( Minggu empat )
Dosen Pembimbing :
Widyasih sunaringtyas, S.Kep.Ns.M.Kep
Disusun Oleh :
Nafiatus Sa’diyah
NIM : 201701081
Prodi :
S1 Keperawatan, Tingkat 3
KEDIRI
2020
BAB I
A. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Amin Huda,
2015).
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura di penuhi oleh cairan
(terjadi penumpukan caian) dalam rongga pleura. Efusi pleura disebabkan oleh 2
sifat yang berbeda, yakni neoplastik dan non-neoplastik. Pada yang non-
neoplastikdasarnya adalah bertambahnya permeabelitas kapiler pleura atau
menurunnya tekanan asmotik intra kapiler pleura. Pada yang neoplastik cairan
efusinya dapat berupa cairan transudat atau eksudat. Transudat hanya dapat dilewati
oleh cairan saja tanpa disertai protein plasma. Pada yang neoplastik disebut juga
dengan hemoragika oleh karena dapat pula dilewati oleh sel-sel darah, terutama
eritrosit. Pada kilotraks dalam cairan pleura terdapat kilomikron.
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga pleura
yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Muralitharan, 2015)
Effusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya
yang disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses
absorbsinya. Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya pembentukan
cairan pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura tersebut.Pada pasien
dengan daya absorpsi normal, pembentukan cairan pleura harus meningkat 30 kali
lipatsecara terus menerus agar mampu menimbulkan suatu effusi pleura. Di sisi lain,
penurunan daya absorpsi cairan pleura saja tidak akan menghasilkan penumpukan
cairan yang signifikan dalam rongga pleura mengingat tingkat normal pembentukan
cairan pleura sangat lambat. (Lee YCG, 2013)
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa
penderita. Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah
berlebihan dalam rongga pleura .Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena
tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus
maupun bakteri (Ariyanti, 2013).
Badan kesehatan dunia (WHO 2014) memperkirakan jumlah kasus efusi
pleura diseluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga setelah Ca Paru sekitar
10 – 15 juta dengan 100 – 250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi pleura suatu gejala
penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan pada
efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan
tingkat penekanan paru.
B. Etiologi
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari 4
mekanisme dasar :
10. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk), uremia,
miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi pleura (Saferi
Andra, 2013) .
c. Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
d. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-
penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites,
infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakan klinis effusi pleura
tergantung pada penyakit dasarnya :
Sesak napas merupakan gejala yang utama, baik pada transudat maupun pada
eksudat. Gejala klinis yang terjadi dapat disebabkan oleh paru primer. Pada tindakan
dialisis peritoneum, transudat dapat terjadi dalam waktu 48 jam setelah dilakukan
tindakan dialisis dan umumnya terjadi pada paru kanan. Pada empiema gejalanya
lebih hebat, yakni berupa panas, menggingil, dan penuruna berat badan. Gejala
empiema yang timbul tergantung dari terbentuk atau tidaknya fistula ke ronkus,
yakni berupa fistula bronkopleura. Bila tidak terjadi fistula, maka gejalanya akan
tetap berat, sementara itu apabila telah terjadi fistula mka gejalanya akan lebih
ringan. Berikut ini adalah tanda dan gejala efusi pleura :
1. Sesak napas
2. Mudah lelah
3. Peningkatan frekuensi nadi/denyut jantung
4. Sianosis/hipoxia
5. Nafsu makan turun
6. Berat badan turun
7. Batuk
8. Nyeri saat napas
D. Patofisiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan
adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi
oleh vena visceral dan parietal, dan saluran getah bening. Karena effusi pleura
adalah penumpukan cairan yang berlebih di dalam rongga pleura yaitu di dalam
rongga pleura viseralis dan parientalis, menyebabkan tekanan pleura meningkat
maka masalah itu akan menyebabkan penurunan ekspansi paru sehingga klien akan
berusaha untuk bernapas dengan cepat (takipnea) agar oksigen yang diperoleh
menjadi maksimal dari penjelasan masalah itu maka dapat disimpulkan bahwa
klien dapat terganggu dalam pola bernapasnya, Ketidakefektifan pola napas adalah
suatu kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi yang aktual atau
potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosa ini memiliki
