Full PDF
Full PDF
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 068114027
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2010
EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 068114027
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2010
i
ii
iii
HALAM
MAN PERSEMBAHA
AN
Semua pasti
p indah tepat paada waktuunya, kareena Tuhann selalu puunya
r
rencana y dasyaat untuk masing-ma
yang m asing umaatnya.
K rsembaahkan karya
Kuper k ini unntuk :
yaang teercinta
ta Bappak dan
n Ibu--ku
adikkku
Allmamateerku
iv
v
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009”. Skripsi ini disusun guna
Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian orang-
orang di sekitar penulis. Untuk itu tidak lupa penullis mengucapkan terimakasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
ini.
3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku penguji yang telah
vi
4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih atas ijin yang diberikan kepada
6. Kepala dan Staf Bagian Pelayanan Rekam Medik Rumah Sakit Panti
7. Bapak Ignasius Suwarto dan Ibu Fransiska A Sudjarwati atas cinta dan
12. Sahabat-sahabatku Lulu, Dotie, Vica, Nimoo, Nee, Dissa, Shinta Sita,
vii
14. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, oleh karena itu
tersebut, dan dengan lapang dada penulis akan menerima kritik, koreksi, dan
saran dalam berbagai bentuk dari pihak lain guna menjadikan skripsi ini lebih
baik.
Pada akhirnya, penulis berharap semoga keseluruhan isi skripsi ini dapat
Penulis
viii
INTISARI
Kata kunci : diabetes melitus, ischemic heart disease, drug related problems
ix
ABSTRACT
Key words : diabetes mellitus, ischemic heart disease, drug related problems
x
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ........................................................................................................ vi
INTISARI .......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................ x
1. Permasalahan ................................................................................... 3
xi
A. Diabetes Melitus ................................................................................... 7
2. Etiologi ............................................................................................ 8
4. Patofisiologi ..................................................................................... 10
5. Diagnosis ......................................................................................... 12
2. Etiologi ............................................................................................ 16
4. Patofisiologi ..................................................................................... 18
5. Diagnosis ......................................................................................... 20
C. Penatalaksanaan ..................................................................................... 21
1. Tujuan .............................................................................................. 21
xii
C. Subyek Penelitian .................................................................................. 32
A. Kesimpulan ............................................................................................ 67
B. Saran ...................................................................................................... 68
LAMPIRAN ...................................................................................................... 73
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel III Faktor Resiko Mayor pada Ischemic Heart Disease ............. 18
Society .................................................................................... 20
2009 ....................................................................................... 47
xiv
Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Tabel XVI Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien
xv
Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart
Tabel XXI Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
yang membuat penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga
terjadi kelebihan gula dalam darah. Apabila kadar glukosa darah tidak bisa
diabetes melitus sampai saat ini masih merupakan faktor yang terkait sebagai
lainnya. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
mengestimasi bahwa pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta masyarakat Indonesia yang
di banyak negara.
1
2
makrovaskular yang sering terjadi pada pasien DM, yang terjadi karena
Institute of Health, IHD merupakan salah satu penyebab kematian pada pasien
diabetes yaitu sebesar 65%. Pasien diabetes memiliki risiko kematian 2 sampai 4
kali lipat lebih besar karena kelainan jantung dibandingkan pasien tanpa diabetes.
(Ronald, 2008).
menyebabkan kematian yang mendadak pada pasien, sehingga IHD sering disebut
bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah, seperti infark
miokard, penyakit jantung koroner dan gagal jantung, serta mencegah timbulnya
3
pasien, dan melihat ada tidaknya drug related problems (DRPs) pada pasien
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih periode Januari 2008 sampai dengan Mei
2009, dan mengevaluasi terapi serta melihat hasil terapinya pada pasien.
terdapat banyak pasien diabetes komplikasi IHD. Selain itu, RSPR adalah salah
satu rumah sakit besar yang memiliki pelayanan rawat inap yang dapat
pasien rawat inap karena terapi pada pasien rawat inap lebih terkontrol dan relatif
1. Permasalahan
4
2. Keaslian Penelitian
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2008 – Mei
2009” belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang serupa sudah banyak
diteliti oleh peneliti lain, namun penelitian ini berbeda dalam hal, subyek dan
b. Triastuti (2004) tentang gambaran peresepan obat pada pasien diabetes melitus
rawat inap rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta periode bulan Juli-Desember
2003
5
e. Larasati (2008) tentang evaluasi drug related problems pada peresepan pasien
3. Manfaat penelitian
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
2. Tujuan Khusus
dan jenis obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus dengan
6
2009.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
kadar gula darah yang normal. Insulin dibutuhkan untuk memproses karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Insulin
memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan
sebagai cadangan energi (Soegondo, 2006). Insufisiensi fungsi insulin ini dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Secara normal kadar gula darah sepanjang hari bervariasi. Gula darah akan
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes
7
8
sering minum atau polidipsi, namun badan tetap terasa lemas, banyak kencing
atau poliuria, kadar gula darah diatas normal, yaitu lebih dari 140 mg/dl untuk
gula darah 2 jam post prandial dan 100 mg/dl untuk gula darah puasa, pada dua
kali pemeriksaan terpisah pada kadar glukosa darah puasa (Corwin, 2001).
Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap
2. Etiologi
Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin, pada
awalnya diagnosa biasa dilakukan pada anak-anak, remaja atau dewasa muda.
Pada diabetes ini, sel beta pankreas tidak dapat membuat insulin. Diabetes tipe 1
biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk, berusia kurang dari 30 tahun
(Anonim, 2009).
Diabetes melitus ini tipe yang tidak tergantung pada insulin. Diabetes
melitus ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
c. Diabetes Gestasional
Diabetes ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes. Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status
9
pada waktu mendatang lebih besar daripada normal. Wanita yang mengidap
dengan meningkatkan risiko malformasi congenital, lahir mati dan bayi bertubuh
3. Faktor Risiko
a. faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah ras, etnik, riwayat keluarga
b. faktor risiko yang dapat diperbaiki adalah berat badan lebih dapat dilihat
dari indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi
<35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl, diet tinggi gula rendah serat
c. faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
sindrom ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan
10
4. Patofisiologi
atau tidak dapat menggunakan dengan baik insulin. Insulin adalah hormon yang
diproduksi di pankreas, organ yang letaknya dekat dengan perut. Insulin ini
dibutuhkan untuk mengubah gula dan makanan yang lain menjadi energi. Insulin
juga menyimpan asupan glukosa atau produksi glukosa yang melebihi kebutuhan
kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses
diabetes, tubuhnya tidak dapat membuat cukup insulin atau tidak menggunakan
insulin seperti yang seharusnya atau keduanya. Hal ini dikarenakan banyaknya
Dalam keadaan normal, setelah makan kadar gula darah akan meningkat,
hal ini akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
11
dalam sel. Insulin ini bertugas menurunkan kadar gula darah yang sempat naik
karena makan.
hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan
penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
Pada pasien DM, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, yang membuat
osmolaritas dalam darah meningkat sehingga akan menarik air dalam sel dan
terbuang melalui urin maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan
meningkat (poliphagi), selain itu, tidak adanya pemasukan glukosa pada sel
DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes, dan biasanya
ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Resistensi insulin
12
penyakit muncul. Dengan munculnya diabetes tipe 1, yang tidak atau sedikit
tidak dapat masuk kedalam sel. Pada saat yang sama hati melakukan
berupa asam amino, asam lemak dan glikogen. Substrat-substrat ini mempunyai
konsentrasi yang tinggi dalam sirkulasi karena efek katabolik glukagon tidak
dilawan oleh insulin. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun
5. Diagnosis
berikut,
a. kadar glukosa sewaktu yang lebih dari 200 mg/dl adalah pemeriksaan
makan terakhir
b. kadar glukosa puasa yang lebih dari 126 mg/dl adalah pemeriksaan
13
c. tes toleransi glukosa oral (Oral Glucose Toleransi Test atau OGTT)
didiagnosa DM jika kadar glukosa darah 2 jam post prandial 200 mg/dl.
yang tertinggi, yang mungkin lebih besar daripada 10% (Corwin, 2001).
Jika kadar glukosa darah tidak normal tapi belum termasuk kriteria
diagnosis untuk diabetes, maka keadaan ini disebut sebagai toleransi glukosa
mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar dari pada orang biasa.
Apabila kadar glukosa darah puasa antara 111 sampai 125 mg/dl, disebut keadaan
karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.
14
a. Komplikasi Mikrovaskuler
meliputi pembuluh darah kecil, dan banyak terjadi pada penderita diabetes tipe 1.
HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh
1) Retinopati
kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen (Corwin, 2001). Makin
menderita Retinopati DM tinggi yaitu 60% pada penderita yang menderita DM >
2) Nefropati
Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus yang
juga seperti sebagian besar kapiler lainnya, akan menebal dan menghambat aliran
darah. Terjadi hipertrofi ginjal akibat peningkatan kerja ginjal pada penderita
3) Neuropati
yang memberi nutrisi pada perifer dan metabolisme gula yang abnormal (Triplitt,
2005).
