HIV Kutipan
HIV Kutipan
com/amp/izha_1453/maraknya-hivaids-
dikalangan-remaja_552c242b6ea834186f8b457a
Remaja adalah aset bangsa & penentu masa depan bangsa.Potensi jumlah besar : Menurut
BKKBN, data sensus penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
mencapai 238,6 juta jiwa, 64 juta jiwa diantaranya merupakan remaja.Tapi apa yang
terjadi,sebagian besar remaja saat ini telah salah memilih jalan hidupnya,Persoalan
seksualitas (seks bebas, kehamilan tak diinginkan, aborsi),HIV-AIDS atau Penyakit Menular
Seksual lainnya sudah tidak asing lagi bagi siapapun yang mendengarnya.Menurut
Kementrian Kesehatan RI,situasi masalah HIV-AIDS Triwulan II (April - Juni) Tahun 2013,
jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan sebanyak 4.841 kasus.Persentase infeksi HIV
tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (70,7%), diikuti kelompok umur 20-24
tahun (17,1%), dan kelompok umur15-19 tahun (4,5%). Adapun AIDS yang dilaporkan baru
sebanyak 320 orang.Persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (33,8%),
diikuti kelompok umur 20-29 tahun (28,8%) dan kelompok umur 40-49 tahun (11,6%).
Dari data tersebut, jelaslah bahwa mereka yang terkena itu sudah terinfeksi dari usia remaja
bahkan anak-anak. Dan faktor risiko tertinggi pada HIV maupun AIDS adalah hubungan
seks berisiko pada heteroseksual (alias seks bebas).Mengapa ini semua bisa terjadi?
Apakah yang salah?
"Sungguh memprihatinkan ketika dari jumlah remaja yang begitu banyak, hanya 20-an
persen yang mengerti secara komprehensif, masih ada 80 persen yang harus diberi
pendidikan," kata Nafisah Mboi, Menteri Kesehatan RI, pada konferensi pers dalam rangka
Pekan Kondom Nasional 2012, Rabu (5/12/2012) di Jakarta.
Menurutnya, pendidikan tentang seks sebagai salah satu upaya pencegahan HIV/AIDS di
Indonesia masih dianggap tabu, dan belum mendapat perhatian yang cukup dari seluruh
kalangan. Seharusnya, pendidikan seks dilakukan sedini mungkin sejak anak sudah mulai
mengerti dan dapat melakukan hubungan seks. Usia 14-24 tahun merupakan usia yang
rentan terinfeksi HIV sehingga perlu dibekali pengetahuan yang cukup tentang seksualitas.
Tetapi apakah dengan pengetahuan yang cukup tentang HIV/AIDS menjamin terhindarnya
penyakit tersebut? TIDAK ! walaupun remaja telah memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS,
tetapi sistem sekuler dan liberal selama ini telah menumbuh-suburkan perilaku bebas.
Padahal penyebab utama penyakit ini adalah seks bebas, maka seharusnya ada aturan
yang komprehensif yang mencegah berbagai hal yang dapat mendorong perilaku seks
bebas serta menindak pelaku seks bebas. Aturan yang komperehensif ini hanya ada dalam
Islam. Islam membangun masyarakatnya berdasarkan keimanan dan ketakwaan. Maka
Islam mengatur pergaulan laki-laki dan perempuan, melarang berbagai media yang
menyuguhkan konten yang merusak, menerapkan pendidikan Islam yang bertujuan
membentuk generasi cerdas dan bertakwa, serta memberlakukan sistem sanksi bagi pelaku
pelanggaran, termasuk pelaku seks bebas yang telah baligh (dewasa).Selain tentunya
mengobati mereka yang terkena bukan karena perilaku seks bebas, seperti transfusi darah,
istri dari suaminya yang ‘nakal’, atau janin dari ibunya.Dengan semua aturan itulah maka
rantai penularan penyakit HIV-AIDS dapat diputus.
So, jangan sampe masa depan bangsa ini hancur karena generasinya hancur akibat HIV-
AIDS, segera kembali kepada keimanan dan ketakwaan, kembali terapkan aturan Islam
secara total dalam sistem kehidupan kita. Ini hanya bisa diterapkan kalau kita cerdas
tentang Islam, terus rakyat dan pemimpin mau menerapkan semua aturan Islam ini dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.(Nur izzah, Mahasiswi, Bandung,
085974199780)
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/ririndwiratna/5cb824a93ba7f7398049
db22/perlunya-pendidikan-hiv-aids-di-kalangan-remaja-melalui-pendekatan-orang-tua
Kalangan remaja pada dasarnya mempunyai sifat ingin tahu, jenuh dengan rutinitas,
suka beraktivitas kelompok, mengikuti trend teman sebaya. Hal demikian sangat
berpengaruh terhadap tindakan dan kebiasaan yang dilakukannya. Selain hal
tersebut juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, perkembangan IPTEK, media
massa, sehingga remaja dapat mudah mengakses informasi melalui smartphone.
Dari perilaku ini kita bisa lakukan pendekatan untuk mencegah penularan HIV.
Remaja harus dirangkul pada usia dimana mereka mulai sadar secara sexual. PBB
menggunakan istilah generasi muda pada usia 10-24 tahun.
Mengapa kalangan remaja rentan terinfeksi HIV? Pada dasarnya usia remaja,
memasuki masa pubertas dimana akan mulai ada sikap tertarik dengan lawan jenis.
Remaja mulai jatuh cinta, berpacaran, dan muncul gairah seksual. Akan tetapi,
remaja pada saat ini belum matang secara emosional. Tanpa pengetahuan yang
benar, remaja akan rentan untuk melakukan seks berisiko dan tertular HIV.
Pendekatan yang dapat dilakukan terhadap remaja adalah bagaimana cara bersikap
bijak dalam pergaulan, baik dengan lingkungan maupun melalui media massa/
smartphone dan memberikan sosialisasi pendidikan tentang HIV /AIDS, seperti
pengertian, tanda dan gejala, cara penularan, dan cara pencegahannya.
Pendidikan tidak hanya diberikan melalui sekolah atau pendidikan formal saja, akan
tetapi dapat dilakukan oleh setiap orang tua terhadap anaknya dengan membekali
ilmu pengetahuan tentang HIV/AIDS, dimana orang tua akan lebih tahu karakter
anak dan dapat memantau pergaulan anak dalam kesehariannya, sehingga dapat
dilakukan dengan pendekatan moral dan agama dalam penyampaian masalah
HIV/AIDS.
Pendidikan yang diberikan di kalangan remaja diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sejak dini agar terhindar
dari perilaku berisiko HIV/AIDS. Perilaku berisiko tersebut diantaranya: melakukan
seks bebas, mengkonsumsi minuman keras, menggunakan narkoba, menggunakan
jarum suntik bergantian, dll. Pengetahuan yang dimiliki remaja tersebut diharapkan
remaja bisa mengaplikasikan dalam kehidupannya dan dapat membentuk pribadi
dan karakter positip dalam diri remaja, sehingga bisa menjadi generasi gemilang
penerus bangsa yang bermartabat, sehat jasmani dan rohani serta berakhlaq mulia.
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/siti-suherna/waspada-hiv-mengintai-
kalangan-remaja-1519392464522
Sumber : Kemenkes RI
Pada awal bulan Februari 2018 terdapat salah satu kasus yang melibatkan pasangan
remaja yang berasal dari daerah Tasikmalaya dan Palembang, pasangan ini
merayakan hari spesial salah satu pasangannya dengan melakukan hubungan
seksual disalah satu hotel yang berada dikawasan ibu kota Jakarta. Pasangan ini
mengaku telah melakukan hubungan seksual yang awalnya tidak ada niatan untuk
melakukannya, namun karena situasi yang memungkinkan pada akhirnya hal
tersebut pun terjadi. “Dilansir dari https://kumparan.com/@millennia/saat-pelajar-
sma-rayakan-hari-spesial-dengan-check-in-di-hotel”
Menurut kepala BKKBN pusat, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 ini
mencapai lebih dari 262 juta jiwa, 66 juta jiwa diantaranya merupakan remaja. Tapi
apa yang terjadi,sebagian besar remaja saat ini telah salah memilih jalan hidupnya,
persoalan seksualitas (seks bebas, kehamilan tidak diinginkan, aborsi), HIV-AIDS
atau Penyakit Menular Seksual lainnya sudah tidak asing lagi bagi siapapun yang
mendengarnya.Menurut Kementrian Kesehatan RI, situasi masalah HIV-AIDS
Triwulan I (Januari-Maret) Tahun 2017, jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan
sebanyak 10.376 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok
umur 25-49 tahun (69,6%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (17,6%), dan
kelompok umur 15-19 tahun (3,2%). Adapun AIDS yang dilaporkan baru sebanyak
673 kasus. Persentase AIDS tertinggipada kelompok umur 30-39 tahun (38,6%),
diikuti kelompok umur 20-29 tahun (29,3%) dan kelompok umur 15-19 tahun
(2,1%). Dari data tersebut, jelaslah bahwa mereka yang terkena itu sudah terinfeksi
dari usia remaja bahkan anak-anak. Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran
virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks
yang tidak aman dan bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Memakai jarum, suntikan dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi,
misalnya spon dan kain pembersihnya
Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.