manfaat klinis yang terbatas yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti dapat
mengatasi masalah. Umumnya diagnose ini ditegakkan untuk kasus seperti
hiperventilasi. Ketidakefektifan pola napas ditunjukan dengan tanda-tanda dengan
adanya perubahan kedalam pernafasan, dyspnea, takipnea, sianosis, perubahan
pergerakan dinding dada (Somantri,2015)
E. WOC
Bakteri Piogenik fungi Parasit Tuberculosis
(TB)
Infeksi fungi Infeksi amoeba
Berasal dari aktinomikis Komplikasi
jaringan dan jaringan Tropozoid tuberculosis
parenkim paru paru
Diafragma
Melalui sub
Menjalar secara
pleura yang
hematogen
Rongga Pleura robek
Effusi Pleura
G. Penatalaksanaan
Menurut Wijaya & Putri (2013) tujuan umum penatalaksanaan adalah
1. Untuk menemukan penyebab dasar
2. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
3. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal
jantung kongestif (CHF), pneumonia, sirosis hepatis.
Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dispnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage.
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit.
3. Obat-obatan
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
5. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
H. Komplikasi
Efusi pleura yang berupa eksudat jika tidak di tangani dengan baik akan
mengakibatkan perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura viseralis,Dan
keadaan tersebut dinamakan fibrotoraks. Apabila fibrotoraks meluas dapat
mengakibatkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan yang ada di bawahnya.
Dekortikasi perlu di lakukan untuk memisahkan membran – membran pleura.
1. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura
viseralis akibat effusi pleura tidak ditangani dengan drainase yang baik. Jika
fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan yang berat pada jaringan-
jaringan yang berada dibawahnya.Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membran pleura tersebut.
2. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat effusi pleura disebut juga
3. Fibrosis.
Pada fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada effusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
4. Kolaps paru
Atalektasis tekanan yang di akibatkan oleh tekanan extrinsik sebagian atau
semua paru akan mendorong udara untuk keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
5. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
6. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
7. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara
dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
8. Laserasi pleura viseralis
I. Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi situasi kesehatan klien.
Dasar utama memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu
merupakan tahap pengkajian (nursalam, 2008).
1. Data umum
Klien dengan effusi pleura akan merasasakan sesak nafas, batuk dan
nyeri pada dada saat bernapas. Kebanyakan effusi pleura bersifat
asimptomatik, gejala yang timbul sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritic, ketika effusi sudah menyebar memungkinkan timbul dyspnea
dan batuk. Effusi pleura yang besar akan mengakibatkan napas pendek.
Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullness
pada perkusi, dan penurunanbunyi pernapasan pada sisi yang
terkena(Somantri, 2012).
Klien dengan effusi pleura akan diawali dengan keluhan batuk, sesak
nafas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun.
(Muttaqin, 2012)Agar mempermudah perawat mengkaji keluhan sesak
napas, maka dapat di bedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak.Pengkajian
ringkas dengan menggunakan PQRST dapat lebih mempermudah perawat
dalam melengkapi pengkajian.
Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
seperti, Pengobatan untuk effusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada bedah plerektomi, dan terapi diuretik. (Padila,2012)
5. Pengkajian Psiko-sosio-spirutual
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1). Kesadaran
b. Mata
e. Telinga
f. Leher
I : Tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, warna kulit merata.
g. Paru-paru
h. Abdomen
i. Genetalia
j. Kulit
d. D (Diet) meliputi :
1) Nafsu makan,
7. Pemeriksaan Diagnostik
b. Defisit Nutrisi
c. Ansietas
e. Intoleransi Aktivitas
h. Gangguan perkusi
b. Diagnosa Keperawatan II
Defisit Nutrisi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan
normal dan hasil laboratorium dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1) Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya,
kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh.
2) Auskultasi suara bising usus.
Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya
gangguan pada fungsi pencernaan.
3) Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
4) Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu
makan.
5) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak
selingan memudahkan reflek.
6) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet TKTP
Rasional : Diet TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan
pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua
asam amino esensial.
7) Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya
(zevity, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 %
dari kebutuhan.
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah
asam lemak dalam tubuh.
d. Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan pola tidur
Tujuan :Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman
tanpa mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu
30-40 menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.
Rencana tindakan :
1) Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.
Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan
memperlancar peredaran O2 dan CO2.
2) Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan
kebiasaan pasien sebelum dirawat.
Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
mengganggu proses tidur.
3) Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.
Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.
4) Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.
Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap
kondisi pasien.
e. Diagnosa Keperawatan V
Intoleransi Aktivitas
Tujuan :Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.
Kriteria hasil :Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar
dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.
Rencana tindakan :
1) Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat
aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas.
2) Bantu px memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.
3) Awasi px saat melakukan aktivitas.
Rasional : Memberi pendidikan pada px dan keluarga dalam perawatan
selanjutnya.
4) Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
Rasional : Kelemahan suatu tanda px belum mampu beraktivitas secara penuh.
5) Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat.
Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.
6) Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu
mengembalikan pasien pada kondisi normal.
f. Diagnosa Keperawatan VI
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d kurangnya
informasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.
Kriteria hasil :
1) Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.
2) PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medik.
3) Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan
perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.
Rencana tindakan :
1) Kaji patologi masalah individu.
Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan
pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya
intervensi terapeutik.
2) Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang.
Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi
dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
3) Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat
(contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).
Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk
mencegah, menurunkan potensial komplikasi.
4) Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat,
latihan).
Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan
dan dapat mencegah kekambuhan.
Resiko Infeksi
Rencana Tindakan :
1) Pantau status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, intake dan outuput
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kea rah kemajuan atau
penyimpangan dari hasil pasien
2) Tempatkan pasien pada posisi semifowler
Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik
3) Berikan terapi intravena sesuai anjuran
Rasional : Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan mengkaji
keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obatan darurat
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Berikan oksigen melalui kanula nasal 4L/menit selanjutnya
sesuaikan dengan hasil PaO2
5) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda-
tanda toksisitas
Rasional : Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti
kondisi sebelumnya.
BAB II
A. Pengkajian
Kasus :
Ny.Y berumur 47 tahun tiba dirumah sakit tampak gelisah dengan keluhan
sesak nafas yang mendadak, berlangsung terus menerus, dan tidak disertai suara “ngik
– ngik”. Keluhan sesak dirasakan berat saat bernafas dan tidak membaik dengan
perubahan posisi yang membuatnya sulit untuk melakukan aktivitas. Pasien juga
mengeluh batuk dan penurunan nafsu makan serta berat badan menurun tanpa alasna
yang jelas.sebelumnya pasien pernah dirawat dengan diagnosis tumor paru kanan.
Hasil pemeriksaan TTV menunjukkan TD: 90/70 mmHg, nadi : 76x/menit, Suhu :
36,5oC, RR : 26x/menit. Dari pemeriksaan radiologis ditemukan adanya penumpukan
cairan dirongga pleura dengan jumlah 100cc dengan warna putih kekuningan.
YAYASAN KARYA HUSADA PARE KEDIRI A
D
FORMAT PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
Nama : Ny. Y
Ruang : Melati
Umur : 47
Agama : Islam
Bahasa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : -
Status : Kawin
Golongan Darah : O
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sesak nafas yang mendadak, berlangsung secara terus menerus
tetapi tidak disertai suara ngik ngik.keluhan dirasakan sesak nafas berat saat benafas dan
tidak membaik dengan perubahan posisi. Pasien mengeluh batuk dan penurunan nafsu
makan serta berat badan yang menurun tanpa alasan yang jelas.
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami riwayat penyakit seperti pasien.
Genogram:
Takut, Cemas
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi
Naik tangga √
Gosok gigi √
Keterangan : ..............................................................................................................
....................................................................................................................................
.......................................................................................................................... ..........
Frekuensi 3x@ -
Jenis Nasi, lauk, sayur Nasi lunak, bubur
halus
5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
Eliminasi Alvi
BB saat ini : 58
Perkembangan BB : BB menurun
TD : 90/70 mmHg
N : 76/menit
Suhu : 36,6 oC
RR : 26 xmenit
2. Kepala
Bentuk kepala simetris
3. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
4. Thorax (dada)
Dada simetris
5. Abdomen
Hepar lobus kanan terata 4 jari dibawah batas iga keras, tepi permukaan bermodul/keras,
lobus kiri teraba.
6. Tulang belakang
Tidak terdapat tulang belakang skoliosis,kifosis
7. Ekstremitas
Akral hangat, CRT <3 detik
9. Pemeriksaan Neurologis
GCS = 4 5 6
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium :
Pemeriksaan darah lengkap didapatkan WBC 12,6 10 3/µL
(leukositosis), kadar hemoglobin pada pasien ini (Hb 11,80 gr/dL).
Pada paien juga ditemukan adanya peningkatan bilirubin total ( 1,121
mg/dL), bilirubin direk (0,73 mg/dL), alkali phospatase (386,20 U/L),
SGAOT (182,70 U/L), SGPT (80,60 U/L), gamma GT (80,66 mg/dL),
globulin (3,88 g/dL), LDH (860,00 U/L), pada pasien juga ditemukan
hipoalbuminema (2,913 g/dL)
Pemeriksaan analisis gas darah ditemukan hipoxemia (PO2 77,00
mmHg), serta Hiponatremia (Na 125,00 mmol/L).
Pemeriksaan cairan pleura
Tes rivalta positif
2. Radiologi
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan foto thotax AP ditemukan perselubungan yang menutupi
lapang paru kanan, sinus pleura kanan, diafragma kanan.
Pemeriksaan EKG
Masih dalam batas normal.
Terapi
1. Oral
-
2. Parenteral
-
3. Lain – lain
Infus RL 7 tpm
Injeksi IV
B. Analisis Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Pasien mengeluhkan Menurunkannya Pola nafas tidak
sesak nafas secara mendadak ekspansi paru efektif
yang terjadi secara terus- sekunder
menerus
DO : Terhadap
1.TTV : penumpukan cairan
a.Suhu tubuh : 36,5OC dalam rongga pleura
b. Nadi : 76x/menit
c. TD : 90/70 mmHg
d. RR : 26x/menit
adanya penumpukan cairan
dirongga pleura dengan jumlah
100cc dengan warna putih
kekuningan
RR meningkat
Sistem pernafasan meningkat
Pola nafas abnormal
Fase ekspirasi memanjang
C. Rumusan Diagnosa
D. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1.Manajemen jalan napas
intervensi (I.01011)
keperawatan selama Observasi
2 x 24 jam maka pola - Monitor pola napas
napas membaik - Monitor bunyi nambah
dengan kriteria hasil: tambahan
1.Dispnea menurun Terapeutik
2.Penggunaan otot - Pertahankan kepatenan
bantu napas menurun. jalan napas
3.Pemanjangan fase - Posisikan semi-Fowler
ekspirasi menurun atau Fowler
4.Frekuasi napas - Berikan minum hangat
5.Kedalaman napas -Lakukan fisiterapi dada,
jika perlu
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
2.Pemantauan Respirasi
(I.01014)
Observasi :
- Monitor
frekuensi,irama,kedalaman
dan upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan
batuk efektif
-Monitor adanya
produksi spuntum
- Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik :
-Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
Pasien
-Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemanatauan , jika perlu
2. Terapi Oksigen
Observasi
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor tingkat
kecemasan
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas
Edukasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
Kolaborasi
-Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan
oksigen
Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2., FK. UI,
Media AES Culapius, Jakarta.
Morton, Gallo, Hudak, 2012. Keperawatan Kritis Volume 1 dan 2 Edisi 8. EGC ,
Jakarta.
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.
Muttaqi, Arif, 2012, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jakarta: Salemba Medika