15
b. Komplikasi Makrovaskuler
meliputi pembuluh darah besar. Komplikasi ini lebih sering dirasakan oleh
Ischemic heart disease (IHD) atau yang sering juga disebut coronary
artery disease (CAD) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan
2009).
juga meningkat. Jika kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat,
maka arteri-arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan banyak darah dan oksigen
16
Kedua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 memiliki resiko yang
Iskemia ini terjadi karena aterosklerosis pada arteri koroner yang umum terjadi
pada pasien diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2 diabetes, namun iskemia yang
terjadi pada pasien diabetes sering tidak dirasakan oleh pasien, karena pasien
diabetes memiliki saraf yang kurang peka terhadap rasa nyeri yang timbul karena
IHD ini, biasanya dirasakan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa
mengencang, atau rasa nyeri di seluruh dada, terutama di belakang tulang dada.
Rasa nyeri ini sering menjalar ke bagian leher, rahang, lengan, bahu, atau bahkan
2. Etiologi
pada IHD dibagi menjadi angina stabil, angina prinzmetal dan angina tidak stabil.
Pada angina stabil, gejala hanya dirasakan saat aktivitas dan segera berkurang
dengan istirahat, sedangkan pada angina tidak stabil, gejala muncul secara tiba-
tiba baik saat aktivitas ringan maupun saat istirahat (Davey, 2006).
3. Faktor Risiko
a. diabetes melitus
17
(Grundy, 1999)
b. hiperlipoproteinemia
besar kemungkinan bagi mereka untuk memasuki dinding arteri. Bila dalam
jumlah besar maka akan melampaui kemampuan sel otot polos untuk
(Kustiyanto, 2009)
c. hipertensi
dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat
d. obesitas
e. merokok
18
2009).
4. Patofisiologi
platelet, sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit
pembuluh darah atau terjadi peradangan pada pembuluh darah. Kemudian tubuh
reduktase yang diperlukan untuk mengubah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol.
19
NADPH akan berakibat menurunnya produksi nitrat oksida (NO) dan antioksidan.
Nitrat oksida berfungsi untuk relaksasi otot polos pembuluh darah dan
menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot polos pembuluh darah, dan dapat
pembuluh darah sehingga membuat LDL yang teroksidasi dapat dengan mudah
yang tidak terkontrol semakin lama akan semakin besar, sehingga terjadi
sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi.
Keadaan ini disebut iskemia dan manifestasinya dapat berupa angina atau nyeri
pada dada akibat kerja jantung yang meningkat (Kustiyanto, 2009). Pada pasien
IHD peningkatan tekanan darah sering terjadi, hal ini karena penyempitan
darah lebih keras, dan hal tersebut menyebabkan kenaikan tekanan darah.
20
5. Diagnosis
ST pada pasien IHD (Triplitt, 2005). Selain itu, pada pasien IHD biasanya
tekanan darah yang tinggi serta kadar glukosa yang meningkat (Cavallari, 2008).
21
C. Penatalaksanaan
1. Tujuan
2. Sasaran Terapi
3) komplikasi
3. Strategi Terapi
a) Non Farmakologis
1) Pengaturan Diet
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu
22
insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah
kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM),
dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan
tambahan waktu harapan hidup. Sumber lemak yang dikonsumsi diupayakan yang
berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh
2) Olah Raga
Olah raga yang harus dilakukan bukan olah raga berat, olah raga ringan
asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan, berenang, dan lain
(Muchid, 2005).
b) Farmakologis
Terapi ini digunakan saat terjadi serangan akut yang terjadi karena
kurangnya suplai oksigen untuk jantung. Terapi ini penting dilakukan untuk
a. Nitrat
23
angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit. Nitrat
untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan
selang waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas
b. β-blocker
sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. Obat ini tidak boleh diberikan
kepada penderita bronkhitis atau asma karena nafas mereka bisa menjadi lebih
melalui kanal kalsium ke dalam otot polos, otot jantung, dan saraf. Berkurangnya
yang lebih parah dan mencegah timbulnya serangan angina kembali. Terapi
tekanan darah dan kolesterol, karena hal tersebut merupakan faktor yang memicu
24
a. Aspirin
koroner maupun kematian pada pasien dengan ischemic heart disease (Cavallari,
2008).
pada pasien ischemic heart disease yang juga mempunyai penyakit diabetes
blocker bisa digunakan jika pasien tidak tahan dengan efek samping dari ACE
c. Obat Hipolipidemia
Golongan statin dan asam fibrat dapat digunakan untuk menurunkan kadar
kolesterol. Statin digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kadar
LDL, sedangkan asam fibrat digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida dan
25
dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien. Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah.
glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk mengendalikan glukosa
b. Insulin
Terapi insulin digunakan pada pasien diabetes tipe 1 karena sel beta
pankreas tidak dapat memproduksi insulin, dan pada diabetes tipe 2 digunakan
pada pasien yang sudah mengalami defisiensi insulin. Insulin bekerja dengan
membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.Jenis insulin yang biasa
digunakan untuk terapi yakni insulin kerja cepat, insulin kerja pendek, insulin
kerja menengah, insulin kerja panjang dan insulin campuran (Soegondo, 2006).
c. Terapi Kombinasi
26
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik (Soegondo, dkk.,
2006).
farmasis dalam usahanya untuk mencapai terapi obat rasional yang aman, tepat,
untuk memastikan bahwa pasien memperoleh terapi obat rasional dan untuk
memastikan bahwa terapi yang diberikan adalah yang diinginkan oleh pasien
(Muchid, 2005).
proses terapi dengan obat dan secara aktual maupun potensial bersamaan dengan
27
28
sarana yang telah lama digunakan untuk mengumpulkan informasi dari medical
record. Dengan informasi yang telah terkumpul tersebut dapat membantu untuk
Subyektive data, Obyektive data, Assessment and Plan (SOAP) terdiri dari
1. data subyektif
yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang
merawat pasien. Informasi yang dapat dimasukkan dalam data subyektif ini
adalah
c) riwayat penyakit,
d) alergi,
2. data obyektif
a) data vital,
b) pemeriksaan fisik,
29
3. penilaian
(Kimble, 2005).
4. rekomendasi
yang mengalami kasus yang teridentifikasi DRPs. Selain itu pembelajaran kepada
pasien mengenai masalah kesehatan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan tujuan terapi yang maksimal harus diberikan pada pasien (Kimble,
2005).
F. Keterangan Empiris
komplikasi ischemic heart disease (IHD) di instalasi rawat inap Rumah Sakit
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini
medik pada pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD).
Penelitian ini berupa penelitian non-eksperimental karena subyek uji tidak diberi
perlakuan.
diabetes komplikasi ischemic heart disease di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
B. Definisi Operasional
Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
2. Kategori pasien diabetes melitus adalah pasien yang memiliki kadar gula
darah puasa ≥126mg/dl atau kadar gula darah post prandial (PP) ≥200mg/dl
dan memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan diagnosa keluar.
3. Ischemic Heart Disease (IHD) adalah jika hasil EKG pasien menunjukkan
30
31
(LDL), kadar glukosa darah, dan penurunan high density lipoprotein (HDL).
mikrovaskuler.
6. Lembar medical record merupakan lembar catatan dokter dan perawat yang
berisi tentang data klinik pasien diabetes melitus komplikasi Ischemic Heart
Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
8. Profil obat meliputi kelas terapi, golongan obat dan jenis obat untuk pasien
9. Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa golongan
kardiovaskuler.
10. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari setiap kelas
32
11. Jenis obat merupakan nama generik obat pada peresepan pasien rawat inap
12. Drug related problems adalah kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada
13. Outcome terapi adalah keadaan pasien dimana pasien setelah menjalani terapi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih, dan memiliki hasil EKG
normal.
tambahan, mendapat obat tanpa indikasi, pemilihan obat kurang tepat, dosis
terlalu rendah, efek samping obat, interaksi obat dan dosis terlalu tinggi.
15. Data yang diperoleh dihitung dengan cara jumlah kasus yang ada dibagi
penyerta, kelas terapi obat, golongan obat, jenis obat dan outcome terapi.
16. Terapi yang dibahas pada penelitian ini adalah terapi farmakologis.
C. Subyek Penelitian
melitus komplikasi Ischemic Heart Disease (IHD) di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 - Mei 2009. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah gula darah puasa ≥ 126 mg/dl atau gula darah 2 jam
post prandial ≥200 mg/dl, memiliki diabetes melitus pada diagnosa masuk dan
33
D. Bahan Penelitian
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 -
Mei 2009.
E. Lokasi Penelitian
Panti Rapih Yogyakarta yang terletak di Jalan Cik Dik Tiro No. 39 Yogyakarta.
F. Jalannya Penelitian
1. Tahap Perencanaan
record dari bagian rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih, berupa informasi
jumlah pasien, nomor rekam medik dan nama subyek penelitian dalam periode
penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh pada periode penelitian yaitu Januari
Tahap ini dilakukan pengambilan data dari bagian rekam medik Rumah
Sakit Panti Rapih. Sebanyak 18 kasus DM komplikasi IHD yang masuk dalam
34
kriteria inklusi digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data ini meliputi
nomor rekam medik nomor registrasi, jenis kelamin, tanggal pasien masuk dan
keluar, lama pasien menderita DM, diagnosis, lama perawatan, data vital, data
selama perawatan.
Pada tahap ini data yang sudah diperoleh pada tahap sebelumnya dicatat
dalam tabel yang berisi mengenai profil pasien yaitu jenis kelamin, umur,
terapi, golongan obat, jenis obat, dan dosis obat serta outcome terapi pada pasien,
meliputi lama tinggal pasien dan keadaan pasien saat pasien meninggalkan rumah
sakit.
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tentang apa saja DRP yang
terjadi selama terapi. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar
35
G. Analisis Hasil
kelompok umur <40 tahun 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79
pasien yang terdapat dalam range umur tertentu dibagi dengan jumlah
36
a) menentukan subyek,
b) menentukan obyek,
c) menentukan assessment
d) menentukan rekomendasi.
H. Kesulitan Penelitian
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah waktu pengambilan data yang relatif
sedikit, yaitu sekitar 3 jam/ hari, dan pengambilan data tidak dilakukan setiap hari
karena pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan perkuliahan masih aktif.
Masalah tersebut dapat sedikit diatasi dengan menyiapkan lembar khusus yang
berisi tabel yang sudah berisi tentang data apa saja yang akan diambil, sehingga
kembali nomor rekam medik beberapa hari kemudian. Kesulitan yang lain adalah
37
sulitnya membaca beberapa tulisan yang ada dalam rekam medik. Usaha yang
perawat.
BAB IV
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
pada diagnosa masuk dan atau diagnosa keluar. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Instalasi Rekam Medik, diperoleh 25 kasus pasien DM komplikasi IHD, dan
18 kasus yang masuk kriteria inklusi. Langkah selanjutnya adalah mencatat semua
data pasien yang dibutuhkan yang tercantum dalam lembar rekam medis.
Pada umumnya semakin bertambahnya umur makin besar risiko seseorang untuk
mengalami kondisi tidak sehat. Menurut Cavallari (2008), faktor risiko terjadinya
diabetes melitus komplikasi IHD adalah umur diatas 55 tahun, hal ini karena
aterosklerosis dan membuat arteri koronaria menjadi lebih sempit, sehingga suplai
38
39
disease paling banyak ditemukan pada pasien dengan umur 60 sampai 69 tahun,
yaitu sebanyak 33%. Hasil ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa
risiko terbanyak terjadi pada pasien dengan umur lebih dari 55 tahun. Namun
terdapat pula pasien dengan DM komplikasi IHD yang berumur kurang dari 55
tahun, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perubahan gaya hidup yang
tidak sehat yang dilakukan pasien dari waktu ke waktu, sehingga menyebabkan
diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease banyak terjadi pada pasien
5% 5.% <40
11%
40-49
16% 50-59
27%
60-69
70-79
33%
80-89
penyerta yang paling banyak dijumpai pada pasien dengan diabetes melitus
40
Dislipidem
mia terjadi karena
k adannya kenaikaan kadar kollesterol, terrutama LDL
L, dan
biasanya disertai
d denngan penuruunan HDL. LDL
L dalam
m tubuh berffungsi mem
mbawa
terhadap sensitivitas
s j
jaringan terrhadap insu
ulin yang daapat menyebbabkan resisstensi
insulin.
hipertensi dislipidem
mia hipoglikkemia
stroke ulkus hipergliikemia
nefropati polineuroopati CHF
33%
28%
%
mengalam
mi penyempitan tersebuut mengakib
batkan daraah yang meengandung kadar
41
hanya karena keluhan penyakit diabetes dan nyeri dada saja, melainkan juga
memiliki penyakit penyerta lain yang juga mengganggu pasien. Penyakit penyerta
yang paling banyak terjadi pada kasus diabetes melitus komplikasi IHD adalah
ischemic heart disease, yaitu sebesar 27%. Menurut referensi pasien diabetes
melitus memiliki penyakit mulut 3-4 kali lebih sering dibandingkan dengan pasien
normal tanpa diabetes. Hal ini karena kadar gula yang sering tidak terkontrol pada
pasien diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol tersebut mengganggu sel darah
42
putih dan sel-sel imun, sehingga sel darah putih tidak dapat melawan bakteri yang
ada pada mulut dan gigi, dan mengakibatkan pasien diabetes rentan terhadap
infeksi. Infeksi tidak hanya terjadi di mulut, namun juga di daerah lain dari tubuh
yang memungkinkan terjadinya infeksi saluran kencing (ISK) dan diare akut yang
disebabkan oleh bakteri. Penyebaran bakteri tersebut harus ditangani dengan baik,
karena bakteri pada gigi dapat memperparah keadaan jantung pasien yang
dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah, yang dapat
Infeksi saluran kemih atau biasa disebut ISK dalam penelitian ini
merupakan penyakit penyerta terbanyak kedua setelah radices dentist pada pasien
diabetes melitus komplikasi ischemic heart disease yaitu sebesar 22%. Infeksi
beberapa kelainan dalam sistem pertahanan tubuh, sehingga sering timbul infeksi.
Frekuensi berkemih pasien yang sering dan penggunaan kateter saat dirawat juga
dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISK. Kadar
yang baik bagi pertumbuhan bakteri patogen. Menejemen diabetes melitus yang
ditangani secara benar, seperti menurunkan kadar gula darah, membuat keadaan
43
1. Keelas Terapii
Dilihat daari persentasse penggunaaan obat, daapat dilihat bahwa obaat kardiovasskuler
digunakann hampir di
d setiap kasus
k diabetes kompliikasi IHD, yaitu sebaanyak
kardiovaskkuler.
Gambar 4. Diagram
m Kelas Teraapi Obat yan
ng Digunakkan Pada Pasien di Instaalasi
mah Sakit Paanti Rapih Yogyakarta
Rum Y Periode Jannuari 2008 – Mei 2009
kasus mennerima obatt antidiabeetik yang beertujuan unttuk menuruunkan kadarr gula
44
2. Golongan Obat
a) Obat Kardiovaskuler
sehingga darah tidak dapat mensuplai oksigen ke dalam jantung, oleh karenanya
kebutuhan oksigen pada jantung dapat tercukupi. Obat kardiovaskuler yang paling
diastolik ventrikel dan volume ventrikel menurun, akibatnya kerja jantung dan
adalah golongan beta bloker yaitu sebesar 16,6% dan calcium channel blocker
tidak dapat digunakan pada pasien dengan riwayat asma bronkial dan bronchitis
karena nafas pasien dapat menjadi lebih sesak. Calcium channel blocker (CCB)
45
sel tubuh khususnya ke otot jantung dan pembuluh darah. Berkurangnya kadar
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan terjadi kenaikan tekanan darah.
46
iskemik pada pembuluh arteri koroner, dan dapat memperbaiki kondisi pasien.
yang merupakan faktor penting terjadinya IHD. Kadar kolesterol total, low density
kadar olesterol total dan LDL yang mengalami kenaikan, dan golongan fibrat
47
ini adalah obat antidiabetes, insulin, hormon tiroid dan obat hipotiroid.
Tabel IX. Persentase Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon pada
Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi
rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei
2009
No Sub Nama dagang Jumlah Persentase
Golongan Jenis
Golongan Kasus (%)
1 Antidiabetik Sulfonilurea - 5 27,7
Glimepirid
oral Gluvas 2 11,1
Glurenorm 1 5,5
Gliquidone
- 1 5,5
Biguanida Metformin Metformin 4 22,2
Glumin XR 8 44,4
Penghambat
α- Akarbose Glucobay 1 5,5
glukosidase
Kombinasi Metformin
Glucovance 1 5,5
dengan Glibemklamid
2 Insulin Kerja Reguler
Insulin RI 3 16,6
singkat insulin
Kerja Insultard 1 5,5
Insultard
Sedang
Kerja Insulin
Lantus 1 5,5
Panjang Glargine
3 Hormon Levothyroxine
Euthyrox 1 5,5
tiroid
4 Hipotiroid Karbimazol Neo-
2 11,1
Mercazole
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat yang
mempengaruhi sistem hormon.
pada pasien diabetes melitus komplikasi IHD yaitu sebesar 66,6%. Metformin
48
pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati karena dapat
banyak digunakan pada pasien diabetes komplikasi IHD yaitu sebanyak 30,3%.
Glimepirid tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami gangguan ginjal,
dengan gangguan ginjal, karena masa kerjanya yang singkat. Penggunaan insulin
digunakan jika pasien mengalami gangguan dalam sekresi insulin. Insulin yang
banyak digunakan adalah insulin kerja singkat sebanyak 8,6%, karena isulin ini
bekerja dengan onset yang cepat yaitu sekitar 0,5 jam dengan durasi 6-8 jam.
