh peran Humas dalam membangun Opini Publik?
3. Apa yang dimaksud dengan Tugas Fungsi Internal dan Eksternal
HUmas di Lembaga Pendidikan?
4. Apa syarat dan kriteria menjadi seoarang Petugas Humas?
5. Apa yang harus dipersiapkan oleh seorang Humas ?

Pada Lembaga Pendidikan |59


DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi


komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada Press
Purwanto, Ngalim. 1993. Administrasi dan Supervisi Pendidikan Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya
Suharsimi Arikunti dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta:
Aditya Media,
https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/view/4214
https://pakarkomunikasi.com/konsep-manajemen-humas-pendidikan
Zulkarnaen Nasution, 2017. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan
(Malang, UMM PRESS)

60| Manajemen Humas


PROFIL PENULIS

Marwidin Mustafa atau biasa dipanggil Marmus


oleh orang-orang disekitarnya. Ia lahir di
Saramaba, sebuah Desa di Kabupaten Aceh Utara,
pada tanggal 05 Juli 191 dari pasangan alm.
Mustafa Sulaiman dan Ummi Hadanan. Marmus
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, Ia
memiliki dua orang adik Laki-laki, T. Ismarival
Hadizian dan Rahmadi.
Marmus menamatkan sekolah SD dan SMA di kampong halamannya,
di Aceh Utara. Tahun 1999 Hijrah ke Banda Aceh. Kuliah di Fakultas
Dakah UIN AR Raniry. Selain menjadi jurnalis di Tabloid Gema
Baiturrahman, Banda Aceh. Ia sedang menyelesaikan kuliah pada
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, di
Program Magister Ilmu Komunikasi.

Pada Lembaga Pendidikan |61


62| Manajemen Humas
Pada Lembaga Pendidikan |63
BAB 5
TEKNIK MANAJEMEN
HUMAS LEMBAGA
PENDIDIKAN
Dr. Wahyuni Choiriyati, S.Sos.,M.Si.
Universitas Pertamina

A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah hak yang harus diterima oleh warga
negara Indonesia. Hal ini didasarkan pada pasal 31 UUD 1945 yang
mengungkapkan bahwa setiap entitas warga negara Indonesia
memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Pasal 31 UUD
1945 memberikan penegasan bahwa hak atas pendidikan bagi setiap
individu warga negara Indonesia adalah sama. Secara formal, latar
belakang etnis, agama, dan keturunan tidak membuat seseorang
memperoleh privilege terkait akses pendidikan. Pada dasarnya ada
tiga komponen yang berperan dalam pendidikan setiap entitas
individu yaitu pertama keluarga, kedua sekolah dan ketiga masyarakat
(Gazali, 2013). Ketika individu lahir ke dunia, keluarga menjadi tempat
pertama yang berperan sebagai lembaga pendidikan. Orangtua
memainkan peran sentral sebagai “guru” yang mengajarkan banyak
hal kepada anak mereka. Orangtua memperhatikan setiap hal yang
berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Mereka mengajarkan
banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang akan dilalui
anak. Hal dasar yang biasanya diajarkan oleh orangtua kepada
anaknya adalah berkomunikasi. Ibu mengajak anaknya berkomunikasi
dalam kandungan dan secara tidak langsung mengajarkan bagaimana
cara berkomunikasi yang efektif, meskipun hal ini masih memerlukan
riset yang lebih jauh terkait komunikasi ibu dan bayinya yang masih
berada dalam kandungan. Setelah lahir, seorang anak akan
menghabiskan sebagian besar waktunya bersama orangtuanya.
Orangtua mengajarkan komunikasi kepada anaknya melalui praktik
verbal dan noverbal. Hal ini lah yang paling tidak dapat dijadikan
sebagai bukti bahwa orangtua adalah “guru” pertama seorang anak.
Kegiatan pendidikan yang dilakukan dalam keluarga secara
umum dikenal sebagai pendidikan keluarga. Tidak berlebihan kiranya
untuk mengatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bentuk
pendidikan pertama dan utama. Seperti halnya dalam paparan
paragraf sebelumnya bahwa pendidikan keluarga adalah pendidikan
yang pertama kali dialami oleh seorang individu setelah dilahirkan ke
dunia. Tidak mungkin ketika baru dilahirkan seorang anak langsung
menempuh pendidikan di luar keluarga. Paling tidak hingga saat ini
penulis belum menemukan fakta bahwa ada institusi pendidikan yang
dapat berperan seperti keluarga dalam memberikan pendidikan
pertama. Sementara itu, pendidikan keluarga disebut sebagai
pendidikan utama karena secara umum keluarga menjadi tempat awal
bagi seorang anak untuk mengenyam pendidikan (Ihsan, 1995).
Keluarga, khususnya orangtua, memiliki tanggungjawab memberikan
pendidikan yang demokratis, berkeadilan, dialogis, serta saling
mengasihi dan menyayangi dengan basis pada keteladanan orangtua.
Apabila kita membaca artikel di surat kabar atau mengkonsumsi
konten media elektronik terdapat informasi bahwa salah satu tren

Pada Lembaga Pendidikan |65


kepemimpinan yang sedang booming di Barat adalah prinsip Lead by
Example. Konsep ini memiliki kemiripan dengan konsep pendidikan
yang dikenalkan oleh Ki Hajar Dewantara yakni “Di depan memberi
contoh”. Keluarga memainkan peran ini dimana orangtua
memosisikan diri mereka menjadi panutan sehingga setiap
perilakunya harus menjadi contoh baik bagi anaknya.
Perkembangan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari dinamika
sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat. Pembagian peran dan
fungsi dalam masyarakat pra sejarah salah satunya didasarkan pada
jenis kelamin. Laki-laki memiliki peran dan fungsi dominan di luar
rumah dalam mengumpulkan makanan. Perempuan, sebaliknya,
memiliki banyak peran domestik, seperti dalam merawat anak. Hal ini
kemudian berubah secara signifikan dalam masyarakat modern. Peran
perempuan dan laki-laki cenderung mengalami penyetaraan. Tidak
hanya laki-laki yang bekerja di luar rumah, perempuan pun dapat
bekerja di luar rumah. Hal ini berdampak secara signifikan pada peran
pendidikan yang tidak lagi dapat dilakukan keluarga. Keterbatasan
kemampuan orangtua dalam mendidik anak-anak mereka membuat
mereka mempercayakan tugas pengajaran tersebut kepada orang
dewasa lainnya yang lebih ahli (Hasbullah, 2003). Pada titik ini
munculah lembaga pendidikan formal dengan guru sebagai figur
sentral di dalamnya dalam menjalankan fungsi pendidikan.
Lahirnya lembaga pendidikan formal tidak bisa dipisahkan
dengan keadaan masyarakat. Lembaga pendidikan formal seperti
sekolah sejatinya lahir dan berkembang dengan menganut prinsip
demokrasi demi kepentingan masyarakat. Artinya, keberadaan
sekolah muncul dari, oleh dan untuk masyarakat (Gazali, 2013).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tugas yang
berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai lembaga
pendidikan formal, sekolah memberikan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat. Lebih detil, ada sejumlah peranan lembaga pendidikan
formal seperti sekolah. Pertama, tempat peserta didik bergaul dengan
entitas individu yang ada di sekolah, mulai dari sesama peserta didik,
dengan guru maupun dengan pegawai sekolah. Kedua, tempat peserta
didik belajar untuk mematuhi peraturan yang ada. Ketiga, menyiapkan

66| Manajemen Humas


peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi
agama, bangsa dan juga negara (Idris, 1981). Rangkaian peranan
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki produk akhir
berupa peserta didik yang siap menjadi anggota masyarakat. Begitu
signifikannya peran sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dalam
menyiapkan peserta didik sehingga diharapkan sekolah dapat
menyiapkan dan memberdayakan setiap entitas warga negara
Indonesia untuk menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini agar
memberikan dampak positif bagi bangsa dan negara dalam menjawab
tantangan global yang dinamis.
Tugas berat yang diemban oleh lembaga pendidikan formal
seperti sekolah menuntut lembaga pendidikan tersebut untuk
memiliki sejumlah strategi. Strategi tersebut digunakan untuk
memenuhi segala kebutuhan masyarakat. Namun, strategi ini hanya
akan berjalan dengan baik apabila masyarakat juga memberikan
masukan dan dukungan. Pentingnya relasi yang positif dan konstruktif
antara masyarakat dan lembaga pendidikan berkaitan dengan
kebaikan bersama. Pengelola lembaga pendidikan memiliki tugas
untuk membina hubungan baik dengan masyarakat (Mulyono, 2011).
Lembaga pendidikan perlu menjalankan fungsi komunikasi kepada
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi
mengenai berbagai program pendidikan yang dijalankan serta
berbagai tantangan yang dihadapi sehingga masyarakat memiliki
pemahaman mengenai kondisi riil yang dialami oleh lembaga
pendidikan. Dengan adanya pemahaman dari masyarakat mengenai
kondisi riil yang dialami lembaga pendidikan, diharapkan masyarakat
memiliki rasa simpati serta berpartisipasi aktif dalam memberikan
masukan terhadap pengembangan program lembaga pendidikan.
Pada titik ini, relasi lembaga pendidikan dan masyarakat dapat
dijembatani dengan adanya peran nyata humas. Tidak hanya ada,
humas lembaga pendidikan harus memiliki sejumlah teknik efektif
dalam melakukan pengelolaan hubungan antara lembaga pendidikan
dan masyarakat.

Pada Lembaga Pendidikan |67


B. MANAJEMEN HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN
Beberapa orang menganggap peran humas hanya dapat
ditemui pada perusahaan-perusahaan besar yang tujuan utamanya
adalah melakukan transaksi penjualan barang dan jasa. Peran humas
dalam lembaga pendidikan kurang terkenal dalam anggapan sebagian
orang. Namun, apakah lembaga pendidikan tidak perlu memiliki
perwakilan humas atau tugas humas dapat dijalankan oleh siapapun
tanpa melihat kompetensi kehumasan yang dimiliki. Humas pada
dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi banyak bidang
di masyarakat. Selama aktivitas yang dilakukan sebuah organisasi, baik
itu besar maupun kecil, berkaitan dengan masyarakat, maka humas
menemukan peran dan fungsinya. Hubungan antar manusia baik itu
yang bersifat internal maupun eksternal dari sebuah organisasi,
hubungan organisasi dengan media massa, serta keahlian memilih
media komunikasi dan pengemasan pesan secara efektif adalah
bidang keahlian humas (Muntahar, 1985). Artinya, humas hadir dalam
setiap organisasi untuk menjembatani hubungan positif antara
organisasi dengan masyarakat. Lembaga pendidikan sebagai sebuah
organisasi memuat sejumlah orang yang berada di dalamnya. Relasi
yang dibangun orang dalam lembaga pendidikan tidak hanya bersifat
internal namun juga bersifat eksternal dengan masyarakat. Lembaga
pendidikan juga berhubungan dengan media massa sehingga
kemampuan mengemas pesan dan komunikasi efektif menjadi sebuah
hal yang penting. Hal ini menegaskan bahwa lembaga pendidikan pun
idealnya harus memiliki humas yang kompeten dalam mengelola
relasinya dengan masyarakat.
Aktifitas kehumasan tidak bisa dilakukan secara bebas. Hal ini
menegaskan bahwa tidak semua orang dapat dijadikan humas tanpa
melihat kompetensi kehumasan yang dimiliki. Sering dijumpai dalam
sebuah organisasi orang-orang yang tidak memiliki kompetensi
kehumasan menduduki posisi sebagai humas. Hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman pemimpin sebuah organisasi mengenai
pentingnya peran humas bagi sebuah organisasi. Pentingnya peran
humas bagi organisasi didasarkan pada pemahaman bahwa tujuan
humas adalah memastikan itikad baik serta peran serta organisasi

68| Manajemen Humas


dalam memajukan masyarakat dipahami secara positif oleh seluruh
stakeholder organisasi. Ketika konsep humas dan pendidikan dikaitkan
maka munculah istilah humas pendidikan. Istilah ini melingkupi
pengertian rangkaian pengelolaan berbagai program yang dimiliki
lembaga pendidikan dalam mengelola hubungannya dengan
masyarakat. Tujuan pengelolaan hubungan ini adalah menunjang
proses pendidikan serta tercipta relasi yang menguntungkan antara
kedua belah pihak (Mulyono, 2011). Lingkungan lembaga pendidikan
pada hakikatnya bukanlah lingkungan yang tersisolasi. Hal dikarenakan
lingkungan lembaga pendidikan berada dalam sebuah konteks sosial
yang merupakan elemen dari komunitas local dan sangat bergantung
kepada masyarakat dari segi dukungan dan pendanaan (Gorton,
1976). Hal ini menekankan perlunya membangun hubungan baik
antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Tujuannya tidak lain
adalah memajukan kualitas pendidikan yang dilakukan, meningkatkan
kualitas peserta didik, menjalankan amanat masyarakat dalam bidang
pendidikan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
memunculkan motivasi yang tinggi dalam masyarakat untuk
membangun relasi positif dengan lembaga pendidikan (Mulyasa,
2007).
Mengingat bahwa tugas humas dalam lembaga pendidikan
begitu signifikan, maka kegiatan kehumasan perlu dikelola dengan
baik agar efektif dan efisien. Beberapa kegiatan humas dalam
lembaga pendidikan yang harus dikelola adalah (1) menyampaikan ide
dan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang
membutuhkan; (2) membantu pimpinan lembaga pendidikan dalam
mendiseminasikan informasi dan gagasan kepada masyarakat; (3)
membantu pimpinan dalam menyiapkan konten informasi yang akan
didiseminasikan kepada masyarakat agar efektif; (4) menyusun
laporan mengenai isu-isu mengenai lembaga pendidikan baik yang
berkaitan langsung maupun tidak langsung di masyarakat; (5)
membantu pimpinan menyusun startegi dalam menjalin kerja sama
dengan pihak lain; dan (6) menyusun startegi untuk memperoleh
bantuan demi kemajuan kegiatan pendidikan yang dilakukan
(Suryosubroto, 2004).

Pada Lembaga Pendidikan |69


Seperti yang telah dipaparkan dalam paragraf-paragraf
sebelumnya bahwa lembaga pendidikan dan sekolah diharapkan
memiliki relasi yang positif. Hal ini dapat diupayakan melalui praktik
kehumasan yang efektif pada lembaga pendidikan. Berbicara
mengenai hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat,
klasifikasinya dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, hubungan edukatif,
yaitu hubungan kerja sama dalam kegiatan pendidikan peserta didik.
Hal ini melibatkan relasi positif antara guru pada lembaga pendidikan
dengan orangtua dalam keluarga peserta didik. Hubungan edukatif ini
bertujuan untuk memastikan tidak ada perbedaan prinsip dalam
kegiatan pendidikan yang dilakukan di sekolah dengan yang dilakukan
orangtua di rumah sehingga peserta didik tidak mengalami keraguan
dalam dirinya. Kedua, hubungan kultural, yaitu upaya kerja sama yang
dibangun antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dimana
lembaga pendidikan itu berada untuk mengembangkan kebudayaan
setempat. Hal dapat diwujudkan dengan mengakomodir pandangan
masyarakat dalam kurikulum pendidikan yang dijalankan oleh lembaga
pendidikan. Ketiga, hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama
antara lembaga pendidikan dengan institusi lainnya baik swasta
maupun pemerintah. Hal ini seperti kerja sama antara lembaga
pendidikan dengan Dinas Pendidikan setempat atau kerja sama antara
lembaga pendidikan dengan perusahaan swasta dalam
mengembangkan skill peserta didik. Tujuan kerja sama ini tidak lain
adalah mengembangkan kegiatan pendidikan yang dilakukan agar
semakin baik di masa yang akan datang (Purwanto, 2005).
Pengelolaan atau manajemen humas dalam lembaga pendidikan perlu
diarahkan dalam ketiga hubungan yang telah dipaparkan sebelumnya.
Diperlukan sejumlah langkah spesifik dalam mengelola humas untuk
membangun lembaga pendidikan yang berkualitas. Langkah spesifik
yang dimaksud adalah teknik manajemen humas lembaga pendidikan.
Ada dua pendekatan yang dijadikan pijakan dalam merumuskan teknik
manajemen humas lembaga pendidikan yang efektif yaitu pendekatan
sosiologis dan pendekatan komunikatif. Kedua pendekatan ini
digunakan secara bersamaan untuk menciptakan saling pengertian

70| Manajemen Humas


(mutual understanding), kesepakatan bersama (mutual agreement),
dan saling bermanfaat (mutual benefits) (Muntahar, 1985).

C. TEKNIK MANAJEMEN HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Untuk dapat menjalankan manajemen humas yang efektif
dalam sebuah lembaga pendidikan diperlukan sejumlah teknik. Secara
umum dikenal empat jenis teknik manajemen humas dalam lembaga
pendidikan: teknik tertulis, teknik lisan, teknik peragaan dan teknik
elektronik (Mulyono, 2011). Berikut akan dipaparkan satu demi satu
keempat teknik manajemen humas tersebut.
1. Teknik Tertulis
Teknik tertulis dalam kegiatan manajemen humas
lembaga pendidikan terejawantahkan dalam beberapa hal yaitu:
a. Buku pedoman permulaan tahun ajaran baru. Buku ini
memuat aturan yang berlaku dalam sebuah lembaga
pendidikan, mekanisme penerimaan peserta didik, syarat
penerimaan peserta didik, hari libur dan hari efektif kegiatan
pendidikan. Buku ini biasa dibagikan kepada orangtua peserta
didik. Teknik menggunakan buku pedoman ini biasanya
dilaksanakan pada lembaga pendidikan taman kanak-kanak
(TK).
b. Pamflet. Pamflet yang digunakan dalam teknik manajemen
humas lembaga pendidikan biasanya memuat sejarah singkat
lembaga pendidikan, staff pengajar, fasilitas yang dimiliki dan
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dan mekanisme
pendidikan yang dipraktikan dalam lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan biasanya memberikan pamphlet ini
kepada orangtua peserta didik. Selain itu, biasanya pamphlet
ini dibagikan juga kepada masyarakat umum dalam rangka
menumbuhkan pengertian masyarakat sekaligus untuk
melakukan promosi lembaga pendidikan (Indrafachrudi, dalam
Mulyono, 2011).
c. Berita kegiatan peserta didik. Bentuk dari berita ini adalah
selebaran sederhana yang memuat informasi singkat terkait
kegiatan akademik dan non akademik yang dilakukan oleh

Pada Lembaga Pendidikan |71


peserta didik dalam sebuah lembaga pendidikan. Tujuan dari
penyebaran berita ini adalah menciptakan pemahaman dalam
diri orantua peserta didik mengenai kegiatan yang dilakukan
oleh anak mereka dalam lembaga pendidikan.
d. Catatan berita gembira. Bentuk dari catatan berita gembira
mirip dengan berita kegiatan peserta didik. Perbedaannya,
catatan berita gembira berisi informasi mengenai prestasi
atau capaian luar biasa yang dilakukan oleh peserta didik. Hal
ini biasanya ditulis dalam kertas dengan cara yang sederhana
kemudian disebarluaskan kepada orangtua peserta didik dan
masyarakat secara umum. Secara tidak langsung hal ini juga
mampu mendongkrak citra lembaga pendidikan karena
mampu membimbing peserta didiknya hingga memperoleh
prestasi di luar lembaga pendidikan terkait.
e. Buku kecil tentang meknisme membimbing anak. Upaya
lembaga pendidikan dalam menciptakan hubungan yang
harmonis dengan orangtua peserta didik diejawantahkan
melalui buku ini. Kepala lembaga pendidikan atau staff
pengajar dapat membuat buku kecil sederhana yang memuat
konten mengenai cara membimbing anak secara efektif. Buku
ini kemudian dapat dibagikan kepada orangtua peserta didik
(Bafadhol, dalam Mulyono, 2011).

2. Teknik Lisan
Bentuk nyata teknik lisan dalam manajemen humas
lembaga pendidikan termuat dalam uraian berikut ini.
a. Home visit (kunjungan rumah). Untuk membangun relasi yang
positif dan konstruktif antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat, pihak lembaga pendidikan dapat melakukan
kunjungan ke rumah orangtua peserta didik, warga setempat
atau tokoh masyarakat. Tujuan kunjungan rumah ini adalah
mengetahui kondisi sebenernya yang dialami oleh peserta
didik. Kondisi ini berkaitan dengan berbagai permasalahan
yang peserta didik miliki. Dengan mengetahui permasalahan
yang dialami oleh peserta didik secara utuh dan menyeluruh,

72| Manajemen Humas


lembaga pendidikan dapat menyiapkan program pendidikan
yang sesuai dengan minat peserta didik. Hal ini dapat
mengoptimalkan peserta didik untuk menjadi dirinya yang
terbaik. Secara tidak langsung hal ini juga mendukung tujuan
lembaga pendidikan dalam menciptakan insan yang berguna
bagi masyarakat (Indrafachrudi, dalam Mulyono, 2011).
b. Memanggil orangtua. Bentuk lain dari teknik lisan manajemen
humas lembaga pendidikan selain melakukan kunjungan
rumah adalah memanggil orangtua. Pihak lembaga pendidikan
biasanya memanggil orangtua peserta didik untuk datang ke
lembaga pendidikan. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah
rapat tahunan orangtua. Setelah orangtua peserta didik
datang, pihak lembaga pendidikan memulai rapat dengan
memaparkan kondisi terkini lembaga pendidikan dan program
pendidikan yang dijalankan. Orangtua peserta didik juga
memperoleh penjelasan mengenai perkembangan pendidikan
anak-anak mereka yang menempuh pendidikan di lembaga
pendidikan tersebut.
c. Pertemuan. Hampir mirip dengan kegiatan memanggil
orangtua, kegiatan pertemuan ini tidak hanya mengumpulkan
orangtua peserta didik namun seluruh stakeholder lembaga
pendidikan. Orangtua, guru, tokoh masyarakat, pihak swasta
dan pemerintah duduk bersama untuk membahas mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh pihak lembaga pendidikan
yang dapat berimbas pada relasi lembaga pendidikan dengan
seluruh stakeholder. Pihak lembaga pendidikan biasanya
menyusun panitia penyelenggara acara dan juga rangkaian
acara yang akan dilakukan. Hal ini agar kegiatan yang
dilakukan efektif dan melahirkan solusi terbaik untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, melalui
kegiatan ini diharapkan seluruh stakeholder lembaga
pendidikan dapat memberikan kontribusi terbaik dalam
merumuskan solusi terkait masalah yang dapat memberikan
dampak positif untuk semua pihak.
3. Teknik Peragaan

Pada Lembaga Pendidikan |73


Teknik manajemen humas lembaga pendidikan yang dapat
dilakukan adalah teknik peragaan. Hal ini diaplikasikan oleh
lembaga pendidikan dengan menyelenggarakan sebuah acara
seperti pameran atau pentas seni yang dihadiri oleh stakeholder
lembaga pendidikan tersebut. Pameran yang dapat dilakukan
berupa pameran hasil karya peserta didik. Hal ini dapat berupa
produk sains yang dihasilkan oleh peserta didik hingga produk
seni. Pameran dapat dilakukan di aula sekolah sehingga
stakeholder yang mengunjungi pameran layaknya sedang
mengunjungi museum yang nyaman. Selain pameran, kegiatan
lainnya yang dapat dilakukan adalah pentas seni. Kegiatan ini
umum dikenal dalam lembaga pendidikan. Kegiatan pentas seni
digunakan oleh lembaga pendidikan untuk menunjukkan bakat-
bakat seni yang dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan dilakukan di
area terbuka lembaga pendidikan, seperti lapangan. Lembaga
pendidikan menyusun sejumlah acara bahkan hingga mengundang
penyanyi profesional untuk mengisi acara tersebut. Dalam
kegiatan ini, pihak lembaga pendidikan yang dapat diwakili oleh
kepala lembaga pendidikan atau staff pendidik dapat
menyampaikan program-program yang dimiliki lembaga
pendidikan terkait upaya peningkatan mutu pendidikan. Selain itu,
mereka dapat pula menggunakan kesempatan ini untuk
menguraikan tantangan yang dihadapi dalam merealisasikan
seluruh program tersebut (Bafadhol, dalam Mulyono, 2011).
4. Teknik Elektronik
Teknik manajamen humas lembaga pendidikan yang dapat
digunakan selain tertulis, lisan dan peragaan adalah teknik
elektronik. Teknik ini menggunakan media elektronik sebagai
perangkat utama dalam menjalankan manajemen kehumasan.
Kegiatan yang biasa dilakukan berupa promosi lembaga
pendidikan melalui media elektronik seperti surat kabar, radio,
majalah dan televisi. Perkembangan teknologi komunikasi yang
begitu besar membuka peluang baru untuk merekatkan relasi
antara lembaga pendidikan dengan stakholdernya. Hal ini
dilakukan melalui media sosial. Hampir semua institusi resmi

74| Manajemen Humas


memiliki media sosial dalam melakukan komunikasi dengan
publiknya. Lembaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar
hingga pendidikan tinggi memiliki sosial media. Mereka memiliki
akun media sosial lebih dari satu untuk digunakan menjadi saluran
dalam berkomunikasi dengan publiknya. Publik dapat menjangkau
lembaga pendidikan melalui akun media sosial lembaga
pendidikan. Publik dapat bertanya seputar profil lembaga
pendidikan, mekanisme penerimaan, program yang ditawarkan
hingga profil lulusan lembaga pendidikan tersebut. Lembaga
pendidikan memanfaatkan media sosial untuk memberi informasi
kepada publiknya sekaligus sarana membangun citra positif
dengan terus mempublikasikan berbagai capaian lembaga
pendidikan. Hal ini kemudian dapat ditelusuri oleh public sehingga
public memiliki cukup informasi positif yang dapat menarik
perhatiannya untuk menelusuri lebih dalam hingga bahkan
menggunakan jasa lembaga pendidikan tersebut. Lembaga
pendidikan dapat pula menggunakan media elektronik dan media
digital untuk melawan berbagai isu negatif yang beredar di
masyarakat mengenai dirinya. Hal ini layaknya media untuk
mempublikasikan hak jawab lembaga pendidikan dalam
menanggapi isu yang sedang beredar. Informasi yang disampaikan
di media sosial lebih cepat menyebar di masyarakat sehingga lebih
efektif dalam menyasar publik yang luas dan beragam. Lembaga
pendidikan dapat menyusun konten-konten yang menarik, khas
dan inspiratif dalam menggunakan media elektronik maupun
media sosial sehingga public tertarik untuk mencari tahu lebih
lanjut.

D. TEKNIK OPERASIONAL MANAJEMEN HUMAS DEROCHE


Selain berbagai teknik manajemen humas dalam lembaga
pendidikan yang telah dipaparkan dalam uraian sebelumnya, pakar di
bidang pendidikan Edward F. DeRoche (dalam Mulyono, 2011)
mengungkapkan teknik operasional dalam manajemen humas
lembaga pendidikan. Teknik ini akan dipaparkan dalam tabel berikut.

Pada Lembaga Pendidikan |75


No. Kegiatan Aplikasi Penjelasan
1. Education Minggu Hal ini menjadi komponen
Weeks pengajaran utama dalam lembaga
pendidikan berupa kegiatan
belajar mengajar yang
melibatkan staff pengajar dan
peserta didik.
2. Recognition Waktu ujian Merupakan bentuk
Days mekanisme evaluasi terkait
kegiatan pendidikan yang
dilakukan untuk kemudian
menjadi bahan pertimbangan
pengambilan keputusan
terkait pemutakhiran program
pendidikan.
3. Home Visits Kunjungan Hal ini dilakukan sebagai cara
rumah untuk mengumpulkan
berbagai informasi dalam
memecahkan masalah yang
dihadapi oleh peserta didik.
4. Teacher aids Media Merupakan berbagai hal yang
Pengajaran dapat digunakan oleh tenaga
pendidik untuk
menyampaikan materi kepada
peserta didik dengan mudah
sekaligus memudahkan
peserta didik dalam
memahami materi.
5. Card Kartu Kartu digunakan untuk hal-hal
tertentu yang sifatnya spesifik,
misal untuk legitimasi ujian
atau dalam kegiatan belajar
bahasa Inggris untuk mencatat
kosakata.
6. Parent- Pertemun Hal ini digunakan untuk

76| Manajemen Humas


teacher pengajar dan menjalin hubungan dan
conference orangtua komunikasi yang efektif antara
peserta didik orangtua dan staff pendidik.
Hal ini sekaligus menjadi
sebuah mekanisme untuk
meningkatkan keterlibatan
orangtua murid dalam
program lembaga pendidikan.
7. Open house Kunjungan Melakukan kunjungan satu
sama lain antar pihak dalam
internal lembaga pendidikan
maupun antara pihak lembaga
pendidikan dengan pihak
eksternal, utamanya dalam
momen tertentu seperti hari
raya.
8. Speaker Bagian Hal ini berkaitan dengan
Bureau kehumasan aktivitas kehumasan berupa
penyampaian informasi dan
diskusi berkaitan dengan
kondisi lembaga pendidikan.
9. Home Study Tugas rumah Tugas rumah ditujukan untuk
memantapkan kemampuan
akademik yang telah diperoleh
peserta didik di lembaga
pendidikan.
10. School and Berita seputar Hal ini seperti media
classroom kelas dan komunikasi tertulis yang dapat
newsletter sekolah digunakan untuk
mempublikasikan berbagai
berita yang terjadi di
lingkungan sekolah.
11. Calendar Kalender Kalender berfungsi sebagai
pengikat aktivitas pendidikan
yang dilakukan oleh peserta

Pada Lembaga Pendidikan |77


didik dan staff pendidik untuk
dapat dipahami oleh orangtua
peserta didik.
12. Voting Kartu saran Mekanisme demokratis yang
remainder diberikan lembaga pendidikan
card kepada seluruh stakeholder
untuk dapat menyampaikan
berbagai hal terkait dengan
dinamika yang terjadi di
lembaga pendidikan.
13. Success card Piagam Piagam penghargaan
penghargaan diberikan kepada peserta didik
yang telah menorehkan
prestasi membanggakan baik
di internal lembaga
pendidikan maupun di
eksternal lembaga pendidikan.
Hal ini secara tidak langsung
berperan dalam membentuk
citra positif lembaga
pendidikan di masyarakat.
14. Local Surat kabar Berita terkait lembaga
newspaper lokal pendidikan dan berita dari
rumah peserta didik dapat
diolah sedemikian rupa
sehingga dapat berguna bagi
kemajuan peserta didik. Hal
dapat dilakukan melalui
publikasi surat kabar yang
diproduksi oleh pihak internal
lembaga pendidikan sendiri.
15. Career Spesialisasi Bimbingan karir merupakan
specialties karir hal krusial dalam
pengembangan diri peserta
didik. Peserta didik dapat

78| Manajemen Humas


menggunakan hal ini untuk
mengetahui minat karir yang
dimiliki sehingga lembaga
pendidikan dapat terus
mendukung pengembangan
kariri tersebut melalui
penanaman sejumlah
pengetahuan dan keahlian
teknis.
16. Slide Lembar Pihak lembaga pendidikan
Presentatio presentasi dapat menggunakan software
n spesifik dalam menyampaikan
materi presentasi kepada
stakeholder lembaga
pendidikan. Hal ini bertujuan
agar seluruh stakeholder
tertarik dan memperhatikan
materi yang disampaikan.
17. Coffee hour Acara minum Membangun dan
kopi mempertahankan relasi positif
antara lembaga pendidikan
dengan stakeholder
memerlukan mekanisme yang
tidak instan. Acara minum
kopi dapat digunakan sebagai
sebuah ruang untuk
meningkatkan relasi positif
antara pihak lembaga
pendidikan dengan
stakeholdernya.
18. Activity Pameran Kegiatan yang telah dilakukan
Display kegiatan dapat dipajang dalam ruang-
ruang public di area lembaga
pendidikan. Hal ini dapat
merangsang pihak lembaga

Pada Lembaga Pendidikan |79


pendidikan yang belum
berpartisipasi untuk dapat
berpartisipasi, selain itu dapat
ditunjukkan kepada
stakeholder bahwa kegiatan
positif banyak dijalankan oleh
lembaga pendidikan.
19. Class project Bakti sosial Pihak lembaga pendidikan
in the dapat melakukan kegiatan
community bakti sosial untuk membantu
masyarakat sekitar. Kegiatan
ini melibatkan seluruh pihak
dari lembaga pendidikan
termasuk peserta didik. Hal ini
sebagai bukti bahwa
keberadaan lembaga
pendidikan dapat memberikan
dampak riil bagi masyarakat
sekitar.
20. Letter to the Surat Surat kabar local lembaga
editor pengaduan/k pendidikan khususnya bagian
eluhan editor dapat menampun
keluhan dan saran dari
seluruh stakeholder lembaga
pendidikan tersebut untuk
didengar pimpinan lembaga
pendidikan.
21. Public Pertunjukkan Apresiasi kepada kreaivitas
performanc umum peseta didik dapat
es ditampilkan melalui
pertunjukkan spesifik yang
ditampilkan secara berkala.
Hal ini sekaligus dapat
digunakan untuk
menunjukkan kepada

80| Manajemen Humas


stakeholder bahwa lembaga
pendidikan bekerja secara
optimal dalam
mengembangkan kreativitas
peserta didik.
22. Fairs and Studi Studi lapangan ke tempat
tours lapangan tempat tertentu yang dapat
memberikan pengetahuan
dan pengalaman langsung
kepada peserta didik sehingga
pengetahuan yang diperoleh
semakin jelas.
23. Telephone Kontak untuk Digunakan untuk
hotline konsultasi mengakomodasi saran dan
masalah yang dihadai oleh
peserta didik maupun
stakeholder terkait sehingga
memerlukan konsultasi via
telepon untuk
menyelesaikannya.
24. Strategy Strategi Lembaga pendidikan dapat
borrowing peminjaman meminjam fasilitas yang
dimiliki stakeholder dalam
mendukung kegiatan
pendidikan yang dilakukan di
lembaga pendidikan tersebut.
25. Suggestion Kotak saran Kotak ini digunakan untuk
boxes menampung kartu saran dan
keluhan kemudian ditelaah
oleh pihak lembaga
pendidikan untuk kemudian
dicarikan solusi terbaik dari
keluhan tersebut dan
mengaplikasikan saran yang
konstruktif.

Pada Lembaga Pendidikan |81


E. RANGKUMAN MATERI
Pendidikan adalah hak setiap entitas warga negara Indonesia.
Hal ini dijamin dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 pasal 31.
Keluarga sebagai organisasi utama yang menjalankan pendidikan.
Anak pertama kali memperoleh pendidikan dari orangtua mereka.
Ketika orangtua sudah mulai disibukkan dengan berbagai aktivitas,
banyak orangtua yang kemudian mempercayakan pendidian anak
mereka kepada organisasi formal yang disebut lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan memiliki relasi dengan masyarakat dalam
mengembangkan berbagai program pendidikan untuk menyiapkan
peserta didik menjadi insan yang berguna bagi bangsa dan negara.
Lembaga pendidikan perlu menyampaikan berbagai capaian dan
tantangan yang dihadapi ke masyarakat agar masyarakat tahu apa
yang sedang dihadapi dan mampu memberikan kontribusi untuk
menghadapi tantangan serta mengembangkan program yang ada.
Relasi dengan masyarakat secara luas yang memuat stakeholder
lembaga pendidikan dikelola melalui praktik manajemen humas
lembaga pendidikan. Pihak lembaga pendidikan menggunakan
sejumlah teknik mulai dari tertulis, lisan hingga elektronik dalam
mengoptimalkan praktik humas lembaga pendidikan sehingga
berdampak positif bagi lembaga pendidikan dan masyarakat.

LATIHAN TUGAS
1. Jelaskan relasi antara humas dan lembaga pendidikan?
2. Apakah ada perbedaan antara manajemen humas lembaga pendidikan
swasta dan negeri di Indonesia? Jelaskan.
3. Jelaskan hubungan antara manajemen humas dan teknik manajemen
humas lembaga pendidikan?
4. Uraikan pihak-pihak yang menjadi stakeholder lembaga pendidikan
secara utuh?
5. Jelaskan peran media sosial dalam teknik manajemen humas lembaga
pendidikan?

82| Manajemen Humas


DAFTAR PUSTAKA

Gazali, Marina. (2013). Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan


untuk Mencerdaskan Bangsa. Jurnal Al-Ta’dib, Vol 6 No. 1 Januari-Juni
pp.126-136
Mulyono. (2011). Teknik Manajemen Humas dalam
Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Ulumma, Vol. XV,
Nomor 1 Juni.
Ihsan, Fuad. (1995). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Hasbullah. (2003). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan
Agama Islam). Jakarta: Raja Grafindo
Idris, Zahara. (1981). Dasar-dasar Kependidikan. Bandung:
Angkasa
Muntahar, R. Sudiro. (1985). Hubungan Masyarakat Fungsi dan
Peranannya dalam Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset
Gorton, Richard A. (1976). School Administration. Iowa: Brown
Company Publishing
Mulyasa, Endang. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim M. (2005). Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Pada Lembaga Pendidikan |83


PROFIL PENULIS

Wahyuni Choiriyati adalah Doktor Ilmu Komunikasi


dari Universitas Padjadjaran. Beliau telah menulis
sejumlah artikel dalam bentuk jurnal ilmiah baik
nasional maupun internasional. Beliau aktif dalam
pengembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia
dengan mengikuti konferens sehingga dapat
berbagi pemikiran dengan sejumlah pakar
komunikasi baik dari dalam maupun luar Indonesia.
Beliau juga menjadi salah satu penulis book chapter dalam sebuah
buku yang merupakan buah kerjasama pakar komunikasi Indonesia
dan Korea Selatan. Bidang kajian yang ditekuni beliau adalah
Komunikasi Politik dan Media. Beliau juga memiliki ketertarikan dalam
kajian komunikasi budaya, komunikasi hukum dan kehumasan. Beliau
tercatat sebagai pengurus Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia,
berperan aktif dalam kegiatan Asosiasi Perguruan Tinggi Komunikasi
(ASPIKOM) serta anggota Perhumas Indonesia. Saat ini beliau tercatat
sebagai Dosen Tetap di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas
Pertamina Jakarta.

84| Manajemen Humas


Pada Lembaga Pendidikan |85
BAB 6
PROGRAM KERJA
HUMAS PADA
LEMBAGA PENDIDIKAN

Ita Musfirowati Hanika, S.A.P., M.I.KOM


Universitas Pertamina

A. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu pilar kehidupan bangsa, pendidikan
memiliki peranan penting bagi kemajuan peradaban mengingat
melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan potensi dan
melakukan transformasi dari segi pengetahuan hingga perilaku yang
bermartabat dan diharapkan perubahan tersebut mampu membawa
manfaat bagi lingkungan sekitar. Guna mewujudkan hal tersebut,
lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan pembenahan yang
menghasilkan peserta didik berkarakter dan memiliki pola pikir yang
dapat menjawab tantangan jaman sebagaimana termuat dalam UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif
dan mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Mengingat pendidikan memiliki tujuan yang sangat kompleks
dan fundamental bagi perkembangan bangsa, diperlukan lembaga
untuk dapat menjalankan tujuan pendidikan salah satunya melalui
lembaga pendidikan formal. Disebutkan dalam undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa lembaga pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Lembaga pendidikan formal memiliki sejumlah komponen untuk dapat
mengelola aktifitas dalam mencapai tujuan pendidikan yang terdiri
dari perangkat sekolah seperti kepala sekolah, guru, siswa,
pegawai/karyawan, tujuan, manajemen, sumber belajar, fasilitas,
teknologi, pengawasan mutu, penelitian, dan biaya pendidikan
(Coombs, 1968). Keberadaan komponen tersebut harus saling
bersinergi dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain guna mencapai
tujuan pendidikan.
Lebih lanjut, setiap lembaga pendidikan juga diwajibkan untuk
dapat menyediakan layanan pendidikan prima yang berarti bahwa
lembaga pendidikan perlu memperhatikan standar-standar pendidikan
yang harus dipenuhi dan memuaskan seluruh stakeholders yang
terlibat dalam lembaga pendidikan mulai dari internal (guru dan siswa)
dan juga eksternal (orangtua, masyarakat, kedinasan). Selain itu,
layanan pendidikan prima juga bisa didapatkan manakala aktivitas
warga sekolah dilakukan secara efektif dan efisien (Wiyani, 2019).
Mengingat lembaga pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan
publik dalam menyediakan pelayanan pendidikan prima maka
lembaga pendidikan perlu menjalankan fungsi komunikasi yang
profesional dan dikelola secara serius.

Pada Lembaga Pendidikan |87


Lembaga pendidikan dapat menyusun dan melaksanakan
sejumlah program yang dapat meningkatkan relasi antar lembaga dan
publiknya terlebih dengan adanya perubahan pada UU Sisdiknas No. 2
Tahun 1989 menjadi UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa setiap lembaga pendidikan dapat mengatur
jalannya aktifitas dan program yang sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan masing-masing. Adapun perubahan tersebut meliputi hal
mendasar yang salah satunya terkait aspek demokratisasi dan
desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan yang memberikan
kewenangan lebih besar kepada sekolah dalam bentuk manajemen
berbasis sekolah ini diharapkan dapat memiliki dampak bagi perluasan
dan pemerataan aspek pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan, efisiensi administrasi, serta efisiensi keuangan (Subijanto,
2010). Dengan begitu, keterlibatan publik internal dan eksternal
sangat diperlukan untuk membangun landasan yang kuat bagi
lembaga pendidikan dalam menjalankan peran tersebut.
Dengan adanya desentralisasi pendidikan, sudah seharusnya
setiap lembaga pendidikan memiliki kewenangan mandiri dalam
melakukan terobosan atau strategi yang dapat meningkatkan
pelayanan pendidikan dan menjaga hubungan dengan para publik. Hal
ini dilakukan agar publik dapat memberikan dukungan dan
berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan layanan pendidikan
prima untuk memaksimalkan proses pembelajaran yang melibatkan
kerjasama dari berbagai pihak.
Guna menjembatani proses tersebut, lembaga pendidikan
memerlukan fungsi humas agar jalur komunikasi yang dilakukan
antara lembaga pendidikan dengan publik internal maupun eksternal
berjalan dengan efektif dan sesuai dengan kebutuhan. Fungsi dari
humas utamanya menjadi jembatan pihak sekolah dengan
stakeholders. Lebih lanjut, humas memiliki tujuan dalam
pengembangan pemahaman tentang maksud dan sasaran dari
sekolah, mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi
kebutuhan anak didik, membangun serta memelihara kepercayaan
terhadap sekolah, memberitahukan kepada publik terkait kinerja

88| Manajemen Humas


sekolah, hingga dapat mengerahkan bantuan dan dukungan untuk
peningkatan program sekolah (Sutisna, 1989, dalam Iriantara, 2013).
Manajemen humas pada lembaga pendidikan memiliki
pengertian mengenai aktifitas yang dilakukan dalam mengelola
sumber daya manusia di sekolah seperti guru dan staf agar mampu
melakukan komunikasi, koordinasi, dan kerjasama secara efektif dan
efisien untuk dapat mencapai tujuan sekolah dalam meningkatkan
reputasi dan citra lembaga pendidikan itu sendiri. Lebih lanjut, melalui
manajemen humas lembaga pendidikan, sekolah dapat mengetahui
mengkomunikasikan berbagai kebijakan yang dilakukan oleh sekolah
kepada publik, melakukan pemetaan atas kebutuhan masyarakat
melalui sebagai bagian dari upaya korektif dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan mencegah kesalahpahaman hingga menanggulangi
krisis yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan (Wiyani,
2019).
Melihat peran humas dalam menjaga relasi dan menciptakan
hubungan yang positif dengan publik, maka humas sangat dibutuhkan
di setiap organisasi termasuk organisasi sosial yang bergerak di bidang
pendidikan. Meskipun begitu, keberadaan humas seringkali diabaikan
oleh sejumlah lembaga pendidikan karena adanya stigma bahwa
humas hanya diperuntukan bagi perusahaan besar atau institusi profit.
Lembaga pendidikan seringkali tidak menempatkan humas sebagai
fungsi penting di dalam manajemen.
Peran humas di sekolah hanya terbatas pada pekerjaan yang
bersifat administratif dan seremonial seperti memandu suatu
kegiatan, menjadi notulen ketika rapat, mengedarkan surat undangan,
dan menjadi perwakilan ketika menghadiri rapat dengan dinas atau
instasi tertentu. Secara umum terdapat sejumlah faktor yang
memengaruhi keterbatasan peran humas di sekolah, diantaranya
keterbatasan sumber daya baik dari segi anggaran maupun tenaga
humas, tugas yang tumpang tindih dengan fungsi lain, dan kurangnya
tenaga humas yang terampil dan mengetahui tugas dan fungsinya
dengan baik (Bismi, 2011. Disfungsi Peran Humas di Sekolah. Diakses
pada 1 Februari 2020).

Pada Lembaga Pendidikan |89


Lebih lanjut, penulis juga mendapati temuan di sejumlah
lembaga pendidikan seperti sekolah di daerah Jakarta dan sekitarnya
yang menyatakan bahwa selama ini tugas dan fungsi humas di sekolah
hanya terbatas pada sejumlah kegiatan yang telah disebutkan di
paragraf sebelumnya. Pihak sekolah menyatakan bahwa mengelola
reputasi dan menjaga citra belum menjadi urgensi yang harus
dilakukan oleh pihak sekolah. Manakala terdapat sekolah yang sudah
menjalankan fungsi humas, tetapi biasanya pihak sekolah tidak
menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan aktifitas
kehumasan seperti guru mengelola hubungan dengan wali murid
melalui pertemuan berkala, koordinasi dengan pemerintah dalam
menanggapi suatu isu, rapat rutin guru dan pengurus sekolah, hingga
pertemuan dengan komite sekolah merupakan beberapa contoh
kegiatan humas yang kerap dilakukan oleh sekolah. Namun tidak
jarang pihak sekolah belum menyadari bahwa kegiatan tersebut
merupakan kegiatan humas. Sehingga ketika diberikan pertanyaan
terkait humas, pihak sekolah hanya menyebutkan beberapa yang
terlihat serta mempersempit fungsi humas tersebut hanya sebatas
pada membuat dokumentasi atau publikasi berupa foto atau
pengumuman.
Padahal sebagai lembaga pendidikan yang memiliki
keterkaitan erat dengan masyarakat, lembaga pendidikan menjadi
sangat rentan terhadap krisis. Sejumlah permasalahan yang
nampaknya biasa dapat membentuk opini publik dan menyebar
dengan sangat cepat dan luas karena adanya dukungan teknologi dan
publik yang memiliki kepentingan. Setidaknya terdapat sejumlah
permasalahan yang ada di ruang lingkup sekolah yang dapat menjadi
konsumsi publik dan memengaruhi reputasi sekolah, yaitu
perundungan yang terjadi antar siswa dan perbuatan tidak terpuji
yang dapat berpotensi viral di media sosial, peredaran narkoba, dan
indikasi gerakan intoleran yaitu radikal (Sulistyawati, 2017. Lima
Masalah Sekolah yang dianggap Biasa. Diakses pada 1 Februari 2020).
Salah satu kasus yang didapati berhubungan dengan sekolah
adalah kasus perundungan yang terjadi di sekolah menengah pertama
di Purworejo (Alifia, 2019. Fakta-Fakta Perundungan Siswi SMP di

90| Manajemen Humas


Purworejo yang Viral di Media Sosial). Kasus tersebut ramai dengan
diawali viralnya video tiga siswa laki-laki yang melakukan
perundungan kepada satu teman perempuan yang dilakukan di dalam
kelas. Video tersebut viral di media sosial hingga sampai kepada
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Setelahnya berita ini pun
diteruskan kepada pihak terkait termasuk kepolisian dan pihak
sekolah. Sebagai pihak terdekat yang berhubungan langsung dengan
siswa, pihak sekolah sebenarnya dituntut untuk menangani isu yang
sedang viral ini dengan baik. Fungsi humas dapat berperan dalam
memberikan pernyataan kepada publik untuk menangani keramaian
yang terjadi serta berkomitmen untuk menindaklanjuti kasus yang
terjadi sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Kasus seperti ini
merupakan salah satu contoh dimana humas memiliki peran penting
sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan stakeholders dan
dituntut untuk dapat melakukan komunikasi dengan baik.
Jika diltelusuri lebih lanjut, manakala lembaga pendidikan
dapat melakukan manajemen humas secara efektif, maka besar
kemungkinan fungsi informatif, persuasif, dan preventif dapat
dijalankan oleh humas lembaga pendidikan. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, lembaga pendidikan dapat menyusun sejumlah program
yang disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan publik masing-masing.
Terlebih jika merujuk pada paragraf sebelumnya mengenai otonomi
lembaga pendidikan yang berkaitan dengan desentralisasi pendidikan,
sekolah memiliki kewenangan untuk mengatur secara mandiri
jalannya manajemen sekolah termasuk didalamnya membuat program
kehumasan dengan menempatkan humas sebagai fungsi sentral pada
manajemen sekolah dan mengelola guru, staf, siswa dalam
menghadapi kemungkinan krisis yang akan terjadi dan menghadapi
media secara cerdas sehingga tidak memperburuk situasi (Akbar, M.,
2016. Peran Humas dibutuhkan di Lembaga Pendidikan. Diakses pada
1 Februari 2020).
Sebagai sekolah yang memiliki peserta didik dengan latar
belakang yang sangat berbeda, salah satu boarding school di
Semarang pernah mendapati permasalahan yang cukup besar dengan
adanya isu mengenai pembubaran sekolah. Kepanikan melanda

Pada Lembaga Pendidikan |91


seluruh publik terutama mereka yang menjadi publik utama pihak
sekolah yaitu siswa dan orangtua siswa, bahkan sejumlah media juga
turut hadir langsung untuk memvalidasi kebenaran isu tersebut.
Dalam hal ini, humas sekolah melakukan sejumlah program terpadu
yang melibatkan publik internal dan juga eksternal dari sekolah. Selain
itu, humas sekolah tersebut juga melakukan fungsi media relations
yang lazim dilakukan oleh humas organisasi dengan menerima
kehadiran para jurnalis dan memberikan pernyataan yang dapat
meredam kegaduhan. Melalui strategi tersebut, dapat terlihat bahwa
sekolah menempatkan humas sebagai fungsi sentral yang
menjalankan tugas fungsi sesuai dengan aktivitas dan ruang lingkup,
dan mengadaptasi program yang lazim dilaksanakan oleh perusahaan
atau institusi.
Merujuk pada kasus tersebut, dapat diketahui bahwa humas
memiliki peran penting dalam lingkup lembaga pendidikan. Humas
memiliki tanggung jawab dengan stakeholders, baik internal maupun
eksternal serta menciptakan jalur komunikasi yang baik. Penempatan
humas sebagai fungsi sentral dapat dilakukan jika lembaga pendidikan
seperti sekolah memliki manajemen humas dalam membuat strategi
yang berhubungan dengan kegiatan humas. Strategi tersebut disusun
melalui beberapa tahapan seperti melakukan analisis situasi,
pemetaan publik, menetapkan pesan, membuat program terencana,
dan melaksanakan evaluasi.

B. MANAJEMEN STRATEGIS HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Sebelum menyusun dan melaksanan program humas, lembaga
pendidikan memerlukan perencanaan strategis agar program yang
direncanakan dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan
lembaga pendidikan. Perencanaan strategis juga dimaksudkan agar
organisasi seperti lembaga pendidikan dapat memahami stakeholders
dan publiknya untuk melihat kebutuhan dan perubahan yang ada.
Lebih lanjut, untuk memahami perencanaan strategis, setiap
organisasi perlu melakukan identifikasi atas sejumlah pertanyaan yaitu
(a) tujuan apa yang ingin dicapai? (b) pihak mana saja yang memiliki
kepentingan dan adakah publik yang terlibat? (c) informasi apa yang

92| Manajemen Humas


ingin disampaikan ke publik? (d) metode atau media apa yang
digunakan dalam menyampaikan informasi? (e) bagaimana cara
mengukur keberhasilan program atau pekerjaan? Dan untuk
menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan 2 (dua) persyaratan yaitu
tersedianya informasi yang cukup melalui analisis mendalam dan
adanya kajian ilmiah serta menyusun strategi sebagai panduan dalam
menjalankan program (Gregory, 2010).

Awareness
(Memahami situasi
terbaru)

Evaluation Formulation
(Memantau (Memilih strategi
kemajuan agar yang sesuai)
menjadi solusi yang
korektif dan efektif)

Impelementation
(Melaksanakan
strategi yang telah
dibuat dalam bentuk
aksi)

Proses Manajemen Strategis (Gregory, 2010)

Dalam menyusun manajemen strategis, secara umum


terdapat empat hal yang dapat dilakukan, yaitu awareness
(kesadaran), formulation (formulasi), implementation
(impelementasi), serta evaluation (evaluasi) seperti yang tertera pada
gambar siklus di atas (Gregory, 2010). Berdasarkan siklus tersebut,
keempat proses di atas memainkan peran penting dalam perencanaan
manajemen strategis suatu organisasi, begitupun dalam membuat
perencanaan manajemen strategis humas lembaga pendidikan.

