Bab 2 Perbk2
Bab 2 Perbk2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Menurut Locke (Fred Luthan :243) definisi komprehensif dari kepuasan kerja yang
meliputi reaksi atau sikap kognitif, efektif, dan evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasan
kerja adalah “keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian
pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. ” Kepuasan kerja adalah “hasil dari persepsi
karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka mamberikan hal yang dinilai
penting.“ Secara umum dalam bidang perilaku organisasi, kepuasan kerja adalah sikap
Terdapat tiga dimensi yang diterima secara umum dalam kepuasan kerja.
Pertama, kepuasan kerja merupakan respon emosional terhadap situasi kerja. Dengan
demikian, kepuasan kerja dapat dilihat dan dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja sering
ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan.
kepentingannya dan tujuan pribadi yang bersifat organisasional. Untuk itu mereka
berusaha agar dapat memenuhi harapan organisasi sehingga tercapai kepuasan kedua
belah pihak. Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya agar moral kerja ,
Job satisfaction is the way an employee feels about his/her job. It is generalized
attitudes toward the job based on evaluation of different aspect of the job.
Kepuasan kerja adalah perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini merupakan
pekerjaan tersebut.
Job satisfaction is a set of favorable or unfavorable with which employees view their
Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan senang atau tidak senang yang dimiliki
kerja merupakan sikap atau perasaan pekerja terhadap pekerjaannya didasari pada
evaluasi terhadap aspek – aspek pekerjaan tersebut, baik menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan.
Sedangkan pengertian kepuasan kerja menurut Howell dan Dipboye (1986) dalam
Ashar Sunyoto (2001, hal. 350) adalah hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak
sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain
kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya. Rasa kepuasan
kerja diperoleh jika terdapat kesesuaian antara karakteristik pekerjaan dan keinginan dari
pekerja itu sendiri. Kepuasan kerja tersebut menunjukkan adanya kesesuaian antara
II - 3
dipertimbangkan seperti aspek gaji, kondisi kerja, supervisi, kualitas kerja dan keamanan
kerja. Jadi determinasi kepuasan kerja menurut batasan ini meliputi perbedaan individu
dimana terjadi atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari
perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh
karyawan yang bersangkutan. Balas jasa karyawan ini, baik berupa finansial mauapun non
finansial. Bila kepuasan kerja terjadi, maka pada umumnya tercermin pada perasaan
karyawan terhadap pekerjaannya yang sering diwujudkan dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi atau ditugaskan kepadanya di
lingkungan kerja. Monitoring yang cermat dan kontinyu dari kepuasan kerja karyawan
bagian personalia. Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
2. Gaji
Upah dan gaji merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan kerja. Uang tidak
hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga alat untuk
II - 4
3. Promosi
kerja. Hal ini dikarenakan promosi memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan
4. Pengawasan
Pengawasan (supervisi) merupakan sumber penting lain dari kepuasan kerja. Ada
pertama adalah berpusat pada karyawan, diukur menurut tingkat di mana penyelia
nasihat dan bantuan pada individu, dan berkomunikasi dengan rekan kerja secara
personal maupun dalam konteks pekerjaan. Dimensi lain adalah partisipasi atau
mereka.
5. Kelompok kerja
Sifat alami dari kelompok atau tim kerja akan mempengaruhi kepuasan kerja.
Pada umumnya, rekan kerja atau anggota tim yang kooperatif merupakan sumber
kepuasan kerja yang paling sederhana pada karyawan secara individu. Kelompok
6. Kondisi kerja
Kondisi kerja memiliki kecil pengaruhnya terhadap kepuasan kerja. Jika kondisi
kerja bagus (misalnya bersih, lingkungannya menarik), individu akan lebih mudah
menyelesaikan pekerjaan mereka. Jika kondisi kerja buruk (misalnya udara panas,
kata lain, efek lingkungan kerja pada kepuasan kerja sama dengan efek kelompok
kerja. Jika segalanya berjalan baik, tidak ada masalah kepuasan kerja;jika
Teori pertentangan dari Locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidak puasan
keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari
pekerjaan bagi individu. Misalnya untuk seseorang tenaga kerja. satu aspek
untuk tenaga kerja tersebut kemajuan harus dibobot lebih tinggi dari
penghargaan.
