Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH ASKEB PERSALINAN DAN BBL

“ DETEKSI DINI KOMPLIKASI PERSALINAN KALA I ”

OLEH :

KELOMPOK V

1. BUNGA LATIVA

2. FEBRIYANI CHANIA ANANDA

3. NIKEN SEPTRI HANDANI

4. PUTRI MELANI

5. SUFI FEBRINA

6. TIFA MUTIYAH

DOSEN : HASRAH MURNI, S.SiT. M. Biomed

PRODI DIII KEBIDANAN BUKITTINGGI

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan nya
tentunya saya tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
beserta salam semoga dilimpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti nantikan syafaatnya di akhirat kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan sehat
nya, baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah sebagai tugas Askeb persalinan dan BBL yang berjudul “
DETEKSI DINI KOMPLIKASI PERSALINAN KALA I ”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalam nya. Untuk itu penulis
menyarankan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalaah yang lebih baik lagi.

Pesisir Selatan, 5 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 2

1.3 Tujuan penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep deteksi dini 3


2.2 Deteksi Dini Komplikasi dan Penyulit Kala 1 4
2.3 Pemanfaatan Partograf Pada Persalinan Kala I Aktif 7
2.4 Masalah dan Penyulit Pada Kala 1 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 48

3.2 Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Angka kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu di
Indonesia dewasa ini masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI di negara
ASEAN lainnya, menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini
disebabkan oleh kejadian yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas (SDKI, 2007).
Padahal, Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs) menetapkan pada
2015 angka tersebut harus ditekan hingga mencapai 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Adapun rencana pembangunan jangka panjang nasional 2014
menargetkan angka itu turun menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung menurut survei
kesehatan rumah tangga (2001) sebesar 90% adalah komplikasi yang terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah bersalin, penyebab tersebut dikenal
dengan trias klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%).
(Depkes RI, 2004).
Sebenarnya kematian pada ibu ini dapat diminimalkan dengan melakukan
deteksi dini selama persalinan, seperti deteksi dini pada kala I. Sehingga
diharapkan bila ada masalah atau kejanggalan selama persalinan dapat ditangani
dengan segera.

1
1.2 Rumusan masalah

1. Konsep deteksi dini


2. Deteksi Dini Komplikasi dan Penyulit Kala 1
3. Pemanfaatan Partograf Pada Persalinan Kala I Aktif.
4. Masalah dan Penyulit Kala 1

1.3 Tujuan penulisan

1. Mahasiswa Konsep deteksi dini


2. Mahasiswa mengetahui deteksi dini pada kala I
3. Mahasiswa mengetahui Pemanfaatan Partograf Pada Persalinan Kala I Aktif.
4. Mahasiswa mampu melakukan deteksi dini pada kala I
5. Mahasiswa mampu mengetahui rencana asuhan penyulit kala I

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Deteksi Dini

I. Pengertian Deteksi Dini

Deteksi dini yaitu melakukan tindakan untuk mengetahui seawal mungkin


adanya kelainan, komplikasi, dan penyakit ibu selama kehamilan yang dapat
menjadi penyulit ataupun komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan bayi
dalam persalinan, serta nifas (Feryanto, 2011).

II. Prinsip Deteksi Dini

Prinsip deteksi dini yaitu melakukan skrining secara teratur dan ketat terhadap
adanya kelainan, komplikasi, dan penyakit selama kehamilan, serta mencegah
atau mengurangi resiko terjadinya kelainan, komplikasi, dan penyakit dalam
persalinan dan nifas (Feryanto, 2011).

III. Manfaat Deteksi Dini

Manfaat dari deteksi dini yaitu diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih
lanjut atau meminimalkan resiko akibat terjadinya komplikasi (Feryanto, 2011).

IV. Deteksi Dini Penyulit Persalinan

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus
lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis
disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang
dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu
dan bayinya.

3
Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan
instruksiuntuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin
kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah,
penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu
dan bayinya dalam kondisi baik.

Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong


persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas
kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.

2.2 DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYULIT KALA 1

 DETEKSI DINI PADA KALA I

1. INERSIA UTERI
a. TANDA DAN GEJALA
 His tidak adekuat
 < 2 kali dalam 10 menit
 < 20 detik
b. MANAJEMEN
 Nutrisi cukup
 Mobilisasi / ubah posisi
 Upayakan kandung kemih/rectum kosong
 Rangsang putting susu
2. DENYUT JANTUNG JANIN
a. TANDA DAN GEJALA
 < 120 kali dalam 1 menit
 > 160 dalam 1 menit
b. MANAJEMEN
 Beri Oksigen
 Ibu berbaring miring kekikiri
 Pantau DJJ tiap 15 menit
 Bila dalam 1 jam tidak normal rujuk
3. DILATASI SERVIK
a. TANDA DAN GEJALA
 Fase laten > dari 8 jam
 Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf
b. MANAJEMEN
 Rujuk
4. CAIRAN KETUBAN
a. TANDA DAN GEJALA
 Bercampur mekonium
 Air ketuban hijau kental
 Berbau
b. MANAJEMEN
 Beri oksigen
 Beri antibiotik
 Rujuk dengan ibu miring kekiri
5. TEKANAN DARAH
a. TANDA DAN GEJALA
 Bila TD naik hingga > 160/110 mmHg
 Pusing yang hebat
 Mata berkunang – kunan
 Kejang
b. MANAJEMEN
 Infus cairan RL
 Rujuk
6. BANDEL RING
a. TANDA DAN GEJALA
 Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah
 Kontraksi hipotonik
 Muncul tanda-tanda pre syok
 Foetal distress
b. MANAJEMEN
 Infus cairan RL
 Rujuk
7. SUHU
a. TANDA DAN GEJALA
 Suhu . 38 C
b. MANAJEMEN
 Istirahat baring
 Minum banyak Kompres untuk menurunkan suhu
 Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotik à rujuk
8. NADI
a. TANDA DAN GEJALA
 Nadi > 100 x/menit
 Nadi > 100 x/menit + urine pekat
 Nadi > 100 x/menit + suhu > 38
b. MANAJEMEN
 Beri minum banyak / cukup
 Pantau 2 jam
 Bila tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infus RL
 Rujuk
2.3 Pemanfaatan Partograf Pada Persalinan Kala I Aktif

Partograf merupakan suatu alat untuk mencatat informasi berdasarkan


observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan. Pencatatan ini
sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I
persalinan. Partograf adalah suatu alat untuk memantau kemajuan persalinan,
memantau kemajuan ibu dan janin, serta mendeteksi adanya kelainan.

Kegunaan Utama/ tujuan dalam Partograf

1. Mengamati dan mencatat informasi kemaajuan persalinan dengan memeriksa


dilatasi serviks saat persalinan

2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini


persalinan lama.

3. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka

Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :

 Pada saat MRS pembukaan > 9 cm

  Akan dilakukan seksio sesar elektif

 Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat

  Partus prematurus

 Bekas seksio sesar 2 kali

  Bekas seksio sesar klasik


 Kasus preeklampsia dan eklampsia

Partograf harus digunakan pada hal-hal berikut ini

1. Untuk semmua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan tanpa ataupun
adanya penyulit.

2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas,


klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)

3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan


kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (SPOG, Bidan, Dokter
umum, residen, dan mahasiswa kedokteran

Bagian - Bagian dari Partograf

Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan yang dilakukan


selama kala I persalinan termasuk hal-hal berikut ini :

Kemajuan persalinan

 Pembukaan serviks (setiap 4 jam)

 Penurunan kepala janin (setiap 4 jam)

 Kontraksi uterus (setiap 30 menit)

Keadaan janin

 DJJ (setiap 30 menit)

 Warna dan jumlah air ketuban ( setiap PD)

 Molage tulang kepala janin (setiap PD)


Keadaan Ibu

 Nadi (setiap 30 menit)

 Tekanan darah, suhu (setiap 4jam)

 Urine : volume dan protein (setiap 2 - 4 jam)

 Obat - obatan dan cairan IV

Tabel 1.1 parameter monitoring persalinan (patograf)

Parameter Temuan abnormal

Tekanan darah > 140/90 dengan sedikitnya satu tanda (gejala preeklampsia)

temperature >38o C

Nadi >100 x / menit

DJJ < 100 x / menit atau >180 x / menit

Kontraksi <3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik, ketukan dipalpasi lemah

Serviks Partograf melewati garis waspada pada fase aktif

Cairan amnion Mekonium, darah, bau

Urine Volume sedikit dan pekat

2.4 MASALAH DAN PENYULIT PADA KALA 1

No. Temuan - temuan anamnesis dan atau pemeriksaan


1. Riwayat SC

2. Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (bloody show)

3. <37 minggu (persalinan kurang bulan)

4. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.

5. Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda - tanda gawat
janin.

6. Ketuban telah pecah (>24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
(usia kehamilan <37 minggu)

7. Tanda - tanda atau gejala - gejala infeksi: temperatur tinggi > 38 o C, menggigil,
nyeri abdomen, cairan ketuban yang berbau

8. Tekanan darah >160 / 100 mmHg dan atau terdapat protein dalam urine

9. Tinggi fundus 40 cm atau lebih

10. DJJ <100 x / menit atau >180 x / menit pada 2 kali penilaian dalam jarak 5 menit

11. Primipara pada persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5 / 5

12. Presentasi bukan belakangan kepala (sungsang, letak lintang, dll)

13. Presentasi ganda atau majemuk (adanya bagian janin, seperti lengan atau tangan,
bersamaan dengan presentasi belakang kepala)

14. Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)

15. Tanda dan gejala syok:


 Nadi cepat, lemah (>110 x / menit)
 Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
 Pucat
 Berkeringat atau kulit lembab, dingin.
 Napas cepat (>30 x / menit)
 Cemas, bingung, atau tidak sadar.
 Produksi urine sedikit )<30 ml/ jam)
16. Tanda dan gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang:
 Pembukaan serviks <4 cm setelah 8 jam
 Kontraksi teratur (>2 dalam 10 menit)

17. Tanda dan gejala inpartu:


 <2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung <20 detik
 Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 sampai 2 jam.

18. Tanda dan gejala partus lama:


 Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
 Pembukaan serviks < 1 cm / jam
 < 2 kontraksi dalam waktu 10 menit, masing - masing berlangsung < 40
detik.

A. Riwayat SC
Seksio sesarea (SC) didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen dan dinding uterus.Lebih dari 85 % SC dilakukan atas indikasi
riwayat seksio sesarea, distosia persalinan, gawat janin, letak bokong.
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap merupakan kontraindikasi
untuk melahirkan karena kekhawatiran akan terjadinya ruptur uteri. Sehingga ada
pendapat menurut Cragin, 1916 yaitu, “sekali seksio sesarea maka akan terus
seksio sesarea”. Namun Merril dan Gibbs (University of Texas, 1978) melaporkan
bahwa pelahiran pervaginam secara aman berhasil dilakukan pada 83% pasien
dengan riwayat SC. Laporan ini memicu minat terhadap pelahiran pervaginam
dengan riwayat seksio sesarea (VBAC).

Kriteria Seleksi untuk pelahiran pervaginam dengan riwayat Seksio Sesarea


KRITERIA SELEKSI*
Riwayat satu atau dua kali seksio sesarea transversal rendah
Panggul adekuat secara klinis
Tidak ada jaringan parut atau riwayat rupture uteri lain
Sepanjang persalinan aktif selalu tersedia dokter yang mampu
memantau persalinan dan melakukan seksio sesarea  darurat
Ketersediaan anestesi dan petugas seksio sesarea  darurat
*dari American College of Obstetry and Gynecologist, 1999

Faktor-faktor yang menyebabkan gagalnya percobaan persalinan dengan


riwayat Seksio Sesarea:
1. Jenis insisi uterus sebelumnya
2. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
3. Indikasi seksio sebelumnya
4. Oksitosin dan anestesi epidural
Oleh karena itu, pasien dengan riwayat SC perlu dirujuk karena memiliki
resiko tinggi terjadi ruptura uteri saat his semakin kuat. Ruptura uteri dapat
menyebabkan fetal distres, ibu syok neurogenik dan hipovolemik.
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan:
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
bedah sesar.
2. Mendampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat

B. Perdarahan Per Vaginam Selain Lendir Bercampur Darah (Show)


1. Perdarahan pervaginam saat kala I bisa disebabkan oleh:
a. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim dan menutupi sebagian atauseluruh ostium uteri
internum.Ciri-ciri: darah keluar merah segar, ibu tidak kesakitan,
abdomen lembek, intensitas syok sesuai dengan darah yang keluar.
Klasifikasi Plasenta Previa: Plasenta previa totalis: seluruh internum
tertutup oleh plasenta.
1) Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh
plasenta.
2) Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat jaringan
plasenta.
3) Plasenta letak rendah : berada pada segmen bawah rahim
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan
pervaginam yaitu plasenta previa totalis.
b. Solutio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta
dari implantasi normalnya(korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum janin lahir.Ciri-ciri :darah keluar merah tua kehitaman,
kadang tidak keluar darah dari vagina, ibu kesakitan, abdomen tegang
seperti papan, intensitas syok tidak sebanding dengan jumlah darahyang
keluar.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya,
yaitu:
a. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar
fibrinogen plasma >150 mg%
b. Sedang : Perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda
pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-
2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
c. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau
keseluruhan.
Pasien dengan solution plasenta perlu dirujuk karena dapat
mengakibatkan komplikasi pada ibu:
1) Syok neurogenik
Semakin banyak darah yang terkumpul dalam kavum uteri maka
abdomen semakin tegang dan ibu semakin merasa sakit.
2) Syok hipovolemik
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan
persalinan segera.
3) Gagal ginjal.
4) Kelainan pembekuan darah disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
5) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot
rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam
ligamentum latum.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: fetal distress dan kematian
c. Ruptura Uteri
Ruptura uteri ditandai dengan nyeri abdomen akut dan perdarahan
pervaginam berwarna merah segar serta keadaan janin yang memburuk.
Ruptura uteri dapat terjadi secara komplet dimana robekan terjadi pada
semua lapisan miometrium termasuk peritoneum dan dalam hal ini
umumnya janin sudah berada dalam cavum abdomen dalam keadaan
mati ; ruptura inkomplet , robekan rahim secara parsial dan peritoneum
masih utuh.Angka kejadian sekitar 0.5%
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan:
a. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena bila perdarahan berasal
dari plasenta previa maka akan menambah luas plasenta yang terlepas
dan perdarahan bertambah banyak.
b. Baringkan ibu ke sisi kiri
c. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau
18) dan berikan ringer laktat atau garam fisiologis (NS)
C. Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
Peralinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal
minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37. Menurut WHO
persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi pada umur
kehamilan kurang dari 259 hari berdasarkan hari haid terakhir.
Faktor risiko
a. Usia ibu
b. Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang
wanita. Pada ibu nulipara yaitu wanita yang melahirkan bayi hidup untuk
pertama kalinya, maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi
cukup besar baik pada kekuatan his, jalan lahir dan kondisi janin
c. Keadaan sosial ekonomi
d. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
e. Faktor gaya hidup
f. Ras bukan berkulit putih
g. Status nutrisi yang buruk
h. Satu atau lebih aborsi spontan pada trimester kedua

