C. ANALISIS
1. Positivisme
Kita ketahui paradigma penelitian merupakan salah satu bagian yang tidak bisa
dilepaskan dari proses penelitian. Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir
yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Dalam proses keilmuan, paradigm keilmuan memegang peranan penting. Fungsi
paradigm ilmu adalah memberikan kerangka, mengarahkan, bahkan menguji konsistensi
dari proses keilmuan.
Secara umum, paradigma diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan
dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan sehari-hari.
Paradigma menggariskan apa yang harus dipelajari, pernyataan-pernyataan apa yang
seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam
menafsirkan jawaban yang diperolehnya.
Harus diakui bahwa aliran ini merupakan filsafat baru dalam bidang keilmuan, tetapi
memang sangat dekat dengan paradigma positivisme. Salah satu indikator yang
membedakan antara keduanya bahwa positivisme lebih mempercayai proses verifikasi
terhadap suatu temuan hasil observasi melalui berbagai macam metode.
Pandangan aliran posotivisme bukan suatu realitas yang menolak adany realitas dari
suatu teori, realisme modern bukanlah kelanjutan atau luncuran dari aliran positivisme,
tetapi merupakan perkembangan akhir dari pandangan pospositisme.
Banyak pospositisme yang berpengaruh yang merupakan penganut realisme, dan ini
menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui adanya sebuah kenyataan. Realisme
mengungkap bahwa semua pandangan itu benar sedangkan realis hanya berkepentingan
terhadap pandangan yang dianggap terbaik dan benar. Pospositivisme menolak
pandangan bahwa masyarakat dapat menentukan banyak hal sebagai hal yang nyata dan
benar tentang suatu obyek oleh anggotanya.
Karena pandangan bahwa persepsi orang berbeda, maka tidak ada sesuatu yang
benar-benar pasti. Pandangan ini tidak bisa diterima karena aktivitas merupakan indikator
kebenaran yang melandasi penyelidikan yang ingin ditekankan bahwa obyektivitas tidak
menjamin untuk mencapai kebenaran.
2. Post Positivisme
Banyak postpositisme yang berpengaruh yang merupakan penganut realisme,
dan ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui adanya sebuah
kenyataan. Realismemengungkap bahwa semua pandangan itu benar sedangkan realis
hanya berkepentingan terhadap pandangan yang dianggap terbaik dan benar. Post-
positivisme merupakan perbaikan positivisme. Secara ontologis aliran postpositivisme
bersifat critical realism artinya realitas itu memang ada, tetapi tidak akan pernah dapat
dipahami sepenuhnya
artinya post positivisme bergantung pada konteks value, kultur, tradisi, kebiasaan,
keyakinan, natural dan lebih manusiawi. Indikator yang membedakan antara Paradigma
positivisme dan postpositivism adalah post positivisme lebih mempercayai proses
verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi melalui berbagai macam metode.
3. Perbedaan Paradigma Positivisme dan Postpositivisme
Menekankan analisis parsial dan dekontekstualisasikan (decontextualization) VS
Menekankan analisis menyeluruh dan kontekstualisasi (contextualization) Menekankan
pemisahan VS Menekankan integrasi Menekankan generalisasi VS Menekankan
spesifikasi Pertimbangan hanya pada objektivitas dan kuantifikasi VS Pertimbangan juga
pada subjektifitas dan non-kuantifikasi Ketergantungan pada keahlian dan pengetahuan
orang lain, peneliti sebagai orang luar VS Pertimbangan juga diambil dari partisipan dan
pengetahuan lokal; peneliti sebagai orang dalam. Memberikan fokus perhatian pada
controlling VS Memberi fokus pada understanding.
D. PENUTUP
Kesimpulan
1. Positivisme merupakan aliran pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang
dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-
istilah. Positifisme sekarang merupakan istilah umum untuk posisi filosofis yang menekanakan
aspek faktual pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah dan umumnya positivisme berupaya
menjabarkan pernyataan-pernyataan faktual pada suatu landasan pencerapan (sensasi). Atau
dengan kata lain, positivime merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam
(empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari
studi filosofi satau metafisik.
2. Post Positivisme lawan dari positivisme: cara berpikir yang subjektif Asumsi terhadap
realitas. Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-
1980an. Salah satu pendiri pospositivisme adalah Karl Popper. Paham ini menentang
positivisme, alasannya tidak mungkin menyamaratakan ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu
alam.
3. Untuk dapat membedakan paradigma Positivistik dan paradigm postpositivitik di lihat
dari segi asumsi ontology, asumsi epistemology dan asumsi aksiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Berling, Kwee, Mooij Van Peursen. 2003. Pengantar Filsafat lmu. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Cet
ke-V.