Menurut Locke seseorang individu akan merasa puas atau tidak puas merupakan
libur akan menunjang kepuasan tenaga kerja yang menikmati waktu luang setelah bekerja,
tetapi tidak akan menunjang kepuasan seorang tenaga kerja lain yang merasa waktu
luangnya tidak dapat dinikmati. Contohnya, seorang yang berkepribadian type A atau
seorang yang kecanduan kerja (workaholic) tidak akan senang jika mendapat waktu libur
tambahan.
Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori keadilan dari
Adams. Menurut model Lawler orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan
mereka (misalnya dengan rekan kerja, atasan, gaji) jika jumlah dari bidang mereka
persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah
yang secara aktual ia terima. Jika individu mempersepsikan jumlah yang ia terima sebagai
lebih besar daripada yang sepatutunya ia terima, ia akan meras salah dan tidak adil.
II - 7
Sebaliknya jika ia terima mempersepsikan bahwa yang ia terima kurang dari yang
Menurut Lawler, julah dari bidang yang dipersepsikan orang sebagai sesuai
pekerjaanya dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang
lain yang dijadikan pembanding bagi mereka. Tambahan lagi, jumlah dari bidang yang
dipersepsikanorang dari apa yang secara aktual mereka terima da hasil-keluaran yang
dipersepsikan dari orang dengan siapa mereka bandingkan diri mereka sendiri. Untuk
menentukan tingkat kepuasa kerja tenaga kerja, Lawler memberikan nilai bobot kepada
mengkombinasikan semua skor kepuasan bidang yang dibobot ke dalam satu skor total.
Teori proses bertentangan dari Landy memandang kepuasan kerja dari perspektif
yang berbeda secara mendasar daripada pendekatan yang lain. Teori ini menekankan
equilibrium).
tidak memberikan kemasalahan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja (dengan emosi yang
berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem pusat saraf yang membuat
aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan. Di hipotesiskan bahwa emosi yang
berlawanan, meskipun lebih lemah dari emosi yang asli, akan terus ada dalam jangka
Teori ini menyatakan bahwa jika orang memperoleh ganjaran pada pekerjaan
mereka merasa senang, sekaligus ada rasa tidak senang (yang lebih lemah). Setelah
beberapa saat rasa senang menurun dan dapat menurun sedemikian rupa sehingga
orang merasa agak sedih sebelum kembali ke normal. Ini demikian karena emosi tidak
Berdasarkan asmsi bahwa kepuasan kerja bevariasi secara mendasar dari waktu
ke waktu, akibatnya adalah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara
faktor-faktor itu sendiri dalam memberikan kepuasan kerja pada karyawan bergantung
pada pribadi masing-masing. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja terdiri dari:
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan,
meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan
kondisi kerja, hubungan antar rekan sekerja, hubungan dengan atasan, kondisi fisik dan
merupakan hasil yang diinginkan akan tetapi. Akan tetapi, dari perspektif keefektifan
kepuasan kerja berhubungan dengan variabel hasil. Misalnya, jika kepuasan kerja tinggi,
akankah karyawan berkinerja lebih baik dan organisasi menjadi lebih efektif? Jika
kepuasan kerja rendah, apakah akan ada masalah kinerja dan ketidakefektifan?
Pertanyaan tersebut diajukkan pada peneliti dan prakis selama bertahun-bertahun. Tidak
ada jawaban yang sederhana, dan hasilnya berkisar dari yang kuat sampai yang lemah.