c) Obat Infeksi
kasus diabetes komplikasi IHD. Hal ini karena pasien diabetes rentan terjadinya
infeksi seperti infeksi saluran kemih dan saluran nafas, seperti bronkitis dan
pneumonia. Infeksi yang terjadi pada pasien diabetes sulit sembuh karena kadar
gula darah yang tinggi, yang menyebabkan bakteri menjadi mudah hidup pada
49
adalah obat golongan sefalosporin yang memiliki indikasi untuk bakteri gram
pengobatan infeksi akibat bakteri gram negatif dan gram positif dan dapat
digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih yang banyak dialami oleh
dikarenakan dapat digunakan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal tanpa
Obat saluran nafas digolongkan menjadi dua yaitu obat antiasma dan
50
obat saluran nafas yang paling banyak digunakan dalam kasus diabetes
melegakan jalan nafas sehingga dapat mengurangi gejala sesak nafas. Sedangkan
Tabel XI. Persentase Penggunaan Obat Saluran Nafas pada Pasien Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Sub Nama Jumlah Persentase
No Golongan Jenis
Golongan dagang Kasus (%)
1 Antiasma
Terbutalin Sulfat Bricasma 2 11,1
dan
bronkodilator Fluticasone
Bronkodilator Flixotide 1 5,5
Propionate
Salbutamol Sulfat Ventolin 1 5,5
2 Ekspektoran Silex 1 5,5
Bromhexine HCl Bisolvon 1 5,5
e) Obat Analgesik
penderita diabetes komplikasi IHD. Nyeri dapat disebabkan karena adanya infeksi
pada pasien, dan karena adanya penyakit penyerta lainnya yang membuat obat
penanganan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala dengan mekanisme
IHD. Parasetamol merupakan analgesik golongan non opioid yang dapat juga
51
dengan cara memblokade pusat nyeri di sistem saraf pusat, dan digunakan sebesar
Tabel XII. Persentase Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Diabetes Melitus
dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
No Nama Jumlah Persentase
Golongan Jenis
dagang Kasus (%)
1 Opioid Kombinasi Tramadol dan
Ultracet 1 5,5
acetaminofen
2 Non Opioid Sanmol 3 16,6
Parasetamol
Primadol 1 5,5
Kombinasi metampiron dan
Cetalgin 2 11,1
diazepam
3 Obat untuk
nyeri Pregabalin Lyrica 3 16,6
neuropatik
Obat nutrisi dan darah digunakan dalam kasus karena pasien banyak
sehingga kebutuhan nutrisi tubuh tidak tercukupi. Keluhan lemas, dan pusing
cukup sering dijumpai dalam kasus, kondisi tersebut juga dimungkinkan kerena
kekurangan nutrisi pada pasien diabetes komplikasi IHD. Obat nutrisi digunakan
untuk menambah nutrisi pada pasien yang tidak tercukupi nutrisinya hanya dari
133,1%.
52
Tabel XIII. Persentase Penggunaan Obat Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus
dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
No Sub Nama dagang Jumlah Persentase
Golongan Jenis
Golongan Kasus (%)
1 Cairan Elektrolit K-I aspartate Aspar-K
4 22,2
dan oral
Elektrolit NaCl 0,9% 4 22,2
NaCl NaCl 3% 2 11,1
Elektrolit Asering NaCl 13 72,2
intravena Dekstrosa 5% 3 16,6
Glukosa
Dekstrosa 10% 1 5,5
Elektrolit Aminofluid 1 5,5
2 Vitamin Vitamin B Vitamin B
Lysmin 1 5,5
komplek
dengan
Lesipar 2 11,1
vitamin C
3 Nutrisi Asam Amino Nephrisol 1 5,5
4 Tonikum Sitikolina Nikolin 1 5,5
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat nutrisi
dan darah.
Obat susunan saraf pusat terdiri dari antiemetik dan vertigo dan ansiolitik.
Obat yang banyak digunakan dalam kasus adalah domperidone sebanyak 33,3%.
muntah yang banyak dikeluhkan pasien. Mual dan muntah dapat disebabkan oleh
kecemasan pasien, sehingga pasien menjadi tenang. Cemas pada pasien dapat
dikarenakan banyak hal seperti menahan rasa nyeri, sehingga perlu diberikan obat
jenis untuk ini agar pasien dapat beristirahat dan dapat memperbaiki kondisi
pasien. Obat ansiolitik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
16,6%.
53
Tabel XIV. Persentase Penggunaan Obat Susunan Saraf Pusat pada Pasien
Diabetes Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Sub Nama Jumlah Persentase
No Golongan Jenis
Golongan dagang Kasus (%)
1 Antiemetik Antiemetik Ondansetron Narfoz 2 11,1
dan vertigo Domperidone Vometa FT 6 33,3
Metoclopramide Primperan 1 5,5
Vertigo Betahistine
Mertigo 2 11,1
mesylate
3 Ansiolitik Clobazam Clobazam 2 11,1
Lorazepam Ativan 1 5,5
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat susunan
saraf pusat.
Tabel XV. Persentase Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Nama Jumlah Persentase
No Golongan Sub Golongan Jenis
dagang Kasus (%)
1 Antitukak Penghambat Omeprazole 1 5,5
Omeprazole
Pompa Proton OMZ 1 5,5
Pantoprazole Pantozole 1 5,5
2 Pencahar Stimulan Bisakodil Dulcolax 1 5,5
3 Adsorben Antimotilitas Norit Norit 1 5,5
dan
Pembentuk Antispasmodik Timepidium Sesden 1 5,5
massa
Tukak lambung pada pasien dapat terjadi karena efek samping dari obat-
memiliki riwayat tukak lambung. Antitukak yang digunakan dalam kasus sebesar
16,5%.
54
Obat yang digunakan pada penyakit skelet dan sendi adalah kelompok anti
gout dan anti inflamasi non steroid. Sebagian besar pasien berumur lanjut
mengalami peningkatan kadar asam urat, yang menyebabkan rasa nyeri pada
menurunkan kadar asam urat, sehingga rasa nyeri pada persendian menjadi
berkurang.
Tabel XVI. Persentase Penggunaan Obat Skelet dan Sendi pada Pasien Diabetes
Melitus dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Sub Nama Jumlah Persentase
No Golongan Jenis
Golongan dagang Kasus (%)
1 Penyakit Gout Allupurinol 1 5,5
Antigout Allupurinol
dan Rematik Zyloric 3 16,6
Ketorolak
Remopain 1 5,5
Anti trometamine
Inflamasi Celecoxib Celebrex 2 11,1
Non Meloxicam Mobiflex 2 11,1
steroid Diclofenac Voltaren
1 5,5
diethylammon Gel
2 Gangguan
Piracetam Neurotam 1 5,5
neuromuskular
gangguan otot skelet. Pasien yang berumur lanjut, otot tubuhnya sudah mulai
melemah, keadaan pasien yang dianjurkan bed rest, membuat otot tidak banyak
55
hingga batas normal, dan penggunaan obat antiangina ditujukan pada arteri
koroner yang mengalami penyempitan, sehingga suplai oksigen dalam darah dapat
antidiabetik dan antiangina tetapi juga sering dijumpai pada penggunaan obat
sehingga dapat memperjelas pula obat-obat yang harus diberikan pada pasien.
Kadar gula darah, kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar kreatinin pasien
cara melihat kondisi pasien, meliputi keluhan yang dialami pasien, obat-obat yang
keadaan tubuh pasien yang sebenarnya. Dari hasil penelitian ditemukan 13 kasus
tambahan, adverse drug reaction, obat tidak tepat, dan tidak perlu obat terapi.
56
Indonesia (2000).
Tabel XVII. Persentase DRP yang teridentifikasi pada Pasien Diabetes Melitus
dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
No Jenis DRP Jumlah Persentase
Kasus (%)
1 Butuh obat tambahan 11 61,1
2 Adverse Drug Reaction 2 11,1
3 Tidak Perlu Obat Terapi 2 11,1
4 Obat tidak tepat 2 11,1
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis DRP.
Dari tabel dapat terlihat DRP yang paling banyak terjadi adalah butuh
tambahan obat, yaitu sebanyak 61,1%. Pada kasus yang mengalami butuh
tambahan obat, obat yang paling dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien
terapi tambahan. Butuh tambahan obat yang banyak dibutuhkan pasien diabetes
mg/hari, hal ini sangat penting karena antiplatelet digunakan agar aliran darah
tetap lancar, yaitu dengan cara mengurangi agregasi platelet pada aterosklerosis
pada penelitian ini adalah aspirin. Aspirin lebih banyak digunakan karena efek
57
Tabel XVIII. Kasus Butuh Tambahan Obat yang Teridentifikasi pada Pasien
Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Kasus
Adanya kondisi pasien yang memerlukan
terapi secara lengkap untuk mencegah
timbulnya kondisi medis baru
1. Pasien yang membutuhkan golongan
1, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 11
antiplatelet
2 Pasien membutuhkan kaptopril
5, 11, 18 3
sebagai antihipertensi
3. Pasien yang membutuhkan golongan
12, 13 2
gemfibrozil
4. Pasien yang membutuhkan golongan
5 1
calcium cannel blocker
5. Pasien yang membutuhkan
9 1
allupurinol sebagai antigout
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP butuh
tambahan obat
mengelola kurangnya suplai oksigen ke jantung yang dialami oleh pasien. Obat
golongan calcium cannel blocker (CCB) dengan dosis 1x2,5 mg/dl untuk pasien
lanjut umur pada kasus nomor 5 (80 Tahun). Ion kalsium yang masuk ke dalam
58
kasus memerlukan tambahan obat antihipertensi. Pada kasus 5,11, dan 18 pasien
tidak mendapatkan obat antihipertensi, padahal pada kasus tersebut tekanan darah
pasien diatas normal. Kasus nomor 5, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90
mmHg dan pulang dengan tekanan darah 160/90 mmHg. Kasus 14 juga
dan mengalami kenaikan hingga tekanan darah keluar 140/90 mmHg. Selama
pasien pulang dalam keadaan tekanan darah yang diatas normal. Kaptopril
digunakan pada dosis 2x12,5 mg karena pada kasus 5 pasien tergolong lansia,
berumur 80 tahun. Kasus 11, 14, dan kasus 18, antihipertensi yang
darah normal yang diharapkan pada pasien dengan diabetes komplikasi IHD.
dapat diberikan pada pasien dengan kenaikan kadar kolesterol. Kadar kolesterol
ini meliputi kenaikan kolesterol total, LDL, trigliserida, dan penurunan kadar
HDL. Obat hipolipidemia ini penting dalam mendukung perbaikan kondisi pasien,
59
urat pasien. Terapi penggunaan obat antigout ini dibutuhkan jika kadar asam urat
lebih dari 10 mg/dl. Kadar asam urat pada kasus 9 adalah 10,6 mg/dl, sehingga
Adverse drug reaction terjadi pada dua kasus, meliputi penggunaan obat
yang menimbulkan efek samping dan interaksi antar obat yang diberikan.
Tabel XIX. Kasus Adverse drug reaction yang Teridentifikasi pada Pasien
Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Terjadi reaksi yang tidak menguntungkan antar obat
1. Reaksi penggunaan bisoprolol fumarat dan glikuidon 18 1
Terjadi efek samping dari penggunaan obat
2. Timbul efek samping dari penggunaan glimiperid 12 1
reaksi interaksi antara masing-masing obat tersebut. Kasus 18, pasien diberi
komplikasi IHD, namun kedua obat tersebut menyebabkan efek yang tidak
hepatik dan penurunan sekresi insulin yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kadar glukosa tinggi (Sukandar, 2008). Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah
60
dilakukan karena pada kasus, pasien sudah menerima ISDN yang juga
Tidak perlu obat terapi terjadi pada 2 kasus yaitu penggunaan obat
penggunaan terapi pada hiperurisemia diperlukan jika kadar asam urat ≥ 10 mg/dl.
Pada kasus 3 kadar asam urat pasien 7,2 mg/dl, dan kasus 17 kadar asam urat 7,6
untuk menurunkan kadar asam urat tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan
pola dan menu makan pada pasien. Penggunaan obat yang tidak perlu dapat
Tabel XX. Kasus Tidak Perlu Obat Terapi yang Teridentifikasi pada Pasien
Diabetes Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Kondisi lebih baik dengan kondisi non drug
1 Allupurinol tidak perlu digunakan untuk kadar 3, 17 2
asam urat <10 mg/dl
61
Dalam kasus ini, sebanyak 3 kasus mendapatkan obat yang tidak tepat atau
Tabel XXI. Kasus Obat Tidak Tepat yang Teridentifikasi pada Pasien Diabetes
Melitus Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2008 – Mei 2009
Penyebab DRP No Kasus Jumlah
Obat yang digunakan tidak tepat sesuai dengan keadaan pasien
1. Metformin tidak boleh digunakan untuk pasien dengan 5, 9 2
gangguan ginjal
2. Glibenklamid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan 5 1
gangguan ginjal
3. Glimepirid tidak boleh digunakan untuk pasien dengan 5 1
gangguan ginjal
Keterangan : terdapat pasien yang mendapatkan lebih dari satu DRP obat tidak
tepat
adalah jika kadar kreatinin lebih dari sama dengan 1,4 mg/dl pada wanita dan
lebih dari sama dengan 1,5 mg/dl pada pria. Pada kasus 5 (kreatinin pasien 1,65
mg/dl), dan kasus 9 (kreatinin pasien 2,36 mg/dl), pasien mendapat metformin dan
untuk kasus nomor 5 adalah pemberian insulin kerja sedang dengan dosis 3-5 unit
per hari yang diberikan setelah sarapan. Insulin pada pasien diabetes dapat
digunakan jika terjadi resistensi insulin, dalam kasus nomor 5 pasien mengalami
62
infeksi sekunder dan infeksi saluran kemih, menurut IONI, insulin diperlukan bila
timbul keadaan patologis tertentu seperti infark miokard, infeksi, koma, dan
mg/hari. Selain glikuidon obat antidiabetik yang digunakan untuk pasien dengan
gangguan ginjal adalah tolbutamid, dan glikazid yang memiliki masa kerja yang
singkat.
Pemakaian obat yang tidak tepat ini dapat memperburuk kondisi pasien.
Kerusakan ginjal pasien akan semakin parah jika penggunaan obat-obat yang
diabetes komplikasi IHD. Selama dirawat pasien menerima terapi yang dirasakan
dapat mengurangi gejala dan keluhan-keluhan pada pasien, namun terapi yang
diberikan tidak semuanya membut pasien keluar dari rumah sakit dengan keadaan
membaik.
Dari data yang ada, sebanyak 16 kasus (88,8%) pasien yang keluar dari rumah
sakit dengan kadaan membaik dan melakukan rawat jalan sebagai upaya dalam
proses penyembuhan pasien. Selain pasien yang keluar dalam keadaan membaik,
sebanyak 2 kasus (11,1%), yaitu pada kasus 4 dan 5 pasien keluar dari rumah
rumah sakit dalam keadaan belum sembuh, hal ini kemungkinan dikarenakan
pasien sendiri yang tidak betah untuk dirawat di rumah sakit sehingga meminta
63
karena penyakit
p p
pasien suddah terlalu
u parah sehingga
s kkeluarga pasien
p
hasil norm
mal pada faktor-fakto
f or yang mempengaruhhi terjadinyya IHD, seeperti
89%
2. Lama Inap
penyerta yang
y dimilikki pasien.
64
67%
adalah sellama rentanng waktu 8-14 hari, yaiitu sebanyakk 12 kasus (66,6%). Hal
H ini
yang diraw
wat selama 21 hari.
E. Raangkuman Pembahasa
P an
2008 sam
mpai Mei 2009.
2 Dikettahui pasien
n pada kellompok um
mur 60-69 tahun
t
65
27,7%, umur 80-89 tahun sebanyak 8,6%, pada umur kurang dari 40 tahun dan
hipoglikemia, polineuropati, dan CHF sebesar 11,1%, stroke dan ulkus sebesar
5,5%. Selain komplikasi penyerta, penyakit lain yang menyertai pasien juga
mempengaruhi keadaan serta terapi yang diberikan kepada pasien. Pada pasien
radices dentist sebanyak 27,7%, infeksi saluran kemih (ISK) dan hipertiroid
sebesar 22,2%, HHD sebesar 16,6%, dan diare akut sebanyak 11,1%.
pengobatan DM komplikasi IHD terdiri dari 9 kelas terapi, yaitu : golongan obat
sebanyak 100%, obat infeksi dan obat nutrisi dan darah sebanyak 88,8%, obat
saluran nafas sebanyak 16,6%, obat analgesik sebanyak 44,4%, obat susunan saraf
pusat sebanyak 61,1%, obat saluran cerna sebanyak 27,7%, obat skelet dan sendi
sebanyak 50%.
Kasus yang berhasil diteliti sebanyak 18. Dari 18 kasus tersebut terdapat
13 kasus yang teridentifikasi terjadi DRP. Aktual DRP yang terjadi adalah DRP
nomor 1 yaitu butuh terapi obat tambahan sebanyak 11 kasus, DRP nomor 2 yaitu
tidak perlu obat terapi sebanyak 2 kasus, DRP nomor 3 yaitu obat tidak tepat
sejumlah 2 kasus, dan DRP nomor 5 yaitu adverse drug reaction sebanyak 2
kasus. Hasil terapi pasien atau outcome pasien, sebanyak 88,8% pasien pulang
66
keadaan belum sehat, dan diijinkan oleh dokter yang bersangkutan. Lama inap
pasien DM komplikasi IHD di Rumah Sakit Panti Rapih selama 1-7 hari sebanyak
22,2%, 8-14 hari sejumlah 66,6%, dan yang lamanya 15-21 hari sebanyak 11,1%.
BAB V
A. Kesimpulan
terbanyak sebanyak 66,6% dengan dosis 3x500 mg per hari, dan isosorbid
obat tidak tepat sebanyak 2 kasus, dan adverse drug reaction sebanyak 2
kasus.
4. Hasil terapi atau keadaan pasien pulang adalah membaik sebanyak 88,8%,
dan pasien yang pulang dalam keadaan belum sembuh, dan pulang atas
ijin dokter adalah sebanyak 11,1%. Lama inap pasien diabetes melitus
67
68
komplikasi ischemic heart disease yang paling banyak adalah 8-14 hari
sebanyak 66,6%.
B. Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, CV. Agung Seto,
Jakarta
Braverman, E., 2009, Dua Penyebab Penyakit Jantung: Tekanan Darah dan
Kenaikan Kadar Kolesterol, http://www.jantunghipertensi.com-
jantunghipertensi, diakses tanggal 2 Januari 2010
Bulton, A., Cockram, C., Franz, M., Arouj, M., Aschner, P., 2005, Global
Guideline for Type 2 Diabetes Mellitus, International Diabetes
Federation, Belgium
Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Practise, 178-179, 2nd edition, Mc Graw-Hill Company, New York
70
Corwin, J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, 540-555, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
Grundy, S.M., Benjamin, I., Burke, G.L., Chait, A., Eckel R.H., 1999, Diabetes
and Cardiovascular Disease; A Statement for Healthcare
Professionals from the American Heart Association,
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/100/10/1134. diakses
tanggal 22 Desember 2009
Jones, R.M. and Rospond R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practise,
1-6, lippincott Williams and Wilkins Company, USA
Kasper, D.L., Fauci, A., Martin, B., Wilson, J., Braunwald, E., 2005, Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Volume 3, terjemahan Asdie,
A., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Kimble, M.A.K. and Young L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 1-1 s/d 1-11, 8th
edition, A Wolter Kluwer Company, USA
71
Massing, M., W., Kathleen, A., Carla, A., Mridul, C., David, B., 2005, Trends in
Lipid Management Among Patients With Coronary Artery Disease,
http://care.diabetesjournals.org/content/26/4/991.full.pdf, diakses
tanggal 2 Januari 2010
Muchid, A., Umar, F., Ginting, M., Basri, C., Wahyuni, R., Helmi, R., dkk., 2005,
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Muchid, A., Umar, F., Chusun, Purnama, Nur Ratih., Masrul, Ratih N., dkk.,
2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner :
Fokus Sindrom Koroner Akut, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Permana, H., 2009, Komplikasi Kornik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi,
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/09/komplikasi_kronik_dan_
penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf., diakses tanggal 29 Desember
2009
72
Sukandar, E., 2008, ISO Farmakoterapi, 26-27, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta
Tjay, T., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, 600, 738, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
73
LAMPIRAN
KASUS 1
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 603534 Gastro endemitis dengan dehidrasi
Umur/ Jenis Kelamin : 41 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
27/1/08 - 4/2/ 08 (8 hari) DM, IHD, diare akut, multiple radicalits
Subyektif :
Sakit perut, BAB cair ± 20 kali
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 27/1/08 4/2/08
Tekanan Darah 160/100 mmHg 130/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 370C - ±370C
Nadi 100 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 27/1/08 29/1/08
Puasa 219 mg/dl 323 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial 314 mg/dl 316mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 27/1/08
SGOT 13,0 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 11,8 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 27/1/08
Ureum 41 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,70 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 3,7 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 27/1/08
Kolesterol Total 151 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 89 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 43 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 99 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (27/1/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 5mg 3x/hari, Metformin 3x500mg, Glimepirid 2x1tab, Omeprazole
1x20mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah dan glukosa darah,
1. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari
2. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar gula darah
pasien
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
membutuhkan antiplatelet sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
74
KASUS 2
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 604430 Anoreksia, dyspepsia, DM
Umur/ Jenis Kelamin : 38 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
3/2/08 – 15/2/08 (12 hari) DM, Hipertensi, IHD, Stroke
Subyektif :
Mual, muntah, sakit perut
Sebelumnya sudah minum obat Rantin, Curcuma, dan Cetalgin
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 3/2/08 15/2/08
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 370C - ±370C
Nadi 100 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 3/2/08
Puasa 308 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 461 mg/dl - 100-140 mg/dl
Ginjal 3/2/08
Ureum 35 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,16 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 17,1 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
EKG : IHD (12/2/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 2x5mg, Aspilet 1x2 tablet, Glucobay 3x100mg, Omeprazole
1x40mg, Allupurinol 1x300mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan kadar glukosa darah, dan asam urat.
1. Menurut Pharmacotherapy Principles and Practice, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat
digunakan dengan dosis 5-20 mg 2-3 kali sehari
2. Glucobay (acarbose) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien
3. Allupurinol digunakan untuk terjadinya kenaikan kadar asam urat pasien
DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya DRP 1. Melakukan monitoring glukosa darah dan
pemeriksaan kolesterol secara teratur untuk
mencegah komplikasi yang lebih buruk.
2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
75
KASUS 3
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 604281 Hipoglikemia, hipertensi
Umur/ Jenis Kelamin : 71 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
3/2/08 -14/2/08 (11 hari) DM, hipoglikemia, IHD, radices dentist,
dislipidemia
Subyektif :
Komuniksi tidak nyambung, kepala pusing, riwayat stroke 1 tahun yang lalu, obat yang
digunakan glibenkamid, captopril, nadifan
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 3/2/08 14/2/08
Tekanan Darah 206/100 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 370C - ±370C
Nadi 85 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 6/2/08
Puasa - 108 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 144mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 3/2/08
SGOT 28,6 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 9,8 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 3/2/08
Ureum 31 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,26 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 7,2 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 3/2/08
Kolesterol Total 286 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 195 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 65 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 144 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (4/2/08)
Penatalaksanaan
Metformin 3x500mg, Amlodipin Besilat 1x10mg, ISDN 3x5mg, Furosemid 1x2 amp,
Simvastatin 1x10mg, Allupurinol 1x100mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat, kolesterol
total dan LDL
1. Metformin digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
2. ISDN digunakan sebagai antiangina
3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi obat
4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
membutuhkan antiplatelet sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien
2. Tidak Perlu Obat Terapi; 2. Dilakukan monitoring pada penggunaan metformin
Allupurinol tidak diperlukan untuk karena terjadi kenaikan kreatinin pada pasien
menurunkan asam urat pasien 3. Penggunaan Allupurinol dihentikan
4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan
kadar kolesterol total, LDL
Outcome : Membaik dan rawat jalan
76
KASUS 4
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 106303 DM, ulkus jari kaki
Umur/ Jenis Kelamin : 68 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
3/5/08 - 10/5/08 (7 hari) DM, ulkus jari kaki, ISK, IHD, radices dentist
Subyektif :
Lemas, buyer
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 3/5/08 10/5/08
Tekanan Darah 130/80 mmHg 150/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 38,70C - ±370C
Glukosa Darah 3/5/08
Puasa 111 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 187mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 4/5/08
SGOT - 19,6 U/L 0,00-38,00 U/L
SGPT - 16,0 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 3/5/08
Ureum 44 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,33 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 4,9 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 3/5/08
LDL 112 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 141 mg/dl - >40 mg/dl
EKG : Iskemia (5/5/08)
Penatalaksanaan
Diltiazem 3x30mg, ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Lantus 1x8u, Dexaflox 2x400mg,
Mertigo 3x1tablet
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan gula darah, kreatinin
1. Glumin XR (metformin) digunakan sebagai antidiabetes untuk menurunkan kenaikan kadar
gula darah pasien
2. ISDN digunakan sebagai terapi antiangina
DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
DRP sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
2. Pemberian Glumin XR pada pasien harus selalu
dikontrol karena terdapat peningkatan kreatinin pada
pasien
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah dan kolesterol total karena pasien keluar dari
rumah sakit masih dalam keadaan belum sembuh.
Outcome : Belum sembuh,pulang atas permintaan dan rawat jalan
77
KASUS 5
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 396640 DM, hipertensi, infeksi sekunder
Umur/ Jenis Kelamin : 80 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
7/5/08 - 19/5/08 (12 hari) DM, hipoglikemia, IHD, ISK
Subyektif :
Pusing, mual, tidak nafsu makan
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 7/5/08 19/5/08
Tekanan Darah 140/90 mmHg 160/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 38,70C - ±370C
Nadi 80 x/menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 7/5/08
Puasa 354 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 432mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 7/5/08
SGOT 17,7 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 9,3 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 7/5/08
Ureum 61 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,65 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
EKG : Iskemia (7/5/08)
Penatalaksanaan
Glimepirid 1x3mg, Glucovance 1,25/250 2x1tablet, Vometa FT 3x1 tablet, Dexaflox 2x400mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum dan kreatinin.
1. Glimepirid dan Glucovance (kombinasi glibenklamid 1,25mg dan metformin HCl 250mg)
digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien
dengan gangguan ginjal dan hati
2. Pasien tidak mendapat terapi untuk menurunkan tekanan darahnya, dan tidak mendapatkan
obat antiangina untuk menangani IHD pasien
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh tambahan terapi obat; 1. Pasien perlu aspirin 80 mg/hari
pasien membutuhkan 2. Amlodipin Besilat dengan dosis awal 1x2,5mg/hari untuk
antiplatelet, antiangina dan pasien lanjut usia, secara teratur sebagai terapi untuk IHD
antihipertensi 3. Kaptopril 2x12,5mg sebagai terapi penurunan tekanan
2. Obat tidak tepat; Glimepirid darah
dan Glucovance tidak boleh 4. Penggunaan Glimepirid dan Glucovance diganti dengan
digunakan pada pasien insulin kerja sedang dengan dosis 4-5 unit per hari.
dengan dengan nilai kreatinin 5. Melakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL,
lebih dari 1,40 mg/dl. HDL, dan trigliserida.
6. Melakukan diet untuk membantu menurunkan kadar gula
darah, dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Belum sembuh, pulang atas permintaan
78
KASUS 6
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 349505 Vomitus
Umur/ Jenis Kelamin : 77 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
11/6/08 - 15/6/ 08 (4 hari) DM, hipertiroid subklinis, IHD, dislipidemia
Subyektif :
Perut sakit, muntah-berak, lemas
Riwayat penyakit DM dan jantung
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 11/6/08 15/6/08
Tekanan Darah 140/100 mmHg 130/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 38,50C - ±370C
Glukosa Darah 13/6/08
Puasa - 103 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 161 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 11/6/08
SGOT 14,1 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 12,1 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 11/6/08
Ureum 36 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,40 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 12/6/08
Kolesterol Total - 207 mg/dl < 200 mg/dl
Trigliserida - 130 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (11/6/08)
Penatalaksanaan
Glumin XR 1x2tablet, ISDN 3x5mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin dan kolesterol
total
1. Glumin XR (metformin) diunakan untuk menurunkan kadar gula darah
2. ISDN digunakan untuk terapi IHD
DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya DRP 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari untuk terapi
IHD.
2. Glumin XR digunakan secara hati-hati dan perlu
monitoring, karena terjadi peningkatan kreatinin
pada pasien.
3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi
kadar gula darah.
4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar
glukosa darah dan kolesterol total.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
79
KASUS 7
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 620465 GEA
Umur/ Jenis Kelamin : 67 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
15/6/08 - 18/6/ 08 (3 hari) DM, ISK, IHD, diare akut
Subyektif :
Mual, muntah, BAB 3x cair
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 15/6/08 18/6/ 08
Tekanan Darah 130/90 mmHg 110/70 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Glukosa Darah 16/6/08
Puasa - 150 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 172 mg/dl 100-140 mg/dl
Ginjal 15/6/08 17/6/08
Ureum 24 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,75 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat - 4,9 mg/dl 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 12/6/08
Kolesterol Total - 112 mg/dl < 200 mg/dl
Trigliserida - 107 mg/dl <150 mg/dl
EKG : Iskemia (15/6/08)
Penatalaksanaan
Glimepirid 1x2mg, ISDN 3x5mg, Dexaflox 2x400mg, Vometa FT 3x1 tablet
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan kadar glukosa darah
1. Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien
2. ISDN digunakan sebagai terapi IHD
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi
pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
membutuhkan antiplatelet teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami
pasien.
2. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar
glukosa darah.
3. Melakukan diet untuk membantu mengurangi
kadar gula darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
80
KASUS 8
Data pasien Diagnosa masuk:
No. Rekam medik : 100356 DM, hipertensi
Umur/ Jenis Kelamin : 63 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
9/12/08 - 22/12/ 08 (13 hari) DM, IHD, dislipidemia, lumbal discopathy
Subyektif :
BAB berdarah, boyok nyeri sekali
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 9/12/08 22/12/ 08
Tekanan Darah 160/100 mmHg 130/90 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 88 x/menit - ± 80 x/menit
Glukosa Darah 9/12/08 16/12/08
Puasa 61 mg/dl 111 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial 125 mg/dl 134 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 9/12/08
SGOT 21,3 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 10,8 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 9/12/08 17/6/08
Ureum 51 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,14 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 9/12/08
LDL 139 mg/dl - < 150 mg/dl
Trigliserida 102 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (15/12/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Diltiazem 3x30mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, ureum.
1. Diltiazem digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3-4x30mg/hari
2. Gumin XR (metformin) digunakan untuk terapi penurunan kadar glukosa darah
DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya DRP 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami
pasien
2. Menganjurkan pasien untuk menjalankan pola
hidup sehat
4. Monitoring gula darah dan kolesterol secara
teratur.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
81
KASUS 9
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 070476 Pneumonia, hiperglikemi
Umur/ Jenis Kelamin : 82 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
10/10/08 - 21/10/ 08 (11 hari) DM, IHD, hipertiroid, kontraksi tungkai bawah,
nefropati
Subyektif :
Tidak mau makan, batuk, riwayat hipertensi, pernah operasi prostat, alergi obat sulfa.
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 10/10/08 21/10/ 08
Tekanan Darah 130/80 mmHg 110/70 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 380C - ±370C
Nadi 96 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 12/10/08
Puasa - 176 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial - 153 mg/dl 100-140 mg/dl
Hati 10/10/08
SGOT 22,5 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 12,4 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 10/10/08
Ureum 97 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 2,36 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 10,6 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 10/10/08
Kolesterol Total 165 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 102 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 35 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 130 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (27/1/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Metformin 3x500mg, ISDN 3x5mg, Bricasma 3x1 tablet, Neo-Mercazole
1x5mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, ureum, kreatinin.
1. Metformin digunakan untuk menurunkan glukosa darah pasien yang mengalami kenaikan
2. ISDN digunakan sebagai antiangina, dengan dosis 3x5mg/hari
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
pasien membutuhkan terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet dan obat untuk 2. Perlu tambahan Allupurinol dengan dosis 1x300 mg/hari
hiperurisemia 3. Perlu dilakukan kontrol secara teratur dan monitoring kadar
2. Obat tidak tepat; metformin glukosa darah, untuk menghindari hiperglikemia dan
tidak boleh digunakan pada komplikasi lain yang lebih parah.
pasien nefropati, dengan 4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula
nilai kreatinin lebih dari darah.
1,50 mg/dl. 5. Metformin diganti dengan Glikuidon 15mg/hari yang tidak
kontraindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
hati.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
82
KASUS 10
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 640842 Vomitus, DM, hepatitis
Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
30/11/08 - 10/12/08 (10 hari) DM, radices dentist, IHD
Subyektif :
Mual, perut sakit seperti ditusuk-tusuk, riwayat penyakit hepatitis, DM sejak 2003
Menggunakan Glibenklamid sehari 1 tablet tetapi tidak teratur.
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 30/11/08 10/12/08
Tekanan Darah 130/80 mmHg 110/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 80 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 30/11/08
Puasa 164 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 241 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 30/11/08 5/12/08
SGOT 122,4 U/L 52,6 U/L 0,00-38,00 U/L
SGPT 344,5 U/L 246,5 U/L 0,00-41,00 U/L
Ginjal 30/11/08
Ureum 29 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,61 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 30/11/08
Kolesterol Total 177 mg/dl - < 200 mg/dl
Trigliserida 203 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (1/12/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Vometa FT 3x1 tablet, Glumin XR 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Gluvas
1x1mg, Hypofil 1x300mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, SGOT, SGPT, trigliserida.
1. Glumin XR (metformin) dan gluvas (Glimepirid) digunakan untuk menurunkan kadar
glukosa darah pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati
2. Hypofil (gemfibrozil),digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida pasien.
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
pasien membutuhkan terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet 2. Penggunan Glumin XR, Gluvas perlu pemantauan, karena
terjadi kenaikan SGOT dan SGPT.
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar gula
darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
83
KASUS 11
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 444370 DM, HHD-IHD, radices dentist
Umur/ Jenis Kelamin : 60 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
2/12/08 - 7/12/08 (5 hari) DM, HHD-IHD, radices dentist
Subyektif :
Berencana cabut gigi, namun gula darah tinggi
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 2/12/08 7/12/08
Tekanan Darah 160/90 mmHg 150/100 mmHg 130/80 mmHg
Glukosa Darah 2/12/08 12/10/08
Puasa 226 mg/dl 70-110 mg/dl
Post Prandial 270 mg/dl 100-140 mg/dl
Ginjal 2/12/08
Ureum 24 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,81 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
EKG : Iskemia
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Herbesser 90 SR (diltiazem) 1x1 tablet, Amlodipin Besilat 1x10mg,
Adalat 3x10mg, Insulin RI 50u
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar glukosa darah, ureum, kreatinin.
1. Insulin digunakan sebagai terapi penurunan kadar gula darah
2. Amlodipin besilat dan diltiazem digunakan sebagai antiangina
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara
membutuhkan antiplatelet dan teratur sebagai terapi untuk IHD yang dialami
antihipertensi pasien.
2. Diberikan Kaptopril dengan dosis 3x12,5mg
sebagai terapi penurunan tekanan darah
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar
glukosa darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi
kadar gula darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
84
KASUS 12
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 015905 OBS dyspneu, vomitus, DM
Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
12/2/09 - 24/2/09 (12 hari) DM, IHD, trombositopenia, hiponatremia
Subyektif :
Sesak nafas, dada terasa tidak enak, mual, muntah
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 12/2/09 24/2/09
Tekanan Darah 142/90 mmHg 110/70 mmHg 130/80 mmHg
390C - ±370C
124 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 13/2/09
Puasa 267 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 297 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 13/2/09
SGOT 31,4 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 33,6 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 13/2/09
Ureum 20 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,75 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 13/2/09
LDL 98 mg/dl - < 150 mg/dl
Trigliserida 311 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (12/2/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, ISDN 3x5mg, Vometa FT 3x1 tablet, Glimepirid
1x1mg, Bricasma 3x1 tablet
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, trigliserida
1. Glumin XR (metformin) dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pasien. Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati
2. Trigliserida pasien mengalami kenaikan dan membutuhkan obat hipolipidemia untuk
menurunkan kadar trigliserida pasien
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur sebagai
membutuhkan antiplatelet, terapi untuk IHD yang dialami pasien
obat hipolipidemia 2. Glimepirid seharusnya tidak digunakan dan
2. Adverse Drug Reaction; pasien seharusnya menggunakan metformin dengan dosis
mengalami trombositopenia 3x500mg/hari
dan hiponatremia yang dapat 3. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg 2x/
disebabkan karena penggunaan hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang
glimepirid meningkat
4. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah.
5. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar
gula darah, tekanan darah, dan trigliserida agar tidak
terjadi komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
85
KASUS 13
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 109090 DM, hipertensi
Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
14/2/09 - 26/2/09 (12 hari) DM, HHD-IHD, chronic appendicitis,
polineuropati, radices dentist, dislipidemia
Subyektif :
Lemas, kencing banyak busa, panas, warna merah, pekat selama satu minggu
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 14/2/09 26/2/09
Tekanan Darah 140/90 mmHg 130/80 mmHg 130/80 mmHg
Glukosa Darah 14/2/09
Puasa 225 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 327 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 14/2/09
SGPT 22,1 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 14/2/09
Ureum 20 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Asam Urat 4,1 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 14/2/09
LDL 159 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 71 mg/dl - > 40 mg/dl
Trigliserida 281 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (10/10/08)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Amlodipin besilat 1x10mg, Gluvas 1x2 tablet, Insultard 16u
sore dan 20u pagi
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan glukosa darah, LDL dan trigliserida.
1. Pasien tidak mendapat terapi untuk kenaikan trigliseridanya
2. Gluvas (Glimepirid) dan Insultard digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pasien
3. ISDN dan amlodipin besilat digunakan sebagai terapi IHD
4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien diberi Aspirin 80 mg/hari secara teratur
membutuhkan antiplatelet, sebagai terapi pemeliharaan pada pasien IHD.
obat hipolipidemia 2. Perlu pemberian gemfibrozil dengan dosis 600mg
2x/ hari untuk menurunkan kadar trigliserida yang
meningkat
3. Kontrol secara teratur dan monitoring kadar glukosa
darah.
4. Melakukan diet untuk membantu mengurangi kadar
gula darah, LDL dan trigliserida, agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih parah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
86
KASUS 14
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 540784 DM, HHD, arytmia cordis
Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
17/2/09 - 26/2/09 (9 hari) DM, hipertiroid, HHD-IHD, ISK, hiperkalemia
Subyektif :
1 minggu sesak nafas, kaki bengkak. Riwayat sakit jantung
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 17/2/09 26/2/09
Tekanan Darah 133/80 mmHg 140/90 mmHg 130/80 mmHg
Nadi 67 x/menit - ±80 x/menit
Glukosa Darah 17/2/09
Puasa 141 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 213 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 17/2/09
SGOT 38,0 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 26,3 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 17/2/09
Ureum 42 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,40 mg/dl - 0,70-1,20 mg.dl
Asam Urat 4,1 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
HbA1c 7,9% - 4,5-6,5%
EKG : Iskemia (17/2/09)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glumin XR 3x1 tablet, Bisoprolol 1x5mg, ISDN 3x5mg, Cardioaspirin
1x1 tablet, Neo-Mercazole 3x5mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah, kadar gula darah.
1. ISDN dan bisoprolol digunakan untuk terapi IHD
2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
3. Cardioaspirin merupakan antikoagulen mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan
untuk pengobatan dan pencegahan angina pectoris dan MI dengan dosis 1x1tablet.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
pasien membutuhkan sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet dan 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
antihipertensi untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
3. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari
untuk menurunkan tekanan darah pasien
4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
5. Pengunaan Glumin XR perlu pengawasan khusus
karena pasien mengalami kenaikan kadar kreatinin.
6. Melakukan pemeriksaan kolesterol, meliputi kolesterol
total, LDL, HDL dan trigliserida.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
87
KASUS 15
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 456320 IHD, susp cholecytis, dislipidemia
Umur/ Jenis Kelamin : 51 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
24/2/09 - 11/3/09 (15 hari) DM, IHD, dislipidemia,HAPV cervical
Subyektif :
Sakit di ulu hati kurang lebih satu bulan, leher bagian belakang terasa kencang, perut terasa
penuh
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 24/2/09 11/3/09
Tekanan Darah 110/80 mmHg 110/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 80 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 25/2/09
Puasa 216 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 223mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 8/3/09
SGOT 22,1 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 91,1 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 8/3/09
Ureum 18 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,46 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 8/3/09
Kolesterol Total 203 mg/dl - < 200 mg/dl
LDL 128 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 52 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 91 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glumin XR 1x2 tablet, Simvastatin 1x10mg
Penilaian
Pasien mengalami peningkatan kadar gula darah, SGPT dan kolesterol total.
1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 1tablet 5mg 3-4x sehari
2. Glumin XR (metformin) digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Kontraindikasi terhadap pasien dengan gangguan ginjal dan hati
3. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi
pasien.
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; 1. Pasien memerlukan aspirin 80 mg/hari secara teratur
pasien membutuhkan sebagai terapi untuk IHD yang dialami pasien.
antiplatelet 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
88
KASUS 16
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 283531 FP co lium femur, DM, hiperglikemia
Umur/ Jenis Kelamin : 76 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
27/2/09 - 20/3/09 (21 hari) DM, IHD, renal ficiency, fraktur intetrochanterica
Femur smistro
Subyektif :
Nyeri kaki kiri
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 27/2/09 20/3/09
Tekanan Darah 160/80 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 37,20C - ±370C
Nadi 93 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 27/2/09
Puasa 84 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 147mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 27/2/09
SGOT 16,6 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 16,4 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 27/2/09
Ureum 131 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 3,26 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 4,7 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 27/2/09
LDL 102 mg/dl - < 150 mg/dl
Trigliserida 176 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (28/2/09)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan ISDN 3x5mg, Glurenorm 1x1 tablet, Aprovel 1x300mg
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar gula darah, ureum, kretinin dan trigliserida.
1. Glurenorm (Glikuidon) digunakan sebagai obat antidiabetik
2. ISDN digunakan sebagai antiangina
DRP : Rekomendasi :
Tidak teridentifikasi adanya 1. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
DRP untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk
2. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
89
KASUS 17
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 655736 DM, IHD
Umur/ Jenis Kelamin : 64 tahun/ L
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
2/4/09 - 15/4/09 (13 hari) DM, IHD, CHF
Subyektif :
Pusing, mual, tidak nafsu makan, perut membesar (acites)
Riwayat DM
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 2/4/09 15/4/09
Tekanan Darah 160/100 mmHg 120/80 mmHg 130/80 mmHg
Glukosa Darah 2/4/09
Puasa 176 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 153 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 2/4/09
SGOT 16,4 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 6,6 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 2/4/09
Ureum 45 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 1,29 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Asam Urat 7,6 mg/dl - 3,40-7,00 mg/dl
Kolesterol 2/4/09
Kolesterol total 150 mg/dl - <200 mg.dl
LDL 102 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 30 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 83 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia (2/4/09)
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Aspilet 1x1 tablet, Glimepirid 1x3mg, ISDN 3x5mg, Metformin 2x500mg,
Zyloric (Allupurinol) 2x1 gelas
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin, asam urat dan
penurunan HDL
1. ISDN digunakan sebagai antiangina dengan dosis 3x5mg/hari
2. Metformin dan Glimepirid digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pasien
3. Menurut guideline kadar asam urat yang kurang dari 10 mg/dl tidak membuuhkan terapi
obat
4. Aspilet mengandung asam asetilsalisilat yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan
angina pektoris dan MI
DRP : Rekomendasi :
1. Tidak Perlu Obat Terapi; 1. Penggunaan Allupurinol dihentikan
Allupurinol tidak diperlukan 2. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
untuk menurunkan asam urat untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.
pasien 3. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
4. Penggunaan Metformin dan Glimepirid harus dipantau
dan dimoitoring, karena pasien mangalami kenaikan
kreatinin.
5. Mengkonsumsi sayuran dan olah raga, untuk
meningkatkan kadar HDL pasien.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
90
KASUS 18
Data pasien Diagnosa masuk :
No. Rekam medik : 658498 DM, IHD, polineuropati
Umur/ Jenis Kelamin : 55 tahun/ P
Lama Tinggal : Diagnosa keluar :
27/4/09 - 9/5/09 (12 hari) DM, neuropati, IHD, diastolic disfunction, CHF, ISK,
dislipidemia, hipotiroid
Subyektif :
Perut terasa membesar, tidak nafsu makan, nyeri di perut kanan atas, mual
Obyektif
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tanda Vital 27/4/09 9/5/09
Tekanan Darah 140/80 mmHg 140/80 mmHg 130/80 mmHg
Suhu 360C - ±370C
Nadi 80 x/ menit - ± 80x/menit
Glukosa Darah 27/4/09
Puasa 102 mg/dl - 70-110 mg/dl
Post Prandial 182 mg/dl - 100-140 mg/dl
Hati 27/4/09
SGOT 19,7 U/L - 0,00-38,00 U/L
SGPT 11,3 U/L - 0,00-41,00 U/L
Ginjal 27/4/09
Ureum 29 mg/dl - 10,00-50,00 mg/dl
Kreatinin 0,95 mg/dl - 0,70-1,20 mg/dl
Kolesterol 27/4/09
LDL 155 mg/dl - < 150 mg/dl
HDL 41 mg/dl - >40 mg/dl
Trigliserida 180 mg/dl - <150 mg/dl
EKG : Iskemia
Penatalaksanaan
Pasien mendapatkan Glikuidon 30mg 1x2 tablet, ISDN 3x5mg, Bisoprolol fumarat 5mg 1x½
tablet, Euthyrax 1x0,10 mg, Furosemid 2x1 tablet
Penilaian
Pasien mengalami kenaikan tekanan darah, kadar glukosa darah, dan LDL.
1. Bisoprolol fumarat golongan beta bloker dengan dosis 5-10 mg/hari. Jika digunakan
dengan sulfonilurea kan menurunkan efek sulfonilurea
2. Glikuidon golongan sulfonilurea, dosis awal ½ tablet (15 mg) 1x sehari, dosis maksimal
180 mg/hari
3. Tekanan darah pasien mengalami kenaikan, namun belum diberi terapi untuk menurunkan
tekananan darah
4. Pasien dengan DM komplikasi IHD memerlukan antiplatelet untuk menjaga kondisi pasien
DRP : Rekomendasi :
1. Butuh obat tambahan; pasien 1. Pasien diberi kaptopril dengan dosis 3x12,5 mg/hari
membutuhkan antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah pasien
2. Adverse Drug Reaction; 2. Melakukan penghentian penggunaan bisoprolol
penggunaan bisoprolol fumarat 3. Melakukan monitoring glukosa darah secara teratur
dan glikuidon dapat menurunkan untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk
efek dari glikuidon. 4. Pasien dianjurkan untuk diet untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah.
Outcome : Membaik dan rawat jalan
91