OLEH :
KELOMPOK V
1. BUNGA LATIVA
4. PUTRI MELANI
5. SUFI FEBRINA
6. TIFA MUTIYAH
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan nya
tentunya saya tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
beserta salam semoga dilimpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti nantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan sehat
nya, baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah sebagai tugas Askeb persalinan dan BBL yang berjudul “
DETEKSI DINI KOMPLIKASI PERSALINAN KALA I ”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalam nya. Untuk itu penulis
menyarankan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalaah yang lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 48
3.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu di
Indonesia dewasa ini masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI di negara
ASEAN lainnya, menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini
disebabkan oleh kejadian yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas (SDKI, 2007).
Padahal, Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs) menetapkan pada
2015 angka tersebut harus ditekan hingga mencapai 102 per 100.000 kelahiran
hidup. Adapun rencana pembangunan jangka panjang nasional 2014
menargetkan angka itu turun menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung menurut survei
kesehatan rumah tangga (2001) sebesar 90% adalah komplikasi yang terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah bersalin, penyebab tersebut dikenal
dengan trias klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%).
(Depkes RI, 2004).
Sebenarnya kematian pada ibu ini dapat diminimalkan dengan melakukan
deteksi dini selama persalinan, seperti deteksi dini pada kala I. Sehingga
diharapkan bila ada masalah atau kejanggalan selama persalinan dapat ditangani
dengan segera.
1
1.2 Rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip deteksi dini yaitu melakukan skrining secara teratur dan ketat terhadap
adanya kelainan, komplikasi, dan penyakit selama kehamilan, serta mencegah
atau mengurangi resiko terjadinya kelainan, komplikasi, dan penyakit dalam
persalinan dan nifas (Feryanto, 2011).
Manfaat dari deteksi dini yaitu diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih
lanjut atau meminimalkan resiko akibat terjadinya komplikasi (Feryanto, 2011).
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus
lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis
disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang
dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu
dan bayinya.
3
Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan
instruksiuntuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin
kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah,
penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu
dan bayinya dalam kondisi baik.
1. INERSIA UTERI
a. TANDA DAN GEJALA
His tidak adekuat
< 2 kali dalam 10 menit
< 20 detik
b. MANAJEMEN
Nutrisi cukup
Mobilisasi / ubah posisi
Upayakan kandung kemih/rectum kosong
Rangsang putting susu
2. DENYUT JANTUNG JANIN
a. TANDA DAN GEJALA
< 120 kali dalam 1 menit
> 160 dalam 1 menit
b. MANAJEMEN
Beri Oksigen
Ibu berbaring miring kekikiri
Pantau DJJ tiap 15 menit
Bila dalam 1 jam tidak normal rujuk
3. DILATASI SERVIK
a. TANDA DAN GEJALA
Fase laten > dari 8 jam
Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf
b. MANAJEMEN
Rujuk
4. CAIRAN KETUBAN
a. TANDA DAN GEJALA
Bercampur mekonium
Air ketuban hijau kental
Berbau
b. MANAJEMEN
Beri oksigen
Beri antibiotik
Rujuk dengan ibu miring kekiri
5. TEKANAN DARAH
a. TANDA DAN GEJALA
Bila TD naik hingga > 160/110 mmHg
Pusing yang hebat
Mata berkunang – kunan
Kejang
b. MANAJEMEN
Infus cairan RL
Rujuk
6. BANDEL RING
a. TANDA DAN GEJALA
Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah
Kontraksi hipotonik
Muncul tanda-tanda pre syok
Foetal distress
b. MANAJEMEN
Infus cairan RL
Rujuk
7. SUHU
a. TANDA DAN GEJALA
Suhu . 38 C
b. MANAJEMEN
Istirahat baring
Minum banyak Kompres untuk menurunkan suhu
Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotik à rujuk
8. NADI
a. TANDA DAN GEJALA
Nadi > 100 x/menit
Nadi > 100 x/menit + urine pekat
Nadi > 100 x/menit + suhu > 38
b. MANAJEMEN
Beri minum banyak / cukup
Pantau 2 jam
Bila tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infus RL
Rujuk
2.3 Pemanfaatan Partograf Pada Persalinan Kala I Aktif
3. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka
Partus prematurus
1. Untuk semmua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen
penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan tanpa ataupun
adanya penyulit.
Kemajuan persalinan
Keadaan janin
Tekanan darah > 140/90 dengan sedikitnya satu tanda (gejala preeklampsia)
temperature >38o C
Kontraksi <3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik, ketukan dipalpasi lemah
5. Ketuban pecah bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda - tanda gawat
janin.
6. Ketuban telah pecah (>24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
(usia kehamilan <37 minggu)
7. Tanda - tanda atau gejala - gejala infeksi: temperatur tinggi > 38 o C, menggigil,
nyeri abdomen, cairan ketuban yang berbau
8. Tekanan darah >160 / 100 mmHg dan atau terdapat protein dalam urine
10. DJJ <100 x / menit atau >180 x / menit pada 2 kali penilaian dalam jarak 5 menit
11. Primipara pada persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5 / 5
13. Presentasi ganda atau majemuk (adanya bagian janin, seperti lengan atau tangan,
bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
A. Riwayat SC
Seksio sesarea (SC) didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen dan dinding uterus.Lebih dari 85 % SC dilakukan atas indikasi
riwayat seksio sesarea, distosia persalinan, gawat janin, letak bokong.
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap merupakan kontraindikasi
untuk melahirkan karena kekhawatiran akan terjadinya ruptur uteri. Sehingga ada
pendapat menurut Cragin, 1916 yaitu, “sekali seksio sesarea maka akan terus
seksio sesarea”. Namun Merril dan Gibbs (University of Texas, 1978) melaporkan
bahwa pelahiran pervaginam secara aman berhasil dilakukan pada 83% pasien
dengan riwayat SC. Laporan ini memicu minat terhadap pelahiran pervaginam
dengan riwayat seksio sesarea (VBAC).
i. KPD
j. Infeksi
k. Kelainan Uterus
Inkompetensi serviks adalah peristiwa klinis yang ditandai dengan dilatasi
serviks yang berulang, persalinan spontan pada trimester II yang tidak
didahului dengan KPD, perdarahan atau infeksi. Uterus yang tidak normal
menganggu risiko terjadinya abortus spontan dan persalinan preterm
l. Vaginosis Bakterial
Sebuah kondisi ketika flora normal vagina predominan laktobasilus yang
menghasilkan hidrogen peroksida digantikan bakteri anaerob
m. Komplikasi medis dan obstetris
Komplikasi langsung dari kehamilan yaitu pre eklamsi/ eklamsia, KPD,
perdarahan antepartum, keadaan tersebut meningkatkan risiko kelahiran bayi
prematur.
n. Penyakit sistemik kronis pada ibu: DM, penyakit jantung, hipertensi, ginjal
dan paru janin.