Kesimpulan terbaik mengenai kepuasan dan kinerja adalah karena terdap hubungan
yang pasti didalamnya, tetapi mungkin tidak sebesar kebijakan konvensional yang
Meskipun terdapat bukti penelitian terbaru yang mendukung adanya hubungan sebab
kepuasan. Hubungan ini mungkin akan lebih kompleks daripada hubungan lain dalam
menghubungkan, tetapi yan ng paling penting adalah penghargaan. Jika orang yang
menghasilkan kinerja yang lebih besar. Bukti penelitian ini juga mengindikasikan
pelanggan, dan bahkan profit. Secara keseluruhan, kepuasan kerja kerja sebaiknya
tidak dianggap sebagai titik akhir dalam kinerja individu. Akan tetapi, terdapat bukti
bahwa kepuasan kerja, bersama dengan dimensi lain memaikna peranan penting
Kepuasan kerja yang tinggi tidak akan membuat pergantian karyawan menjadi
rendah, tetapi hal tersebut mungkin membantu. Sebaliknya, jika terdapat ketidak
II - 11
puasan kerja, maka pergantian karyawan mungkin tinggi. Secara jelas usia,
peranan. Faktor lain adalah ekonomi secara umum. Saat segala hal dalam ekonomi
meningkat karena orang akan mulai mencari kesempatan yang lebih baik dengan
organisasi lain. Sekalipun mereka merasa puas, banyak orang ingin keluar jika ada
tetapi, pada dasarnya tepat untuk mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan hal
penting dalam pergantian karyawan. Tingkat pergantian yang rendah lebih dinginkan
mengigat biaya pelatihan dan kerugian karena tidak adanya pengalaman kerja.
Penelitian hanya menunjukkan hubungan negatif yang lemah antara kepuasan dan
yang menjadi pertimbangan untuk menetap selain kepuasan kerja. Seperti tingkat
pekerjaanya penting. Selain itu, penting untuk diingat bahwa kepuasan kerja tinggi
belum tentu menghasilkan ketidakhadiri yang rendah, tetapi kepuasan kerja yang
sendiri;dan bersaing seara serius. Memiliki budaya fun membuat pekerjaan lebih
2. Memiliki gaji, benefit,dan kesempatan promosi yang adil. Terdapat berbagai cara
Cara penting untuk membuat benefit menjadi lebih efektif adalah membuat cara
fleksibel yang disebut kafetaria. Cara ini memungkinkan karyawan untuk memilih
distribusi benefit mereka sendiri dalam jumlah yang sudah dianggarkan. Dengan
demikian, tidak perlu adanya penyesuaian dengan apa yang mereka inginkan
3. Menyesuaikan orang dangan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahlian
mereka. Memberikan pekerjaaan yang sesuai merupakan hal yang paling penting
orang yang tepat dalam suatu pekerjaan, pedoman ini menyarankan desain
II - 13
pekerjaan yang sesuai dengan orangnya. Kebanyakan orang tidak akan bosan,
pekerjaan saat ini yang membosankan dan perlu diubah atau dieliminasi sebanyak
membentuk lebih banyak variasi, arti, identitas, otonomi, dan umpan bailk.
Kata gaya sangatlah tidak jelas. Sebelumnya, kata tersebut digunakan secara luas
untuk mendeskripsikan pemimpin yang sukses. Gaya juga berbeda dari kebudayaan yang
karismatik dari Nadler dan Tushman (Fred Luthan Edisi 10, 2005;681).
sebagai pemimpin yang memiliki perhatian dan empati, dan yang lainnya sebagai
II - 14
pemimpin yang memiliki kepandaian dan kemampuan untuk melakukan tugas yang
kompleks.
Tabel 2.2 Rangkuman Kontinum Gaya Kepemimpinan dari studi klasik dan Teori Kepemimpinan
adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok. Dan satu hal yang perlu diingat bahwa
kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi.
Pada tahun sekitar 1940-an para ahli-ahli psikologi sosial mulai mulai
diidentifikasikan, tapi tidak semua mampu ditarik oleh Teori Situasional ini.
ini merupakan perluasan dari pendekatan jaringan manjerial. Mengikuti kajian asli Ohio
State dan pendekatan jaringan, pendekatan Hersey dan Blanchard. Mengidentifikasi dua
1. Task Style. Pemimpin mengorganisasi dan menentukan peran bagi para anggota
Pada tahun ± 1967 Fred Fiedler mengusulkan suatu model berdasarkan situasi
untuk efektifitas kepemimpinan. Konsep ini dituangkan dalam bukunya yang terkenal "A
Theory of Leadership Effectiveness ". Fiedler mengembangkan suatu teknik yang unik
untuk mengukur gaya kepemimpinan dengan memberikan skor yang dapat menunjukan
dan Teman Kerja yang Paling Sedikit Disukai ( Least Preferred Coworker - LPC). ASO
kesukaan yang paling banyak dan paling sedikit tentang kawan-kawan kerjanya.
Dua pengukuran yang dipergunakan saling bergantian dan ada hubungannya dengan
1. Hubungan Kemanusiaan atau gaya yang lunak dihubungkan pada pemimpin yang
paling banyak atau yang paling sedikit disukai (ASO) atau memberikan gambaran
yang relatif mengenakan kepada teman kerja yang paling sedikit disenangi (LPC).
2. Gaya Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau hard nosed dihubungkan
pada pemimpin yang memandang suatu perbedaan besar diantara teman kerja yang
paling banyak atau yang paling sedikit disukai (ASO) dan memberikan suatu
gambaran yang tidak menyenangkan kepada teman kerja yang paling sedikit disukai
(LPC).
kawan-kawan kerjanya.
Dua tolak ukur yang dipergunakan berikut ini adalah saling bergantian dan saling
penjelasannya:
1. Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak, dihubungkan pada pemimpin yang
teman-teman sekerja yang paling banyak atau yang paling sedikit disukai (ASO)
diantara para anggotanya atau teman-teman sekerja yang paling banyak atau
yang paling sedikit disukai (ASO ) dan memberikan suatu gambaran yang tidak
dengan gaya yang sesuai. Berikut ringkasan dari empat gaya dasar :
1. Telling style. Gaya ini merupakan gaya tugas-tinggi hubungan-rendah dan efektif
2. Selling style. Gaya ini adalah gaya tugas-tinggi hubungan-tinggi dan efektif bila
berdasarkan pendekatan kontijensi, dapat pula didekati dari teori path-goal yang
mempergunakan kerangka teori motivasi Hal ini merupakan pengembangan yang sehat
karena kepemimpinan disatu pihak sangat dekat berhubungan dengan motivasi kerja, dan
pihak lain berhubungan dengan kekuasaan. Setiap teori yang berusaha mensintesakan
yang benar.
II - 18
Dalam pengembangannya yang modern Martin Evans dan Robert House secara
terpisah telah menulis karangan dalam subyek yang sama. Secara pokok teori path-goal
1) Kepemimpinan Direktif.
Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang otokratis dari Lippitt dan White.
Bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang
khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari
bawahan.
3) Kepemimpinan Partisipatif.
II - 19
saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada
padanya.
terjadi dan dipergunakan senyatanya oleh pemimpin yang sama dalam situasi yang
berbeda.
Perilaku pernimpinan akan bisa menjadi faktor motivasi (misalnya menaikkan usaha-
b. Perilaku tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang berupa
mengefektifkan pelaksanaan kerja. Dan jika tidak dengan cara demikian maka para
seorang harus berbuat, pada dasarnya adalah berpangkal kepada berdasarkan latar
belakang kebudayan dari orang itulah yang menentukannya LANE (1980 : 62).
II - 20
Pertanyaan apakah tidak akan lebih baik daripada mengambil alih secara
keseluruhan dari pola perilaku pimpinan (pemimpin) dari negara lain dengan falsafahnya,
yang belum tentu sesuai (cocok). nilai-nilai budaya kita sendiri yang serasi dengan orang
Pernah juga dicoba oleh beberapa peneliti mengemukakan konsep atau gaya
Mengatakan bahwa gaya manajemen yang berlaku di Indonesia dewasa ini lebih
cenderung kepada gaya “OTOKRETIK” dan katanya mungkin gaya seperti ini untuk
Dalam salah satu bukunya masalah pembangunan dan mengenai ikhtisar sejarah
bahwa nilai budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia atara lain adalah nilai
budaya “GOTONG ROYONG” dan aspek yang lebih rinci seperti tenggang rasa,
swasta nasional, oleh Inanda Murni terhadap para manajer media sebuah
perusahaan asing, dan oleh A.S Munandar sendiri terhadap hampir seluruh
II - 21
kuesioner dari Likert dan ditemui bahwa sistem manajemen yang dirasakan berlaku
Mentalitas Petani :
Lebih menghargai amal dari pada karya dan kurang berorientasi pada
keberhasilan karya itu sendiri atau secara lebih jelas diibaratkan seorang yang
Mentalitas Petani :
II - 22
Persepsi waktu yang terbatas dan lebih ditentukan oleh lingkungan siklus kegiatan
terhadap segala sesuatu dari zaman dahulu dan upacara-upacara yang tetap
Mentalitas Petani :
orang harus hidup selaras dengan alam, tidak dapat menguasai alam tapi tidak
sebagai bagian kecil saja dari alam semesta serta sepenuhnya terbawa oleh
pengaruhnya.