i. KPD
j. Infeksi
k. Kelainan Uterus
Inkompetensi serviks adalah peristiwa klinis yang ditandai dengan dilatasi
serviks yang berulang, persalinan spontan pada trimester II yang tidak
didahului dengan KPD, perdarahan atau infeksi. Uterus yang tidak normal
menganggu risiko terjadinya abortus spontan dan persalinan preterm
l. Vaginosis Bakterial
Sebuah kondisi ketika flora normal vagina predominan laktobasilus yang
menghasilkan hidrogen peroksida digantikan bakteri anaerob
m. Komplikasi medis dan obstetris
Komplikasi langsung dari kehamilan yaitu pre eklamsi/ eklamsia, KPD,
perdarahan antepartum, keadaan tersebut meningkatkan risiko kelahiran bayi
prematur.
n. Penyakit sistemik kronis pada ibu: DM, penyakit jantung, hipertensi, ginjal
dan paru janin.
Gejala Klinis
a. Kram hebat seperti pada saat menstruasi
b. Nyeri tumpul pada punggung bawah
c. Nyeri atau tekanan suprapubik
d. Sensasi ada tekanan atau berat pada pelvis
e. Perubahan karakter dan jumlah rabas vagina (lebih kental, lebih encer,
berair, berdarah, berwarna coklat, tidak berwarna)
f. Diare
g. Kontraksi uterus tidak dapat dipalpasi ( nyeri hebat atau tidak nyeri) yang
dirasakan lebih sering dari setiap 10 menit selama 1 jam atau lebih dan
tidak mereda dengan tidur berbaring
h. KPD

Diagnosis
a. Anamnesa
Untuk menentukan apakah seorang ibu hamil terancam persalinan
preterm atau tidak, kriterianya:
1) UK antara 20-37 minggu lengkap atau antara 140-259 hari
2) Kontraksi uterus teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo
adanya pembukaan dan servisitis. Menurut Cuningham et al kontraksi
uterus yang teratur adalah dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan
adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam dan
diikuti:
a) Pada pemeriksaan dalam
1. Pendataran 50-80% atau lebih
2. Pembukaan 2 cm atau lebih
b) Mengukur panjang serviks dengan vaginal probeUSG:
1. Panjang serviks kurnag dari 2 cm pastiakan terjadi persalinan
prematur
2. Tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan mencegah
terjadinya persalinan preterm
c) Selaput ketuban sering sekali sudah pecah
d) Pendataran serviks sebesar 80 persen atau lebih
b. Pemeriksaan penunjang
Menurut Jefferson (2004) adapun pemeriksann penunjang yang sering
dilakukan:
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan PH darah janin

c) Pemeriksaan darah tepi ibu:


1. Jumlah leukosit
2. C-reactive protein. CRP terdapat pada semua penderita yang
menderita infeksi akut
2) Amniocintesis
a) Hitung leukosit
b) Pewarnaan gram bakteri +pada anmionitis
c) Kultur
d) Kadar IL-1, IL-6 kadar glukosa cairan amnion
3) Fetal Fibronestin
Berperan dalam adhesi intraseluler selama implantasi dan dalam
mempertahankan adhesi plasenta dan desidua. Deteksi fibronektin
dalam cairan servikovaginalsebelum adanya ketuban pecah adalah
“marker” adanya partus prematurus iminen.
4) USG
a) Pemeriksaan USG untuk menentukan panjang serviks
b) Oligohidramnion
Terdapat hubungan korioamnionitis klinis antepartum, terdapat
juga hubungan antara oligohidramnion dan koloni baketri pada
amnion
c) Penipisan serviks
Bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan akan
terjadiersalinan preterm. Conografi serviks trans perinal sering
dilakukan karena dapat menghindari manuipulasi intravaginal
d) Kardiotokografi
Kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
Diagnosa differensial
a. Kontraksi pada kehamilan preterm
b. Persalinan pada pertumbuhan janin terhambat
Komplikasi
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lamanya penyebuhan luka episiotomi.
Bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi, bayi yang lahir
dari ibu yang menderita amnionitis memiliki risiko mirtalitas 4 kali lebih
besar, risiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterokolitis dan
perdarahan intra vaskuler 3 kali lebih besar.
Penanganan
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memilki kemampuan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir dan dampingi ibu ke tempat
rujukan berikan dukungan dan semanga
D. Ketuban Pecah Dini
KPD secara teknis didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum awitan
persalinan, namun dalam praktik didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari
waktu pecah ketuban sampai awaitan persalinan. Interval ini disebut periode laten
dan dapat terjadi kapan saja dari 1 jam sampai 12 jam atau lebih.
Ketuban pecah lebih dari 24 jam atau sebelum persalinan disebut pecah
ketuban memanjang. KPD sebelum cukup bulan disebut PPROM (preterm
premature rupture of membrane). Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada
kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik,
karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan
mortalitas perinatal dan maternal.
Komplikasi yang timbul adalah persalinan prematur, infeksi intrauterin,
kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat atau oligohidramnion

Data untuk menegakkan diagnosa:


