Anda di halaman 1dari 4

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No.

2 Mei 2017; 50-53

Analisis Konsumsi Batubara Spesifik Ditinjau dari Nilai Kalor


Batubara dan Perubahan Beban di PLTU Tanjung Jati B Unit 2

Bono(1), Wahyono(2), Muhammad Burhani S.(3)


Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang
Jl.Prof.H.Sudarto,SH., Tembalang, Semarang 50275, PO BOX 6199/SMS
Telp. (024)7473417, 7499585, Faks. (024) 7472396
http : //www.polines.ac.id, email :secretariat@polines.ac.id
1) & 2). Staf pengajar Polines
3). Mahasiswa Polines

ABSTRAK
PLTU Tanjung Jati B unit 2 merupakan pembangkit listrik tenaga uap yang memiliki daya pembangkitan
710 MW Gross, menggunakan bahan bakar batubara dengan nilai kalori antara 4600 – 6400 kkal/kg.
Sebagai pembangkit yang beroperasi secara terus menerus pada beban dan kualitas batubara yang
bervariasi, diperlukan manajemen energi yang tepat dalam pengoperasiannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai kalori batubara terhadap konsumsi batubara
spesifik,dan juga terhadap perubahan beban. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan
nilai konsumsi batubara spesifik pada nilai kalori batubara dan beban yang bervariasi. Hasil
perhitungan menunjukkan, nilai konsumsi batubara spesifik terendah adalah 0,3443 kg/kWh yang
diperoleh pada saat unit pembangkit beroperasi pada beban 625 MW dengan menggunakan batubara
dengan nilai kalori 6216 kKal/kg. Demikian juga semakin tinggi nilai kalori batubara, maka semakin
rendah konsumsi batubara spesifiknya.

Kata Kunci : Spesific Coal Consumption

1. PENDAHULUAN nilai specific coal consumption(SCC) yang


Di era modern ini, energi listrik rendah
berpengaruh besar terhadap pesatnya PLTU Tanjung Jati B unit 2 beroperasi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. dengan beban/daya pembangkitan 400 – 710
Energi listrik banyak sekali digunakan di MW Gross, menggunakan bahan bakar
dunia industi maupun konsumen rumah batubara dengan nilai kalori 4600 – 6400
tangga. Hal ini yang menyebabkan tingginya kkal/kg.
permintaan akan energi listrik, sehingga
memaksa penyedia energi listrik
menggunakan pembangkit listrik dengan
kapasitas besar guna menjaga kontinyuitas
pelayanan. PLTU (Pembangkit Listrik
Tenaga Uap) merupakan salah satu
pembangkit listrik yang mensuplai sebagian
besar energi listrik ke konsumen. Meskipun
pembangkit listrik ini tidak tergolong
sebagai pembangkit ramah lingkungan,,
namun PLTU dirasa efektif untuk memenuhi
tingginya kebutuhan energi listrik.
Karakteristik dari PLTU akan
menyesuaikan dengan bahan bakar yang
yang digunakan serta daya yang mampu
dibangkitkan. Manajemen energi yang tepat
antara keduanya dapat menghemat biaya Gambar 1. Siklus produksi listrik
produksi listrik (BPL) dan menghasilkan