Mentalitas Petani :
sama rata sama rasa hal ini member rasa aman yang besar tapi sekaligus
adat sopan santun yang berorientasi kepada atasan, hal ini menyebabkan hasrat
untuk berdiri sendiri serta disiplin pribadi yang murni (tanpa pengawasan) menjadi
lemah.
II - 23
1. Mentalitas yang meremehkan mutu sebagai dari akibat dari keadaan yang sangat
menanjak secara vertikal dengan cepat dalam jenjang sosial setelah revolusi, maka
orang tidak lagi sabar mengikuti garis panjang kemajuan hidup seperti yang
seperti kepada atasan, orang yang berpangkat tinggi, orang tua, senior, menurut
kepada diri sendiri, mental ini sebabnya banyak dijumpai kegagalan-kegagalan pada
Mental ini sudah terbawa sejak sebelum revolusi, dimana orang bersikap disiplin
karena takut kepada penjajah Belanda , tampak memburuk karena pengawas pada
yang sangat ketat dan diikuti dengan sangsi yang berat. hingga setelah revolusi
dengan pola perasaan yang berdasarkan hilang muka dan unsure merasa tidak
Sebagai jawaban atas pertanyaan apa yang sebenarnya dikerjakan oleh para
pemimpin, telah dilakukan beberapa studi observasional secara terpisah oleh Henry
Mintzberg (tentang peran) dan Luthan (tentang aktivitas) para pemimpinan atau manajer.
kuesioner atau wawancara), Mintzberg mengajukan tiga jenis peran manajerial, atau lebih
dikenal dengan peran interpersonal yang muncul secara langsung dari otoritas resmi dan
bayangan dalam tugas-tugas seremonial seprti menyambut tur kelas pelajar atau
banyak waktu untuk berinteraksi dengan orang lain di luar unit mereka daripada
Selain peran interpersonal manajer juga memiliki peran informasional yang penting.
Dan terdapat juga peran manajer dalam pengambil keputusan, manajer bertindak
Sebagai pengendali gangguan , pada sisi yang lain, daripada proaktif seperti
manajer memiliki jenis peran manajemen krisis, contohnya pada para karyawan
akan memberontak.
departemennya.
Para pemimpin masa kini sesungguhnya memiliki tanggung jawab interpersonal dan
beralih keposisi primer. Dan para pemmpin tetap memiliki tanggung jawab
pengambilan keputusan , namun tanggung jawab ini meningkat dan dibagi dengan
beberapa pemegang saham dan mitra jaringan. Sifat dasar kepemimpinan, seperti
yang didefinisikan oleh Mintzberg, mungkin sesuai untuk saat ini, tetapi ekonomi
II - 26
tingkat.
1. Komunikasi. Aktivitas ini mencakup informasi yang berubah secara rutin dan
menyampaikan hasil rapat, memebri dan menerima informasi rutin melalui telepon.
3. Manajemen sumber daya manusia. Aktivitas ini mencakup sebagian besar kategori
menyelesaikan konflik antar anggota, naik banding ke otoritas yang lebih tinggi atau
pelayanan masyarakat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Ohio dan Michigan sekitar
pada tahun 40 dan 50-an, menyimpulkan dua kelompok perilaku kepemimpin yang disaring
kepada hubungan-hubungan sosial yang terwujud dalam beberapa sifat yang mendasar.
Pemimpin lebih memfokuskan kepada hasil dan pelaksanaan kerja dengan teliti
dan sempurna dalam batas waktu yang telah ditentukan. Hal ini terwujud dalam beberapa
sifat.