1. Riwayat
a. Jumlah cairan yang hilang: pecah ketuban awalnya menyebabkan
semburan cairan yang besar diikuti keluarnya cairan yang terus menerus.
Namun ada juga gejala yang menunjukkan keluarnya sedikit cairan yang
terus-menerus (jernih, kuning, keruh dan hijau)dan perasaan basah pada
celana dalamnya
b. Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel:
membedakan dengan inkontenensia urine
c. Waktu terjadi ketuban
d. Warna cairan: jernih, keruh, jika bercampur mekonium cairan akan
berwarna kuning atau hijau
e. Bau cairan: bau apek yang khas yang membedakannya dengan urine
f. Hubungan seksual terakhir: semen yang keluar dari vagina dapat disalah
artikan dengan cairan amnion
2. Pemeriksaan fisik: lakukan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan
amnion. Apabila pecah ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan mendeteksi
berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan mollase uterus dan dinding
abdomen di sekitar janin dan kemampuan balotemen dibandingkan temuan
pada pemeriksaan sebelum KPD. Ketuban yang pecah tidak menyebabkan
perubahan yang seperti ini dalam temuan abdomen
3. Pemeriksaan spekulum steril
a. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia
b. Lihat serviks untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium
c. Lihat adanya genangan cairan di forniks vagina
d. Jika tidak terlihat adanya cairan, minta ibu mengejan (perasan vasalva).
Secara bergantian beri tekanan pada fundus pelahan-lahan atau naikkan
dengan perlahan bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan
cairan melewati bagian presentasi pada kasus kebocoran berat
e. Observasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau verniks kaseosa
jika umur kehamilan lebih dari minggu ke-22
f. Visualisasi seviks untuk menentukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak
akan dilakukan
g. Visualisasi serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau ekstremitas
janin
4. Uji laboratorium
a. Uji pakis positif
b. Uji kertas nitrogen positif
c. Spesimen untuk kultur Steptokokus Grup B
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas, namun menurut Saifudin (2007)
ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane
atau meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya kekuatan membrane
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Akan tetapi ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD
ini, diantaranya adalah :
a. Trauma : Amniosintesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang tidak sanggup terus
menutup, melainkan perlahan-lahan membuka
c. Peningkatan tekanan intrauterus pada kehamilan kembar, atau
polihidramnion.
d. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis serta bakteri vagina.
e. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi. ( Varney, 2004 )
Komplikasi:
a. Ibu
Infeksi: Infeksi bakteri di dalam uterus terjadi antara jaringan ibu dan
membran janin (yaitu di dalam rongga  koriodesidua), di dalam membran
bayi (amnion dan korion), di dalam plasenta, di dalam cairan amnion, atau
di dalam  tali pusat atau  janin.
1) Infeksi membran fetus seperti dicatat oleh temuan histologis atau
kultur, disebut korioamnionitis.
2) Infeksi tali pusat disebut funisitis
3) Infeksi cairan amnion disebut amnionitis.
Walaupu vili plasenta mungkin terlibat dalam infeksi intrauterin yang
berasal dari darah seperti malaria, infeksi bakteri di dalam plasenta (vilitis)
jarang terjadi.
b. Janin
1) Prolaps tali pusat :tali pusat  yang teraba keluar atau berada di
samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir,
tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar
vagina setelah ketuban pecah.( Referat Obstetry dan
Ginecology.2009)
2) Trauma pada waktu lahir
3) Premature :  Setelah ketuban pecah biasannya segera disusul oleh
persalinan, periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setela ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi
dalam 1 minggu
4) Oligohidramnion : Oligohidramnion adalah suatu keadaan
dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500
cc. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya
perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada
saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 
E. Ketuban Pecah Disertai Keluarnya Mekonium
Air ketuban yang sedikit dan dengan mekonium kental merupakan indikasi
perlunya persalinan cepat dan penanganan mekonium pada saluran napas atas
neonatus untuk mencegak aspirasi mekonium. Bila janin kekurangan oksigen,
mekonium akan keluar, sehingga air ketuban semakin kental. Risiko kematian
janin akan semakin meningkat akibat aspirasi cairan mekonium yaitu bayi
meminum cairan ketuban yang kental dan kemungkinan akan terhisap masuk ke
paru-paru.
Risiko terhadap ibu adalah meningkatnya risiko untuk induksi persalinan atau
persalinan operasi. Bayi post-matur atau bayi lewat bulan dapat dikenali dengan
ditemukan beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering,
keriput karena kehilangan lemak bawah kulit, kuku tangan dan kaki panjang,
tulang tengkorak lebih keras, kuning kehijauan pada kulit dan tali pusat.
Ibu dengan ketuban pecah yang bercampur mekonium ini harus segera dirujuk
ke pelayanan kesehatan yang mempunyai pelayanan kegawatdaruratan obstetri.
Selain itu harus diperhatikan juga detak jantung janin pastikan DJJ dalambatas
normal yaitu 120-160 x/ menit.
F. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Kurang Bulan
Pecahnya ketuban sebelum kehamilan cukup bulan, sering disebabkan oleh
infeksi. Infeksi merupakan komplikasi ketuban pecah dini yang paling banyak
diteliti. Periode laten, yaitu jarak antara ketuban pecah dengan terjadinya
persalinan, pada kehamilan 20-26 minggu adalah 12 hari, sedangkan pada umur
kehamilan 32-34 minggu adalah 4 hari.
Manajemen ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan. Pada
kehamilan kurang bulan manajemen dengan mempertahankan kehamilan banyak
dikerjakan. Pada beberapa kasus dengan cara tersebut diharapkan selaput ketuban
akan pulih dan kebocoran cairan berhenti. Terapi medikamentosa yang diberikan
adalah antibiotik untuk pencegahan infeksi, pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat maturitas paru janin, dan pemberian tokolitik untuk menghentikan
persalinan.
G. Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi
1. Penyebab
Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan dalam
tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah dini sebelum proses
persalinan.
2. Tanda-tanda
a. Suhu lebih dari 380C
b. Menggigil/kedinginan
c. Nyeri abdomen
d. Cairan ketuban dan cairan vagina berbau
3. Alasan Merujuk
a. Infeksi intrauterine merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin
dan selaput korioamnion
b. Merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu
c. Morbiditas dan mortalitas pada janin/neonatus sangat tinggi
d. Apabila terjadi korioamnionitis, janin terinfeksi akibat menelan atau
aspirasi air ketuban terutama pada kondisi gawat janin
e. Dapat berlanjut menjadi septicemia atau sepsis
f. Terapi antibiotika bukan merupakan jaminan bagi keselamatan ibu dan
janin
H. Tekanan darah lebih dari 160/110 dan/atau terdapat protein dalam urin
(pre-eklamsi berat)
1. Klasifikasi Pre eklampsia 
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre
eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pre eklampsia Ringan 
1) Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pmeriksaan 6 jam
2) Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pmeriksaan 6 jam
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum,
kaki, jari tangan dan muka.
4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
b. Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu
didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini: 
1) Tekanan darah 160/110 mmHg 
a)  Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah
minimal setelah istirahat 10 menit) 
b) Ibu hamil tidak dalam keadaan his. 
2) Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam. 
3) Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara
kuantitatif.
4) Terdapat edema paru dan sianosis. 
5) Gangguan visus dan serebral. 
6) Keluhan subjektif
7) Nyeri epigastrium 
8) Gangguan penglihatan 
9) Nyeri kepala
10) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
11) Pemeriksaan trombosit (Manuaba, 1998) 
2. Penyebab
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum
diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus
d. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilanberikutnya
e. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
3. Preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
b. Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
c. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan 
d. Nyeri epigastrium dan ikterus
e. Edema paru atau sianosis
f. Trombositopenia
g. Pertumbuhan janin terhambat

I. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih dapat terdiagnosa kemungkinan


makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda.
1. Makrosomia
Makrosomia adalah semua neonatus dengan berat badan 4000 gram
atau lebih tanpa memandang usia kehamilan (cunningham, 2005).
Makrosomia bisa disebabkan karena penambahan BB ibu selama kehamilan
yang berlebihan,usia gesatsi, serta ibu dengan Diabetes Mellitus. Masalah
yang akan dialami akibat makrosomia adalah resiko trauma lahir yang lebih
besar dibanding panggul ibunya yaitu perdarahan intrakranial janin, distosia
bahu, rupture uteri, serta fraktur anggota gerak janin, kemudian pada ibu akan
beresiko perdarahan pascapersalinan.
2. Polihidramnion
Polihidramnion adalah volume air ketuban > 2000 ml. Tandanya
adalah tinggi ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya,
Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit
dilakukan, dan DJJ sulit terdengar. Polihidramnion sering terkait dengan
kelainan janin seperti Anensepali, Spina bifida dan Atresia oesophaguis.
Bahaya untuk ibu dan janin diantaranya adalah tekanan yang kuat pada
polyhidramnion dapat mengakitkan kontraksi uterus sebelum waktunya,
resiko tinggi perdarahan saat persalinan, dan janin akan semakin bergerak
bebas sehingga bisa menyebabkan kesalahan letak janin
3. Kehamilan Ganda
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih.
Kehamilan kembar lebih banyak terjadi pada kehamilan yang berasal dari
fertilisasi in vitro (bayi tabung) daripada kehamilan spontan.
Prawirohardjo (1948) melaporkan bahwa diantara 16.288 persalinan terdapat
197 persalinan gemelli (kembar 2) dan 6 persalinan triplet (kembar 3).
Penyebab kehamilan ganda menurut Mochtar (1998) adalah :
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah bangsa, umur dan paritas
b. Faktor-faktor obat-obat induksi ovulasi: profertil dan hormon
gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotif dan kembar lebih
dari dua.
c. Faktor keturunan.
d. Faktor yang lain belum diketahui
Risiko
1. Risiko pada Janin
Hamil lebih dari 1 janin akan meningkatkan risiko selama kehamilan,
baik bagi janin maupun ibu.Kehamilan kembar umumnya lahir prematur,
maka janin kembar biasanya memiliki masalah lebih banyak setelah lahir.
Partus prematurus sering terjadi pada kehamilan ganda karena adanya
inkompetensi serviks yaitu ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun
struktur padaserviks.Selain itu pada kembar monozigot dapat berisiko
tinggi untuk terjadinya Twin to Twin.
Selain itu kemungkinan janin bisa terjadi malpresentasi dan persalinan
bila janin pertama letak lintang atau letak sungsang maka persalinan
diakhiri dengan SC.
Bila janin pertama letak kepala, dapat dipertimbangkan persalinan
pervaginam. Bila janin pertama letak sungsang dan janin letak kepala,
dikhawatirkan terjadi interlocking sehingga persalinan anak pertama
mengalami “after coming head. Setelah janin pertama lahir, biasanya
kontraksi uterus menghilang atau berkurang sehingga tidak jarang bahwa
kontraksi uterus perlu diperkuat dengan pemberian oksitosin infus setelah
dipastikan anak ke II dapat lahir pervaginam.
2. Resiko Ibu
Peregangan rahim yang berlebihan menyebabkan iskemia pembuluh
darah rahim sehingga menyebabkan pre-eklampsia atau eklampsia, selain
itu bisa menyebabkan anemia karena kurangnya zat besi yang dikonsumsi
ibu akibat diserap oleh dua janin, dan ini akan memberi resiko lebih pada
ibu yaitu seperti semakin besarnya kemungkinan perdarahan saat
persalinan dan terjadi gangguan kontraksi otot rahim yang menyebabkan
atonia uteri menimbulkan perdarahan
J. DJJ kurang dari 100 x permenit (bradikardia) atau lebih dari 180 x per menit
pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit/ Gawat janin
DJJ kurang dari 100 x permenit (bradikardia) atau lebih dari 180 x per menit
pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit dapat menyababkan gawat janin,
hipoksia, dan asidosis. Gawat janin adalah bila ditemukan denyut jantung ajanin
di atas 160 x per menit atau di bawah 100 x permenit, denyut jantung tidak
teratur, serta biasanya ditandai dengan keluarnya mekonium yang kental pada
awal persalinan. Gawat janin bisa disebabkan karena kurangnya O2 untuk janin,
persalinan yanag lama, atau pada induksi persalinan.
Pada takikardia janin biasanya disebabkan bukan hanya hipoksia atau asidosis
tetapi juga hipertermia atau infeksi intrauterine.
Pada hipoksia, saat kontraksi, aliran darah pada pembuluh-pembuluh darah
intermural akan berkurang, saat relaksasi akan terjadi hyperemia, ini mampu
mengalihkan keadaan hipoksia, sehingga oksigenisasi janin dapat terpelihara. Bila
kontrkasi terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya hipoksia pada janin, dan
menyebabkan janin mati dalam kandungan.
Asidosis adalah suatau keadaan dimana adanya peningkatan asam di dalam
darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana
tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asma dan
basa. Seiring dengan penurunan pH darah, pernapasan menjadi lebih dalam dan
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Gawat Janin apabila tidak segera ditangani dapat terjadi dekompresi respon
fisiologis dan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ
lain serta kematian.
K. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan penurunan kepala janin
5/5
Pada ibu multipara bisa terjadi penurunan kepala janin masuk ke panggul baru
terjadi pada saat persalinan sedangkan seorang ibu primipara seharusnya pada
usia kehamilan akhir (kurang lebih mulai 36 minggu) kepala janin sudah masuk
panggul, hal ini ditandai dengan sudah sulitnya kepala janin (jika presentasi
kepala) untuk digerakkan. Sedangkan penurunan kepala 5/5 berarti kepala janin
masih di atas PAP, menunjukkan bahwa kepala belum masuk panggul.
Ada beberapa hal yang menyebabkan pada kala I fase aktif tersebut penurunan
kepala janin masih pada 5/5, antara lain: jika bayi besar atau makrosomia,
panggul ibu sempit atau DKP (Disproporsi Kepala Panggul).
Akibat yang dapat ditimbulkan dari penurunan kepala masih 5/5 pada
primipara yang sudah masuk persalinan kala 1 fase aktif adalah partus lama atau
bahkan partus macet. Pada persalianan yang berkepanjangan dan macet, Friedman
menganjurkan untuk pemeriksaan fetopelvik umtuk mendiagnosis disproporsi
kepala panggul. Terapi dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan adalah
penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan
yang macet tanpa disproporsi sefalopelvik.
L. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll.)
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah
rahim, bukan belakang kepala. Gangguan terhadap jalannya proses persalinan
dapat disebabkan oleh kelainan presentasi, posisi dan perkembangan janin
intrauterin. Secara epidemologis pada kehamilan tunggal didapatkan pesentasi
kepala sebesar 96,8 %, bokong 2,7 %, letak lintang 0,3 %, majemuk 0,1 %, muka
0,05 % dan dahi 0,01 %
1. Presentasi Muka
Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala sehingga
oksiput mendekat dengan punggung janin dengan demikian maka yang
merupakan bagian terendah janin adalah mentum atau dagu sebagai
presentasinya

Diagnosis: ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal dapat diraba


mulut, hidung, tepi orbita dan dagu. Penunjuk presentasi muka adalah dagu.
Palpasi teraba kepala sangat menengadah. Pada waktu persalinan seringkali
muka mmenjadi oedema, sehingga diagnosis dapat keliru sebagai presentasi
bokong. Sebnyak 49% presmuk tidak terdiagnosis sebelum kala II
Prognosis
a. Bagi Ibu : partus akan lama, mudah terkena infeksi intrapartum atau
infeksi nifas, luka jalan lahir, mortalitas 3 %
b. Bagi Janin : kaput di daerah muka, perdarahan dalam otak, mortalitas
kira-kira 15%
Penanganan: Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi
apabila janin presesntasi muka hendak dilahirkan pervaginal. Apabila tidak
terdapat gawat janin, dan persalinan berlangsung dengan kecepatan yang
normal maka cukup dilakukan observasi dahulu hinga terjadi pembukaaan
lengkap dagu berada di bagian anterior, persalianan dilakukan seperti pada
presentasi belakang kepala. Baedah sesar dilakukan apabila setelah
pembukaan lengkap posisi dagumasih posterior, dan didapatkan tanda-tanda
disproporsi atau indikasi obstetric lainnya.
2. Presentasi Dahi
Presentasi dahi dapat terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi
sedang dan presentasi ini sangat jarang. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba
daerah sinsiput yang berada di anatara ubun-ubun besar dan pangkal hidung.
Bila menetap, janin dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena
besarnya diameter oksipitomental yang harus melalui panggul

Diagnosis : dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal dapat


diraba pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun besar,
tetapi tidak dapat meraba dagu dan mulut janin, jika dagu dan mulut janin
dapat teraba itu artinya presentasi muka
Prognosis :
a. Bagi Ibu: partus menjadi lebih lama dan lebih sulit, bisa terjadi robekan
yang hebat dan rupture uteri
b. Bagi Anak: Mortalitas lebih tinggi
Penanganan : Sebagian presentasi dahi memrlukan persalinan dengan
bedah sesar, karena akakn meningkatkan prolaps tali pusat, rupture uteri dan
infeksi pascapersalinan dan kematian perinatal.
3. Letak Lintang (Transverse Lie)

Adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu


secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat. Bagian paling rendah biasanya
adalah bahu disebut juga shoulder position. Angka kejadian letak lintang
adalah 0,5-2 %
Etiologi: Penyebab presentasi Lintang biasanya adalah kombinasi dari
beberapa faktor, diantaranya adalah
a. Fiksasi kepala tidak ada karena panggul sempit, hidrosefalus,
anenesefalus, plasenta previa
b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multioaritas, anak kecil atau sudah
mati.
Diagnosa:
a. Inspeksi : perut menbuncit ke samping
b. Palpasi : fundus lebih rendah dari umur kehamilan, fundus kosong pada
bagianb bawah, kecuali jika bahu sudah masuk PAP
c. Auskultasi : DJJ setingi pusat di kanan atau kiri
d. Pemeriksaan dalam
e. USG
Prognosa :
a. Bagi Ibu : bahay yang mengancam adalah rupture uteri, baik spontan atau
waktu ekstraksi dan versi. Partus lama, ketuban pecah dini dengan
demikian mudah terdapat infeksi intrapartum
b. Bagi Janin : angka kematian 20-45 % yang dapat disababkan diantaranya
adalah prolapsusu funiculi, trauma partus, hipoksia karena kontraksi
uterus terus menenrus
Menurut Eastman dan Greenhill :
1) Bila ada panggul sempit seksio sesaria adalah cara terbaik dalam
segala letak lintang , dengan anak hidup
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio
sesaria walaupun tidak ada panggul sempit
4. Presentasi Majemuk
5. Letak Sungsang
Adalah letak memanjang dengan bokong, kakai atau kombinasi keduanya
sebagai bagian terendah ( presentasi bokong ).Kejadian 3 - 4 %.

Diagnosis:
a. Palpasi : Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, punggung di kiri
atau kanan
b. Auskultasi : DJJ paling sering terdengar di tempat yang lebih tinggi dari
pusat
c. Pemeriksaan dalam : teraba os sacrum dan anus, kadang kaki
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
a. Letak bokong murni : presentasi bokong murni ( Frank breech ). Bokong
saja yang menjadi bagian depan sedangkan tungkai lurus ke atas
b. Letak Sungsang sempurna (Complete Breeech) : letak bokong dimana
kedua kaki ada di samping bokong
c. Letak Sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak
sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.
Cara melahirkan pervaginam : bisa terjadi partus spontan yaitu janin dapat
lahir seluruhnya, dan manual aid. Terdapat Fase menunggu dan fase untuk
bertindak cepat.
Cara melahirkan bahu dan lengan ada cara klasik (deventer), cara lovset,
cara muller, dan bracht.
Cara melahirkan kepala umumnya dengan Mauriceau, yang lainnya adalah
de snoo, Wigand martil- Winkle, Naujoks,
Bila terdapat Kepala sulit Lahir (After Coming Head):
a. Bila janin masih hidup lahirkan kepala dengan ekstraksi forsep (cunam
piper)
b. Bila janin sudah meninggal dilakukan embriotomi (kraniotomi)
Prognosis :
a. Bagi Ibu : kemungkinan robekan perineum lebih besar karena dilakukan
episisotomi, selain itu ketuban lebih cepat pecah sehingga partus menjadi
lebih lama dan ibu mudah terkena infeksi
b. Bagi Janin : Prognosa tidak begitu baik karena adanya gangguan
peredaran darah plasenta setelah bokong lahir, dan juga setelah perut lahir,
tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anank bisa menderita
asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahirdan supaya janin hidup, janin harus
dilahirkan dalam 8 menit.
Kesimpulan, ketika menemui presentasi bukan belakang kepala melalui
pemeriksaan maka rencana untuk asuhan atau Perawatan adalah
a. Baringkan miring kiri karena memiliki berbagai keuntungan diantaranya
adalah bayi mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke
plasenta karena adanya vena cava Inferior yang mengembalikan darah dari
bagian bawah tubuh ke jantung.
b. Segera merujuk Ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk
penatalaksanaan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir, karena
banyaknya prognosa pada presentasi bukan belakang kepala baik untuk
ibu dan janin.
1) Persalianna pervaginam dapat meningkatkan prolaps tali pusat, rupture
uteri, infeksi pascanatal bahkan kematian perinatal
2) Kemungkinan robekan perineum juga lebih besar karena dilakukakn
tindakan, serta ketuban lebih cepat pecah dan partus lama, jadi mudah
terinfeksi.
3) Adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir, tali
pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa asfiksia.
c. Mendampingi ibu ke tempat rujukan bertujuan untuk memantau keadaan
ibu selama dalam perjalanan menuju ke tempat rujukan, dukungan dan
semangat juga penting diberikan untuk meringankan masalah psikologis
yang sedang di alami ibu
M. Presentasi Majemuk