Pada Lembaga Pendidikan |93


Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menumbuhkan
kesadaran dengan membaca situasi terbaru yang sedang terjadi.
Dengan begitu, latar belakang serta hal lain yang direncanakan
berikutnya akan lebih mudah untuk dapat dilaksanakan dan diterima
menyesuaikan dengan situasi yang sedang terjadi, misalnya kondisi
publik di sekitar lembaga pendidikan.
Selanjutnya melakukan formulasi strategi yang akan dilakukan
menyesuaikan dengan analisis situasi yang telah dibuat. Strategi yang
dibuat menyesuaikan dengan situasi sehingga lebih mudah diterima
oleh stakeholders terkait. Strategi yang sudah direncanakan dan sudah
mendapatkan persetujuan berbagai pihak kemudian akan
diimplementasikan menyesuaikan dengan kemampuan lembaga
pendidikan. Selama strategi tersebut diimplementasikan, pemantauan
dijalankan agar strategi yang telah dibuat berjalan dengan efektif dan
sesuai dengan yang telah direncanakan. Begitupun setelahnya
dilakukan evaluasi agar kedepannya pembuatan strategi dapat
berjalan lebih baik dan telah belajar dari kesalahan sebelumnya.
Secara lebih lanjut, terdapat beberapa tahapan dalam membuat
perencanaan manajemen strategis, yaitu analysis, aims, objectives,
stakeholders and publics, content, strategy, tactics, timescales,
resources, monitoring, evaluation, dan review (Gregory, 2010).
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan strategi
adalah melakukan analisis. Analisis merupakan riset awal yang
dilakukan untuk mengidentifikasi konteks dan isu yang dapat menjadi
dasar pembuatan strategi humas (Gregory, 2010). Dengan mengetahui
permasalahan utama atau isu yang sedang terjadi, strategi yang dibuat
dapat berjalan lebih efektif dan menyentuh akar permasalahan yang
ada. Analisis juga berguna untuk membaca situasi yang sedang terjadi
di lembaga pendidikan, sehingga strategi yang dibuat pun dapat
menyesuaikan dan lebih mudah diterima oleh stakeholders terkait.
Analisis stakeholders diperuntukkan baik terhadap stakeholders
internal maupun eksternal lembaga pendidikan. Terdapat empat
kegiatan utama dalam melakukan analisis tersebut, yaitu (a)
mendeteksi permasalahan; (b) memantau guna melakukan
pengumpulan dan penafsiran data, diantaranya yang berkaitan

94| Manajemen Humas


dengan data demografi, ekonomi, politik, sosial, serta pendidikan; (c)
memperkirakan arah perubahan; serta (d) menilai dampak perubahan
yang dapat terjadi saat ini maupun di masa mendatang sehingga
penyusunan strategi menyesuaikan dengan perkembangan tersebut
(Iriantara, 2013).
Setelah mengetahui hasil dari analisis situasi yang telah
dilakukan, maka akan lebih mudah untuk memasuki tahap berikutnya
yaitu menentukan aims (tujuan) dan objective (objektif). Dengan
menyusun tujuan dan objektif, strategi yang dibuat akan lebih terarah
dan menyentuh pada sasaran yang akan dituju. Tujuan dan objektif
terlihat memiliki pengertian yang sama, namun tujuan mengandung
konsep yang lebih umum dibandingkan objektif. Tujuan memiliki fokus
pada hal yang akan dilakukan oleh publik sebagai hasil dari strategi
yang telah dibuat dan merupakan hal yang dapat dilakukan evaluasi di
akhir program. Sedangkan objektif merupakan pernyataan spesifik dan
terukur sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan. Dengan kata
lain, objektif merupakan turunan langkah-langkah dari tujuan yang
telah dibuat. Objektif yang dibuat meliputi tiga hal, yaitu kesadaran,
sikap dan opini, serta perilaku (Gregory, 2010).
Tujuan dan objektif yang telah dirancang akan menyesuaikan
pada publik yang akan dituju atau sasaran dari strategi yang akan
dibuat. Publik menjadi salah satu pertimbangan penting dalam
pembuatan strategi humas karena berkaitan dengan opini yang dibuat
oleh publik tersebut. Opini publik memiliki dua peran dalam
pembuatan strategi humas, yaitu menjadi alasan dan penyebab dari
suatu strategi humas yang dibuat (Gregory, 2010). Dengan adanya
opini dari publik, strategi humas akan menyesuaikan dengan kondisi
publik tersebut sehingga dapat diterima dengan baik. Begitupun
strategi humas dapat membentuk opini publik sesuai dengan
pengaturan agenda yang telah dibuat oleh humas itu sendiri. Dengan
adanya kedua peran ini, maka analisis publik dianggap penting untuk
memahami strategi yang dapat diterima dengan baik oleh publik.
Analisis publik ini dapat dilakukan dengan melakukan segmentasi,
diantaranya berdasarkan demografi, geografi, psikografi, keanggotaan

Pada Lembaga Pendidikan |95


dalam grup, peran dalam pembuatan keputusan, hingga konsumsi
media.
Menentukan publik yang akan dituju akan sejalan dengan
pesan persuasif untuk menarik perhatian publik tersebut. Maka dari
itu, pembuatan pesan harus disesuaikan dengan karakteristik publik
yang akan dituju. Selain pesan yang menarik, pesan yang dibuat juga
harus jelas dan sesuai dengan latar belakang publik tersebut sehingga
dapat dengan mudah dipahami publik. Beberapa hal yang dapat
diperhatikan dalam pembuatan pesan diantaranya adalah
menentukan format, konteks, gaya bahasa, waktu, hingga
pengulangan pesan (Gregory, 2010). Pesan yang telah dirancang pun
harus dapat disampaikan dengan baik dengan memperhatikan
kredibilitas, pembawaan, hingga kontrol yang dilakukan oleh
komunikator yang menyampaikan pesan kepada publik.
Lebih lanjut, pesan yang telah dibuat akan menjadi bagian dari
strategi dan taktik dalam pembuatan strategi humas. Jika dikaitkan
dengan objektif, maka strategi diartikan sebagai “bagaimana
mencapai objektif yang telah dibuat” dan taktik adalah “apa yang akan
dilakukan” (Gregory, 2010). Secara singkat, strategi lebih kepada
kalimat yang dapat mencapai objektif, sedangkan taktik merupakan
cara-cara yang dapat ditempuh untuk mendukung kalimat tersebut.
Sebagai contoh, strategi yang dibuat suatu sekolah adalah membina
hubungan baik dengan wartawan dan taktik yang dipilih adalah
dengan membuat media gathering, mengundang wartawan ketika
terdapat kegiatan dalam lembaga pendidikan, hingga menyiapkan
press release kegiatan tersebut.
Hal yang menjadi tantangan bagi humas diantaranya adalah
keterbatasan waktu dan sumber daya, sementara beban kerja dalam
periode satu tahun cukup banyak. Maka dari itu, diperlukan
manjemen dalam hal waktu dan sumber daya agar strategi yang telah
dibuat melalui tahapan-tahapan sebelumnya dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan sesuai dengan kondisi internal humas itu sendiri.
Pengaturan waktu ini ditujukan agar humas dapat menjalankan
strategi yang telah dibuat dengan efektif pada kurun waktu tertentu
dan tidak saling mengganggu antara satu program dengan program

96| Manajemen Humas


lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
Gantt Charts yang berisi kegiatan yang akan dilakukan pada sumbu X
serta kurun waktu yang akan ditempuh pada sumbu Y. Namun dalam
jangka panjang, dapat dibuat tabel seperti kalender yang berisi agenda
humas setiap bulannya. Begitupun dengan pengaturan sumber daya,
maka terlebih dahulu dilakukan pemetaan terhadap sumber daya
seperti sumber daya manusia dan pembagian fee, sumber daya
material serta biaya operasional dan perawatan, hingga peralatan
yang dibutuhkan dalam menjalankan program humas tersebut. Selain
itu, dalam pembuatan strategi humas, sumber daya lain yang juga
dianggap penting dalam lembaga pendidikan seperti sekolah adalah
budaya sekolah yang menunjang serta iklim organisasi yang baik
(Iriantara, 2013).
Ketika seluruh tahapan telah dilalui dengan baik hingga telah
diimplementasikan sesuai rancangan yang telah dibuat, maka tugas
humas pun tidak berhenti sampai pada tahap implementasi saja.
Tahapan berikutnya yang menjadi ranah humas adalah melakukan
pengukuran berupa evaluasi dan review. Evaluasi merupakan proses
yang akan terus berlangsung selama kurun waktu pelaksanaan
program. Evaluasi akan membahas kinerja yang dihubungkan dengan
objektif program. Selain itu, evaluasi kerap disandingkan dengan
pemantauan (monitoring), sehingga dikenal istilah monitoring dan
evaluasi yang kemudian disingkat menjadi monev (Iriantara, 2013).
Sedangkan review merupakan praktik manajemen yang rutin
dilakukan, biasanya selama kurun waktu satu tahun. Pembahasan saat
pelaksanaan review adalah evaluasi yang telah dilakukan selama satu
tahun, meninjau kembali objektif yang telah dibuat, serta mengamati
kembali strategi yang telah dibuat dan dilaksanakan. Evaluasi lebih
kepada memantau pelaksanaan hingga akhir projek, sedangkan review
adalah kilas balik kinerja untuk menentukan langkah yang dapat
dilakukan kedepannya. Evaluasi dianggap penting dikarenakan
memiliki beberapa hal yang membangun, seperti berfokus pada usaha
yang dilakukan, mengarahkan pada efektivitas, menjamin efisiensi
biaya, mengarahkan pada manajemen yang baik, hingga memfasilitasi
akuntabilitas (Gregory, 2010).

Pada Lembaga Pendidikan |97


C. STUDI KASUS MANAJEMEN STRATEGIS HUMAS DI LEMBAGA
PENDIDIKAN FORMAL “ABC”
Sebagai contoh salah satu lembaga pendidikan “ABC” yang
baru berusia tiga tahun memiliki sejumlah permasalahan yang terkait
dengan citra dan kepercayaan publik. Meskipun baru berkecimpung di
dunia pendidikan dan manajemen organisasi belum berjalan optimal,
lembaga pendidikan tersebut memiliki keunggulan seperti adanya
peningkatan prestasi setiap tahun, dikelola oleh yayasan yang
terpercaya dan adanya sejumlah program yang mendukung
pembelajaran.
Mengingat kehadirannya yang masih baru di dunia
pendidikan, tentunya lembaga pendidikan “ABC” perlu menyiapkan
sejumlah strategi dengan menyediakan layanan pendidikan yang
berkualitas yang tentunya harus dikomunikasikan kepada publik agar
kepercayaan publik dapat meningkat. Dalam melakukan analisis
situasi, lembaga pendidikan “ABC” mengidentifikasi kebutuhan
internal dan eksternal organisasi dengan menggunakan analisis SWOT
(Strengths, Weakenss, Opportunities, Threats) yang lebih lanjut
menghasilkan strategi SO (Strength-Opportunity) untuk
memanfaatkan seluruh kekuatan yang telah disebutkan sebelumnya
dan peluang yang ada.
Kesadaran publik terhadap lembaga pendidikan yang masih
rendah menjadikan humas lembaga pendidikan ABC menjadikan
awareness dan pembentukan opini publik menjadi tujuan utama
dalam program kehumasan mereka. Namun seperti yang sudah
disebutkan dalam manajemen strategis humas, bahwa organisasi
perlu melakukan pemetaan publik terlebih dahulu agar strategi yang
dijalankan sesuai dengan kebutuhan publik dan tujuan yang
ditetapkan di awal. Dalam hal ini, publik bagi lembaga pendidikan
“ABC” memiliki keterkaitan erat dengan masyarakat, siswa, orang tua,
pemerintah, dan stakeholders lainnya. Selain publik tersebut, terdapat
juga calon siswa maupun calon orangtua siswa dan lembaga
pendidikan negeri maupun swasta dalam dan luar negeri.
Setelah merumuskan analisis situasi dan juga menetapkan
publik yang dituju, maka langkah selanjutnya bagi humas lembaga

98| Manajemen Humas


pendidikan “ABC” adalah menyusun strategi yang sesuai dengan
tujuan dan publik. Strategi merupakan landasan dasar bagi program
atau kampanye dan pemikiran dibalik program taktis (Gregory, 2003).
Mengingat tujuan lembaga pendidikan “ABC” adalah meningkatkan
awareness dan citra organisasi, maka strategi lebih menekankan pada
pemberian informasi publik. Pada praktik ini, humas berperan sebagai
in-house journalists yang membuat sejumlah pemberitaan dan
mempublikasikannya kepada pihak luar (Putra, 2014). Dalam proses
ini, humas lembaga pendidikan perlu menjamin keakuratan dan
kebenaran informasi termasuk didalamnya ketika dalam menyusun
pesan yang ingin disampaikan kepada publik. Pesan yang disusun
dalam sejumlah program menekankan pada keunggulan bahwa
lembaga pendidikan “ABC” merupakan lembaga kredibel yang dapat
dipercaya untuk melanjutkan pendidikan bagi setiap individu dan
keunggulan lain yang sudah dipaparkan di bab sebelumnya dan
dibuktikan dengan adanya fakta atau data pendukung. Adapun pesan
tersebut dapat disajikan dengan menggunakan media cetak seperti
leaflet, poster, banner, dan spanduk. Selain media cetak, lembaga
pendidikan “ABC” juga memaksimalkan penggunaan media siber
seperti surel, media sosial (instagram, facebook, twitter) dan website.
Selain melakukan publikasi melalui media sosial, lembaga
pendidikan “ABC” juga berusaha menjalin hubungan dengan para
jurnalis misalkan memberikan release kegiatan yang dapat
meningkatkan reputasi organisasi, melaksanakan media gathering, dan
melakukan media monitoring. Humas lembaga pendidikan “ABC” juga
berupaya melakukan engagement dengan publik dengan mengadakan
sejumlah special events misalkan mengadakan pameran pendidikan,
audiensi dari pemerintah/ lembaga pendidikan/ komunitas, bakti
sosial, pertunjukan ekstrakurikuler, pentas seni, dan lomba.

D. PROGRAM HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Lembaga pendidikan harus memahami bahwa untuk mencapai
tujuan, lembaga pendidikan harus memahami kondisi saat ini untuk
merumuskan strategi dan program yang dapat diukur keberhasilannya
baik dalam jangka waktu harian, bulanan, semesteran, hingga

Pada Lembaga Pendidikan |99


tahunan. Kesemuanya dilaksanakan dalam waktu yang relatif lama dan
saling berkesinambungan (Wiyani, 2019). Penyusunan program humas
harian, mingguan, bulanan, dan tahunan dapat disusun berdasarkan
skala prioritas dan masing-masing kebutuhan lembaga pendidikan,
berikut merupakan tabel program humas:
Tabel 1.1
Contoh Program Humas Berkala
Waktu Publik Program Tujuan
(Sasaran)
Harian Eksternal Audiensi stakeholders Menjalin hubungan
atau publik eksternal dan meningkatkan
seperti menerima reputasi lembaga
tamu pendidikan
Internal dan Dokumentasi & Meningkatkan
eksternal publikasi kegiatan di awareness dan
owned & new media memengaruhi opini
(papan pengumuman, publik
pengeras suara/
instalansi sentral,
website, media sosial,
broadcast melalui
Whatsapp group)
Internal dan Pusat informasi; Memberikan
eksternal menerima tanggapan, pengertian mengenai
saran, kritik, fungsi lembaga
pertanyaan, dan pendidikan,
keluhan melalui menunjukan
jaringan telpon, kotak keterbukaan
saran, pembicaraan manajemen, dan
tatap muka metode evaluasi
untuk kemajuan
lembaga pendidikan

100| Manajemen Humas


Mingguan Sasaran; Melaksanakan Mendengarkan
perangkat pertemuan singkat tantangan,
lembaga hambatan, dan
pendidikan kondisi saat ini
seperti dengan harapan
kepala dapat melakukan
sekolah, pemetaan informasi
wakil kepala
sekolah, dan
guru
Sasaran; Mengadakan apel pagi Penyebaran
peserta didik atau kegiatan informasi secara
pertemuan mingguan serentak dan
bagi peserta didik seragam

Bulanan Sasaran; publik Publikasi kegiatan Menyebarkan


internal dan di media internal informasi dan
eksternal (newsletter, meiningkatkan
majalah, engagement serta
broadcast email) sense of belonging
publik internal
Sasaran; peserta Mengadakan Menjalin dan
didik pertemuan meningkatkan relasi
dengan organisasi
ekstrakurikuler
atau OSIS
Sasaran; media Melakukan media Mengidentifikasi
monitoring peluang dan potensi
dengan cara

Pada Lembaga Pendidikan |101


mengevaluasi krisis
pemberitaan di
berbagai jenis
media (cetak,
online, media
sosial)

Setiap Peningkatan hubungan publik internal


Semester
/Tahunan Internal Melaksanakan Melaksanakan upaya
/Seasonal rapat persiapan monitoring dan
pembelajaran evaluasi
kepada pimpinan
dan tenaga
pendidik
Melakukan Meningkatkan
kunjungan dan partisipasi dan
bantuan kepada engagement dengan
tenaga pendidik publik internal
Melaksanakan Meningkatkan
acara partisipasi dan
kekeluargaan engagement dengan
seperti perayaan publik internal
ulang tahun
lembaga,
olahraga, piknik
Evaluasi
Internal Mengadakan Melaksanakan
audit internal standar pelayanan
setiap akhir prosedur untuk
semester meningkatkan mutu

102| Manajemen Humas


Melakukan rapat pembelajaran
tinjauan
manajemen
Internal dan Mengadakan
eksternal survey kepuasan
pelanggan /
peserta didik dan
publik internal
Special Events dan Promosi
Internal dan Mengadakan Meningkatkan
eksternal special events; partisipasi publik
class meeting, internal dan
donor darah, engagement dengan
kerja bakti, publik eksternal
pentas seni,
pameran, bakti
sosial,
pengabdian
masyarakat,
sosialisasi isu
sosial (narkoba,
kenakalan
remaja,
keamanan
berkendara,
mental health &
bullying, dsb)
Internal dan Mengadakan Meningkatkan
eksternal promosi lembaga awareness dan
pendidikan memengaruhi opini
melalui media publik
atau pameran

Pada Lembaga Pendidikan |103


pendidikan
Peningkatan hubungan publik eksternal
Sasaran; wali/ Melaksanakan Mendengarkan
orangtua murid/ kunjungan ke tantangan,
komite etik / sejumlah rumah hambatan, dan
peserta didik wali/ orangtua kondisi saat ini
murid/ peserta didik dengan harapan
dapat melakukan
Membuat komunitas pemetaan
father club/ mother informasi dan
club wadah untuk
Memanfaatkan menyebarkan
Whatsapp atau Line informasi dan
untuk membuat meningkatkan
group angkatan dukungan publik

Mengadakan Mendengarkan
townhall meeting tantangan,
dengan wali/ hambatan, dan
orangtua murid/ kondisi saat ini
komite / masyarakat dengan harapan
sekitar dapat melakukan
pemetaan
informasi dan
wadah untuk
menyebarkan
informasi dan
meningkatkan
dukungan publik
Sasaran; lembaga Melaksanakan studi Mengembangkan
pendidikan / banding ke lembaga hubungan antar
organisasi / pendidikan setara lembaga
institusi pendidikan

104| Manajemen Humas


Menyelenggarakan Mengembangkan
kunjungan atau hubungan antar
kedinasan ke lembaga
lembaga pendidikan
pemerintah, swasta,
dan organisasi
Melaksanakan Meningkatkan
kerjasama dengan citra dan reputasi
mitra kerja lembaga lembaga
pendidikan, asosiasi, pendidikan
kelompok
profesional
Sasaran; alumni Melakukan Meningkatkan
lembaga penelusuran hubungan dan
pendidikan tamatan dengan dukungan dalam
menyediakan segi moril
platform maupun materi
Menyelenggarakan
reuni akbar, jalan
santai, motivational
talk/ seminar dengan
mengundang alumni
sebagai pembicara
Sasaran; media Menjalin kerjasama Mengembangkan
dnegan media massa hubungan antar
maupun media lembaga dan
online memberikan
dukungan dalam
Mengadakan media berbagai kegiatan
relations dalam lembaga
bentuk konferensi pendidikan
pers, jumpa pers di
suatu kegiatan,