50
Analisis Konsumsi Batubara Spesifik Ditinjau dari Nilai Kalor…………...……... (Bono, Wahyono, M Burhani)

Salah satu parameter yang digunakan Gambar 2. Batu bara


pada suatu sistem pembangkit tenaga
berbahan bakar bakar batubara adalah Sedangkan untuk beban pada PLTU
specific coal consumption (SCC) atau dibagi menjadi beban pembangkitan dan
konsumsi batubara spesifik. Konsumsi beban pelayanan. Beban pembangkitan
batubara spesifik adalah jumlah batubara adalah daya keluaran generator atau sering
yang konsumsi oleh suatu unit PLTU untuk disebut Gross Power. Sedangkan beban
menghasilkan daya satu kilowatt selama satu pelayanan adalah daya keluaran generator
jam (kg/kWh). Nilai konsumsi batubara dikurangi dengan daya pemakaian sendiri
spesifik dipengaruhi dengan kualitas bahan dari unit PLTU atau sering disebut Nett
bakar batubara dan kondisi beban yang harus Power. Daya pemakaian sendiri meliputi
dilayani PLTU. kebutuhan daya yang digunakan untuk
Semakin rendah nilai konsumsi membantu proses generasi listrik seperti
batubara spesifik maka semakin efisien pada pompa, blower, dll. komponen lainnya
pemakaian bahan bakarnya. Selain itu yang mendukung proses generasi listrik.
dengan diketahui nilai konsumsi batubara
spesifik, nilai biaya produksi listriknya dapat 2. METODE
ditentukan. Metode yang digunakan untuk menentukan
Tabel 1. Tingkat kualitas batu bara konsumsi batubara spesifik PLTU Tanjung
Jati B unit 2 antara lain
Tingkatan kualitas batubara
a. Wawancara, dengan melakukan diskusi
Nilai Kalori
No Jenis Batubara langsung dengan beberapa pegawai dan
kkal/kg
operator PLTU Tanjung Jati B mengenai
1 Gambut 300 – 2200
konsumsi batubara spesifik dan beberapa
2 Lignit 2400 – 4800 data yang sudah diperoleh secara online.
3 Subbituminous 4600 -6400 b. Observasi, dengan mencari dan
4 Bituminous 5700 – 8300 mengumpulkan data yang dibutuhkan
5 anthracite 6200 – 7900 secara online di ruang kontrol PLTU
Tanjung Jati B unit 2 selanjutnya data
Dari tabel di atas, PLTU Tanjung Jati tersebut akan diolah dengan perhitungan
B unit 2 mengunakan batubara jenis secara teoritis.
Subbituminous. Batubara jenis ini memiliki c. Studi kepustakaan, merupakan proses
tekstur yang cukup keras, berwarna coklat mencari landasan teori dan formulasi yang
tua – hitam dan memiliki kadar air 14 – 35%. dibutuhkan pada saat pengolahan data
Batubara subbituminous memilki kadar yang sudah didapatkan. Kegiatan tersebut
karbon 50 – 70% Batubara jenis ini memiliki meliputi berbagai buku manualpada
kandungan sulfur tidak lebih dari 1% dari PLTU Tanjung Jati B dan melakukan
beratnya. Batubara Subbituminous : pencarian lewat internet berupa jurnal –
jurnal penelitian tentang siklus dan
Komponen utama PLTU.
d. Proses Pengolahan Data, dari data–data
parameter yang berhasil dikumpulkan
pada batubara dengan nilai kalori dan
pengoperasian beban yang bervariasi,
diolah dengan formulasi berdasarkan
ASME PTC 4.1 yang selanjutnya hasil
perhitungan ditabelkan dan dibuat grafik
hubungan antara konsumsi batubara
spesifik(SCC)terhadap bebanserta grafik

51
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 2 Mei 2017; 50-53

hubungan antara biaya produksi listrik 2. Pada saat menggunakan batubara dengan
(BPL) terhadap beban. nilai kalori 5402 kKal/kg, konsumsi
batubara spesifik terendah adalah 0,4018
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kg/kWh yaitu saat unit beroperasi pada
beban 625 MW, dan yang tertinggi
Spesifikasi PLTU adalah 0,4286 kg/kWh yaitu pada saat
 Daya Netto : 660 MW unit beroperasi pada beban 419 MW.
 Daya Gross :710 MW 3. Pada saat menggunakan batubara dengan
 Pemakian Sendiri : 56,6 MW nilai kalori 5671 kKal/kg, konsumsi
 Tekanan Kerja : 175 bar a batubara spesifik terendah adalah 0,3810
 Aliran uap utama : 2,313 ton/jam kg/kWh yaitu saat unit beroperasi pada
 Temperatur uap : 541°C beban 625 MW, dan yang tertinggi
 Temperatur air umpan : 291°C adalah 0,4061 kg/kWh yaitu pada saat
 Aliran uap reheat : 1895 ton/jam unit beroperasi pada beban 419 MW.
 Temperatur reheat : 539°C 4. Pada saat menggunakan batubara dengan
 Tekanan reheat : 37 bar a nilai kalori 5752 kKal/kg, konsumsi
 Kebutuhan batubara : 263,58 ton/jam batubara spesifik terendah adalah 0,3749
 Jumlah feeder : 5 operasi, 1 standby kg/kWh yaitu saat unit beroperasi pada
 Efisiensi boiler : 89,2 % beban 625 MW, dan yang tertinggi
 Efisiensi system : 37 % adalah 0,3996 kg/kWh yaitu pada saat
Berdasarkan hasil perhitungan konsumsi unit beroperasi pada beban 419 MW.
batubara spesifik,dapat digambarkan grafik 5. Pada saat menggunakan batubara dengan
hubungan antara konsumsi batubara spesifik nilai kalori 5994 kKal/kg, konsumsi
terhadap beban pada berbagai nilai kalori batubara spesifik terendah adalah 0,3581
batubara sebagai berikut : kg/kWh yaitu saat unit beroperasi pada
beban 625 MW, dan yang tertinggi
0.46 Kalori 5317 Kalori 5402 adalah 0,3817 kg/kWh yaitu pada saat
Spesific Coal Consumtion

0.44 Kalori 5671 Kalori 5752 unit beroperasi pada beban 419 MW.
0.42 6. Pada saat menggunakan batubara dengan
(kg/kWh)

0.40 nilai kalori 6216 kKal/kg, konsumsi


0.38 batubara spesifik terendah adalah 0,3443
0.36 kg/kWh yaitu saat unit beroperasi pada
0.34 beban 625 MW, dan yang tertinggi
400.00 600.00 800.00 adalah 0,3670 kg/kWh yaitu pada saat
Beban (MW)
unit beroperasi pada beban 419 MW.
Gambar 3. Grafik konsumsi batu bara Berdasarkan hasil perhitungan biaya
spesifik terhadap beban produksi listrik, dapat digambarkan grafik
terhadap beban pada berbagai nilai kalori
Dari grafik diatas, garis lengkung pada varisi batubara sebagai berikut :
nilai kalori batubara memiliki
kencenderungan yang sama berupa parabola Kalori 5316 Kalori 5402
267
Kalori 5671 Kalori 5752
Biaya Produksi Listrik

terbuka ke atas,
(Rupiah/kWh)