Menurut Harry Oxorn & William R Forte yang diedit oleh Dr. M. Hakimi, Ph.
D dalam buku Patologi & Fisiologi Persalinan, presentasi majemuk adalah bila
ada satu atau lebih anggota badan menumbung bersama dengan kepala atau
bokong, keduanya bersama-sama masuk ke dalam panggul. Presentasi bokong
kaki dan presentasi bahu tidak dimasukkan ke dalam golongan ini. Tali pusat
menumbung menyertai keadaan ini pada 15 sampai 20 persen kasus.
Pada buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal oleh
Sarwono Prawirohardjo, presentasi ganda ( majemuk ) terjadi bila ekstremitas
(bagian kecil janin) prolaps di samping bagian terendah janin.
Kemudian pada Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal oleh Sarwono Prawirohardjo, persalinan spontan pada presentasi ganda
hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil atau mati dan maserasi. Lengan yang
mengalami prolaps kadang-kadang dapat diubah posisinya dengan membantu ibu
untuk mengambil posisi knee-chest, dorong tangan keatas ke luar dari simfisis
pubis dan pertahankan di sana sampai timbul kontraksi kemudian dorong kepala
masuk ke dalam panggul. Lanjutkan dengan penatalaksanaan untuk persalinan
normal. Jika prosedur gagal atau terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio
sesarea.
Presentasi ganda ialah keadaan dimana disamping kepala janin di dalam
rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan dimana
disamping bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan,
yang paling sering diantaranya ialah adanya tangan atau lengan disamping kepala
(Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kebidanan).
Klasifikasi Presentasi Majemuk (menurut Harry Oxorn)
1. Presentasi kepala dengan bagian yang menumbung berupa :
a. Tungkai atas ( lengan – tangan ) salah satu atau keduanya.
b. Tungkai bawah ( tungkai –kaki ) salah satu atau keduanya.
c. Lengan dan kaki bersama – sama.
2. Presentasi bokong dengan tangan atau lengan yang menumbung.
Kombinasi yang paling sering dijumpai adalah kepala dengan tangan atau
lengan. Sebaliknya kombinasi kepala – kaki dan bokong – lengan sama –
sama jarang ditemui. Penumbungan baik tangan dan kaki bersama - sama di
samping kepala adalah jarang. Semua kombinasi dapat disertai tali pusat yang
juga menumbung dan dengan ini kemudian menjadi masalah yang penting.
Etiologi
Menurut Harry Oxorn, etiologi presentasi majemuk meliputi semua keadaan
yang menghalangi pengisian dan penutupan PAP sepenuhnya oleh bagian
terendah janin. Faktor penyebab yang paling umum adalah prematuritas. Yang
lain adalah bagian terendah yang tinggi disertai pecahnya ketuban,
multiparitas, panggul sempit, dan bayi kembar.
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup
sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan
perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin yang kecil. (Sarwono
prawirihardjo, 2009)
Diagnosis: Diagnosis presentasi majemuk menurut Harry Oxorn dibuat
dengan pemeriksaan vaginal ( Pemeriksaan Dalam ). Seringkali baru diketahui
setelah persalinan lanjut dan pembukaan lengkap. Menurut Sarwono
Prawirohardjo, diagnosis berdasarkan pemeriksaan luar saja sulit diteemukan,
sedangkan pada pemeriksaan dalam, disamping kepala atau bokong dapat
diraba tangan, lengan atau kaki. Kemungkinan pada pemeriksaan dalam teraba
juga tali pusat menumbung, yang sangat mempengaruhi prognosis janin
Penanganan Presentasi Majemuk: Menurut Sarwono Prawirohardjo,
apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli, maka
penanganan bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin
dalam keadaan baik dan pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan
seksio sesarea, sedangkan bila pembukaan lengkap, panggul mempunyai
ukuran normal pada multipara, dapat dipertimbangkan untuk melahirkan janin
pervaginam. Dalam keadaan janin sudah meninggal, diusahakan untuk
persalinan spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya
dilakukan atas indikasi ibu.
Penanganan paling baik menurut Harry Oxorn untuk presentasi majemuk
(tanpa komplikasi seperti tali pusat menumbung) adalah menunggu dengan
penuh perhatian. Pada kebanyakan kasus setelah pembukaan menjadi lengkap
dan bagian terbawah turun, lengan atau kaki yang menumbung naik keluar
dari panggul sehingga memungkinkan persalinan maju, tidak perlu dilakukan
tindakan apa – apa.
Untuk persalinan terhambat dengan komplikasi :
1. Reposisi bagian yang menumbung
2. Sectio Caesarea
3. Versi Ekstraksi
Kesimpulan :
Persalinan spontan pada presentasi ganda hanya bisa terjadi jika janin
sangat kecil atau janin mati yang sudah mengalami maserasi (pelunakan
karena terendam cairan amnion) dan apabila terjadi reposisi spontan.
Untuk menangani presentasi ganda dimulai dengan menetapkan adanya
prolaps tali pusat atau tidak. Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka
dilakukan pengamatan kemajuan persalinan. Jika kemajuan persalinan baik,
yaitu pada fase aktif pembukaan serviks 1cm/jam pada primigravida dan 2 cm
pada multigravida umumnya akan terjadi reposisi spntan dan pertolongan
persalinan pervaginam sebagaimana mestinya. Namun,jika ada prolaps tali
pusat atau reposisi ini tidak berhasil maka anjurkan ibu untuk miring kiri, agar
oksigen bisa lebih mengalir ke janin.
Presentasi ganda (majemuk) harus segera dirujuk karena dapat
menimbulkan keadaan emergensi pada ibu dan janin, seperti:
a. Hipoksia
b. Partus lama
c. Gawat janin
d. Maternal distress
Persalinan yang lama dapat menyebabkan ibu kehabisan tenaga dan syok,
hal itu pun bisa mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
e. Rupture perineum derajat 3 dan 4
Besar kemungkinan ruptur perineum derajat 3 dan 4 akan terjadi karena
regangan jalan lahir yang berlebihan akibat adanya presentasi ganda
f. Trauma pada janin
Presentasi ganda dapat menyebabkan trauma pada janin, seperti terjadinya
fraktur jika bagian tubuh yang menyertai bagian terendah janin gagal
direposisi.
N. Tali Pusat Menumbung

Prolapsus tali pusat adalah tali pusat dijalan lahir dibawah presentasi janin.
Prolapsus tali pusat ada 3 yaitu:
1. Tali pusat menumbung
Disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada
di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat
dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban
pecah
2. Tali pusat terdepan
Disebut juga tali pusat terkemuka yaitu jika tali pusat berada di samping
bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari
bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum pecah.

3. Occult prolapsed (tali pusat tersembunyi)


Adalah keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat
pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
Faktor Resiko:
1. Presentasi bokong tidak sempurna ( letak kaki )
2. Presentasi lintang
3. Hidramnion
4. Prematur
5. IUGR
6. Plasenta previa
7. Tali pusat panjang
8. KPD
9. Kehamilan ganda
Alasan dirujuk: Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) secara langsung
tidak mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat membahayakan janin karena
tali pusat dapat tertekan antara bagian depan janin dan dinding panggul yang
akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya terbesar pada presentasi
kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin
dengan jalan lahir dapat mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Oleh karena
itu, bila tali pusat menumbung dan masih berdenyut maka harus segera dirujuk.
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan 1 tangan di vagina
dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain
mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin tidak
menekan tali pusat (minta keluarga ikut membantu)
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir.

3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.