Pada Lembaga Pendidikan |105


media gathering,
media visit, company
visit, maintenance
lobby, press
luncheon, special
events

Dalam menyusun program tersebut, secara umum lembaga


pendidikan perlu melakukan sejumlah tahapan yang ada didalam
manajemen strategis seperti yang sudah dipaparkan di paragraf
sebelumnya. Adapun tahapan tersebut terdiri dari melakukan analisis
situasi yang terdiri dari melakukan kajian mendalam keadaan internal
dan eksternal organisasi untuk mengetahui gambaran opini publik,
menyusun tujuan yang akan dicapai, melakukan pemetaan publik,
merencanakan strategi komunikasi yang terdiri dari penyusunan pesan
dan pemilihan media, menyusun anggaran dan rencana kerja, serta
evaluasi dan monitoring, Adapun format dari program kehumasan
lembaga pendidikan secara umum terangkum dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 1.2

Pedoman Penyusunan Program Humas


Analisis Tujuan Publik Strategi & Taktik
Situasi
Format Media Taktik

Penerimaan Persuasi - Publik Informasi - Media cetak a. Publik


target internal tertulis; (koran, internal;
peserta - Komite artikel, majalah, rapat,
didik etik release, newsletter, townhall
(melakukan - Calon features, brosur) meeting¸
pemetaan orangtua advetorial, - Media siber intramail,
terhadap siswa dan informasi (website, broadcast
situasi saat - Calon audio visual blog, media b. Komite etik;
ini dan siswa mengenai sosial) gathering,
kebutuhan - Masyarak profil, rapat,
yang akan at pendaftaran public

106| Manajemen Humas


dipenuhi) - Media & hearing
(media persyaratan, c. Calon
relations) keunggulan, orangtua
prestasi, dan siswa, siswa
sistem masyarakat
pembalajaran umum;
pameran
pendidikan,
pusat
informasi,
publisitas
media
massa &
media
sosial,
talkshows
d. Media
relations;
gathering,
release,
konferensi
pers, media
visit,
kunjungan
ke lembaga
pendidikan

Pelaksanaan Penyeba - Publik Informasi - Presentasi a. Publik


tahun ran internal lisan & tertulis dengan internal;
ajaran baru informa - Orangtua mengenai menggunaka rapat,
si siswa profil n PPT atau gathering,
- Siswa organisasi, peraga townhall
tata tertib, - Media cetak meeting
daftar guru, (leaflet, b. Orangtua
kurikulum, banner, siswa;
sistem spanduk, sosialisasi,
pembelajaran, poster, townhall
kegiatan newsletter, meeting,
selama 1 buku kunjungan
(satu) informasi) rumah,
semester, - Media siber fatherclub,
pelaksanaan (website, motherclub,
ujian, adab blog, media gathering¸

Pada Lembaga Pendidikan |107


etika, dan sosial) broadcast
kegiatan melalui
ekstrakurikule group
r whatsapp
c. Siswa; apel
pagi,
kegiatan
pembinaan
kelas,
perwalian
Krisis yang Pemben - Publik Informasi - Media cetak a. Publik
terjadi di tukan internal mengenai (koran, internal;
lembaga opini - Komite permasalahan majalah, rapat,
pendidikan publik etik dan strategi newsletter, townhall
(melakukan - Orangtua penanggulang brosur) meeting¸
pemetaan siswa an yang - Media intramail,
terhadap - Siswa disampaikan elektronik broadcast
kronologi - Masyarak oleh pimpinan (radio, TV) b. Komite etik;
kasus, fakta, at tertinggi - Media siber gathering,
dan data - Kelompo lembaga (website, rapat,
pendukung k rujukan pendidikan blog, media public
serta yang sosial, media hearing
kebutuhan memeng online) c. Orangtua
yang akan aruhi siswa,
dipenuhi) publik siswa, dan
masyarakat
umum;
community
/ social
services,
pusat
informasi,
publisitas
media
massa &
media
sosial
d. Media
relations;
konferensi
pers,
release,
standing

108| Manajemen Humas


statement,
media visit,
melaksanak
an audiensi
media di
lembaga
pendidikan
terkait

E. EVALUASI HUMAS LEMBAGA PENDIDIKAN


Seperti yang telah dibahas pada bagian manajamen strategis
humas lembaga pendidikan, kerja humas sebenarnya tidak hanya
sampai pada tahap pelaksanaan. Setelahnya tetap perlu dilakukan
evaluasi dan review terhadap program yang telah dilakukan oleh
humas. Evaluasi merupakan proses yang siklikal yang bukan hanya
terdapat di akhir pelaksanaan manajamen strategis (Iriantara, 2013).
Proses evaluasi akan terus berdampingan dengan proses pelaksanaan
guna menentukan seperti apa kinerja yang telah dilakukan selama
kurun waktu tertentu serta apakah pelaksanaannya sudah dapat
menjawab objektif dari strategi yang dibuat. Lebih jauh, evaluasi
berguna sebagai gambaran langkah apa yang dapat ditempuh
berikutnya. Maka dari itu, ketika berbicara evaluasi akan mengacu
pada tujuan jangka panjang serta berhubungan dengan indikator atau
standar kinerja dalam suatu manajemen strategis yang telah dibuat.
Sejak awal perancangan, poin-poin evaluasi yang akan
digunakan sudah dirancang sesuai dengan kebutuhan evaluasi
program agar kedepannya proses evaluasi memiliki standar dan dapat
dijadikan acuan setiap kali proses evaluasi dilaksanakan. Beberapa hal
penting yang perlu direncanakan sejak awal diantaranya adalah
membuat objektif yang terukur, membuat check list evaluasi dan
kualitas sejak awal pembuatan program, menentukan indikator atau
standar kinerja dengan tim agar penentuan keberhasilan program
lebih mudah ditentukan, mengatur prosedur pemantauan yang
terbuka dan transparan seperti review kemajuan program bulanan,
hingga akhirnya melakukan analisis terhadap hasil yang telah dicapai;
apakah sudah dapat menjawab objektif yang telah dirancang sejak
awal (Gregory, 2010).

Pada Lembaga Pendidikan |109


Evaluasi akan menghasilkan data berupa hasil pelaporan
setiap kali proses evaluasi dilaksanakan. Hasil yang didapatkan berasal
dari diskusi antara pelaksana program, dokumen pemantauan selama
program berlangsung, hingga hasil data primer yang didapatkan dari
tanggapan publik terhadap program yang telah dilaksanakan.
Setelahnya olahan dari data ini yang akan digunakan sebagai informasi
yang berguna untuk menentukan arah program berikutnya hingga
dapat menjawab objektif yang telah dibuat. Proses evaluasi akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 1.3
Pertanyaan dalam Proses Evaluasi
Apa tujuan Apa hasil yang Bagaimana Dari siapa dan
program/kegiatan? dicapai dan apa cara apa data
indikatornya? mengumpulkan diperoleh?
informasinya?
(Sumber: Iriantara, 2013)
Hasil dari evaluasi berupa data yang terkumpul dari masing-
masing sumber data akan disajikan dalam bentuk laporan evaluasi
sehingga lebih mudah untuk dikaji lebih lanjut. Laporan evaluasi pada
dasarnya berisi hal penting seperti laporan pada umumnya, yaitu (1)
pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, dan metode yang
digunakan untuk menentukan evaluasi; (2) temuan saat melakukan
proses evaluasi serta hasil analisis; dan (3) kesimpulan dan
rekomendasi yang digunakan untuk pelaksanaan program berikutnya
(Iriantara, 2013).
Sebagai contoh di salah satu lembaga pendidikan formal yaitu
SMA di Jakarta Selatan, sekolah tersebut mengadakan evaluasi secara
berkala (satu kali atau dua kali) dalam satu bulan dan biasanya
diadakan sebelum rapat kerja tahunan. Selain melakukan evaluasi di
bidang kurikulum, juga diadakan evaluasi di bidang kesiswaan dan juga
program kehumasan. Guna memaksimalkan kontribusi dari para
publik internal, evaluasi dilaksanakan secara bersama-sama dan
melibatkan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, komite
sekolah, dan pengurus OSIS.

110| Manajemen Humas


LATIHAN TUGAS
1. Jelaskan yang dimaksud program humas lembaga pendidikan?
2. Jelaskan tahapan perencanaan strategis dalam humas lembaga
pendidikan?
3. Jelaskan peran media dalam program humas lembaga pendidikan?
4. Uraikan perencanaan strategis dari suatu program social service
bertema “pemberian bantuan bagi program banjir”
5. Bagaimana pelaksanaan evaluasi dalam suatu program humas
lembaga pendidikan?

Pada Lembaga Pendidikan |111


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Baharuddin. (2010). Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki
Press.
Coombs, P. H. (1968). The World Educational Crisis: A System Analysis.
New York: Oxford University Press.
Daryanto, M. (2001). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gregory, Anne. (2010). Planning and Managing Public Relations
Campaigns: A Strategic Approach. London: Kogan Page Ltd.
Iriantara, Yosal. (2013). Manajemen Humas Sekolah. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Mulyasa, Enco. (2008). Standar Kompetisi dan Sertifikasi Guru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Prangbakat, Didik. (2001). Meningkatkan Mutu Pengelolaan Sekolah Dasar
Melalui Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management).
Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Wiyani, N. A. (2019). Manajemen Humas di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit
Gava Media.

Jurnal
Subijanto. (2010). Prinsip-Prinsip dan Efektivitas Desentralisasi Pendidikan
Dalam Rangka Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 16 (5), September 2010. (Diakses
melalui jurnaldikbud.kemdikbud.go.id pada tanggal 17 Februari
2020).
Putra, I. G. N. (2014). Manajemen Hubungan Masyarakat.
SKOM4327/Modul 1. (Diakses melalui
http://repository.ut.ac.id/4499/2/SKOM4327-M1.pdf pada tanggal 18
Februari 2020).

112| Manajemen Humas


Internet
Akbar, M., (2016). Peran Humas Dibutuhkan di Lembaga Pendidikan.
Diakses melalui
https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/19/
o2ru1m336-peran-humas-dibutuhkan-di-lembaga-pendidikan pada
tanggal 1 Februari 2020.
Alifia, O. N. (2020). Fakta-Fakta Perundungan Siswi SMP di Purworejo yang
Viral di Media Sosial. Diakses melalui
https://www.liputan6.com/news/read/4178285/fakta-fakta-
perundungan-siswi-smp-di-purworejo-yang-viral-di-media-sosial pada
tanggal 18 Februari 2020.
Bismi. (2011). Disfungsi Peran Humas di Sekolah. Diakses melalui
https://bangka.tribunnews.com/2011/12/19/disfungsi-peran-humas-
di-sekolah pada tanggal 1 Februari 2020.
Sulistyawati, R. R. P. (2017). Lima Masalah di Sekolah yang Masih
Dianggap Biasa. Diakses melalui
https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/11/24/
ozwu9s284-lima-masalah-di-sekolah-yang-masih-dianggap-biasa pada
tanggal 1 Februari 2020.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Diakses melalui
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf pada tanggal 17
Februari 2020.

Pada Lembaga Pendidikan |113


PROFIL PENULIS

Ita Musfirowati Hanika saat ini merupakan Dosen Tetap di


Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pertamina
Jakarta. Selain mengajar, Ita juga aktif melaksanakan
penelitian dan aktif mengikuti berbagai konferensi dan
seminar di bidang kehumasan, pemasaran, efek media
baru, dan komunikasi instruksional. Sebagai akademisi, Ita
juga aktif di dalam kegiatan Perhumas Indonesia dan
Asosiasi Perguruan Tinggi Komunikasi (ASPIKOM). Untuk melakukan
korespondensi, dapat menghubungi di alamat berikut:
ita.mh@universitaspertamina.ac.id / itahanika@gmail.com.

114| Manajemen Humas


Pada Lembaga Pendidikan |115
BAB 7
BENTUK HUBUNGAN
MASYARAKAT DENGAN
SEKOLAH
Rahman Tanjung, SE, MM
STIT RAKEYAN SANTANG KARAWANG

A. PENDAHULUAN
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Sekolah harus
membangun sinergi dengan masyarakat sebagai konsumen pendidikan
maupun stakeholder pendidikan. Menurut Haris Munandar (1992: 9)
menerjemahkan definisi humas dari Franks Jefkins yaitu humas adalah
sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana,
baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik
yang berlandaskan pada saling pengertian.
Hal ini tentu menjadi sebuah kewajiban, mengingat dalam
membangun mutu pendidikan dibutuhkan sinergi semua pihak dalam
berkontribusi terhadap pengembangan dan peningkatan mutu
lembaga pendidikan. Peran masyarakat dalam hal ini adalah sebagai
partner Sekolah dalam memberi masukan-masukan terkait
peningkatan layanan pendidikan, bahkan sebagai penjaminan mutu
terkait layanan pendidikan yang telah diberikan oleh Sekolah.
Wujud hubungan masyarakat dengan Sekolah dapat dilihat
dari partisipasi secara khusus orang tua peserta didik terkait perannya
sebagai komite Sekolah. Peran orang tua peserta didik cukup vital
terkait penyelenggaraan pendidikan, dimana orang tua peserta didik
dapat memberikan kontribusi melahirkan kebijakan operasional dan
program pendidikan di Sekolah serta masyarakat memiliki tanggung
jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di Sekolah. Sehingga komite
Sekolah yang dalam hal ini adalah sekumpulan orang tua peserta didik
memiliki peran yang vital dalam meningkatkan mutu Sekolah.
Dalam membangun sinergi dengan masyarakat tentu bukan
hal yang mudah, Sekolah harus memiliki strategi dalam membangun
komunikasi yang intens dengan masyarakat dalam hal ini orang tua
peserta didik. Dibutuhkan para manajer Sekolah atau Kepala Sekolah
yang memiliki peran yang sangat strategis dan vital dalam
menentukan setiap kebijakan Sekolah terkait dengan hubungan
masyarakat. Kepala Sekolah sebagai manajer lembaga pendidikan
diharapkan dapat membangun komunikasi secara aktif dengan
masyarakat melalui tokoh-tokoh masyarakat dalam membangun dan
mengembangkan Sekolah sesuai dengan kebutuhan Sekolah dan
masyarakat. Kepala Sekolah dapat mengadakan pertemuan-
pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dalam membangun
kerjasama terkait pengembangan Sekolah dengan memberi banyak
masukan dan solusi peningkatan mutu lembaga pendidikan. Partisipasi
masyarakat ini berdasar pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai
oleh Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan dalam rangka
meningkatkan pendidikan nasional.
Tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah pada hakekatnya
merupakan tujuan pendidikan secara nasional. Terkait dengan tujuan
pendidikan nasional tersebut apabila dicermati terdapat unsur-unsur
yakni manusia yang bertaqwa, berbudi pekerti dan berkepribadian,
Disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab serta mandiri, Cerdas dan

Pada Lembaga Pendidikan |117


terampil, Sehat jasmani dan rohani, Cinta tanah air dan mempunyai
semangat kebangsaan serta kesetiakawanan sosial. Berdasarkan
unsur-unsur tujuan pendidikan nasional ini, tujuan pendidikan bukan
semata-mata mencapai nilai akademis yang tinggi tetapi membangun
prestasi-prestasi non akademik peserta didik.
Sehingga hubungan antara sekolah dengan masyarakat
sebenarnya bukan hanya terkait bantuan yang sifatnya material
semata saja, tetapi hubungan Sekolah dengan masyarakat lebih pada
sinergi dalam membantu penyelenggaraan proses pendidikan.
Paradigma saat ini adanya hubungan Sekolah dan masyarakat selalu
terkait material, kondisi inilah sebenarnya yang menyebabkan sering
terjadi masyarakat atau orang tua malas atau bahkan tidak mau
datang ke sekolah kalau mendapat undangan dari pihak sekolah.
Sehingga paradigma ini perlu diubah dalam membangun kerjasama
yang erat antara Sekolah dan masyarakat.
Apabila Masyarakat memandang sekolah sebagai lembaga
yang memiliki cara kerja yang meyakinkan dalam membina
perkembangan anak-anak mereka, maka masyarakat akan
berpartisipasi kepada sekolah. Namun keadaan demikian belum
terjadi sepenuhnya di negara-negara berkembang, bahkan masih
sangat banyak masyarakat dalam hal ini orang tua peserta didik yang
belum meyakini, belum tahu atau belum mengerti apa dan bagaimana
sekolah melakukan proses pendidikan bagi anak-anaknya. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketidaktahuan mereka
tentang pentingnya keterlibatan orang tua atau masyarakat dalam
memajukan pendidikan, ketidakmampuan mereka dalam membantu
sekolah atau pendidikan karena status sosial ekonomi mereka yang
tergolong rendah, bahkan dapat juga disebabkan karena ketidak
pedulian mereka akan pendidikan padahal mereka sebenarnya
memiliki tingkat pendidikan yang memadai dan status sosial ekonomi
yang tinggi.
Dalam melibatkan masyarakat terkait peningkatan mutu
sekolah, para manajer sekolah yakni kepala sekolah sudah seharusnya
aktif menggugah perhatian masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh
agama dan sebagainya untuk bersama-sama berdiskusi atau bertukar

118| Manajemen Humas


pikiran untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi
sekolah sambil memikirkan apa dan bagaimana seharusnya kegiatan
dan program kerja di masa depan. Komunikasi ini harus dibangun
secara berkesinambungan karena tantangan perubahan zaman dan
kebutuhan terkait sumber daya manusia dalam Sekolah sebagai garda
terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan harus terus
ditingkatkan.
Terkait komunikasi yang dilakukan oleh Sekolah dengan
masyarakat tidak cukup hanya dengan informasi verbal saja, tetapi
perlu dilengkapi dengan pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada
masyarakat agar timbul citra positif tentang pendidikan di kalangan
mereka, sebab masyarakat pada umumnya ingin bukti nyata sebelum
mereka memberikan dukungan. Rosady Ruslan (2007) berpendapat
bahwa humas pada hakekatnya merupakan bagian dari teknik
kegiatan berkomunikasi (technique of communication) dengan ciri
khas komunikasi dua arah (two way traffic communications) antara
lembaga atau organisasi yang diwakilinya dengan publiknya atau
sebaliknya. Bukti itu dapat ditunjukkan berupa pameran hasil produk
sekolah, tayangan keberhasilan peserta didik sebagai juara cerdas
cermat, juara olah raga, tayangan penemuan inovatif produktif siswa
dan sekolah dan sebagainya. Hal yang lebih membuat masyarakat
tertarik apabila sekolah sanggup mencetak lulusan yang siap pakai.
Lulusan yang bermutu (misalnya sebagian besar peserta didik dapat
melanjutkan sekolah ke sekolah yang lebih tinggi dan berkualitas).