Gejala Klinis
a. Kram hebat seperti pada saat menstruasi
b. Nyeri tumpul pada punggung bawah
c. Nyeri atau tekanan suprapubik
d. Sensasi ada tekanan atau berat pada pelvis
e. Perubahan karakter dan jumlah rabas vagina (lebih kental, lebih encer,
berair, berdarah, berwarna coklat, tidak berwarna)
f. Diare
g. Kontraksi uterus tidak dapat dipalpasi ( nyeri hebat atau tidak nyeri) yang
dirasakan lebih sering dari setiap 10 menit selama 1 jam atau lebih dan
tidak mereda dengan tidur berbaring
h. KPD
Diagnosis
a. Anamnesa
Untuk menentukan apakah seorang ibu hamil terancam persalinan
preterm atau tidak, kriterianya:
1) UK antara 20-37 minggu lengkap atau antara 140-259 hari
2) Kontraksi uterus teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo
adanya pembukaan dan servisitis. Menurut Cuningham et al kontraksi
uterus yang teratur adalah dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan
adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginam dan
diikuti:
a) Pada pemeriksaan dalam
1. Pendataran 50-80% atau lebih
2. Pembukaan 2 cm atau lebih
b) Mengukur panjang serviks dengan vaginal probeUSG:
1. Panjang serviks kurnag dari 2 cm pastiakan terjadi persalinan
prematur
2. Tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan mencegah
terjadinya persalinan preterm
c) Selaput ketuban sering sekali sudah pecah
d) Pendataran serviks sebesar 80 persen atau lebih
b. Pemeriksaan penunjang
Menurut Jefferson (2004) adapun pemeriksann penunjang yang sering
dilakukan:
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan kultur urine
b) Pemeriksaan gas dan PH darah janin
Diagnosis:
a. Palpasi : Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, punggung di kiri
atau kanan
b. Auskultasi : DJJ paling sering terdengar di tempat yang lebih tinggi dari
pusat
c. Pemeriksaan dalam : teraba os sacrum dan anus, kadang kaki
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
a. Letak bokong murni : presentasi bokong murni ( Frank breech ). Bokong
saja yang menjadi bagian depan sedangkan tungkai lurus ke atas
b. Letak Sungsang sempurna (Complete Breeech) : letak bokong dimana
kedua kaki ada di samping bokong
c. Letak Sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak
sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.
Cara melahirkan pervaginam : bisa terjadi partus spontan yaitu janin dapat
lahir seluruhnya, dan manual aid. Terdapat Fase menunggu dan fase untuk
bertindak cepat.
Cara melahirkan bahu dan lengan ada cara klasik (deventer), cara lovset,
cara muller, dan bracht.
Cara melahirkan kepala umumnya dengan Mauriceau, yang lainnya adalah
de snoo, Wigand martil- Winkle, Naujoks,
Bila terdapat Kepala sulit Lahir (After Coming Head):
a. Bila janin masih hidup lahirkan kepala dengan ekstraksi forsep (cunam
piper)
b. Bila janin sudah meninggal dilakukan embriotomi (kraniotomi)
Prognosis :
a. Bagi Ibu : kemungkinan robekan perineum lebih besar karena dilakukan
episisotomi, selain itu ketuban lebih cepat pecah sehingga partus menjadi
lebih lama dan ibu mudah terkena infeksi
b. Bagi Janin : Prognosa tidak begitu baik karena adanya gangguan
peredaran darah plasenta setelah bokong lahir, dan juga setelah perut lahir,
tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anank bisa menderita
asfiksia.
Oleh karena itu setelah tali pusat lahirdan supaya janin hidup, janin harus
dilahirkan dalam 8 menit.
Kesimpulan, ketika menemui presentasi bukan belakang kepala melalui
pemeriksaan maka rencana untuk asuhan atau Perawatan adalah
a. Baringkan miring kiri karena memiliki berbagai keuntungan diantaranya
adalah bayi mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke
plasenta karena adanya vena cava Inferior yang mengembalikan darah dari
bagian bawah tubuh ke jantung.
b. Segera merujuk Ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk
penatalaksanaan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir, karena
banyaknya prognosa pada presentasi bukan belakang kepala baik untuk
ibu dan janin.
1) Persalianna pervaginam dapat meningkatkan prolaps tali pusat, rupture
uteri, infeksi pascanatal bahkan kematian perinatal
2) Kemungkinan robekan perineum juga lebih besar karena dilakukakn
tindakan, serta ketuban lebih cepat pecah dan partus lama, jadi mudah
terinfeksi.
3) Adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir, tali
pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa asfiksia.
c. Mendampingi ibu ke tempat rujukan bertujuan untuk memantau keadaan
ibu selama dalam perjalanan menuju ke tempat rujukan, dukungan dan
semangat juga penting diberikan untuk meringankan masalah psikologis
yang sedang di alami ibu
M. Presentasi Majemuk
Menurut Harry Oxorn & William R Forte yang diedit oleh Dr. M. Hakimi, Ph.
D dalam buku Patologi & Fisiologi Persalinan, presentasi majemuk adalah bila
ada satu atau lebih anggota badan menumbung bersama dengan kepala atau
bokong, keduanya bersama-sama masuk ke dalam panggul. Presentasi bokong
kaki dan presentasi bahu tidak dimasukkan ke dalam golongan ini. Tali pusat
menumbung menyertai keadaan ini pada 15 sampai 20 persen kasus.
Pada buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal oleh
Sarwono Prawirohardjo, presentasi ganda ( majemuk ) terjadi bila ekstremitas
(bagian kecil janin) prolaps di samping bagian terendah janin.
Kemudian pada Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal oleh Sarwono Prawirohardjo, persalinan spontan pada presentasi ganda
hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil atau mati dan maserasi. Lengan yang
mengalami prolaps kadang-kadang dapat diubah posisinya dengan membantu ibu
untuk mengambil posisi knee-chest, dorong tangan keatas ke luar dari simfisis
pubis dan pertahankan di sana sampai timbul kontraksi kemudian dorong kepala
masuk ke dalam panggul. Lanjutkan dengan penatalaksanaan untuk persalinan
normal. Jika prosedur gagal atau terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio
sesarea.
Presentasi ganda ialah keadaan dimana disamping kepala janin di dalam
rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan dimana
disamping bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan,
yang paling sering diantaranya ialah adanya tangan atau lengan disamping kepala
(Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kebidanan).
Klasifikasi Presentasi Majemuk (menurut Harry Oxorn)
1. Presentasi kepala dengan bagian yang menumbung berupa :
a. Tungkai atas ( lengan – tangan ) salah satu atau keduanya.
b. Tungkai bawah ( tungkai –kaki ) salah satu atau keduanya.
c. Lengan dan kaki bersama – sama.
2. Presentasi bokong dengan tangan atau lengan yang menumbung.
Kombinasi yang paling sering dijumpai adalah kepala dengan tangan atau
lengan. Sebaliknya kombinasi kepala – kaki dan bokong – lengan sama –
sama jarang ditemui. Penumbungan baik tangan dan kaki bersama - sama di
samping kepala adalah jarang. Semua kombinasi dapat disertai tali pusat yang
juga menumbung dan dengan ini kemudian menjadi masalah yang penting.
Etiologi
Menurut Harry Oxorn, etiologi presentasi majemuk meliputi semua keadaan
yang menghalangi pengisian dan penutupan PAP sepenuhnya oleh bagian
terendah janin. Faktor penyebab yang paling umum adalah prematuritas. Yang
lain adalah bagian terendah yang tinggi disertai pecahnya ketuban,
multiparitas, panggul sempit, dan bayi kembar.
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup
sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan
perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin yang kecil. (Sarwono
prawirihardjo, 2009)
Diagnosis: Diagnosis presentasi majemuk menurut Harry Oxorn dibuat
dengan pemeriksaan vaginal ( Pemeriksaan Dalam ). Seringkali baru diketahui
setelah persalinan lanjut dan pembukaan lengkap. Menurut Sarwono
Prawirohardjo, diagnosis berdasarkan pemeriksaan luar saja sulit diteemukan,
sedangkan pada pemeriksaan dalam, disamping kepala atau bokong dapat
diraba tangan, lengan atau kaki. Kemungkinan pada pemeriksaan dalam teraba
juga tali pusat menumbung, yang sangat mempengaruhi prognosis janin
Penanganan Presentasi Majemuk: Menurut Sarwono Prawirohardjo,
apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli, maka
penanganan bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin
dalam keadaan baik dan pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan
seksio sesarea, sedangkan bila pembukaan lengkap, panggul mempunyai
ukuran normal pada multipara, dapat dipertimbangkan untuk melahirkan janin
pervaginam. Dalam keadaan janin sudah meninggal, diusahakan untuk
persalinan spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya
dilakukan atas indikasi ibu.