ATAU
1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud dimana posisi bokong berada jauh
diatas kepala ibu dan pertahankan posisi ini hingga tiba di tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.
O. Syok Obstetrik
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan
dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.
Penyebab terjadinya syok dalam kebidanan yang terbanyak adalah
perdarahan, kemudian neurologenik, kardiogenik, endotoksik/septic, anafilaktik,
dan penyebab syok yang lain seperti emboli, komplikasi anastesi, dan kombinasi.
Tanda-tanda syok antara lain nadi cepat, lemah (lebih dari 110 kali/menit),
tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dan 90 mmHg), pucat, berkeringat atau
kulit lembab, dingin, napas cepat (lebih dari 30 kali/ menit),cemas, bingung atau
tidak sadar, produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
Jenis dan Etiologi Syok:
a. Syok Hemoragik
Adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat
perdarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan ektopik dan
penyakit trofoblas (mola hidatidosa); perdarahan antepartum seperti plasenta
previa, solusio plasenta, rupture uteri, dan perdarahan pasca persalinan
karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir.
b. Syok Neurogenik
Yaitu syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh
kehamilan ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan
forceps atau persalinan letak sungsang di mana pembukaan serviks belum
lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/tindakan crede, ruptura uteri, inversio
uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah ketuban pada
polihidramnion).
c. Syok Kardiogenik
Yaitu syok yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang tidak efektif yang
disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai
pada penyakit-penyakit katup jantung.
d. Syok Endotoksik/septic
merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh
lepasnya toksin. Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram nagatif. Sering
dijumpai pada abortus septic, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
e. Syok Anafilatik
yaitu syok yang sering terjadi akibat alergi /hipersensitif terhadap obat-
obatan. Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari,
sesak nafas, pengelihatan kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria.
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadapa perdarahan 500-
1000 ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi
fisiologik kardiovaskular dan hematologik selama kehamilan. jika perdarahan
terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.
1) Fase Kompensasi
a. Rangsangan/reflex simpatis: Respon pertama terhadap kehilangan
darah adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk
mempertahankan pasokan darah ke organ vital
b. gejala klinik: pucat, takikardia, takipnea.
2) Fase Dekompensasi
a) Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena
factor-faktor yang ada
b) Gejala klinik: sesuai gejala klinik syok diatas
c) Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan
dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping
3) Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia
jaringan yang lama dan kenatian jaringan dengan akibat berikut:
a) Asidosis metabolik: disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi
karena kekurangan oksigen
b) Dilatasi arteriol: akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya
menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan
keluarnya cairan ke dalam jaringan ekstravaskular
c) Koagulasi intravaskular yang luas disebabkan lepasnya tromboplastin
dari jaringan yang rusak
d) Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner
Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak
cukup adekuat lagi dan jika penyembuhan dari fase akut terjadi, sisa-sisa
penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul
Pasien harus segera dirujuk karena akan timbul komplikasi pada ibu:
a) asidosis metabolic akibat metabolisme anaerob yang terjadi karena
kekurangan oksigen. dapat menyebabkan
b) nekrosis hipofise dan gagal ginjal akut karena hipoksia/iskemia yang
lama pada hipofise dan ginjal
c) koagulasi intravaskular yang luas disebabkan oleh lepasnya
tromboplastin dari jaringan yang rusak.
d) Kegagalan jantung akibat berkurangnya darah koroner.
Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak
adekuat lagi dan jika penyembuhan fase akut terjadi, sisa-sisa
penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul.
Selain itu, syok pada ibu juga akan mempengaruhi kondisi janin
menjadi fetal distress.
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah
ke jantung
3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18)
dan berikan ringer langtat atau garam fisiologis (NS). Infuskan 1 Lt
dalam waktu 15 sampai 20 menit, dilanjutkan dengan 2Lt dalam 1 jam
pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi 125 ml/jam
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tembpat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
P. Fase laten berkepanjangan
Fase laten yaitu pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari
pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm, berlangsung kira – kira 8 jam. Fase
laten memanjang adalah suatu keadaan pada kala I dimana pembukaan serviks
sampai 4 cm dan berlangsung lebih dari 8 jam, kontraksi teratur (lebih dari 2
dalam 10 menit)
Menurut Rustam Mochtar pada dasarnya fase laten memanjang
dapat disebabkan oleh :
1. His tidak efisien (adekuat)
2. Tali pusat pendek
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
4. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah
masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum
Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase laten
memanjang ini memungkinkan terjadinya partus lama. Maka dari itu bidan
harus bisa mengidentifikasi keadaan ini dengan baik.
Alasan merujuk persalinan dengan fase laten memanjang:
1. Apabila telah terjadi sesuatu pada janin seperti air ketuban bercampur dengan
mekonium dan bayi telah meminumnya.
2. Janin dikhawatirkan dapat mengalami asfiksia, fetal distress, IUFD, dan jika
penanganannya tidak cepat dan memadai janin bisa mengalami lahir mati.
3. Ibu juga dikhawatirkan dapat mengalami kelahan, stress, infeksi, kesadaran
menurun, dan syok.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan
1. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
2. Berikan dukungan dan semangat
Q. Partus Lama
Fase aktif yaitu dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung
kira – kira 7 cm. Di bagi atas :
1. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
2. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
3. Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10
cm.   
Kontraksi  menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Keadaan tersebut
dapat dijumpai pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada multigravida
fase laten, fase aktif das fase deselerasi terjadi lebih pendek.

1. Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka,
berlangsung kira – kira 13 – 14 jam.
2. Multigravida
Ostium uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
waktu yang bersama.
Tanda dan gejala partus lama:
1. Pembukaan servik mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(partograf)
2. Pembukaan servik kurang dari 1 cm per jam
3. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik
Penyebab fase aktif memanjang yaitu malposisi ,makrosomia, intensitas
kontraksi yang tidak adekuat, serviks yang menetap, kelainan fisik ibu dan
kombinasi atau penyebab yang tidak di ketahui.
Alasan merujuk persalinan dengan partus lama:
1. Apabila telah terjadi sesuatu pada janin seperti air ketuban bercampur
dengan mekonium dan bayi telah meminumnya.
2. Janin dikhawatirkan dapat mengalami asfiksia, fetal distress, IUFD, dan
jika penanganannya tidak cepat dan memadai janin bisa mengalami lahir
mati.
3. Ibu juga dikhawatirkan dapat mengalami kelahan, stress, infeksi,
kesadaran menurun, dan syok.
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ke tembpat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Partograf merupakan suatu alat untuk mencatat informasi berdasarkan


observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan. Pencatatan ini
sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I
persalinan. Partograf adalah suatu alat untuk memantau kemajuan persalinan,
memantau kemajuan ibu dan janin, serta mendeteksi adanya kelainan.

Beberapa penyulit kala I yang harus segera dirujuk antara lain:


1. Riwayat SC
2. Perdarahan Per Vaginam Selain Lendir Bercampur Darah (Show)
3. Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
4. Ketuban Pecah Dini
5. Ketuban Pecah Disertai Keluarnya Mekonium
6. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Kurang Bulan
7. Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi
8. Tekanan darah lebih dari 160/110 dan/atau terdapat protein dalam urin (pre-
eklamsi berat)
9. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih dapat terdiagnosa kemungkinan
makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda
10. DJJ kurang dari 100 x permenit (bradikardia) atau lebih dari 180 x per menit
pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit
11. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan penurunan kepala janin
5/5
12. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll).
13. Presentasi majemuk
14. Tali pusat menumbung
15. Syok obstetrik
16. Fase laten berkepanjangan
17. Partus Lama
3.2 Saran

1. Bagi bidan: Diharapkan bidan mampu mengenali penyulit dalam persalinan


kala 1 secara dini, bidan dapat melakukan rencana asuhan pada penyulit kala I
sehingga keputusan untuk melakukan rujukan dapat dilakukan segera.
2. Bagi mahasiswa: Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui berbagai resiko
penyulit dalam persalinan pada deteksi dini pada kala I serta cara
mendeteksinya.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F Gary dkk. 2006. William Obstetri Volume 1. Jakarta: EGC.


Departemen Kesehatan. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK KR
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC.
Yulianti D. Prolaps Tali Pusat. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta : ECG. 2006 : 179-0.
http://etd.eprints.ums.ac.id/16713/7/BAB_I.pdf
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/11-3-11.pdf
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311047/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai