Anda di halaman 1dari 5

61

BAB IV

FAKTOR PENGHAMBAT KEBERHASILAN MEDIASI

1. Faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidaknya mediasi di pengadilan

yaitu: 1

a. Faktor Peraturan Perundang-undangan

Faktor peraturan perundang-undangan mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan mediasi, karena merupakan payung hukum yang mengatur

tentang mediasi. Peraturan tersebut adalah PERMA Nomor 1 Tahun 2016

Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang menggantikan beberapa

peraturan sebelumya yaitu SEMA Nomor 1 Tahun 2002 Tentang

Pemberdayaan Lembaga Perdamaian, PERMA Nomor 2 Tahun 2003

Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan dan PERMA Nomor 1 Tahun

2008 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan. Perubahan beberapa kali

terhadap PERMA tentang mediasi mengindikasikan adanya keseriusan

Mahkamah Agung untuk mengintegrasikan proses mediasi dalam sistem

peradilan khususnya dalam penangan perkara perdata di pengadilan dan

juga bentuk penyempurnaan terhadap aturan pelaksanaan mediasi.

b. Faktor Penegak Hukum

Keberhasilan pelaksanaan mediasi juga dipengaruhi oleh para penegak

hukum yang secara langsung menangani mediasi. Para penegak hukum

yang dimaksud adalah hakim dan mediator. Hakim memiliki posisi cukup
1
Soekanto Soerjono. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hal. 42.
61

strategis dalam mencapai keberhasilan mediasi. Hakim yang

menangani perkara wajib memerintahkan para pihak untuk menempuh

mediasi dan wajib menyebutkan dalam pertimbangan putusan bahwa

perkara telah diupayakan perdamaian melalui mediasi dan mencantumkan

nama mediator, hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 3 Ayat (2) dan ayat

(3) PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Hakim yang menangani perkara

memutuskan siapa yang akan menjadi mediator dalam proses mediasi

sesuai dengan kehendak para pihak yang berperkara.

c. Faktor Sarana/Fasilitas

Ketersediaan sarana/fasilitas mediasi juga menjadi faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan mediasi. Pengadilan telah

menyediakan ruang khusus mediasi. Mediasi perkara dapat dilakukan di

ruang mediasi pengadilan maupun di tempat lain diluar pengadilan sesuai

kesepakatan para pihak.

d. Faktor Para Pihak

Faktor internal yang berasal dari para pihak juga menjadi faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan mediasi. Harus ada iktikad baik

berupa motivasi dan keinginan yang tulus dari para pihak untuk

menempuh mediasi, karena mediasi hanya akan berhasil apabila para pihak

yang bersengketa mempunyai niat yang sama untuk berdamai. Tujuan

mediasi adalah menyelesaikan sengketa secara damai, oleh karena itu

tanpa adanya iktikad baik dari para pihak, perdamaian tidak akan tercapai.
61

Untuk mencegah adanya pihak yang bersikap tidak kooperatif, iktikad baik

para pihak merupakan kunci keberhasilan mediasi. Prinsip iktikad baik ini

dapat menjadi tolok ukur bagi para pihak yang bersengketa untuk

meneruskan atau tidak meneruskan menempuh perdamaian melalui jalan

mediasi di Pengadilan. Hasil akhir dari perdamaian juga harus berdasarkan

kesepakatan dari kedua belah pihak.

e. Faktor Budaya Masyarakat

Faktor budaya masyarakat juga menjadi faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan mediasi. Masyarakat mempunyai budaya

musyawarah dalam menyelesaiakan persengketaan. Proses mediasi secara

kultural dan alami tersebut dibantu oleh tokoh masyarakat dan tokoh

agama. Dengan demikian menurut penulis, adanya budaya tersebut maka

mediasi yang dipandu oleh mediator di pengadilan juga akan sangat

potensial mencapai kesepakatan damai.

2. Faktor penghambat keberhasilan mediasi Berdasarkan wawancara dengan

Novyartha Putu Gede, S.H.,M.Hum. sebagai Hakim Mediator di

Pengadilan Negeri Denpasar sebagai berikut :

a. Keinginan Para Pihak Untuk Bercerai

Seringkali terjadi saat mediasi salah satu pihak bahkan keduanya sudah

sangat kuat keinginannya untuk bercerai. Kedatangan mereka ke

Pengadilan biasanya terjadi akibat tidak berhasilnya upaya perdamaian

yang dilakukan oleh pihak keluarga. Sehingga hal ini yang sering

menyulitkan mediator untuk mengupayakan perdamaian.


61

b. Sudah Terjadi Konflik Yang Berkepanjangan

Konflik yang terjadi diantara para pihak sudah terjadi berlarut-larut,

saat mediasi para pihak tidak dapat diredam emosinya, sehingga para

pihak tidak dapat menerima lagi masukan-masukan dari mediator dan

merasa benar sendiri.

Bahkan, sering terjadi pihak Pemohon/Penggugat sudah tidak bisa

memaafkan pihak Termohon/Tergugat sehingga sulit untuk rukun lagi.

c. Faktor Psikologi atau Kejiwaan

Kekecewaan yang sangat dalam terhadap pasangan hidupnya dan hal

inilah yang memunculkan rasa putus harapan seseorang akan ikatan

perkawinannya. Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali mengakhiri

perkawinannya. 2

2
Wawancara dengan Novyartha Putu Gde, S.H.,M.Hum. Hakim Mediator
Pengadilan Negeri Denpasar, Denpasar pada tanggal 11 Mei 2020.
61

Anda mungkin juga menyukai