Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL PENYERAPAN ASPIRASI

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA


PROVINSI JAWA TENGAH
DISAMPAIKAN PADA SIDANG PARIPURNA KE – 12 DPD RI
MASA SIDANG V TAHUN SIDANG 2019/2020

TANGGAL 13 AGUSTUS 2020

KOMITE III

Sebagai wujud pelaksanaan kewajiban konstitusi sebagaimana yang diamanatkan dalam


UU No. 17 Th. 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pasal 258 huruf h, anggota
DPD RI melaksanakan kegiatan penyerapan aspirasi masyarakat di daerah. Penyerapan
aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh Anggota DPD RI Jawa Tengah berdasarkan surat
Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor: DN.02.00/1528/DPDRI/VII/2020 tertanggal 22 Juli 2020
tentang Kegiatan Anggota DPD RI di Daerah Pemilihan. Kegiatan penyerapan aspirasi
masyarakat ini menjadi sangat penting karena permasalahan di daerah bisa didengarkan
langsung dan dapat dipantau langsung. Sehingga permasalahan – permasalahan daerah
dapat tertangani dengan cepat dan tepat.
Kegiatan Anggota DPD RI di Daerah Pemilihan dimulai tanggal 23 Juli s.d 12 Agustus
2020 secara kolektif dan per orangan anggota DPD RI melakukan kegiatan selama reses ke
beberapa sasaran menurut tugas dan wewenang masing-masing anggota. Sasaran yang
dimaksud meliputi instansi pemerintahan baik dinas maupun instansi vertikal, institusi
pendidikan, organisasi profesi, perusahaan, lembaga, unit-unit usaha swasta, organisasi
sosial, LSM, pejabat struktural / perorangan, media cetak, media elektronik dan
sebagainya. Dalam masa reses kali ini Komite III DPD RI telah melakukan kegiatan ke
berbagai instansi.
Secara lengkap seluruh masalah / aspirasi yang ditampung dalam kegiatan di daerah
pemilihan yang telah dilakukan Komite III dalam masa sidang V tahun sidang 2019/2020
pada tanggal 13 Agustus 2020 dapat disampaikan sebagai berikut.

LAPORAN KOMITE III


Inventarisasi materi : 1) Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan terutama berkenaan dengan penggunaan anggaran sektor
kesehatan bagi penanganan pandemi Covid-19 serta upaya preventif penanganan Covid-19
2) Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, terutama berkenaan implementasi kebijakan ketenagakerjaan pada masa
pandemi Covid-19 3) Pengawasan atas pelaksanaan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional khususnya keputusan bersama Mendikbud, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada tahun
2020/2021 pada masa Covid-19.
Sejak pemerintah menerapkan status darurat kesehatan masyarakat pada 31 Maret 2020
dan memilih Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai opsi untuk memutus mata
rantai penyebaran virus Covid-19 di Indonesia, pemerintah telah menggelontorkan
berbagai program dan kegiatan penanganan dampak covid-19 terhadap kondisi ekonomi
dan sosial masyarakat.
Penanganan kesehatan menjadi satu dari 3 strategi utama pemerintah dalam penanganan
covid-19. Sebagaiman diungkap oleh Menko PMK di awal Mei 2020 silam, penanggung
jawab pada sektor kesehatan berada di tangan BNPB dan Kementerian Kesehatan. BNPB
memberikan dukungan-dukungan fasilitas, sarana-prasarana untuk penanganan di sektor
kesehatan. Sedangkan untuk Kementerian Kesehatan itu bertanggung jawab untuk
menyediakan tracking, melakukan tracking, kemudian perawatan, dan melakukan yang
bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan pengobatan.
Perhatian pemerintah terhadap sektor kesehatan bagi penanganan Covid-19 tidak main-
main. Pada penanganan di bidang kesehatan, sebelumnya pemerintah memberikan jatah
senilai Rp 75 triliun yang dialokasikan untuk perlindungan bagi tenaga kesehatan,
pembelian alat kesehatan, perbaikan fasilitas kesehatan, dan insentif dokter. Dan saat ini
pemerintah telah menaikkan anggaran tersebut menjadi Rp 87,55 triliun, yang di dalamnya
termasuk untuk belanja penanganan Covid-19, insentif tenaga medis, santunan kematian,
bantuan iuran untuk jaminan kesehatan nasional (JKN), pembiayaan gugus tugas, dan
insentif perpajakan di bidang kesehatan.
Besarnya anggaran bidang kesehatan ternyata tidak diikuti oleh besarnya penyerapan.
Sebagaiaman terpublikasi oleh media, pada akhir Juni 2020 silam Presiden Joko Widodo
menyoroti anggaran kesehatan saat pandemi Covid-19 yang penyerapannya baru 1,53%
dari Rp75 triliun. Presiden meminta kementerian untuk melakukan percepatan dengan cara
'extraordinary'.
Sektor ketenagakerjaan menjadi sektor yang sangat terkait dengan sosial ekonomi
masyarakat. Dampak dari pandemi ini di sektor tenaga kerja luar biasa. Diperkiran terdapat
sekitar 2 juta pekerja mengalami PHK sebagai dampak Covid -19 dan ratusan perusahaan
menghentikan operasinya. Sebagaimana arahan Presiden, terdapat 6 langkah mitigasi
penanganan covid-19 yang harus dilaksanakan pada sektor ketenagakerjaan, yakni
(i)stimulus ekonomi bagi pelaku usaha, (ii)program yang meringankan 56 juta pekerja
sektor formal, (iii) jaring pengaman sosial bagi pekerja sektor informal, (iv) prioritas kartu
prakerja bagi korban PHK, (v) program padat karya, dan (vi) perlindungan pekerja migran.
Selanjutnya dari arahan Presiden tersebut, Kemnaker telah menetapkan 3 program terkait
mitigasi covid-19 yakni (1) BLK tanggap Covid-19, (ii) posko K3 Corona dan (iii)
pengembangan perluasan kesempatan kerja.
Sebagaimana diketahui, tahun ajaran 2020-2021 telah ditetapkan dimulai pada 13 Juli 2020
secara serentak bagi seluruh satuan pendidikan formal. Bersamaan dengan memasuki
masa adaptasi kebiasaan baru, sektor pendidikan telah menetapkan pedoman
pembelajaran di masa pandemi untuk tahun ajaran 2020-2021 melalui SKB 4 Menteri.
Berangkat dari hal-hal tersebut di atas, Komite III DPD RI menetapkan pada masa reses Juli
– Agustus 2020 untuk melakukan kegiatan penyerapan aspirasi masyarakat dan daerah
yang dilakukan di daerah pemilihannya masing-masing, dengan berfokus pada berbagai isu
di atas. Penting bagi Komite III DPD RI untuk mengetahui permasalahan penyebab
kurangnya penyerapan anggaran Kesehatan dan dampaknya pada penanganan covid-19
sektor kesehatan di daerah. Demikian pula, pada sektor ketenagakerjaan, Komite III DPD RI
berkepentingan untuk memastikan pelaksanaan di daerah berbagai program dan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pun pada sektor kesehatan, Komite III DPD RI
wajib melakukan pengawasan atas pelaksanaan proses belajar di masa pandemi ini pada
tahun ajaran 2020-2021, yang sudah dimulai.

1. Pengawasan atas UU NO. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama berkenaan dengan
penggunaan anggaran sektor kesehatan bagi penanganan pandemi Covid-19 serta upaya
promotif dan preventif penanganan Covid-19
Sesuai hasil pengawasan dilapangan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Anggaran
- Penyerapan anggaran sudah 35%. Hal ini terjadi karena anggaran dimanfaatkan
secara efektif mengingat banyak donasi yang mengalir dan anggaran dilakukan
refocusing dengan prioritas untuk pengadaan obat, karantina, dan jogo tonggo
kit.
- Insentif tenaga medis tidak lancar karena harus dilakukan verifikasi untuk
menentukan pembayaran insentive.
- Banyak daerah kabupaten/kota yang kesulitan mencari tempat isolasi.
- Tidak adanya dana operasional.
2. Keluhan Rumah Sakit
- Banyak rumah sakit yang mengalami penurunan pasien.
- Proses verifikasi dari bpjs kesehatan prosesnya lambat sehingga banyak rumah
sakit yang belum dibayarkan dan baru menerima uang muka .
- Test PCR dari rumah sakit yang di tunjuk belum jelas pembiayaannya.
- Apabila bpjs dispute, yang akan ditunjuk siapa.
3. Menghadapi Tatanan Hidup Baru
- Perlu sosialisasi terhadap tata kehidupan baru secara intensive.
Rekomendasi :
 Perlu ada percepatan agar proses verifikasi pembayaran insentive tenaga kesehatan
dan pembayaran klaim rumah sakit dapat terealisasi dengan cepat.
 Agar dianggarkan dana operasional dalam kegiatan penanganan Covid-19.
 Perlu diperjelas pembiayaan pelaksanaan PCR kepada rumah sakit yang ditunjuk.
 Perlu dipertegas menunjuk lembaga apabila BPJS dispute.
 Perlu ditata kembali insentive bukan hanya tenaga kesehatan tetapi semua petugas
pendukung mulai dari cleaning service, sopir ambulance, rumah sakit sampai kepada
petugas pemakaman.
 Dalam menghadapi tatanan baru diperlukan sosialisasi yang melibatkan tokoh
masyarakat/agama, psikiater, bahkan pada tingkat RT dan RW.

2. Pengawasan atas Pelaksanaan UU NO. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


terutama berkenaan implementasi kebijakan ketenagakerjaan pada masa pandemi
Covid-19.
Sesuai pengawasan kami dilapangan dikantor Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Semarang
dapat kami sampaikan :
 Telah terjadi PHK sebanyak 8.992 pekerja dan 8.521 pekerja dirumahkan dan masih
bisa bertambah dimana perusahaan yang melakukan PHK bidang garmen dan
furniture. Data yang masuk diserahkan ke Dinas Sosial Kota Semarang untuk
ditindaklanjuti untuk mendapatkan bantuan sosial.
 Penanganan Kartu Pra Kerja tahap I, II, dan III dibuatkan posko pendaftaran Kartu
Pra Kerja dengan menyiapkan 5 ( hari ) kloter untuk membantu pendaftaran dan
prosesnya. Sampai sekarang yang sudah lolos sebanyak 5.005 pendaftar Kartu Pra
Kerja.
 Kartu Pra Kerja ini yang terdaftar justru dari kalangan mahasiswa, karena
pendaftarannya sangat sulit dan menggunakan aplikasi yang cukup rumit.
 Pemanfaatan BLK untuk pelatihan pembuatan APD dan masker.

Rekomendasi :
 Perlu diatur kembali agar program Kartu Pra Kerja melibatkan bahkan diserahkan
kepada Balai Latihan Kerja ( BLK ) agar dapat menampung calon tenaga kerja di
daerahnya masing-masing.
 Diperlukan pelatihan khusus untuk disabilitas baik biaya pelatihan maupun maupun
peralatan yang lengkap seperti kitchen set sampai penyimpanan bahan makanan.
2. Pengawasan atas pelaksanaan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
khususnya keputusan bersama Mendikbud, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan
Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada tahun
2020/2021 pada masa Covid-19
Sesuai pengawasan kami dilapangan dapat kami sampaikan sebagai berikut :
1. Pembelajaran Jarak Jauh
- Pembelajaran dilaksanakan secara daring, kegiatan ini dilaksanakan oleh siswa
dari keluarga mampu baik fasilitas sarana dan prasarana maupun biaya kuota
internetnya, namun kegiatan ini masih menimbulkan persoalan bagi orang tua
yang mempunyai kegiatan diluar maupun orang tua yang tidak mampu terhadap
mata pelajaran yang diajarkan.
- Daerah yang tidak ada fasilitas listrik, laptop/android, dan internet
pembelajarannya dilaksanakan oleh sebagian siswa dengan berkelompok
ditempat yang ada fasilitasnya seperti Balai Desa.
- Biaya kuota internet untuk pembelajaran jarak jauh dirasakan membebani orang
tua khususnya bagi orang tua yang tidak mampu apalagi memiliki lebih dari satu
siswa.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online
- Jalur zonasi minimal 50% daya tampung sekolah menimbulkan dampak
lemahnya semangat berjuang dalam pembelajaran karena siswa yang masuk
wilayah zonasi merasa sudah ada kepastian diterima.
- Bagi lulusan SLTP yang diwilayahnya tidak ada SMA/SMK kesulitan untuk
diterima diluar zonasi.
- Banyak sekolah dasar yang tidak mendapat murid karena orang tua bebas
memilih sekolah diluar wilayah.
- Porsi untuk zonasi profesi sangat kecil sehingga menutup siswa yang berprestasi
untuk mendaftar.
- Syarat surat keterangan domisili menimbulkan kecurangan mengingat mudahnya
aparat desa mengeluarkan surat keterangan domisili.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
- Kekurangan guru disetiap sekolah bahkan menurut data tahun 2022 dan 2023
terjadi pensiun besar-besaran.
- Kompetensi guru masih lemah.
- Tidak adanya tenaga administrasi dan kepustakawan.

Rekomendasi :
1. Pembelajaran jarak jauh agar dilakukan bervariasi untuk mengakomodir kondisi
daerah dan orang tua, bila perlu dilaksanakan secara virtual dengan tetap menjaga
protokol kesehatan.
2. PPDB online
- Agar diatur bagi lulusan SLTP yang diwilayahnya tidak terdapat sekolah
SMA/SMK.
- Perlu dilakukan PPDB online untuk sekolah dasar.
- Porsi zonasi profesi agar diperbesar, porsi zonasi diturunkan menjadi maksimal
30 % dari kapasitas sekolah.
- Syarat untuk keterangan domisili dihapus dan diganti dengan kartu keluarga.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
- Mencukupi kebutuhan guru.
- Meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan.
- Menambah tenaga administrasi dan kepustakawan.

Yang melaksanakan

Ir. H. Bambang Sutrisno, MM


B – 51

Anda mungkin juga menyukai