Anda di halaman 1dari 2

Ibu hamil yang positif mengidap HIV berpotensi menularkan virus tersebut kepada bayi, baik pada masa

kehamilan, persalinan, maupun pada saat menyusui. Dokter kandungan biasanya memberikan berbagai
jenis obat antivirus khusus, salah satunya adalah obat ARV (antiretroviral) untuk menekan jumlah virus

Ibu hamil yang positif mengidap HIV berpotensi menularkan virus tersebut kepada bayi, baik pada masa
kehamilan, persalinan, maupun pada saat menyusui. Dokter kandungan biasanya memberikan berbagai
jenis obat antivirus khusus, salah satunya adalah obat ARV (antiretroviral) untuk menekan jumlah virus.

Jika ibu mengonsumsi obat-obatan secara rutin selama kehamilan hingga hari persalinan nanti, maka
risiko penularan bisa ditekan sampai tinggal 7 persen. Karena itu penting bagi ibu hamil untuk
melakukan tes HIV, agar virus HIV terdeteksi lebih awal, sehingga program pencegahan HIV bisa
dilakukan secepatnya.

Namun, ibu hamil harus mempertimbangkan jenis persalinan yang ditempuh nantinya, karena risiko
penularan virus HIV pada bayi lebih tinggi pada saat persalinan. Dalam proses melahirkan, bayi terkena
darah dan cairan vagina ketika melewati saluran rahim yang menjadi cara virus HIV dari ibu masuk ke
dalam tubuhnya.

Karena itu, ibu hamil pengidap HIV disarankan untuk tidak melahirkan secara normal melalui vagina
penularan HIV ke bayi pada saat persalinan adalah air ketuban yang pecah terlalu awal, bayi mengalami
keracunan ketuban dan kelahiran prematur.

Bila ibu ingin melahirkan secara normal, peluang bayi tidak tertular masih ada. Namun, ada
persyaratannya, yaitu:

1. Telah mengonsumsi obat antivirus mulai dari usia kehamilan 14 minggu atau kurang.

2. Jumlah viral load kurang dari 10.000 kopi/ml. Viral load adalah jumlah partikel virus dalam 1 ml atau 1
cc darah. Ibu akan berpotensi tinggi menularkan virus ke bayi dan mengalami komplikasi HIV jika
ditemukan jumlah partikel virus yang banyak dalam darah ibu.

3. Proses melahirkan harus berlangsung secepat mungkin, dan bayi harus segera dibersihkan setelah
keluar

Menurut berbagai penelitian, risiko penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi pada saat persalinan lebih
rendah jika menggunakan metode caesar. Dari data yang diperoleh dari America College of Obstetricians
and Gynecologist, dituliskan pada kondisi kehamilan pada umumnya, operasi caesar dianjurkan untuk
dilakukan sebelum kehamilan berusia 39 minggu.

Namun, pada ibu hamil pengidap HIV, operasi caesar dianjurkan dilakukan saat kehamilan berusia 38
minggu. Sebelum dan sesudah menjalani operasi caesar, ibu juga diberikan antibiotik untuk mencegah
infeksi pasca melahirkan. Hal ini dilakukan karena wanita yang mengidap HIV memiliki kekebalan tubuh
yang lebih rendah, sehingga lebih rentan terkena infeksi.

Ibu hamil dengan HIV dianjurkan untuk tetap menjaga kesehatan dengan cara menerapkan pola hidup
yang sehat. Karena dengan menjalankan pola hidup sehat juga dapat membantu mencegah penularan
HIV kepada bayi dalam kandungan selama kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai