Anda di halaman 1dari 53

PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES

Disampaikan pada :
“ Workshop Pengelolaan LB3 yang dihasilkan darifasulitas pelayanan kesehatan
Garut, 20 Maret 2019

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


PROVINSI JAWA BARAT
TULUS TH SIBUEA
tsibuea67@gmail.com
HP/WA : 08156080062

• Pendidikan : 1992 S1 MIPA Universitas Padjadjaran Bandung


2002 S2 Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia
• Dinas : Kepala Seksi Pengendalian Sampah, B3 dan Limbah B3
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat
• Pekerjaan : 2017 – Sekarang ASN Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jabar
2000 – 2016 PNS BPLHDProvinsi Jawa Barat
1998 – 2000 PNS Bagian Perekonomian Setda Kota Bekasi
1994 – 1998 Ecologist di Wetland International-IP
1992 - 1994 Field Officer di Asian Wetland Beraeu
PENGALAMAN :
• CLP (Climate Leadership Program) oleh GIZ Republik Federasi Jerman; Centre for Climate Risk and Oppurtunity Management in
South East Asia and Pacific, IPB; University of The Witwatersrand, Johannesburg, South Africa.(2011)
• TOT Environmental Pollution Control Manager di Jepang.
• Tim Teknis FS Waste Management oleh Malaysia dan training Hazardous Waste Management di Malaysia.
• Ketua Tim Teknis WJEMP (West of Java Environmental Management Project) oleh World Bank
• International Research Meeting on Sustainable Water Management Meeting oleh IGES (Insitute for Global Environemntal Strategy
• Training tentang Urban Environmental Management oleh AIT (Asian Institute for Technology) di Bangkok
• Peneliti pada beberapa project mengenai lingkungan bekerjasama dengan ICRAF & CIFOR, Universitas Southampton, UK di Inggris.
OUTLINE +
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LB3 FASYANKES

PENGELOLAAN LIMBAH B3 HOTEL DAN SUPERMARKET

PENGELOLAAN SAMPAH
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
Peraturan dan Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3
PERATURAN TENTANG
UU 32/2009 (Pasal 58 – 61) Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU 23/2014 Pemerintahan Daerah

PP 38/2007 Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah


Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kab/Kota
PP 27/2012 Izin Lingkungan
PP 101/2014 Pengelolaan Limbah B3
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- Tata Cara & Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3
01/BAPEDAL/09/1995
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- Dokumen Limbah B3
02/BAPEDAL/09/1995
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3
03/BAPEDAL/09/1995
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas
04/BAPEDAL/09/1995 Pengolahan dan Lokasi Penimbunan Limbah B3
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
02/BAPEDAL/01/98
PERATURAN TENTANG
PermenLH 02/2008 Pemanfaatan Limbah B3
PermenLH 05/2009 Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan
PermenLH 18/2009 Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3
PermenLH 30/2009 NSPK (Norma, Standar, Prosedur, Kriteria) Pengelolaan Limbah B3
PermenLH 33/2009 Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3
PermenLH 14/2013 Simbol dan Label Limbah B3
Tata Cara Uji Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya Dan
Permen LHK Nomor: 55 Beracun
Tahun 2015 Diundangkan di Jakarta tgl 23 Februari 2016 , Berita Negara RI
Thn 2016 Nomor 287
Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Permen LHK Nomor: 56 Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tahun 2015 Diundangkan di Jakarta tgl 12 Mei 2016, Berita Negara RI Th 2016
No 598
MENGAPA LIMBAH
B3 PERLU
DIKELOLA?

Pengelolaan limbah B3 sifatnya wajib bagi setiap orang yang


menghasilkan limbah B3, karena sifat dan karakteristiknya yang
dapat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan jika tidak
dikelola dengan baik dan benar. Limbah B3 harus dikelola, dengan
memperhatikan dan mengantisipasi:

Tingkat Bahayanya
Dampak akibat terpapar atau terkontaminasi LB3
Dampak bagi lingkungan
 Tingkat bahayanya
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) berdasarkan tingkat
bahayanya terdiri atas:
 Limbah B3 kategori 1 adalah limbah B3 yang berdampak
akut dan langsung terhadap manusia dan dapat dipastikan
akan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.
 Limbah B3 kategori 2 adalah limbah B3 yang mengandung
B3, memiliki efek tunda dan berdampak tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki
toksisitas sub-kronis atau kronis.
 Dampak akibat terpapar atau
terkontaminasi LB3:

 Menimbulkan iritasi pada kulit, mata


 Pemicu berkembangnya sel kanker
 Keterbelakangan mental
 Cacat lahir pada bayi
 Cacat fisik pada orang dewasa
 Dampak bagi lingkungan

Menimbulkan pencemaran
sehingga menurunkan kualitas air,
tanah, dan udara.
Pengelolaan Limbah B3
(Pasal 1 butir 23 UU 32/2009)
kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3.

PENYIMPANAN & PENGANGKUTAN


P PEMANFAATAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN
PENGUMPULAN

EKSPOR
KETENTUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
Pasal 59 Ayat 1 s/d 6 UU 32/2009
 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan.
 Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa, pengelolaannya mengikuti
ketentuan pengelolaan limbah B3.
 Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan
limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
 Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur,
atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
1) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban
yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dlm izin.
2) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan
P Pengelolaan
n Limba
h h B3
CRADLE TO GRAVE

PENGHASIL LIMBAH B3 PENGELOLAAN LANJUTAN


(Generator)
DIMANFAATKAN/DIOLAH/
Identifikasi LB3 yg dihasilkan DITIMBUN SENDIRI
DIDALAM PABRIK (izin)
PENYIMPANAN SEMENTARA LB3
1) Izin TPS-LB3 PENGUMPUL LIMBAH B3 yg
2) Persetujuan Penyimpanan telah memiliki izin
(lama penyimpanan)
3) Pencatatan LB3 dan Pelaporan
Kegiatan penyimpanan serta
pengelolaan LB3 lebih lanjut
PEMANFAAT/PENGOLAH/PEN
IMBUN LIMBAH B3 yg telah
memiliki izin

Jumlah LB3 Jumlah LB3 yg


yang dihasilkan dimanfaatkan/
Sistem Manifest diolah/ditimbun
PENGURANGAN

kegiatan mengurangi jumlah, sifat bahaya dan/atau


racun dari limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu
kegiatan usaha.

Dapat dilakukan melalui :


 substitusi bahan, yaitu dengan merubah bahan baku/bahan
penolong dari yang B3 menjadi non B3;
 modifikasi proses, yaitu pemilihan dan penerapan proses
produksi yang lebih efisien;
 penggunaan teknologi ramah lingkungan, sesuai dengan
teknologi yang tersedia.
PENYIMPANAN

 Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilakukan oleh setiap orang yang


menghasilkan limbah B3.
 DILARANG melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya.
 Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilengkapi dengan IZIN pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3.
 Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3
diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
Permasalahan Penyimpanan
1 3
2

5 1. Penyimpanan tidak per jenis LB3


2. Tatacara cara penyimpanan LB3 tidak
benar.
3. Kapasitas TPS LB3 tidak sesuai degan
jumlah LB3 yang dihasilkan
4. Penyimpanan sludge IPAL di luar TPS LB3
5. Permasalahan jumlah LB3 skala besar dll.
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013 TENTANG
SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES +
Regulasi Kesehatan & Keselamatan Kerja
1) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
+
2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
5) PP No. 47 Tahun 2016 tentang Fasyankes
6) KMK No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesling Rumah Sakit;
7) PMK No. 9 Tahun 2014 tentang Klinik;
8) PMK No. 75 Tahun 2014 tentang PKM;
9) PMK No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi PKM, Klinik, Praktek Mandiri Dr/Drg
10) PMK No. 66 Tahun 2016 tentang K3 Rumah Sakit;
11) PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
Regulasi Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup +
1) UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
2) PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
3) Perda Jabar No. 23 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Limbah
B3 di Jawa Barat;
4) PERMEN LHK P.56/MENLHK-Setjen/2015 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES;
Undang-Undang No.32/2009
BME
UU 1/1970 Limbah Gas
UU 36/2009
Kepmen LH
UU 44/2009 13/1995
BMAL
PP 47/2016 IPAL
Air Limbah Permen LH
05/2014

Limbah Cair B3

Limbah Padat
PP 101/2014
Limbah B3 Permen LHK 56/2015

Permen LH 30/2009

Limbah Non-B3 TPPAS Collection

UU 18/2008 TTG PENGELOLAAN


SAMPAH Disposal
KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES
KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES

karena…
• Fasyankes fokus pada pelayanan kesehatan
• Fasilitas pengolah limbah medis (Insinerator) yang dimiliki fasyankes
belum memenuhi persyaratan teknis
• Lokasi fasyankes dekat dengan permukiman penduduk, tidak memenuhi
persyaratan untuk mengoperasikan Insinerator
• Minimnya jasa pengolah limbah medis:
1. PT. Jasa Medivest, Karawang
2. PT. Tenang Jaya Sejahtera, Bekasi
3. PT. Putera Restu Ibu Abadi, Mojokerto
4. PT Wastec International, Cilegon
5. PT. Arah Environmental Indonesia, Sukoharjo
6. PT. Pengelola Limbah Kutai Kartanegara (PT. PLKK), Kutai Kartanegara
PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA +
SUMBER PENCEMARAN UDARA +
PENCEMARAN UDARA DARI KEGIATAN RUMAH SAKIT UMUMNYA BERASAL
DARI INSINERATOR , BOILER DAN GENERATOR/GENSET.

BOILER GENSET INSINERATOR


MENGENAL LIMBAH B3 DARI
KEGIATAN FASYANKES
1% 1%
+
15% LIMBAH BENDA TAJAM

3% TERMOMETER RUSAK
f

LIMBAH INFEKSIUS &


PATOLOGIS
LIMBAH KIMIA/FARMASI

LIMBAH DOMESTIK
80%

Sumber: KEMENKES
21
LIMBAH B3 DARI RS DAN FASYANKES
+

22
Issue
• Banyak fasyankes (RS, Puskesmas) yang telah memilki
+
incinerator, yg pengadaannya sebelum kewajiban perijinan
sehingga banyak yang tidak digunakan.
• Proses perijinan incinerator masih terkesan lama dan sulit
(spesifikasi teknis tidak terpenuhi)
• Banyaknya RS, Puskesmas yg belum memiliki TPS limbah B3
INSINERATOR
• Aturan dan sanksi hukum yg berat - meningkatnya kasus
hukum  meningkatnya kegelisahan petugas
• Persepsi DLH kab/ kota berbeda-beda dalam memahami
peraturan/ instruksi pusat.
• Lokasi fasyankes bervariasi (mudah dan sulit akses)
• Banyak masyarakat/ pemulung/ pengepul yang belum
TPS LIMBAH B3 ALAKADARNYA
memahami limbah fasyankes medis merupakan limbah B3
PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH B3
DARI FASYANKES
 Limbah B3 tidak boleh disimpan melebihi masa
+
simpannya
 Limbah B3 fasyankes yang bersifat infeksius, radioaktif
dan kandungan logam berat yang tinggi tidak dapat
diserahkan ke Pengumpul
 Limbah B3 yang dimanfaatkan harus memenuhi
BOTOL INFUS YANG SUDAH DI
DISINFEKSI
standar dan bebas dari sifat infeksius/telah di
disinfeksi.
 Pengelolaan Limbah B3 sedapat mungkin dilakukan di
lokasi dihasilkannya Limbah B3
 Limbah Rumah Sakit dikemas dengan baik dan
dipisahkan sesuai jenisnya.
 Kemasan Limbah MEDIS harus dapat terjaga dengan
baik, tertutup dan terhindar dari hal-hal yang bisa
merusak kontainer atau merobek kemasan Limbah
PETUGAS DILENGKAPI APD Rumah Sakit.
 PETUGAS harus dilengkapi APD 24
BAGAIMANA CARA PENGELOLAAN LIMBAH
B3 DARI KEGIATAN
FASYANKES
TAHAPAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DARI FASYANKES
+
PENGURANGAN &
PEMILAHAN

PENGOLAHAN

PENYIMPANAN
SEMENTARA

PENGUBURAN DAN
PENIMBUNAN

PENGANGKUTAN
PENGURANGAN
Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan beracun apabila
+
terdapat pilihan yang lain;
Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping) setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan;
Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream) menurut jenis, kelompok, dan/atau karakteristik
limbah;
Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk menghindari
terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan
Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.

CONTOH

TERMOMETER MERKURI TERMOMETER DIGITAL 27


PENYIMPANAN LIMBAH B3
Dilakukan dengan cara antara lain:
+
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas
Penyimpanan Limbah B3;
b. menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah
Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap kemasan
dan/atau wadah Limbah sesuai karakteristik
Limbah B3; dan
d. pemberian simbol dan label Limbah B3 pada
setiap kemasan dan/atau wadah Limb sesuai h B3
karakteristik Limbah B3.

Sumber: [Pasal 7 ayat (1), PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015] 28


MASA PENYIMPANAN LIMBAH B3
+
Untuk limbah dengan karakteristik infeksius;
benda tajam; dan patologis; disimpan di tempat
Penyimpanan Limbah B3 sebelum dilakukan Pengangkutan
Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan
Limbah B3 paling lama:
1. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar dari 0C (nol
derajat celsius); atau
2. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama
dengan atau lebih kecil dari 0C (nol derajat celsius),
sejak Limbah B3 dihasilkan.

Sumber: [Pasal 8 ayat (2) huruf a, PERMEN LHK P.56/Menlhk-


Sekjen/2015]
29
MASA PENYIMPANAN LIMBAH B3
+
Untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan,
atau sisa kemasan; radioaktif; farmasi; sitotoksik;
peralatan medis yang memiliki kandungan logam
berat tinggi; dan tabung gas atau kontainer
bertekanan disimpan di tempat Penyimpanan Limbah
B3 sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3,
Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah
B3 paling lama:
1. 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang
dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per
hari atau lebih; atau
2. 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari
untuk Limbah B3 kategori 1,
sejak Limbah B3 dihasilkan.
Sumber: [Pasal 8 ayat (2) huruf b, PERMEN LHK
P.56/Menlhk-Sekjen/2015] 30
BAGAIMANA JIKA LIMBAH B3 MELEBIHI MASA
PENYIMPANAN? +
Dalam hal Penghasil Limbah B3 (misalkan PUSKEMAS, KLINIK)
tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3, Limbah B3 yang
dihasilkan wajib diserahkan paling lama 2 (dua) hari sejak
Limbah B3 dihasilkan kepada pemegang Izin Pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang tempat
penyimpanan Limbah B3nya digunakan sebagai DEPO
PEMINDAHAN.

Sumber: [Pasal 9, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

31
KEWAJIBAN PENANGGUNG JAWAB DEPO PEMINDAHAN
(TRANSFER DEPO) +
Memiliki:

a. pendingin yang memiliki temperatur sama
fasilitas
dengan atau lebih kecil dari 0oC (nol derajat celsius),
apabila Limbah B3 disimpan lebih dari 2 (dua) hari
sejak
b. Limbah B3 dihasilkan;
fasilitas Pengolahan Limbah B3 yang memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
c. B3; dan/atau
Limbah
kerjasama dengan Pengolah Limbah B3 yang
memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3, untuk Limbah B3 dengan
 karakteristik infeksius; benda tajam; dan patologis.
Ketentuan mengenai penggunaan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai DEPO PEMINDAHAN di
atas harus dicantumkan dalam Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
Sumber: [Pasal 10, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015] 32
PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR +
KEWAJIBAN
PENANGGUNG JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Memisahkan saluran buangan


+
Menaati BMAL 1 5 air limbah dengan saluran
limpasan air hujan.

Melakukan pengolahan air Memasang alat ukur


limbah agar memenuhi 2 6 debit atau laju alir f
BMAL air limbarah

Menggunakan sistem
saluran air limbah yang 3 7 Melakukan pencatatan debit
harian air limbah
kedap air

Tidak melakukan pengenceran air


limbah ke dalam aliran buangan
4 8 Menetapkan titik penaatan
untuk pengambilan contoh uji
air limbah.
LANJUTAN…..

Melakukan pencatatan Melaporkan debit harian air


+
produk bulanan senyatanya. 9 12 limbah, pencatatan produk
bulanan, pemantauan harian
kadar parameter air limbah,
dan hasil analisa laboratorium
paling sedikit 1 X dalam 3
Melakukan pemantauan
harian kadar parameter BMAL

bulan kepada bupati/wal ikota
untuk parameter pH. 10 dengan tembusan kepada
gubernur & KLHK
Melaporkan kepada
bupati/walikota dengan
Memeriksakan kadar tembusan ke Gubernur & KLHK
parameter air limbah, paling bila terjadi keadaan darurat
sedikit 1 X dalam 1 bulan ke 11 13 dan/atau kejadian tidak normal
laboratorium terakreditasi yang mengakibatkan BMAL
dan teregistrasi di KLH. dilampaui serta rincian upaya
penanggulangannya paling lama
2 x 24 jam.
IPAL RUMAH SAKIT
+
LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
+
Limbah cair di rumah sakit dibedakan
dalam 3 kategori yakni :
1. limbah cairan infeksius buangan cair
berupa (feces, urin, muntahan, darah
dll),
2. limbah cairan kimia buangan cair
berupa larutan pengencer, sisa
bilasan, sisa substrat, sisa larutan
perendam, sisa reagensia dan sisa
antiseptik/desinfektan dan
3. limbah Domestik (dari Toilet, Kamar
mandi dll)
SUMBER AIR LIMBAH
+
Sumber limbah cair di rumah sakit pada hakekatnya merupakan produksi
dari seluruh aktivitas di rumah sakit yaitu :
rawat jalan, rawat inap, ruang operasi, ruang gawat darurat, laboratorium,
dapur, laundry, radiologi/radioterapi, administrasi, farmasi dan
pemulasaran jenazah.
PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
+
Penanganan pada sumber penghasil
Kegiatan
pengelolaan Sistem penyaluran (perpipaan)
limbah cair limbah cair
rumah sakit,
meliputi :
Sistem pengolahan limbah cair
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
pengelolaan air limbah rumah sakit :

 Kepedulian pimpinan dan staf rumah sakit


 Organisasi
 Sarana dan fasilitas
 SDM yang berkualitas
 Prosedur dan petunjuk pelaksanaan
 Sumber dana
 Monitoring dan Evaluasi
PENGELOLAAN SAMPAH DI FASYANKES
PENGELOLAAN SAMPAH +
Lingkup Pengelolaan Sampah
Regulator/Monitoring Outcome : KLHK

Pengadaan • Pendampingan 3R Pengadaan


alat/armada • Pembangunan TPST-3R, ITF, alat/armada • Pembangunan TPA
Sampah pengumpulan/ Recycle Center pengumpulan/ • Waste to Energy
• • Operasional TPA
Rumah Pengadaan wadah
pengangkutan sampah Pendampingan Bank Sampah pengangkutan sampah
• Monitoring
Tangga

Sistem pengumpulan: Sarana peralihan antara:


- Armada lingkup komunal TPST/ Intermediate Sarana Pembuangan/
Sumber: User interface: (gerobak, motor sampah) Treatment Facility/ Bank Sarana Pengangkutan:
Sampah - Truk Sampah Sampah/Recycle Center Truk Sampah
Pengolahan:
SAMPAH Sejenis
Timbulan sampah Tempat Sampah TPA/Landfill
Waste to Energy
Rumah Tangga
(yang dikelola
Rumah
berdasarkan UU No.
18/2008) Tangga
Masyarakat
• Pengurangan sampah di Pemerintah Daerah • Pembangunan TPST/TPS 3R : Kem. • Pemerintah
sumber : Swasta PUPR Daerah
• KLHK • Pembangunan TPA :
• Pembangunan Sarana • Swasta
• Masyarakat Kem. PUPR
Pengurangan Sampah (Bank • Kem. PUPR
• Kemenkes • Pemberian izin
Sampah/Recycle Center) : KLHK (DAK)
• Kemendikbud insinerator dan
• Pembangunan TPST/ Bank Sampah
• Kemenkominfo pengolahan sampah
dan OM: Masyarakat/Pemda/
• Swasta oleh pihak swasta :
Swasta
KLHK
• OM:
Pemerintah Daerah/
• KLHK (mengacu pada perpres No. 16/2015) Swasta
Sampah Spesifik • Kementerian Kesehatan
• Kementerian Perindustrian
RUANG LINGKUP WILAYAH PELAYANAN JAKSTRADA PROVINSI JAWA BARAT
WILAYAH ADMINISTRASI
KOTA/KABUPATEN
WILAYAH TIDAK
RAWAN SAMPAH

WILAYAH PERKOTAAN

WILAYAH
WILAYAH KBS Keterangan :
PEMENUHAN
TIDAK KUOTA TPPAS KBS = Kawasan Bebas Sampah,
REGIONAL wilayah pengurangan
RAWAN WILAYAH WILAYAH sampah
SAMPAH PERDESAAN PERDESAAN = Daerah wilayah
terlayani penanganan sampah
KBS

KBS

KBS
WILAYAH TIDAK
RAWAN SAMPAH
ARAHAN DALAM JAKSTRADA PROPINSI JAWA BARAT
Indikator target pengurangan sampah terukur melalui pemantauan dari Kawasan Bebas Sampah 
setiap upaya pengurangan sampah baik di sumber sampai dengan di TPS bisa terukur secara kuantitatif
(Pembuatan Taman 3R, Membangun sistem infromasi Zero Waste City)

Pengurangan sampah  berbagai upaya untuk menekan dan mengurangi timbulan sampah yang masuk
ke Tempat Pemrosesan Akhir

Pengelolaan sampah untuk kawasan pedesaan  wilayah tersebut tidak termasuk dalam target
pengelolaan sampah Jakstrada (Tata Cara Pengelolaan Sampah di Kawasan Pedesaan, Buku 1 dari
Ditjen Cipta Karya tahun 2017)

Pencapaian target pengurangan maupun target penanganan sampah  disesuaikan dengan kondisi
daerah masing – masing

Pengelolaan limbah B3  Setiap Pemerintah Kota/Kabupaten perlu melakukan pengukuran,


pemantauan dan evaluasi terkait pengelolaan sampah B3 yang diterapkan di daerahnya masing –
masing
KESIMPULAN DAN SARAN
Setiap Kota/Kabupaten wajib membuat satu wilayah Kawasan Bebas Sampah untuk mempermudah sistem
pemantauan dan evaluasi

Setiap Kota/Kabupaten diwajibkan untuk membuat sistem pengelolaan sampah B3 terutama sistem
pengumpulannya seperti misalnya sistem Drop Box

Setiap Kota/Kabupaten yang memiliki TPPAS Mandiri, TPPAS Bersama bahkan pihak pemerintah Propinsi Jawa
barat sebagai pengelola TPPAS Regional diwajibkan untuk menyediakan satu sel/blok untuk menanganan sampah
spesifik termasuk sampah B3

Setiap Kota/Kabupaten memiliki kewajiban untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pengelolaan
sampah B3 dan melakukan pelaporan minimal satu tahun sekali. Pelaporan pengelolaan sampah B3 ini menjadi
bagian dari pelaporan sistem pengelolaan sampah dan menjadi salah satu indikator kinerja pemerintah daerah
TERIMA KASIH

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


PROVINSI JAWA BARAT
JL. NARIPAN NO.25 TELP. (022) 4231570, 4204871 FAX. 4231570
KOTAK POS 1117 BANDUNG 40111
WEBSITE : www.dlh.jabarprov.go.id
EMAIL : dlhj@jabarprov.go.id

Anda mungkin juga menyukai