1. Pada saat menggunakan batubara dengan 257


nilai kalori 5317 kKal/kg, konsumsi
batubara spesifik terendah adalah 0,4096 247
kg/kWh yaitu saat unit beroperasi pada
beban 625 MW, dan yang tertinggi 237
adalah 0,4366 kg/kWh yaitu pada saat 400 600 800
Beban (MW)
unit beroperasi pada beban 419 MW.
Gambar 4. Grafik biaya produksi listrik
terhadap beban
52
Analisis Konsumsi Batubara Spesifik Ditinjau dari Nilai Kalor…………...……... (Bono, Wahyono, M Burhani)

4. KESIMPULAN
Sama halnya dengan grafik konsumsi Dari hasil perhitungan dan analisis
batubara spesifik, grafik biaya produksi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
listrik menghasilkan garis trendline pada 1. Karakteristik konsumsi batubara spesifik
masing-masing nilai kalori memiliki PLTU Tanjung Jati B unit 2cenderung
kecenderungan yang sama yaitu membentuk turun seiring peningkatan beban hingga
garis parabola terbuka ke atas. 87,7% beban maksimum, dengan nilai
1. Pada saat menggunakan batubara dengan pembebanan maksimum sebesar 712
nilai kalori 5317 kKal/kg, biaya produksi MW Gross.
listrik terendah adalah 248,8 2. Nilai konsumsi batubara spesifik
Rupiah/kWh yaitu saat unit beroperasi terendah adalah 0,3443 kg/kWh yang
pada beban 625 MW, dan yang tertinggi diperoleh saat unit pembangkit
adalah 265,17 Rupiah/kWh yaitu pada beroperasi pada beban 625 MW untuk
saat unit beroperasi pada beban 419 MW. batubara dengan nilai kalori 6216
2. Pada saat menggunakan batubara dengan kKal/kg. Sehingga semakin tinggi nilai
nilai kalori 5402 kKal/kg, biaya produksi kalori batubara maka semakin rendah
listrik terendah adalah 247,92 konsumsi batubara spesifiknya.
Rupiah/kWh yaitu saat unit beroperasi 3. Biaya produksi listrik terendah adalah
pada beban 625 MW, dan yang tertinggi 240,21 Rp/kWh yang diperoleh saat unit
adalah 264,83 Rupiah/kWh yaitu pada pembangkit beroperasi pada beban 625
saat unit beroperasi pada beban 419 MW. MW saat menggunakan batubara dengan
3. Pada saat menggunakan batubara dengan nilai kalori 6216 kKal/kg. Sehingga
nilai kalori 5671 kKal/kg, biaya produksi semakin tinggi nilai kalori batubara maka
listrik terendah adalah 246,81 semakin rendah biaya produksi listriknya
Rupiah/kWh yaitu saat unit beroperasi ditinjau dari segi bahan bakarnya.
pada beban 625 MW, dan yang tertinggi
adalah 263,06 Rupiah/kWh yaitu pada DAFTAR PUSTAKA
saat unit beroperasi pada beban 419 MW. Budi, Arifiyan. 2012. Siklus
4. Pada saat menggunakan batubara dengan PLTU.http://arifiyan-
nilai kalori 5752 kKal/kg, biaya produksi budiman.blogspot.com/.
listrik terendah adalah 249,41 4 Maret 2013.
Rupiah/kWh yaitu saat unit beroperasi Bureau of Energy Efficiency. 2004,.Energy
pada beban 625 MW, dan yang tertinggi Efficiency in Thermal Utilities. India
adalah 262,19 Rupiah/kWh yaitu pada : Ministry of Power
saat unit beroperasi pada beban 419 MW.
5. Pada saat menggunakan batubara dengan Kadir, Abdul. 1996. Pembangkit Tenaga
nilai kalori 5994 kKal/kg, biaya produksi Listrik. Jakarta: Universitas
listrik terendah adalah 240,92 Indonesia,
Rupiah/kWh yaitu saat unit beroperasi The Babcock & Wilcox Company. 2004.
pada beban 625 MW, dan yang tertinggi Tanjung Jati B Training Boiler
adalah 256,79 Rupiah/kWh yaitu pada Overview. Charlotte
saat unit beroperasi pada beban 419 MW. The American Society of Mechanical
6. Pada saat menggunakan batubara dengan Engineers. 1998. Performance Test
nilai kalori 6216 kKal/kg, biaya produksi Code Fired Steam Generator 4.1.
listrik terendah adalah 240,21 New York
Rupiah/kWh yaitu saat unit beroperasi
pada beban 625 MW, dan yang tertinggi TJB Power Service. 2013. Graduate
adalah 256,02 Rupiah/kWh yaitu pada Engineer Trainee. Jepara
saat unit beroperasi pada beban 419 MW. Toshiba Corporation. 2005. Tanjung Jati B
Plant Overview.

53

Anda mungkin juga menyukai