B. PENTINGNYA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT


Seberapa penting lahirnya sebuah hubungan antara Sekolah
dengan masyarakat, hal ini harus dilihat secara komprehensif terkait
pentignya hubungan antara Sekolah dengan masyarakat. Pertanyaan
yang akan muncul adalah mengapa sekolah harus berhubungan
dengan masyarakat? Dalam menjawab pertanyaan ini perlu kiranya
dikemukan terlebih dahulu beberapa pandangan filosofis tentang
hakikat sekolah itu sendiri dan hakikat masyarakat, dan bagaimana
hubungan antara keduanya.

Pada Lembaga Pendidikan |119


1. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan
merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat
2. Hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada
masyarakat
3. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani
anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.
4. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkolerasi,
keduanya saling membutuhkan.
5. Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena
masyarakat memerlukannya.
Terkait betapa pentingnya hubungan sekolah dan masyarakat
itu, terutama di negara kita, dapat pula ditinjau dari sudut pandang
sejarah, sebagai berikut:
1. Dari sejarah kita mengetahui pada zaman kolonial belanda dahulu,
sekolah-sekolah sengaja diisolasikan dari kehidupan masyarakat
sekitarnya.
2. Dalam zaman kemerdekaan ini sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang seharusnya mendidik generasi mudah untuk
hidup dimasyarakat.
3. Sekolah haruslah merupakan tempat pembinaan dan
pengembangan pengetahuan dan kebudayaan yang sesuai dengan
masyarakat.
4. Masyarakat harus wajib membantu dan bekerja sama dengan
sekolah agar apa yang diolah dan dihasilkan sekolah sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh masyarakat.
5. Pentingnya hubungan sekolah masyarakat dapat pula dikaitkan
dengan semakin banyaknya isu yang berupa kritik-kritik dari
masyarakat.

C. PERAN ORANG TUA ATAU MASYARAKAT TERHADAP PESERTA


DIDIK DI SEKOLAH
Peran masyarakat dalam hal ini orang tua peserta didik untuk
prestasi anaknya di Sekolah sangat besar. Sehingga perlunya
hubungan yang bersinergi antara masyarakat dengan Sekolah guna
mencapai tujuan pendidikan. Mengingat besarnya pengaruh orang tua

120| Manajemen Humas


peserta didik terhadap prestasi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Radin seperti dikutif oleh Seifert & Hoffnung (1991) menjelaskan ada
enam kemungkinan cara yang dapat dilakukan orang tua peserta didik
dalam mempengaruhi anaknya, yaitu:
1. Modelling of behaviors (pemodelan perilaku), yaitu gaya dan cara
orang tua berperilaku dihadapan anak-anak, dalam pergaulan
sehari-hari atau dalam setiap kesempatan akan menjadi sumber
imitasi bagi anak-anaknya. Yang diimitasi oleh oleh anak-anak
tentunya tidak hanya perilaku yang baik-baik saja, tetapi juga yang
berkaitan dengan perilaku yang buruk, kasar dan sebagainya di
lingkungan masyarakat atau di lingkungan rumah seperti marah-
marah, berbicara kasar dan sebagainya, maka kecenderungan
peniruan perilaku tersebut oleh anak akan sangat besar. Oleh
sebab itu orang tua ataupun lingkungan keluarga dan masyarakat
yang menunjukkan perilaku negatif akan sangat mempengaruhi
perilaku anak di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat. Dalam
kaitan dengan hal ini diperlukan kesamaan nilai dan norma yang
berlaku di sekolah dengan yang berlaku di keluarga dan
masyarakat. Agar ketiga lingkungan tersebut memiliki kesamaan
maka sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan informasi
kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana nilai dan norma
yang berlaku di sekolah, dan harapan kepada keluarga (orang tua
peserta didik) dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga nilai
dan norma tersebut.
2. Giving rewards and punishments (memberikan ganjaran dan
hukuman). Cara orang tua memberikan ganjaran dan hukuman
juga mempengaruhi terhadap perilaku anak. Ganjaran terhadap
perilaku yang baik dari orang tua dapat memperkuat perilaku
tersebut untuk diulang kembali pada kesempatan lain oleh anak,
agar dia kembali mendapatkan ganjaran/hadiah dari orang tuanya.
Sebaliknya hukuman (yang bersifat mendidik) akan memperlemah
pengulangan kembali perilaku yang sama pada kesempatan
lainnya.
3. Direct instruction (perintah langsung), pemberian perintah secara
langsung atau tidak langsung memberi pengaruh terhadap

Pada Lembaga Pendidikan |121


perilaku, seperti ungkapan orang tua “ jangan malas belajar kalau
ingin dapat hadiah” pernyatan ini sebenarnya perintah langsung
yang lebih bijaksana, sehingga dapat menumbuhkan motivasi anak
untuk lebih giat belajar. Hal ini disebabkan karena anak
memahami apa yang diinginka oleh orang tua. Bagaimana sekolah
memberikan informasi kepada orang tua tentang hal ini akan
berpengaruh seberapa banyak hal ini juga dilakukan oleh sekolah
terhadap anak-anaknya. Banyak masyarakat tidak mengerti
bagaimana penghargaan dan hukuman yang akan memberikan
dampak bagi proses pendidikan, misalnya pemberian orang tua
yang berlebihan secara material yang sebenarnya akan
berpengaruh negative, malah oleh orang tua tidak dipahami.
Akibatnya setelah terjadi penyimpangan perilaku akibat
pemberian yang berlebihan tersebut baru mereka sadar.
4. Stating rules (menyatakan aturan-aturan), menyatakan dan
memjelaskan aturan-aturan oleh orang tua secara berulang kali
akan memberikan peringatan bagi anak tentang apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindarkan oleh anak.
5. Reasoning (nalar). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bisa
mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu
digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya, misalnyan
orang tua bisa mengingatkan anaknya tentang kesenjangan
perilaku dengan nilai-nilai yang dianut melalui pernyataan-
pernyataan. Contohnya “sekarang rangking kamu jelek, karena
kamu malas belajar, bukan karena kamu bodoh!“.
6. Providing materials and settings. Orang tua perlu menyediakan
berbagai fasilitas belajar yang diperlukan oleh anak-anaknya seprti
buku-buku dan lain sebagainya. Tetapi buku apa dan fasilitas apa
yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, banyak orang tua tidak
memahaminya. Untuk itu dalam kegiatan hubungan dengan orang
tua peserta didik, kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu
disampaikan agar mereka dapat menyesuaikannya.
Hal-hal di atas ini menjadi dasar yang tidak kalah penting
mengapa dibutuhkan hubungan masyarakat dengan Sekolah. Begitu
pentingnya hasil dari sebuah pendidikan, karena peserta didik

122| Manajemen Humas


merupakan ouput dari sebuah pendidikan, mau seperti apa peserta
didik tergantung dari sebuah proses pendidikan yang dialaminya dari
lembaga pendidikan dan tidak kalah penting peran orang tua sebagai
pendukung peserta didik di rumah dan masyarakat.

D. JENIS-JENIS HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT


Berdasar pada jenis-jenis hubungan Sekolah dengan
masyarakat dapat dilihat menjadi 3 bagian, hal ini menurut pandangan
Ngalim yakni sebagai berikut :
1. Hubungan edukatif, maksudnya adalah hubungan kerjasama
dalam hal mendidik murid antara guru sekolah dan orang tua
dalam keluarga.
2. Hubungan kultural, maksudnya usaha kerjasama antar sekolah
dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu
berada.
3. Hubungan institusional, maksudnya hubungan kerjasama antara
sekolah dengan lembaga-lembaga resmi baik swasta maupun
pemerintah seperti hubungan kerjasama antara sekolah dengan
sekolah-sekolah lain, dengan kepala pemerintahan setempat,
jawatan pertanian, jawatan penerangan, perikanan dan
peternakan, dengan perusahaan-perusahaan negara atau swasta.

E. PERANAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN SEKOLAH DAN


MASYARAKAT
Dalam hubungan Sekolah dengan masyarakat dibutuhkan
media komunikasi sebagai media yang mendukung komunikasi
Sekolah dengan masyarakat. Berdasarkan pendapat Suharsimi bahwa
ada beberapa media yang dapat digunakan sebagai berikut:
1. Media langsung
Yang tergolong dalam media langsung adalah
a. Rapat-rapat formal yang diselenggarakan di sekolah dengan
mengundang orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat.
b. Pekan pendidikan

Pada Lembaga Pendidikan |123


c. Hari ulang tahun sekolah, pada hari ulang tahun sekolah,
hubungan kerjasama antar sekolah dengan orang tua, alumni
dan masyarakat juga dapat digalang melalui acara yang
melibatkan semua pihak.
d. Kunjungan rumah untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi
rumah anak didik tertentu.
2. Media tidak langsung
Yang dimaksud dengan media tidak langsung disini adalah
a. Media cetak berupa, bulletin atau majalah sekolah, Koran,
brosur.
b. Media elektronika berupa telepon, siaran radio, televisi, video
kaset, dan komputer
Hal ini sejalan dengan pendapat Oemi Aburrachman (1995:34)
membagi hubungan masyarakat ke dalam dua bentuk yaitu :
1) Internal Humas
2) External Humas

F. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN


Berdasarkan pada implementasi dari partisipasi masyarakat
terhadap Sekolah dapat dilihat berdasarkan pada kontribusi
masyarakat atau dalam hal ini orang tua peserta didik dalam
penyelenggaraan proses pendidikan yakni sebagai berikut :
1. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra-
putrinya di rumah dan bila perlu memberi laporan dan
berkonsultasi dengan pihak sekolah. Hal memang cukup jarang
dilakukan oleh orang tua peserta didik, mengingat kesibukan
bekerja atau karena alasan lain. Tetapi hal ini perlu ditingkatkan
peran serta masyarakat untuk terlibat dalam pengawasan anak-
anak mereka. Kenakalan anak sekolah dan lain-lain yang terjadi
selama ini antara lain akibat lemahnya pengawasan yang
dilakukan pada saat anak berada di luar sekolah.
2. Menyediakan fasilitan belajar di rumah dan membimbing putra-
putrinya agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian. Hal
ini sering menjadi masalah bagi orang tua murid, khususnya dalam
fasilitas belajar dan membimbing anak.

124| Manajemen Humas


3. Menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar
di sekolah (sekolah)
4. Berusaha melunasi SPP dan bantuan pendidikan lainnya terkait
pengembangan Sekolah
5. Memberikan umpan balik kepada sekolah tentang pendidikan,
terutama yang menyangkut keadaan putra-putrinya. Umpan balik
dari orang tua tentang keadaan yang sebenarnya putra-putrinya
sangat jarang dilakukan, karena mereka beranggapan akan
mempengaruhi penilaian sekolah dan guru tentang anaknya. Oleh
sebab itu penegasan sekolah untuk memilah mana yang terkait
dan berpengaruh terhadap penilaian dan mana informasi yang
diperlukan untuk perbaikan dan pembinaan peserta didik perlu
dilakukan oleh sekolah, dengan demikian tidak ada perasaan takut
dari orang tua untuk memberikan informasi kepada sekolah
tentang anaknya.
6. Bersedia datang ke sekolah bila diundang atau diperlukan oleh
sekolah. Upayakan memberikan keyakinan kepada orang tua
bahwa kedatangan mereka sangat penting untuk kemajuan
anaknya di sekolah, dan hindarkan permintaan sumbangan dalam
bentuk uang sebagai pokok persoalan yang dibahas apabila
mengundang orang tua peserta didik, lebih-lebih pada sekolah
yang orang tuanya sebagian terbesar adalah masyarakat
menengah ke bawah.
7. Ikut berdiskusi memecahkan masalah-masalah pendidikan seperti
sarana, pra sarana, kegiatan, keuangan, program kerja dan
sebagainya.
8. Membantu fasilitas-fasilitan belajar yang dibutuhkan sekolah
dalam memajukan proses pembelajaran.
9. Meminjami alat-alat yang dibutuhkan sekolah untuk berpraktek,
apabila sekolah memerlukannya
10. Bersedia menjadi tenaga pelatih/nara sumber bila diperlukan oleh
sekolah
11. Menerima para peserta didik dengan senang hati bila mereka
belajar di lingkungan masyarakat (praktikum misalnya)

Pada Lembaga Pendidikan |125


12. Memberi layanan/penjelasan kepada siswa yang sedang belajar di
masyarakat
13. Menjadi responden yang baik dan jujur terhadap penelitian-
penelitian peserta didik dan sekolah
14. Bagi ahli pendidikan bersedia menjadi ekspert dalam membina
sekolah yang berkualitas
15. Bagi hartawan bersedia menjadi donator untuk pengembangan
sekolah
16. Ikut memperlncar komunikasi pendidikan
17. Mengajukan usul-usul untuk perbaikan pendidikan
18. Ikut mengontrol jalannya pendidikan (kontrol sosial)
19. Bagi tokoh-tokoh masyarakat bersedia menjadi partner
manajemen pendidikan dalam mempertahankan dan memajukan
sekolah
20. Ikut memikirkan dan merealisasikan kesejahteraan personalia
pendidikan.
Di samping kontribusi-kontribusi masyarakat di atas, ada fakta
lain yang dikembangkan berdasarkan beberapa hasil kajian, yang
secara rinci menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam
pendidikan yang sangat diharapkan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Mengawasi/membimbing kebiasaan anak belajar di rumah
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam memberikan
bimbingan kebiasaan anak belajar di rumah adalah sebagai
berikut:
a. Mendorong anak dalam belajar secara teratur di rumah,
termasuk dalam hal ini peranan orang tua membimbing dan
memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di
rumah.
b. Mendorong anak dalam menyusun jadwal dan struktur waktu
belajar serta menetapkan prioritas kegiatan di rumah,
pengawasan pelaksanaan jadwal belajar dirumah menjadi
sangat penting bagi orang tua peserta didik. Hal ini harus
mendapat perhatian bagi sekolah untuk diberikan informasi
yang jelas dan lengkap tentang apa dan bagaimana mereka
bisa melakukan kegiatan tersebut.

126| Manajemen Humas


c. Membimbing dan mengarahkan anak dalam penggunaan
waktu belajar, bermain dan istirahat.
d. Membimbing dan mengarahkan anak melakukan sesuatu
kegiatan yang menunjang pelajaran di sekolah. Orang tua
diharapkan berperan aktif dalam membimbing anak dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang menunjang pembentukan dirinya
kearah kedewasaan.
2. Membimbing dan Mendukung Kegiatan Akademik anak
a. Mendorong dan menumbuhkan minat anak untuk rajin
membaca dan rajin belajar (minat baca). Penciptaan situasi
yang kondusif iklim yang menumbuhkan minat baca sangat
diperlukan di lingkungan keluarga agar ada kesamaan antara
iklim yang tercipta di sekolah dengan di rumah. Hal ini akan
mempercepat peningkatan mutu belajar anak sehingga dapat
menghasilkan prestasi belajar anak di Sekolah.
b. Memberikan penguatan kepada anak untuk melakukan
kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya. Pemberian hadiah,
pujian dan lain-lain (stimulus) sangat diperlukan untuk
memperkuat perilaku positif anak.
c. Menyediakan bahan yang tepat serta fasilitas yang sesuai
dengan kebutuhan anak dalam belajar
d. Mengetahui kekuatan dan kelemahan anak serta problem
belajar dan berusaha untuk memberikan bimbingan
e. Mengawasi pekerjaan rumah, aktivitas belajar anak
f. Menciptakan suasana rumah yang mendukung kegiatan
akademik anak
g. Membantu anak secara fungsional dalam belajar dan
menyelesaikan tugas-tugas sekolah tepat waktu.
3. Memberikan dorongan untuk meneliti, berdiskusi tentang gagasan
dan atau kejadian-kejadian actual
a. Mendorong anak untuk suka meneliti serta memiliki motivasi
menulis analitis/ilmiah
b. Menyediakan fasilitas bagi anak-anak untuk melakukan
penelitian

Pada Lembaga Pendidikan |127


c. Mendorong anak untuk melakukan kegiatan ilmiah
d. Berdiskusi dan berdialog dengan anak tentang ide-ide,
gagasan atau tentang bahan pelajaran yang baru, aktivitas
yang bermanfaat, masalah-masalah aktual dan sebagainya.
4. Mengarahkan aspirasi dan harapan akademik anak
a. Memberikan motivasi kepada anak untuk belajar dengan baik
sebagai bekal masa depan.
b. Mendorong dan mendukung aspirasi anak dalam belajar
c. Mengetahui aktivitas sekolah dan aktivitas anak dalam
mempelajari sesuatu.
d. Mengetahui standar dan harapan sekolah terhadap anak
dalam belajar
e. Hadir pada pertemuan guru dengan orang tua murid yang
diselenggarakan oleh sekolah
f. Memberikan ganjaran positif terhadap performen anak di
rumah atau di sekolah yang mendukung belajar anak.
G. RANGKUMAN
Lembaga pendidikan dalam hal ini Sekolah harus membangun
sinergi dengan masyarakat sebagai konsumen pendidikan maupun
stakeholder pendidikan. Hal ini menjadi sebuah kewajiban, mengingat
dalam membangun mutu pendidikan dibutuhkan sinergi semua pihak
dalam berkontribusi terhadap pengembangan dan peningkatan mutu
lembaga pendidikan. Peran masyarakat dalam hal ini orang tua
peserta didik untuk prestasi anaknya di Sekolah sangat besar.
Sehingga perlunya hubungan yang bersinergi antara masyarakat
dengan Sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. Berdasar pada
jenis-jenis hubungan Sekolah dengan masyarakat dapat dilihat
menjadi 3 (tiga) bagian, hal ini menurut pandangan Ngalim yakni
Hubungan edukatif, Hubungan kultural dan Hubungan institusional.
Berdasarkan pada implementasi dari partisipasi masyarakat terhadap
Sekolah dapat dilihat berdasarkan pada kontribusi masyarakat atau
dalam hal ini orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan proses
pendidikan.

128| Manajemen Humas


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media
Jefkins, Frank. 1992. Public Relations, Alih Bahasa : Haris Munandar Edisi
keempat. Jakarta: Erlangga.
Abdurrachman, Oemi. 1995. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja
Rosdakarya
Ruslan, Rosady. 2007. Manajemen Public Relations & Media komunikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Pada Lembaga Pendidikan |129


PROFIL PENULIS
Penulis memiliki nama lengkap Rahman Tanjung
lahir di Karawang 12 Januari 1981. Menikah
dengan Neng Sri Ekawati dan saat ini dikaruniai 2
anak soleh dan solehah Azka dan Azkia. Saat ini
berprofesi sebagai PNS dengan jabatan Kasubid
Regulasi dan Penyuluhan Pajak Daerah pada
Kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Karawang dan Dosen. Pernah mengajar di beberapa
perguruan tinggi di Karawang dan kini menjadi Dosen Tetap di STIT Rakeyan
Santang Karawang.
Menamatkan pendidikan dasar di SDN Nagasari VII Karawang, jenjang
menengah pertama di SMPN 2 Karawang, menengah atas di SMAN 1
Karawang dan melanjutkan Pendidikan jenjang sarjana di Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen UNSOED Purwokerto, magister
Manajemen Konsentrasi MSDM STIE Kampus Ungu Jakarta dan saat
ini sedang menempuh studi doktoral di Universitas Islam Nusantara
(UNINUS) Bandung.

130| Manajemen Humas


Pada Lembaga Pendidikan |131
BAB 8
PERAN TEKNOLOGI
INFORMASI PADA HUMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN
Dra. Gracia Rachmi Adiarsi, MM
Institut Komunikasi & Bisnis LSPR Jakarta
A. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini relatif pesat,
adanya inovasi teknologi tersebut bahkan dapat merubah pola
kehidupan. Penggunaan teknologi komunikasi dengan adanya media
baru mendominasi kegiatan manusia dalam berkomunikasi.
Komunikasi yang dilakukan baik oleh institusi swasta maupun negeri
menggunakan teknologi baru. Lembaga pendidikanpun tidak terlepas
dengan mengikuti tren penggunaan teknologi masa kini untuk
memudahkan berkomunikasi dengan publik. Komunikasi yang
dilakukan oleh hubungan masyarakat (humas) dengan para pemangku

132| Manajemen Humas


kepentingan (stakeholder) dilakukan guna menciptakan hubungan
baik yang berkelanjutan.
Hubungan masyarakat merupakan suatu perencanaan hingga
pelaksanaan komunikasi agar terciptanya hubungan baik. Hubungan
yang dilakukan baik oleh organisasi pemerintahan maupun swasta
dengan publiknya. Kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan
informasi ke publik agar menarik minat, perhatian publik serta
terciptanya good will terhadap organisasi. Untuk itu dibutuhkan suatu
komunikasi interaktif antara humas lembaga dengan publik agar
terdapat keterlibatan (engagement) dari pihak publik. Keterlibatan
publik terhadap organisasi didukung dengan adanya kemajuan
teknologi informasi komunikasi untuk memfasilitasi keterlibatan
tersebut.

B. TEKNOLOGI INFORMASI
Teknologi dapat dianggap sebagai cara spesifik untuk
melakukan sesuatu atau prosedur yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalah. Ada berbagai definisi yang menjelaskan
mengenai teknologi, seperti yang dikemukakan oleh Kumar dan
kawan-kawan (1999). Mereka menjelaskan teknologi terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen fisik dan komponen informasi.
Komponen fisik terdiri dari proses, produk, perkakas, peralatan, cetak
biru (blue print) dan teknik, sedangkan komponen informasi yang
terdiri dari pengetahuan dalam manajemen, pemasaran, produksi,
kontrol kualitas, keandalan, tenaga kerja terampil dan bidang
fungsional (Wahab dkk, 2012,p. 71).
Manfred Kochen menjelaskan dampak teknologi mencakup
tiga tahap yaitu pertama menyebabkan sesuatu menjadi lebih baik,
lebih cepat dan lebih murah. Kedua, membuat kita dapat melakukan
sesuatu yang tadinya kita tidak bisa lakukan. Dampak ketiga ialah
teknologi dapat mengubah gaya hidup (Kochen, 1981,p. 150).
Steven Alter seorang profesor Sistem Informasi dari
Universitas San Fransisco mengatakan Teknologi informasi (TI)
merupakan istilah terbaru yang menggambarkan proses untuk
menghasilkan, menyimpan, mengirim, mengambil dan memproses

Pada Lembaga Pendidikan |133


informasi (Alter, 1999). UNESCO mendefinisikan Teknologi Informasi
sebagai disiplin ilmu, teknologi dan disiplin teknik dan teknik
manajemen yang digunakan dalam penanganan informasi dan
pemrosesan informasi, aplikasi komputer dan interaksi manusia
dengan mesin dan masalah sosial, ekonomi dan budaya yang terkait
(Stokes, 1985).
Ada kerancuan istilah Teknologi Informasi (TI) dan Teknologi
Informasi Komunikasi (TIK) atau yang dikenal sebagai ICT (Information
Communication Technology). TIK merupakan perpanjangan istilah dari
Teknologi Informasi (TI) yang lebih menekankan pada peran
komunikasi terpadu dan integrasi telekomunikasi (termasuk saluran
telepon dan sinyal nirkabel (wifi), komputer serta perangkat lunak
perusahaan yang diperlukan, middleware, penyimpanan, dan sistem
audio-visual yang memungkinkan pengguna untuk mengakses,
menyimpan, mengirim dan memanipulasi informasi. TIK
jugamerupakan istilah untuk merujuk pada penggabungan atau
konvergensi audio-visual dan jaringan telepon dengan jaringan
komputer melalui kabel tunggal atau sistem tautan (Asafe, 2014,p.
10).
Perkembangan teknologi informasi dimulai dengan adanya
komputer yang merupakan salah satu perangkat penyimpan informasi
dan olah data. Charles Babbage merupakan orang pertama yang
mengembangkan perangkat komputer. Inovasi tersebut dilanjutkan
oleh J. Presper Eckert dan John Mauchly yang menciptakan Univac
sejak 1951 sebagai komputer digital pertama yang diproduksi secara
komersil (Prattama, 2019).
Pada 1960 merupakan tahun kemunculan Internet yaitu suatu
jaringan besar yang menghubungkan jutaan komputer secara global.
Ini merupakan usaha yang dilakukan oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat untuk membuat jaringan komunikasi yang dapat
digunakan dalam konflik nuklir. Penelitian awal dan pengembangan
yang dilakukan di bawah naungan Advanced Research Projects Agency
(APRA) yang melibatkan individu yang dipilih beberapa di universitas
riset Amerika Serikat. Tahun 1969, jaringan komunikasi yang dikenal
sebagai ARPANET pertama kali online (Adiarsi, dkk, 2015).

134| Manajemen Humas


Tahun 1989 Tim Bernes-Lee seorang ahli fisika menciptakan
World Wide Web (www) bagian dari internet. Web merupakan
kumpulan jutaan komputer di Internet yang memiliki informasi dalam
satu format yang telah ditentukan yaitu Hypertext Markup Language
(HTML). Web menjadi alat yang paling berpengaruh di dunia maya
karena mengkombinasikan antara multimedia dengan suara, gambar,
video, animasi dan lainnya. Penggunaan internet mengalami
“booming” dengan adanya bentuk baru seperti tablet, aplikasi mobile,
blog, podcast, wiki, RSS Feed dan jejaring sosial seperti Facebook, You
Tube, LinkedIn dan lainnya (Seitel, 2014,p. 209).

C. PUBLIC RELATIONS (HUMAS)


Frank Jefkin (1982,p. 5) menjelaskan Public Relations atau
Hubungan Masyarakat (humas) merupakan kegiatan komunikasi yang
dilakukan melalui pengetahuan untuk mencapai pemahaman. Oleh
karenanya semua organisasi atau lembaga perlu melakukan aktivitas
humas untuk memberi informasi , pengetahuan, pemahaman, niat
baik, dan reputasi yang baik kepada publik.
Public Relations atau Humas adalah manajemen komunikasi
antara sebuah organisasi dengan publiknya (Grunig & Hunt, 1984).
Bagi Grunig, public relations merupakan segala usaha yang dilakukan
oleh organisasi dalam menjaga reputasi. Rex Harlow (1976) seorang
profesor dari Universitas Stanford California Amerika Serikat
menemukan 472 definisi public relations (humas) yang ditelaah dari
berbagai buku, jurnal, majalah dan dari pemimpin humas yang telah
diwawancarai. Harlow merangkum unsur-unsur penting dari berbagai
definisi sebagai berikut (Grunig & Hunt, 1984,p. 7):
1. Hubungan masyarakat (humas) adalah fungsi manajemen khusus
yang membantu membangun dan memelihara jalur komunikasi,
penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara organisasi dan
publiknya.
2. Humas melibatkan pengelolaan masalah atau isu.
3. Humas membantu manajemen untuk selalu mendapat informasi
dan responsif terhadap opini publik.

Pada Lembaga Pendidikan |135


4. Humas mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab
manajemen untuk melayani kepentingan publik.
5. Humas membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan
perubahan secara efektif,
6. Humas berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk membantu
mengantisipasi tren yang ada di masyarakat.
7. Humas menggunakan penelitian dan teknik komunikasi yang sehat
dan etis sebagai alat utamanya.
Ke tujuh poin tersebut mencerminkan humas merupakan
manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya. Menurut
Public Relations Society of America (PRSA), yang dinamakan public
relations ialah proses komunikasi strategis dalam membangun
hubungan yang saling menguntungkan di antara organisasi dan
publiknya (Seitel, 2014, p. 3).
Seitel (2015,p. 12) mengatakan publik dalam humas
sekelompok orang yang memiliki hubungan dengan suatu isu,
organisasi atau sebuah ide. Ia mengkategorikan publik sebagai berikut:
1. Internal dan eksternal.
Publik internal adalah publik yang berada di dalam organisasi
seperti pegawai, manager, pemegang saham dan direksi. Publik
eksternal ialah pihak diluar organisasi seperti pemerintahan,
media, konsumen atau pengguna jasa, pemasok barang dan
masyarakat umum.
2. Primer, sekunder dan marginal.
Publik primer atau publik utama adalah yang paling berpengaruh
terhadap upaya organisasi, sekunder tidak terlalu berpengaruh,
dan publik marginal adalah yang paling sedikit pengaruhnya.
Sebagai contoh yang menjadi publik primer dari sebuah restoran
mewah ialah kritikus makanan atau kolumnis makanan, food
vlogger. Publik sekunder dari restoran tersebut ialah para tamu
yang makan seminggu satu kali. Publik marginal dari restoran
tersebut ialah para tamu yang makan sebulan sekali. Ada juga
pendukung yang mendukung bisnis dan yang menentang. Bagi
humas lebih memprioritaskan yang menentang.
3. Tradisional dan masa depan.

136| Manajemen Humas


Publik tradisional ialah pegawai dan konsumen, sedangkan publik
masa depan ialah publik yang potensial dapat menjadi konsumen.
4. Pendukung, penentang dan netral
Bagi pihak pendukung, maka komunikasi yang dilakukan untuk
memperkuat kepercayaan terhadap organisasi. Komunikasi
persuasif diterapkan kepada publik penentang agar mengubah
opini mereka agar kemudian menjadi pendukung organisasi.
Grunig dan Hunt (2015,p.54) mengusulkan empat model
komunikasi yang dilakukan humas sebagai berikut:
1. Agen pres atau publisitas.
Komunikasi yang dilakukan satu arah dari sumber yang
mengirimkan pesan kepada penerima untuk menarik perhatian
media.
2. Informasi publik
Komunikasi satu arah yang dirancang selain memberi informasi
juga meyakinkan.
3. Dua arah asimetris
Komunikasi yang dilakukan dimana organisasi menyebarkan pesan
dan menerima umpan balik dari si penerima. Hasil umpan balik
digunakan untuk mengubah respons dari publik.
4. Dua arah simetris
Pendekatan komunikasi yang dilakukan humas ini mendukung
arus komunikasi yang bebas dan berimbang. Humas berfungsi
sebagai mediator antara organisasi dan publik.

D. HUMAS PADA LEMBAGA PENDIDIKAN


Lembaga pendidikan merupakan suatu wadah dimana
terjadinya transfer ilmu pengetahuan dan pendidikan dari pendidik ke
peserta didik. Cakupan lembaga pendidikan mulai dari sekolah tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Bentuk dari lembaga tersebut dapat
berupa formal, informal maupun nonformal. Dalam pembahasan pada
topik ini, kita akan fokus pada lembaga pendidikan perguruan tinggi
formal seperti universitas secara umum.
Pada lembaga pendidikan baik universitas negeri maupun
swasta, humas merupakan fungsi manajemen yang membantu

Pada Lembaga Pendidikan |137


membangun hubungan antara perguruan tinggi dengan publik. Publik
yang yang menjadi sasaran humas merupakan publik strategis seperti
yang dikatakan Wheelen dan Hunger (1995,p.27) bahwa stakeholders
atau publik strategis merupakan kelompok yang memiliki kepentingan
dengan aktivitas institusi yang mempengaruhi pencapaian dari
institusi tersebut. Sulistyaningtyas (2007, p. 135) menjabarkan
stakeholders dari perguruan tinggi sebagai berikut:
1. Calon mahasiswa
Calon mahasiswa ialah potensial publik yang menjadi sasaran guna
memenuhi target kebutuhan jumlah mahasiswa.
2. Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang-orang menuntut ilmu yang akan
membagi pengalamannya kepada masyarakat .
3. Sumberdaya Manusia
Manajemen, struktural perguruan tinggi, para dosen, staf
administrasi yang memberikan jasa kepada mahasiswa.
4. Alumni
Lulusan dari institusi pendidikan yang berfungsi menjaga
keberlangsungan dari representasi perguruan tinggi dalam dunia
kerja.
5. Industri dan bisnis
Pengguna lulusan dari lembaga pendidikan, mitra dalam
mendukung finansial institusi atau tempat magang bagi para
mahasiswa.
6. Orang tua
Pendukung atas pengambil keputusan calon mahasiswa atau
mahasiswa.
7. Institusi pendidikan dalam dan luar negeri
Menjadi mitra dalam kerjasama program penelitian, pertukaran
mahasiswa atau dosen.
8. Pemerintah
Berfungsi sebagai regulator pendidikan tinggi.
9. Media
Membantu publisitas dari institusi.
10. Masyarakat sekitar

138| Manajemen Humas


Kumpulan orang yang berlokasi di wilayah lembaga tersebut.

Tujuan utama humas lembaga pendidikan adalah untuk


menjaga reputasi yang positif serta mempertahankan hubungan
strategis dengan publik atau stakeholders. Hal in tentunya mendorong
ke arah citra positif lembaga. Untuk itu humas melakukan fungsi
humas yang dilakukan di lembaga pendidikan tidaklah berbeda
dengan yang dilakukan oleh organisasi yaitu mempromosikan
organisasinya (Seitel, 2014, p. 12). Dari beberapa fungsi humas yang
umum, berikut fungsi humas lembaga pendidikan ialah:
1. Melakukan perencanaan program humas dengan mengadakan
berbagai acara.
2. Melakukan penulisan yang menyangkut profile perusahaan,
pidato, press release dan lainnya.
3. Melakukan hubungan baik dengan media.
4. Melakukan hubungan baik dengan internal publik seperti
karyawan, dosen, manajemen.
5. Melakukan hubungan dengan pemerintahan.
6. Melakukan hubungan dengan industri dan bisnis.
7. Melakukan hubungan dengan lembaga pendidikan baik dalam dan
luar negri.
8. Melakukan hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

Humas dalam menjalankan fungsinya haruslah melakukan


komunikasi dengan baik yang bertujuan :
1. Menginformasikan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi yang
diwakilinya. Contohnya universitas yang melakukan kegiatan
(event) menanam pohon sebagai peduli lingkungan, membantu
korban banjir dilingkungan lokasi institusi pendidikan.
2. Mempengaruhi agar publik atau stakeholders melakukan tindakan
sesuai dengan tujuan komunikasi humas.
3. Memotivasi, lebih kepada publik internal agar para karyawan mau
bekerja dengan tim agar tercapai tujuan organisasi.
4. Membangun pemahaman bersama, agar publik memahami
kebijakan organisasi sehingga timbul opini positif.

Pada Lembaga Pendidikan |139


E. PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH HUMAS
Sekarang kita memasuki era komunikasi dimana semua orang
dapat mengakses informasi melalui mesin pencari (search engine) dan
web. Orang semakin tergantung dengan konektivitas internet untuk
mengakses informasi melalui komputer. Kemajuan tersebut
memungkinkan orang membuat tulisannya didengar ataupun dilihat
oleh audiens secara global dengan berbagai cara (Phillips & Young,
2009, p.7).
Kehadiran informasi dan pesan tentang organisasi tersebar
melalui banyak perangkat, platform yang mengirim dan menerima
informasi seperti Personal Computer (PC), laptop, ponsel dan lainnya.
Distribusi informasi dipengaruhi dengan adanya web crawler, mesin
pencari (search engine) serta direktori dengan distribusi ulang berita,
siaran pers, percakapan newsgroup, obrolan, situs web pribadi dan
lainnya.
Internet telah mempengaruhi cara berkomunikasi di
organisasi termasuk yang dilakukan oleh humas. Fraser Seitel (2014)
mengemukakan empat alasan humas menggunakan internet dalam
pelaksanaan tugasnya sebagai berikut:
1. Keinginan untuk mengedukasi
Konsumen masa kini lebih cerdas, berpendidikan dan cermat
dalam menggunakan media. Mereka akan menggunakan internet
untuk mengetahui informasi tentang barang atau jasa secara rinci
melalui mesin pencari. Oleh sebab itu humas haruslah
menyebarkan informasi berbasis edukasi.
2. Pencarian suatu percakapan
Percakapan atau ungkapan orang yang ditulis pada platform akan
mudah dicari orang untuk melihat testimoni terhadap suatu
perusahaan. Percakapan baik akan dapat mempengaruhi orang
lain terhadap persepsi ke organisasi yang disebut dalam
percakapan tersebut.
3. Kebutuhan melihat kinerja secara langsung
Jika ada bencana alam yang menimpa tempat wisata, maka
kejadian tersebut secara cepat tersebar melalui internet. Humas

140| Manajemen Humas


dapat memanfaatkan peristiwa tersebut dengan menyusun
informasi untuk merespons isu-isu yang berkembang.
4. Kebutuhan akan penyesuaian
Internet dari organisasi menyediakan suatu wadah informasi
berdasarkan segmen publik yang spesifik.

Kebutuhan akan internet pada pelaksanaan pekerjaan humas


sudah menjadi suatu keharusan. Seitel (2014, p. 210-227) menjelaskan
bagian dari internet yang digunakan humas dalam menghubungkan
dengan publiknya antara lain:
1. Website
Ini merupakan alat media sosial terfavorit dan tertua.
Organisasi menggunakan website sebagai “wajah” yang
menampilkan informasi seputar organisasi. Humas harus
merancang website yang menarik, informatif, mudah
dinavigasikan, mempunyai tata letak (layout) yang mudah dibaca,
lengkap dengan laman berita, cuplikan video, laporan tentang
kinerja perguruan tinggi dan publikasi. Website harus terbuka
untuk umum bersifat interaktif.
2. Surel (surat elektronik)
Surel atau yang dikenal sebagai email merupakan alat
komunikasi internal yang banyak digunakan. Diperkirakan pada
tahun 2020,terdapat 306,4 miliar email yang dikirim setiap hari
(https //www.statista.com). Faktor kemudahan dan kecepatan
menjadikan surel media yang diandalkan untuk meningkatkan
komunikasi internal.
3. Buletin Online
Buletin online digunakan sebagai pengganti buletin cetak
untuk karyawan. Menyebar lebih cepat dan lebih interaktif
dibanding buletin cetak. Buletin ini hanya 1 halaman, oleh
karenanya memiliki tautan (link) pada konten jika ingin membaca
lebih lengkap. Buletin ini harus disebarkan secara rutin.
4. Pesan Instan (Instant Messaging)
Suatu bentuk komunikasi online dua arah yang
memungkinkan dua atau lebih pengguna saling mengirimkan

Pada Lembaga Pendidikan |141


informasi secara cepat. Informasi yang dikirimkan dalam bentuk
teks maupun gambar.
5. Blog
Buku harian online yang membahas berbagai topik seperti
sosial, politik, hiburan dan olah raga. Dibuat secara kronologis oleh
blogger dan dimuat dalam sebuah situs yang disebut web blog.
Humas membutuhkan ‘endorser’ dari pihak ketiga melalui tulisan
yang dimuat oleh blogger tentang suatu perusahaan. Tulisan dari
blogger yang positif tentang perusahaan dapat menjadi sarana
iklan secara halus bagi perusahaan.
6. Jejaring Sosial
Istilah jejaring sosial berasal dari David Isenberg mantan
pegawai laboratorium riset AT&T yang menulis artikel pada jurnal
telekomunikasi. Ia mendeskripsikan internet (jaringan bodoh)
sebagai sebuah jaringan data baru yang bergantung kepada
transportasi data sederhana di tengah dan titik akhir yang
dikendalikan oleh “pengguna yang pandai” dan tempat informasi
diberikan menurut “tingkat kebutuhan data, bukan asumsi desain
jaringan tersebut. Isenberg menjelaskan “jaringan pandai”
bergantung pada hieraki teknis yang dikendalikan oleh pihak lain.
Perkembangan jejaring sosial atau perangkat lunak sosial,
komputasi sosial atau Web 2.0 dimulai dengan kemunculan
Netspace tahun 90 an, kemudian disusul dengan MySpace(2004)
dan FaceBook. Kemunculan tersebut dari situs jejaring sosial yang
menurut Isenberg adalah “ jaringan bodoh”(Seitel, 2014,p.218).
Berikut empat jejaring sosial yang masih bertahan dan digunakan:
a. FaceBook (FB)
Didirikan tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg seorang
mahasiswa universitas Harvard. Awalnya FB merupakan
direktori nama dan foto dari para mahasiswa baru Harvard
yang disebar oleh pihak kampus. Para pengguna ditanya
mengenai nama, status hubungan, musik dan foto favorit
mereka. Mereka menjawab sesuai dengan kenyamanan
membagi informasi mereka kepada orang lain. Selanjutnya
mereka mulai mencari teman yang dapat terhung dengan

142| Manajemen Humas


mereka. FB dapat digunakan untuk berbagi berita, foto, video,
berkirim pesan, bermain dengan teman lama ataupun teman
baru FB merupakan alat branding yang kuat bagi lembaga
pendidikan maupun individu dalam instutisi tersebut (2014, p.
219).
Tujuan menggunakan FaceBook(FB) dalam kaitan
dengan humas ialah:
1) Menarik perhatian
Laman FB digunakan humas untuk menginformasikan
siapa kita dan tujuan didirikan organisasi.
2) Komunikasi dua arah
FB mempunyai wadah untuk melakukan komunikasi
secara interaktif dengan publiknya, Memungkinkan pihak
ketiga mendukung organisasi dengan memberikan opini
pada laman atau kolom komentar.
3) Pengawas pembicaraan
Organisasi dalam hal ini humas dapat mengawasi
pembicaraan dari para pengguna FB mengenai
perusahaan.
4) Aktivitas interaktif
FB dapat digunakan sebagai sarana jajak pendapat
(polling).
5) Komunikasi internal
Melalui FB humas dapat mendorong terciptanya
kerjasama antar karyawan, memotivasi untuk
menigkatkan kinerja dan lainnya.
6) Efek halo
FB dapat digunakan oleh humas mempromosikan
perusahaan sehingga menimbulkan kesan positif publik
terhadap perusahaan yang akan mempengaruhi opini
publik.
7) Berhubungan dengan media
FB dapat dijadikan sumber wawancara yang potensial,
menjadi media untuk bertukar pikiran antara teman

Pada Lembaga Pendidikan |143


(friend) mengenai suatu hal. Atau juga untuk menunjukan
kepiawaian seseorang.
8) Manajemen krisis
FaceBook digunakan humas untuk merilis suatu
pernyataan dan juga perkembangan krisis yang menerpa
institusi atau lembaga pendidikan.
9) Tautan.Tautan. Tautan (link).
FB menfasilitasi tautan Website, video, laman konten dan
penyimpanan materi yang digunakan untuk melihat sudut
pandang organisasi.
b. Twitter
Sebuah layanan micro bloging yang memungkinkan
pengguna untuk mengirimkan “tweet”. Jenis pesan singkat
“tweet” (seperti burung bercicit) berkarakter maksimal 140.
Fungsinya memberitahu tentang apa yang sedang kita lakukan
kepada teman dan pengikut (follower) kita. Kegunaan twitter
bagi humas adalah antara lain sebagai berikut:
1) Menemukan tweeple
Melalui twitter akan mudah mengetahui apa yang
dianggap penting oleh masyarakat.
2) Menemukan tweetfluential
Melalui twitter akan terlihat orang yang dianggap
berpengaruh untuk membicarakan produk dari suatu
organisasi.
3) Sebagai sumber berita
Twitter sebagai penyedia informasi terkini yang tidak
pernah putus.
4) Menyediakan konten berharga
Twitter menyediakan informasi yang spesifik berbeda
dengan media lain, mengutamakan tips dan opini.
c. LinkedIn
LinkedIn adalah FaceBook yang digunakan untuk
keperluan profesional. Manfaat bagi anggota LinkedIn ialah
terhubung dengan profesional lainnya, menambah kontak
jaringan, mendapatkan peluang bisnis, kesempatan untuk

144| Manajemen Humas


merekrut bagi perusahaan dan direkrut oleh perusahaan
melalui profil di laman LinkedIn (Seitel, 2015, p. 223). LinkedIn
memberikan layanan yang berkaitan dengan humas sebagai
berikut:
1) Catatan
Informasi kepada kolega dan anggota tentang adanya
suatu acara, lowongan pekerjaan dan rekomendasi dari
pihak perusahaan perekrut yang dulu.
2) Grup
Memiliki lebih dari 150.000 grup yang terdiri dari forum
bisnis, grup alumni, kelompok penggemar, konferensi dan
lainnya. Pengguna LinkedIn 675 juta berasal dari 200
negara di seluruh dunia. Anggota dari Indonesia berjumlah
14 juta. Dari sembilan puluh juta pengguna LinkedIn 63
juta adalah influencer tingkat senior di posisi pengambilan
keputusan (decision maker), 17 juta pemimpin opini
(opinion leader) dan 10 juta eksekutif Level C. Terdapat
90.000 sekolah yang terdaftar di Linkedin
(omnicoreagency.com).
3) Forum Tanya Jawab
Menyediakan sarana untuk diskusi dengan para
profesional.
4) Jajak Pendapat
LinkedIn memberikan kemudahan bagi anggota untuk
dapat membuat polling.
5) Pembacaan Kartu Nama
Aplikasi mobile yang menyediakan layanan pembacaan
dan penyimpan kartu nama sebagai nomer kontak padai
telpon genggam.
6) Lowongan Pekerjaan
Merupakan sumber lowongan pekerjaan yang dapat
diandalkan dan dapat berfungsi sebagai agen pencari
tenaga kerja.
d. YouTube

Pada Lembaga Pendidikan |145


Situs berbagi video ini didirikan pada tahun 2005 oleh
tiga orang mantan karyawan PayPal. Tahun 2006 Google
membeli situs YouTube seharga US$ 1,65 juta. Humas biasa
memakai YouTube pada saat terjadi krisis untuk mendapat
respons yang cepat.
e. Instagram
Merupakan aplikasi berbagi foto yang didirikan tahun
2010. IG dapat diunduh di perangkat Android, iPhone dan
iPad. Penggunaan Instagram dalam kaitan dengan pekerjaan
humas sebagai alat untuk membantu mengembangkan merek
dagang. FaceBook membeli perusahaan Instagram seharga
US$ 1 miliar tahun 2012.

Penggunaan internet oleh humas lembaga pendidikan


dikatagorikan berdasarkan stakeholders yang menurut
Sulistyaningtyas ada 10 sasaran (2007, p. 135). Berikut adalah
media internet yang digunakan oleh humas antara:
1) Website, FaceBook, Twitter, Instagram, LinkedIn digunakan
untuk menginformasikan kepada calon mahasiswa mengenai
kampus untuk menumbuhkan minat terhadap institusi
lembaga pendidikan tersebut. Dalam konten FB, Twitter, IG,
LinkedIn akan diberikan tautan (link) kepada website yang
memiliki informasi secara rinci.
2) Humas melakukan hal yang sama kepada mahasiswa yaitu
menggunakan Website, FaceBook, Twitter, Instagram
ditambah dengan surel menggunakan email blast. Informasi
yang berisi acara (event) seperti seminar, workshop,
pertunjukkan yang diadakan oleh kampus, dan juga
pencapaian (achievement) mahasiswa ataupun dosen dan
lainnya.
3) Internet yang ditujukan untuk internal publik atau menurut
Sulistyaningtyas (2007) sumberdaya manusia adalah surel
dengan email blast, WhatsApp (WA) grup dan instagram.
Contoh informasi acara (event) yang ditujukan agar terjadi
keakraban antar karyawan seperti “Family Gathering”

146| Manajemen Humas


(Kumpul Keluarga), acara “Buka puasa bersama”, “Natal
bersama”, kunjungan wisata karyawan dan lain-lain maka
informasi dikirimkan pihak humas bersama bagian HRD
(Human Resources Department) melalui surel atau email blast,
WA grup. Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, pihak
kampus mengadakan acara seperti seminar penelitian,
workshop, konferensi dan lainnya informasi dikirim ke para
dosen melalui surel blast dan WA grup. Kegiatan tersebut
dipublikasikan ke eksternal publik oleh humas melalui
Website, FaceBook dan Instagram.
4) Twitter, FaceBook, Instagram, LinkedIn merupakan saluran
komunikasi yang dilakukan humas dengan alumni. Bagi alumni
yang sudah terdaftar dalam ikatan alumni, humas
mengirimkan pesan melalui surel email blast.
5) Humas menggunakan surel, Website dan WA yang ditujukan
ke pihak industri dan bisnis.
6) Komunikasi dengan orang tua dilakukan melalui surel email
blast. Informasi yang diberikan selain pemberitahuan acara
mahasiswa juga berupa undangan menghadiri suatu acara
yang melibatkan anak mereka sebagai mahasiswa.
7) Humas berkomunikasi dengan institusi pendidikan dalam dan
luar negeri melalui surel dan WA. Melakukan kerjasama dalam
rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dan juga dosen
seperti kolaborasi penelitian antar perguruan tinggi,
pertukaran dosen ataupun mahasiswa. Jika dibutuhkan untuk
“meeting” bersama institusi luar negri, maka dilakukan video
confrence.
8) Komunikasi yang dilakukan dengan pihak pemerintahan
dilakukan melalui surel. WA digunakan jika sudah ada
kedekatan dengan pihak pemeritahan.
9) Hubungan dengan media perlu terjalin dengan baik karena
dengan pemberitaan suatu institusi dapat berpengaruh
terhadap opini publik. Humas menggunakan surel email blast
untuk mengirimkan press release ataupun WA untuk
berkomunikasi dengan pihak media.

Pada Lembaga Pendidikan |147


10) Pada umumnya humas berkomunikasi dengan masyarakat
sekitar diawali dengan tatap muka. Setelah adanya kedekatan
dengan pemuka masyarakat setempat maka komunikasi dapat
dilakukan dengan WhatsApp ataupun telpon.

F. RANGKUMAN
Humas pada lembaga pendidikan dibutuhkan dalam
menjalankan fungsi manajemen guna membangun dan memelihara
komunikasi yang interaktif antara organisasi dengan publik. Semua
dilakukan agar tercapai hubungan yang harmonis secara internal
maupun eksternal. Diharapkan dengan adanya hubungan yang baik
maka tercipta pemahaman bersama dari stakeholders. Penggunaan
internet mempengaruhi perubahan perlaksanaan pekerjaan di
organisasi. Humas memanfaatkan perkembangan teknologi guna
mempermudah pekerjaan yang diembannya. Kini komunikasi
interaktif yang dilakukan dapat secara secara online dari institusi ke
publik. Media internet yang digunakan humas antara lain Website,
FaceBook, Instagram,LinkedIn, WhatsApp, Twitter dan surel. Tentunya
selain penggunaan internet, pekerjaan humas masih didukung dengan
penggunaan media non internet dan juga secara tatap muka.
Penggunaan media apapun tidak merubah fungsi utama humas yaitu
sebagai penghubung antara organisasi dengan stakeholders, karena
media sebagai sarana penunjang pekerjaan humas.

LATIHAN TUGAS
1. Jelaskan beserta contoh 3 website universitas negeri atau swasta
di Indonesia. Informasi apa yang anda dapat dari website
tersebut?
2. Berikan 3 contoh kasus opini publik (positif atau negatif) tentang
suatu perguruan tinggi yang ada di media sosial. Apakah ada
tanggapan tentang opini dari humas institusi tersebut? Jelaskan.
3. Jelaskan dengan 3 contoh penggunaan YouTube oleh humas
dalam mengatasi krisis dan jelaskan.

148| Manajemen Humas


4. Berikan contoh masing-masing 2 surel dari humas ke publik
internal dan eksternal. Jelaskan apakah ada perbedaan dari
konten?
5. Jelaskan mengapa humas perlu melakukan komunikasi
menggunakan internet.

Pada Lembaga Pendidikan |149


DAFTAR PUSTAKA

Adiarsi,GR., Stellarosa, Y., Silaban, MW. (2015). Literasi Media Internet di


Kalangan Mahasiswa. Jurnal Humaniora, 6(4),470- 482.
Alter, S. (1999). Information systems : A Management Perspective. 3rd
edition. Addison-Wesley, Boston.
Asafe, YN. (2014). Information Communication Technology (Concept &
Application) Self Directed & Collaborative Learning Approach.
Vol.1. Hasfem Publication Centre,Lagos.
Grunig, J. & Hunt, T. (1984). Managing Public Relations. Holt, Rinehart and
Winston, New York.
Jefkins, F. (1982). Public Relations. Heineman, London.
Kochen, M. (1981). Technology and Communication in Future. Journal of
the American Society for Information Science, 32(2), 148-157.
Linkedin by the Numbers: Stats, Demographics & Fun Facts (2020, Feb 10).
Diakses pada Februari 21, 2020 dari Omnicore:
https://www.omnicoreagency.com/linkedin-statistics
Phillips, D and Young,P. (2009). Public Relations A Practical Guide to
Develop An Online Strategy in the World of Social Media. Second
edition. Kogan Page, London & Philadelphia.
Prattama,AN. (2019, Juni 14). Hari Ini dalam Sejarah: "UNIVAC", Komputer
Digital Pertama Dunia Diproduksi Komersil.Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2019/06/14/13062881
Seitel, FP. (2014). The Practice of Public Relations.12th Edition. Pearson
Education, Inc. New York.
Stokes, A. V (1985). Concise Encyclopedia of Information Technology. 2nd
edition. Gower Pub Co, London.
Wahab, SA., Rose, RC & Osman, SIW. (2012). Defining the Concepts of
Technology and Technology Transfer: A Literature Analysis.
International Business Research, 5 (1), 61-71.

150| Manajemen Humas


PROFIL PENULIS

Gracia Rachmi Adiarsi adalah dosen pada Institut


Komunikasi & Bisnis LSPR Jakarta, mengajar
Organizational Communication, Communication
Theory dan Customer Service Professional sejak
2006. Ia juga aktif sebagai peneliti dan freelance
trainer di berbagai perusahaan baik lokal maupun
multinasional. Lulusan FISIP Universitas Indonesia
jurusan Komunikasi dan Magister Management
Universitas Esa Unggul ini telah melakukan berbagai
penelitian berkolaborasi dengan rekan dosen, mahasiswa maupun antar
organisasi. Hasil penelitiannya telah dipublikasikan di jurnal nasional
maupun internasional. Projek penelitian yang telah dilakukan antara lain:
Mapping of Media Research in Indonesia, projek riset antara Monash
University Australia dengan Dewan Pers (Oktober 2018-Februari 2019).
Closing the Gender Gap in ICT data & policymaking: ICT for Empowerment
of Women and Girls, projek riset kolaborasi antara World Wide Web
(WWW) dengan ICT Watch (Februari-November 2015). Gracia aktif sebagai
freelance trainer sejak 2006, mengajar soft skills bagi perusahaan maupun
institusi antara lain: Bank Muamalat, RS Pusat Otak Nasional (PON), Badan
Narkotika Nasional (BNN), RSCM Kirana, RS Sentra Medika, PT Cevron
Indonesia, PT Freeport Indonesia, PT Aqua Danone, PT Astra Credit
Company, PT Angkasa Pura II, PT Petrochina, PT Pertamina, PT Conoco
Indonesia, PT Semen Gresik, PT Newmont Nusatenggara dan Sekolah
Haraki Depok.

Pada Lembaga Pendidikan |151

Anda mungkin juga menyukai