3. Menentukan hal-hal yang wajib, dibolehkan dan dilarang (prosedur dan kebijakan-
kebijakan)
Beberapa penelitian pada tahun 70-an membuktikan adanya hubungan yang erat
naiknya tingkat kepuasan. Hal ini terwujud dengan sedikitnya jumlah ketidakhadiran, tidak
perhatian kepada kerja”membawa hasil produksi yang lebih tinggi daripada perilaku
pemimpin yang “memberikan perhatian kepada manusia”. Perilaku ini juga membawa
terhadap pekerjaan dan tidak bisa menggabungkan keduanya. Akan tetapi, penelitian-
II - 29
penelitian selanjutnya membuktikan kesalahan asumsi ini. Balack dan Adams memebrikan
pendapat bahwa ada lima macam perilaku yang dijalankan oleh seorang pemimpin, yaitu :
Apabila seorang pemimpin mampu menjalankan dua hal ini secara bersamaan
dengan efektivitas yang tinggi, maka hal itu akan membawa hasil yang istimewa.
Pemimpin yang efektif menurut teori ini adalah pemimpin yang tahu bagaimna
menjalankan dua model ini bersamaan dengan menjaga loyalitas, kesolidan tim,
Wanita memiliki sifat-sifat alamiah yang diberikan oleh Allah SWT., yang
yang dapat dimanfaatkan oleh wanita untuk melaksanakan kepemimpinan dalam kondisi
merupakan sifat yang baik dan dianjurkan oleh para pakar manajemen kepada semua
pemimpin masa kini. Bukankah Ratu Saba’pernah berkata, “Berkatalah dia (Balqis), ‘Hai
II - 30
para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini aku tidak pernah
memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelisku.’( an-Naml: 32)
Perasaan kasih sayang dan memahami kebutuhan-kebutuhan orang lain dan kondisi
mereka akan membantu wanita dalam membangun hubungan-hubungan yang sejati dan
tulus, sehingga membuat para pengikut mencintainya dan bergerak bersamanya menuju
Zubaidah binti Ja’far melihat para jamaah haji membeli air minum dengan satu dinar, maka
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita 25% lebih kreatif daripada pria. Wanita
berperan serta dalam manajemen perusahaan maerupakan hal baru, semua ini
solusi-solusi yang belum pernah ada dan menyumbangkan ide-ide pemikiran yang
membantu perusahaan untuk mengubah cara kerja mereka untuk menyesuaikan denan
perkembangan dunia.
memiliki peran yang lebih besar dalam ekonomi. Oleh karena itu, menjadi sangat penting
bagi semua perusahaan untuk memahami cara wanita berfikir dan mengambil keputusan.
Umar ibnu Khaththab r.a. menunjuk seorang wanita untuk mengawasi pasar dan harga
maupun urusan-urusan yang khusus berhubungan dengan wanita, wanitalah yang lebih
Seperti dalam kisah Ratu Saba’, “Berkatalah dia (Balqis),’Hai para pembesar berilah aku
pertimbangan dalam urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
memiliki keberanian yang besar dalam peperangan, dan keputusan berada ditanganmu;
Wanita lebih siap untuk berdialog daripada pria dalam kondisi yang sama. Komunikasi dan
pendapat-pendapatnya. Wanita lebih siap untuk berbica dan berdialog hingga tercapai
Inilah Ratu Saba’, ia tidak memilih perang namun memulai dengan perundingan dan
negosiasi dengan mengirimkan hadiah, “ Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan
kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan
Demikian pula Khaulah binti Tsa’labah, ia memiliki kemampuan yang bagus dalam
berbicara dan berani berdebat dengan nabi Muhammad saw beberapa kali, kemudian
berbicara dengan sangat jelas mengenai perasaan-perasaan yang tersimpan, “Ya, Allah!
Ya, Allah! Turunkanlah kepada lisan Nabi-Mu yang bisa mendatangkan kelapangan pada
pada pria yang ditulis terkenal, Henry Mentzeregh dengan judul The Nature of Managerial
Work ‘Karakter Managerial Kerja’dan kedua dari buku yang berjudul The Female
Advantage ‘Keutamaan Feminis’karya Sally Helgusen dan Judith Rziner, mengenai sifat
Tabel berikut membicarakan kepemimpinan pria dan wanita pada umumnya yang
merupakan salah satu aspek dari sekian banyak aspek yang menjadi kepuasan kerja yang
merupakan hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja .
Komunikasi yang baik dan lancar antara atasan dan bawahan merupakan salah