Penanganan paling baik menurut Harry Oxorn untuk presentasi majemuk
(tanpa komplikasi seperti tali pusat menumbung) adalah menunggu dengan
penuh perhatian. Pada kebanyakan kasus setelah pembukaan menjadi lengkap
dan bagian terbawah turun, lengan atau kaki yang menumbung naik keluar
dari panggul sehingga memungkinkan persalinan maju, tidak perlu dilakukan
tindakan apa – apa.
Untuk persalinan terhambat dengan komplikasi :
1. Reposisi bagian yang menumbung
2. Sectio Caesarea
3. Versi Ekstraksi
Kesimpulan :
Persalinan spontan pada presentasi ganda hanya bisa terjadi jika janin
sangat kecil atau janin mati yang sudah mengalami maserasi (pelunakan
karena terendam cairan amnion) dan apabila terjadi reposisi spontan.
Untuk menangani presentasi ganda dimulai dengan menetapkan adanya
prolaps tali pusat atau tidak. Apabila tidak ada prolaps tali pusat, maka
dilakukan pengamatan kemajuan persalinan. Jika kemajuan persalinan baik,
yaitu pada fase aktif pembukaan serviks 1cm/jam pada primigravida dan 2 cm
pada multigravida umumnya akan terjadi reposisi spntan dan pertolongan
persalinan pervaginam sebagaimana mestinya. Namun,jika ada prolaps tali
pusat atau reposisi ini tidak berhasil maka anjurkan ibu untuk miring kiri, agar
oksigen bisa lebih mengalir ke janin.
Presentasi ganda (majemuk) harus segera dirujuk karena dapat
menimbulkan keadaan emergensi pada ibu dan janin, seperti:
a. Hipoksia
b. Partus lama
c. Gawat janin
d. Maternal distress
Persalinan yang lama dapat menyebabkan ibu kehabisan tenaga dan syok,
hal itu pun bisa mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
e. Rupture perineum derajat 3 dan 4
Besar kemungkinan ruptur perineum derajat 3 dan 4 akan terjadi karena
regangan jalan lahir yang berlebihan akibat adanya presentasi ganda
f. Trauma pada janin
Presentasi ganda dapat menyebabkan trauma pada janin, seperti terjadinya
fraktur jika bagian tubuh yang menyertai bagian terendah janin gagal
direposisi.
N. Tali Pusat Menumbung
Prolapsus tali pusat adalah tali pusat dijalan lahir dibawah presentasi janin.
Prolapsus tali pusat ada 3 yaitu:
1. Tali pusat menumbung
Disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada
di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat
dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban
pecah
2. Tali pusat terdepan
Disebut juga tali pusat terkemuka yaitu jika tali pusat berada di samping
bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari
bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum pecah.
1. Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka,
berlangsung kira – kira 13 – 14 jam.
2. Multigravida
Ostium uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
waktu yang bersama.
Tanda dan gejala partus lama:
1. Pembukaan servik mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(partograf)
2. Pembukaan servik kurang dari 1 cm per jam
3. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik
Penyebab fase aktif memanjang yaitu malposisi ,makrosomia, intensitas
kontraksi yang tidak adekuat, serviks yang menetap, kelainan fisik ibu dan
kombinasi atau penyebab yang tidak di ketahui.
Alasan merujuk persalinan dengan partus lama:
1. Apabila telah terjadi sesuatu pada janin seperti air ketuban bercampur
dengan mekonium dan bayi telah meminumnya.
2. Janin dikhawatirkan dapat mengalami asfiksia, fetal distress, IUFD, dan
jika penanganannya tidak cepat dan memadai janin bisa mengalami lahir
mati.
3. Ibu juga dikhawatirkan dapat mengalami kelahan, stress, infeksi,
kesadaran menurun, dan syok.
Rencana untuk Asuhan dan atau Perawatan
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
2. Dampingi ibu ke tembpat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan