Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya banyak
memerlukan barang-barang berupa makanan dan perlengkapan lainnya, baik yang
berupa kayu, plastik dan logam. Barang-barang tersebut ada yang disukai dalam
waktu yang lama dan ada juga yang tidak lama atau pun rusak yang kemudian di
buang. Sisa makanan dan barang-barang kebutuhan manusia yang tidak disukai
dan tidak digunakan lagi disebut sampah. Dampak yang diakibatkan oleh sampah
sangatlah beraneka ragam, bila jumlahnya terbilang kecil akibatnya mungkin
hanya menimbulkan bau tak sedap atau pun pemandangan yang tidak enak dilihat.
Akan tetapi apabila jumlahnya terbilang besar maka segudang permasalahan akan
bermunculan seperti sarang nyamuk atau sarang penyakit menular, terlebih lagi
bila tiba musim penghujan akan menimbulkan masalah yang lebih parah
contohnya banjir.
Masalah sampah bukan lagi menjadi sebuah fenomena yang baru di daerah
perkotaan karena dengan bertambahnya jumlah penduduk, sampah bukan lagi
menjadi sebuah masalah yang dapat dipandang sebelah mata melainkan sampah
telah menjadi suatu masalah yang cukup kompleks yang membutuhkan
penanganan yang tidak segampang membalikkan telapak tangan. Manusia sebagai
organisme yang hidup dalam suatu komunitas dapat memberi pengaruh dan dapat
merubah suatu lingkungan karena manusia mempunyai kemampuan, akal dan
teknologi dalam mengolah alam. Dapat dipahami bahwa manusia sebagai
makhluk hidup selalu tergantung pada lingkungannya, oleh karena itu dalam
hubungan antara manusia dengan lingkungannya harus diciptakan hubungan yang
selaras, serasi dan seimbang.
Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2012
tentang penyelenggaraan kebersihan, kebersihan adalah suatu keadaan fisik kota
yang bebas dari sampah. Pengelolaan kebersihan merupakan suatu rangkaian
yang bersifat sistematis tentang cara pengelolaan sampah mulai dari sumber

1
sampah sampai tempat pembuangan akhir yang meliputi kegiatan pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemanfaatan. Pengelolaan sampah
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungannya dan
kesehatan masyarakat, melindungi sumber daya alam khususnya air dari
pencemaran. Pengelolaan sampah juga berarti memperlakukan sampah dengan
tujuan untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang timbul
dalam kaitannya dengan lingkungan.

B. Perumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan diatas maka dengan ini peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran pemerintah daerah kecamatan Bintan Timur
menangani masalah pengelolaan sampah?
2. Kendala-kendala apa saja yang ditemui dalam hal pengelolaan
sampah?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian


Tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui mekanisme pengelolaan sampah yang dibuat oleh pemerintah
daerah.
2. Mengetahui permasalahan apa saja yang ditemui dalam pengelolaan
sampah.
3. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan
sampah.

Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:


1. Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya dan memperluas wawasan
penelitian di bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengenai masalah
pengelolaan sampah.

2
2. Bagi peneliti, sebagai bahan penelitian dan menambah wawasan di bidang
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya mengenai masalah pengelolaan
sampah.
3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebaagai bahan masukan bagi
pemerintah tentang peranan yang dilakukannya dalam upaya pengelolaan
sampah khususnya yang terdapat di kelurahan-kelurahan yang ada di Kota
Kijang.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dengan objek dan subyek
penelitian yang sama.

D. Konsep Teoritis
Untuk mengetahui konsep teori dalam penelitian ini, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Peran
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran. Menurut Hasyimi Ali (2002:464) menjelaskan peranan
adalah perilaku yang berlangsung atau tindakan yang berkaitan dengan kedudukan
tertentu dalam struktur organisasi. Istilah peranan dipakai untuk menunjukkan
gabungan pola-pola kebudayaan yang berkaitan dengan posisi tertentu. Peranan
itu meliputi sikap, nilai, dan perilaku yang ditentukan masyarakat kepada setiap
dan semua orang yang menduduki jabatan tertentu.

2. Kebijakan
Kebijakan pemerintah dapat didefinisikaan sebagai pilihan terbaik untuk
memproses nilai pemerintahan yang bersumber pada kearifan pemerintahan dan
mengikat secara formal, etik, dan moral diarahkan guna menepati
pertanggungjawaban aktor pemerintahan dalam lingkungan pemerintahan.
Kebijakan menurut Carl J. Friedrich (2014:82) adalah serangkaian konsep
tindakan yang diusulkan oleh seseorang atau sekelompok orang atau pemerintah
dalam satu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan

3
peluang, terhadap pelaksanaan usulan tersebut daalaam rangkaa mencapai tujuan
tertentu.

3. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat
dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Pemerintah
secara tidak langsung mengatur hidup masyarakat. Pemerintah menjalankan
wewenang dan kekuasaan, mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu
negara atau bagian-bagiannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah
merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengelola
sistem pemerintah dan menetapkan kebijakan untuk mencapai tujuan negara.
Menurut Osborne dan Plastrik (2013:76) bahwa pemerintah merupakan lembaga
yang besar, kompleks, dan ruwet.
Pemerintah menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah
merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengelola
sistem pemerintah dan menetapkan kebijakan untuk mencapai tujuan negara.

4. Kebersihan Lingkungan
Lingkungan yang bersih dan asri merupakan dambaan bagi setiap warga
masyarakat yang menempati suatu pemukiman. Masalah-masalah yang
mengganggu kesehatan warga suatu pemukiman seringkali berasal dari kurangnya
kualitas kebersihan dari warga dan lingkungannya. Kesadaran masyarakat perlu
dibangkitkan untuk memiliki perilaku bersih yang lebih baik dengan memberikan
kesadaran untuk bersama-sama menunjukkan perilaku hidup bersih yang lebih
baik. Upaya peningkatan perilaku hidup bersih masyarakat yang lebih baik antara
lain dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial yang dapat
membangkitkan kesadaran untuk berperilaku hidup bersih untuk menciptakan
lingkungan hidup yang bersih dan asri.
Perilaku bersih merupakan kebutuhan penting untuk kehidupan manusia
dalam upaya meningkatkan kesehatan kualitas hidup dan kelestarian lingkungan,

4
hidup bersih akan membantu tercapainya kehidupan yang sehat karena bersih
mengandung pengertian bebas dari kotoran. Untuk menanamkan perilaku bersih
pada masyarakat antara lain dengan membudayakan hidup bersih, sehingga
pemerintah selalu mengingatkan masyarakat tentang perlunya perilaku bersih.

E. Konsep Operasional
Adapun konsep operasionalnya yang akan dijelaskan adalah:
Pemerintah merupakan sebuah sistem multiproses yang bertujuan
memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan yang diperintah akan jasa
publik. Pemerintah bermula pada suatu bentuk pemerintahan yang berarti
terbentuknya hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah berdasarkan
berbagai cara. Pemerintah yang berwenang memproses pelayanan publik dan
berkewajiban memproses pelayanan civil bagi setiap orang melalui hubungan
pemerintahan, sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan
menerimanya pada saat diperlukan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah merupakan sebuah
organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengelola sistem pemerintah
dan menetapkan kebijakan untuk mecapai tujuan negara. Seperti yang kita ketahui
bahwa pelayanan kebersihan lingkungan sepenuhnya merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat. Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai
aktivitas seseorang, sekelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak
langsung untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
Definisi operasional dari variabel peneliti Peran Pemerintah dalam
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bintan Timur, mengacu pada Peran Dinas
Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman melalui variabel program indikator:
1. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
2. Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
3. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan sarana
dan prasarana pengelolaan sampah; dan

5
4. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengelolaan
sampah.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan wawancara
pemerintah daerah dan para pekerja kebersihan di lingkungan sekitar. Penelitian
deskriptif kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari
sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian
kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2006).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Bintan Timur Kelurahan Kijang
Kota. Dipilihnya lokasi ini karena kesadaran masyarakat masih rendah dan peran
serta kepedulian masyarakat masih kurang dalam masalah kebersihan lingkungan
serta peran pemerintah daerah dalam mengawasi pengelolaan sampah yang berada
di kecamatan Bintan Timur.
3. Informan
Informan adalah subyek yang memahami informasi objek penelitian
sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.
4. Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi mengenai peran pemerintah dalam
pengelolaan sampah maka dalam pelaksanaannya data dan informasi yang
diperoleh akan dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu data primer dan data
sekunder.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
dipergunakan teknik:
a. Observasi atau pengamatan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara
langsung agar mendapatkan data yang lebih lengkap mengenai fenomena yang

6
terjadi dilapangan. Seperti observasi di lingkungan kecamatan Bintan Timur
dalam hal kebersihan lingkungan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada narasumber
yaitu pemerintah daerah dan para pekerja kebersihan di lingkungan sekitar.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari
dokumen yang ada dalam lokasi peneliti, yaitu berupa gambar atau foto, file-file
yang bisa didapatkan dari pemerintah daerah dan catatan lainnya yang berkenaan
dengan judul peneliti yaitu mengenai pengelolaan sampah dalam mewujudkan
kebersihan lingkungan.

G. Teknik Analisa Data


Setelah data itu diperoleh sepenuhnya, data-data tersebut akan dianalisa,
dan mengacu pada konsep operasional. Tindak lanjut dari kegiatan pengumpulan
data adalah mengelola data dan menganalisa data yang diperoleh dari hasil
wawancara. Proses pengelolaan dan menganalisa data ini dimaksudkan untuk
mengetahui permasalahan sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian, sekaligus
menaruh kesimpulan yang relevan terhadap hasil penelitian yang didapat dari
berbagai sumber. Data-data yang diperoleh baik dari data primer maupun data
sekunder yang diperoleh dari lapangan akan dieksplorasikan secara mendalam.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Peran
Peran dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi bagian atau yang
memegang pimpinan serta didominasi dari keseluruhan posisi atau kedudukan
yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan
kelompok lain atau kelompok yang lebih besar dalam suatu peristiwa. Menurut
Soerjono Soekamto (2004:212) peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.
Dalam pendapatnya lebih lanjut menjelaskan, apabila seseorang
melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan
suatu peran. Perbedaan antara kedudukan dan peran adalah untuk kepentingan
ilmu pengetahuan keduanya tak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung
pada yang lainnya. Artinya, peran dan kedudukan tidak dapat dipisahkan karena
saling berkaitan untuk bekerja sama dalam suatu tugas yang mana fungsi
keduanya sangat penting untuk bekerja dalam suatu organisasi.

2. Kebijakan
Kebijakan pemerintah dapat didefinisikan sebagai pilihan terbaik untuk
memproses nilai pemerintahan yang bersumber pada kearifan pemerintahan dan
mengikat secara formal, etik, dan moral diarahkan guna menepati
pertanggungjawaban aktor pemerintahan dalam lingkungan pemerintahan. Secara
umum, istilah “kebijakan” atau “policy” menurut Budi Winarno, (2002: 14-15)
dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat,
suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam
suatu bidang tertentu. Pengertian kebijakan seperti ini dapat digunakan dan relatif
memadai untuk keperluan pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi
kurang memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih ilmiah dan
sistematis menyangkut analisis kebijakan publik.

8
Kebijakan juga diartikan sebagai pernyataan-pernyataan mengenai kontrak
penjaminan atau pernyataan tertulis. Pengertian ini mengandung arti bahwa yang
disebut kebijakan adalah mengenai suatu rencana, pernyataan tujuan, kontrak
penjaminan dan pernyataan tertulis baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, partai
politik, dan lain-lain.

3. Pemerintah
Pemerintah sebagai lembaga atau badan publik yang mempunyai fungsi
dan tujuan Negara, yang mengelola kewenangan-kewenangan, melaksanakan
kepemimpinan dan mengkoordinasi pemerintahan, serta pembangunan
masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan. Konsep
pemerintah didefinisikan oleh Istianto (2009:25) merupakan suatu bentuk
organisasi dasar dalam suatu negara.
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat
dan menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu. Pemerintah
secara tidak langsung mengatur hidup masyarakat. Pemerintah menjalankan
wewenang dan kekuasaan, mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu
negara atau bagian-bagiannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemerintah
merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengelola
sistem pemerintah dan menetapkan kebijakan untuk mecapai tujuan negara.
Syafeii (2004:47) menjelaskan bahwa pemerintah adalah badan atau organ elit
yang melakukan pekerjaan mengatur dan mengurus dalam suatu negara.

4. Kebersihan Lingkugan
Perilaku bersih merupakan kebutuhan penting untuk kehidupan manusia
dalam upaya meningkatkan kesehatan kualitas hidup dan kelestarian lingkungan,
hidup bersih akan membantu tercapainya kehidupan yang sehat karena bersih
mengandung pengertian bebas dari kotoran. Untuk menanamkan perilaku bersih
pada masyarakat antara lain dengan membudayakan hidup bersih, sehingga
pemerintah selalu mengingatkan masyarakat tentang perlunya perilaku bersih.

9
Perilaku-perilaku yang tidak bersih dalam menjaga kesehatan lingkungan
masyarakat masih sering ditemukan sehingga menjadi masalah tersendiri pula
untuk membentuk kesadaran warga untuk memiliki perilaku bersih yang lebih
baik. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu agar memperoleh ilmu
pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Termasuk
dalam usaha meningkatkan kebersihan lingkungan pemukiman dapat dilakukan
melalui peningkatan pengetahuan. Hal yang tidak boleh dilakukan dalam
menangani sampah adalah:
1. Jangan membakar sampah, karena jika sampah itu dibakar, racun yang
ada dalam sampah tersebut membuat polusi udara termasuk pada udara
yang kita hirup yang dapat membuat kita sakit.
2. Jangan mengubur sampah, karena racun yang ada didalam sampah
akan meresap atau merembes kedalam tanah dan membuat air yang
ada didalam tanah dapat tercemar begitu juga lingkungan disekitarnya.
3. Jangan membuang sampah, karena racun yang ada didalam sampah
dapat mencemari lingkungan disekitar kita, makhluk hidup dan
lingkungan kita akan mengalami kerusakan dan racun akan terus
bertambah dimana-mana.
Ketika kita membuang sampah plastik atau segala sesuatu yang terbuat
dari plastik (tas plastik, pembungkus permen, styrofoam, kemasan dari bahan
spon, dll), akan membutuhkan waktu sekitar 200-400 tahun untuk hancur.
Membakar plastik menyebabkan zat-zat beracun dari sampah itu akan terlepas
menuju atmosfir dan tentu akan masuk ke udara yang kita hirup. Menghirup
polusi udara seperti ini akan menyebabkan dampak negatif yang serius pada
kesehatan termasuk melemahnya kekebalan tubuh dan kanker paru-paru.
Jika kita membuang sampah organik yang masih terbungkus plastik,
sampah tersebut tidak bisa terurai atau hancur. Jadi pastikan sampah organik
dipisahkan dari plastiknya. Tentu kita tidak mau menyebabkan teman atau
keluarga kita sakit, hal yang harus dilakukan yaitu sampah harus dipisahkan,
karena sampah akan berguna jika kita pisahkan menurut jenisnya.

10
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Kabupaten Bintan
Kabupaten Bintan Timur adalah suatu wilayah yang terdiri dari 5 (lima)
kecamatan, yakni: Kecamatan Bintan Timur, Gunung Kijang, Bintan Pesisir,
Mantang, dan Tambelan. Inilah yang menjadi embrio terlahirnya wacana
pembentukan Kabupaten Bintan Kepulauan sekaligus untuk menjadi pemekaran
daerah Kabupaten Bintan. Kabupaten Bintan sebelumnya bernama Kabupaten
Kepulauan Riau. Perubahan nama ini dikarenakan berdirinya Provinsi Kepulauan
Riau yang merupakan pemisahan wilayah dari Provinsi Riau. Perubahan nama
Kabupaten Kepulauan Riau menjadi Kabupaten Bintan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006, dimaksudkan agar tidak timbul kerancuan atau
kebingungan antara Provinsi Kepulauan Riau dengan Kabupaten Bintan dalam
segala hal seperti administrasi dan korespondensi sehingga nama Kabupaten
Kepulauan Riau dirubah menjadi Kabupaten Bintan.

2. Sejarah
Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan) pada zaman dahulu dikenal dengan
julukan “Bumi Segantang Lada”, hal ini dikarenakan wilayah Kabupaten Bintan
terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di wilayah Laut Cina
Selatan. Di Kepulauan Riau pada kurun waktu 1722-1911 terdapat dua Kerajaan
Melayu yang berkuasa dan berdaulat. Kedua kerajaan tersebut yaitu Kerajaan
Riau Lingga yang berpusat di Daik, dan Kerajaan Melayu Riau yang berpusat di
Pulau Bintan. Dalam perjalanannya kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur
menjadi satu dengan pusat pemerintahannya berada di Pulau Penyengat.
Pada tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1983,
telah dibentuk Kota Administratif (Kotif) Tanjungpinang yang membawahi dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Kecamatan Tanjungpinang
Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 34
Tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam. Dengan adanya

11
pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian
Kabupaten Kepulauan Riau. Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2000,
Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan lagi menjadi 3 Kabupaten yakni,
Kabupaten Kepulauan Riau (Bintan), Kabupaten Karimun, dan Kabupaten
Natuna.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2001, Kota
Administratif Tanjungpinang ditingkatkan statusnya menjadi Kota Otonom yang
terpisah dari Kabupaten Kepulauan Riau dengan memiliki 4 kecamatan yakni,
Kecamatan Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang Kota,
dan Bukit Bestari.

3. Kondisi Fisik Lingkungan dan Geografi


Bintan merupakan sebuah wilayah dengan luas total 88.038 km 2 dengan
jumlah penduduk 149.120 jiwa. Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus
bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan persebaran penduduk. Penduduk
terbanyak tercatat di Kecamatan Bintan Timur yaitu sebanyak 40.667 jiwa. Jika
dilihat dari kajian pemekaran Kabupaten Bintan 2014, terdiri dari 10 Kecamatan
yang dibedakan menjadi kecamatan induk (Bintan Utara, Seri Kuala Lobam,
Teluk Sebong, Teluk Bintan, dan Toapaya), dan Kecamatan pemekaran (Bintan
Pesisir, Mantang, Bintan Timur, Gunung Kijang, dan Tambelan).
Secara geografis, wilayah kabupaten Bintan terletak antara 0 06’17”-
134’52” Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur disebelah Barat -
10802’27” Bujur Timur disebelah Timur dengan batas-batas sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Anambas
 Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga
 Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota Tanjungpinang
 Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan pemekaran
wilayahnya melalui Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2007 Tentang Pembentukan
Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air
Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan

12
Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung
di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan
Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong. Sehingga
sekarang jumlah Kelurahan di Kabupaten Bintan sebanyak 51 Kelurahan.
Selain itu juga dilakukan pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah
No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan
Mantang, Kecamatan Bintan Persisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan
terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Bintan bertambah 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh)
Kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Seri Kuala Lobam, Bintan Utara,
Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya,
dan Tambelan.

4. Potensi
Kabupaten Bintan memiliki banyak sekali potensi baik dalam segi
pariwisata, industri, perikanan, pertambangan, maupun peternakan. Dibidang
pariwisata, Kabupaten Bintan mempuyai kondisi alam yang luar biasa dengan
banyak pantai eksotis yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik
mancanegara maupun domestik. Kabupaten Bintan mengarahkan potensi
kepariwisataannya untuk pengembangan wisata terpadu, wisata bahari, wisata
religi/sejarah, dan ekowisata. Kabupaten Bintan juga memiliki kawasan wisata
yng sudah sangat terkenal dimancanegara, yaitu kawasan wisata Lagoi dilahan
seluas 23.000Ha, terdapat 7 hotel bertaraf internasional, 2 Resort dan 2 lapangan
golf bertaraf internasional dengan 36 hole. Kawasan wisata Lagoi terkenal dengan
pantainya yang indah dengan pasir putih yang mempesona.
Selain dari kawasan wisata Lagoi, Kabupaten Bintan juga menawarkan
ekowisata sebagai pilihan lain dari berwisata di Kabupaten Bintan. Ekowisata di
Kabupaten Bintan dipusatkan di Kawasan Air terjun Gunung Bintan. Wisata
Religi/sejarah Kabupaten Bintan berada di kawasan Kota Kara dan Bukit Kerang.
Wisata bahari Kabupaten Bintan yang berada di Pantai Sakera Tanjung Uban di
Kecamatan Bintan Utara, Kawasan Trikora merupakan salah satu kawasan wisata

13
potensial di pesisir timur Pulau Bintan seluas 1.800Ha di Kecamatan Gunung
Kijang, Kawasan Berakit dan beberapa pulau di Kecamatan Tambelan, Bintan
Pesisir dan Mantang. Desa Wisata (Kawal dan Teluk Bakau di Kecamatan
Gunung Kijang, Sebong Pereh, Sei Kecil, Sebong Lagoi dan Berakit di
Kecamatan Teluk Sebong, serta Bintan Bekapur di Kecamatan Teluk Bintan.

5. Tugas Pokok dan Fungsi


Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan otonomi daerah dibidang Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman. Tugas pemerintah daerah dalam menjamin terselenggaranya
pengelolaan sampah, terdiri atas:
a. Menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
b. Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
c. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah; dan
d. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengelolaan
sampah.
Tahap-tahap pengelolaan terdiri atas beberapa proses, dimulai dari sumber
sampah hingga proses pembuangan ke TPA. Pengelolaan sampah ditujukan pada
pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir
(TPA), membuat tempat pembuangan sementara (TPS), transportasi yang sesuai
lingkungan dan pengelolaan TPA. Sebelum dihancurkan, sampah dapat diolah
terlebih dahulu untuk memperkecil volume yang didaur ulang atau dimanfaatkan
kembali.
1. Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalan volume sampah yang dihasilkan dari jenis
sampah di wilayah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah
adalah:

14
a. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat begitu juga
mempengaruhi meningkatnya timbulan sampah;
b. Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi
seseorang akan semakin banyak timbulan sampah yang dihasilkan;
c. Kemajuan teknologi, akan menambah jumlah dan kualitas sampahnya.
Besarnya timbulan sampah yang dihasilkan dan dalam upaya mencegah
permasalahan yang dapat terjadi dari aktifitas masyarakat tersebut maka
pemerintah perlu untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mengatasinya. Namun
upaya-upaya pengelolaan sampah masih menimbulkan permasalahan.

2. Pewadahan dan Pemilahan Sampah


Pewadahan sampah adalah aktifitas menampung sampah sementara dalam
suatu wadah di tempat sumber sampah. Pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan mengadakan pemilahan sampah basah (organik) dan sampah kering
(anorganik). Bagi rumah tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah
basah menjadi kompos yang berguna untuk tanaman, sedangkan untuk sampah
kering seperti kertas, botol, plastik, dan kaleng sebelum dibuang sebaiknya dipilah
dulu, karena sampah tersebut ada yang bisa didaur ulang atau digunakan kembali,
dan bisa diberikan kepada pemulung. Kemudian sampah yang tidak bisa
digunakan kembali dapat dibuang.
Pewadahan ini dilakukan pada sampah yang telah dipilah yakni sampah
organik, anorganik, dan sampah berbahaya beracun. Pola pewadahan yang
dimaksud adalah pola individual, adalah aktifitas penanganan penampungan
sampah sementara dalam suatu wadah khusus dari sampah individu yaitu setiap
keluarga menyediakan pewadahan yang ditempatkan di halaman depan rumah
atau di pinggir jalan sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan
pengangkutan. Maksud dari pewadahan ini adalah untuk memisahkan sampah
anorganik menurut jenisnya agar mempermudah dalam proses pengolahan
selanjutnya.

15
3. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai
dari pewadahan/penampungan sampai dari timbulan sampah ke tempat
penampungan sementara yang sekaligus diangkut ke TPA. Pengambilan sampah
dilakukan pada waktu tertentu yang dilakukan oleh petugas kebersihan kota
dengan mendatangi tiap-tiap sumber sampah untuk selanjutnya dibawa ke tempat
pemrosesan akhir. Sedangkan pengangkutan sampah merupakan kegiatan yang
dimulai dari titik pengumpulan dari TPS ke TPA.

4. Tempat Pembuangan Akhir/Tempat Pemrosesan Akhir


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sarana untuk berlangsungnya
kegiatan pembuangan akhir sampah. Pembuangan sampah dilakukan di tempat
tertentu sehingga tidak menganggu kesehatan masyarakat. Tempat tersebut tidak
dibangun dekat dengan sumber air minum atau sumber lainnya yang dipergunakan
oleh manusia. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir, dan di tempat yang
jauh dari tempat tinggal manusia. Setelah sampah dikumpulkan dan diangkut,
selanjutnya sampah dibuang ke tempat pembuangan sementara yang tersedia.
Upaya penanganan diharapkan mampu mengurangi jumlah sampah mulai
dari sumbernya sampai ke tempat pembuangan akhir. Menangani pengurangan
sampah dilakukan dengan kegiatan 3R, yaitu:

A. Reduce (Mengurangi)
Reduce adalah kegiatan mengurangi sampah, namun tidak akan
menghilangkan sampah secara keseluruhan tetapi cara ini dapat mengurangi
sampah dalam jumlah yang terlihat. Oleh karena itu kita harus mengurangi
penggunaan bahan atau barang yang kita gunakan dalam aktifitas sehari-hari,
karena semakin banyak kita menggunakan bahan atau barang, maka akan semakin
banyak sampah yang dihasilkan. Agar tidak banyak menghasilkan sampah kita
bisa meminimalisir penggunaan benda-benda sekali pakai yang bisa menjadi
sampah. Mengurangi produksi sampah dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
menggunakan bahan atau barang yang awet, mengurangi penggunaan barang

16
sekali pakai, mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutuhkan, merawat
dan memperbaiki pakaian, mainan, dan peralatan rumah tangga dari pada
menggantinya dengan yang baru, dan menggunakan keranjang atau kantong yang
dapat digunakan berulang-ulang.

B. Reuse (Memakai Kembali)


Reuse adalah menggunakan kembali sampah yang masih dapat
digunakan fungsinya untuk mengurangi sampah. Proses menggunakan kembali
sampah dalam kehidupan sehari-hari tanpa mendaur ulangnya dulu bukanlah hal
yang mudah untuk dilakukan karena membutuhkan tempat dan lingkungan yang
memadai. Sebisa mungkin pilihlah barang yang bisa dipakai kembali. Hindari
pemakaian barang yang sekali pakai, hal ini dapat memperpanjang waktu
pemakaian barang sebelum menjadi sampah. Pemakaian kembali barang bekas
tanpa harus memprosesnya dulu dapat dilakukan dengan cara, menggunakan
kembali kemasan untuk fungsi yang sama atau untuk fungsi lainnya,
memanfaatkan barang kemasan menjadi tempat menyimpan suatu barang, dan
menggunakan bahan yang bisa dipakai ulang daripad yang sekali buang.

C. Recycle (Mendaur Ulang)


Recycle merupakan sebuah proses mengolah kembali sampah atau benda-
benda bekas menjadi barang atau produk baru yang memiliki nilai manfaat.
Barang-barang yang sudah tidak bisa digunakan lagi, dapat didaur ulang. Namun
tidak semua barang bisa didaur ulang, kita dapat memanfaatkan sampah menjadi
barang lain. Namun mendaur ulang sampah anorganik sulit bila dilakukan sendiri,
tetapi kita dapat dengan mudah bila mendaur ulang sampah organik dengan
mengubahnya menjadi pupuk kompos. Sampah anorganik yang masih memiliki
nilai ekonomis yang dapat didaur ulang misalnya kertas, plastik, gelas, kaleng,
botol, dan sisa kain dapat dikumpulkan kemudian dijual kepada pengepul sampah
sedangkan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi langsung dibuang ke TPA.
Recycle adalah menunda penumpukkan sampah yang sifatnya anorganik,
maka lambat laun hasilnya pun akan menjadi sampah kembali. Kegiatan mendaur

17
ulang sampah ini merupakan kegiatan yang cukup menarik, karena kita tidak perlu
membeli bahan-bahan yang baru untuk membuat suatu kerajinan. Kita masih bisa
memanfaaatkan sampah yang dianggap masih dapat digunakan untuk membuat
kerajinan tersebut yang bernilai ekonomis tinggi. Berikut skema pengelolaan
sampah.

18
BAB IV
PERAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
DIKECAMATAN BINTAN TIMUR

Dengan dikeluarkannya Peratuan Daerah Kabupaten Bintan No.12 Tahun


2012 tentang Penyelenggaraan Kebersihan setiap orang atau badan yang
mengadakan kegiatan wajib menyediakan tempat penampungan sampah, sehingga
akan lebih mudah dalam melakukan masalah penanganan sampah. Peran dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan dalam pengelolaan sampah khususnya di
Bintan Timur dapat kita lihat dari beberapa indikator pembahasan yang akan
diuraikan oleh peneliti. Adapun indikator yang diuraikan berdasarkan fungsi dan
perannya, yaitu: Menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah, melakukan penelitian untuk
mengembangkan teknologi, pengurangan, dan penanganan sampah, memfasilitasi,
mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan
pemanfaatan sampah, melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, mendorong dan
memfasilitiasi pengembangan manfaat hasil pengelolaan sampah. Berikut ini
beberapa uraian indikator yang menjadi pembahasan untuk mengetahui seberapa
besarnya peran pemerintah kabupaten Bintan Timur dalam pengelolaan sampah
sebagai berikut:

1. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam


pengelolaan sampah
Kebersihan merupakan sebuah cerminan bagi setiap individu dalam
menjaga kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui bahwa
kebersihan merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran, penyakit
dan lain-lain yang dapat merugikan segala aspek yang menyangkut setiap kegiatan
dan perilaku lingkungan masyarakat. Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan
sangat penting dalam mengatasi berbagai masalah mengenai pengelolaan
kebersihan, dengan dilakukannya pembinaan masyarakat dalam pengelolaan

19
sampah dapat melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada
kebutuhan atas kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang
kebersihan.
Perubahan bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud apabila ada usaha
untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap
dan perilaku terhadap kebersihan atau sampah tidak lagi didasarkan kepada
keharusan atau kewajibannya, tetapi lebih didasarkan kepada nilai kebutuhan.
Pembinaan terhadap peran serta masyarakat harus dilakukan secara terus menerus,
terarah, terencana, dan berkesinambungan. Masyarakat harus mengerti dan
memahami masalah kebersihan lingkungan serta secara aktif dalam mewujudkan
kebersihan lingkungan.
Peran serta masyarakat dapat dimulai dari skala individual rumah tangga
yaitu dengan mereduksi timbulan sampah rumah tangga. Dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah, sampah
rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah
tangga yang sebagian besar terdiri dari sampah organik, tidak termasuk tinja, dan
sampah spesifik. Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama antar
pemerintah daerah atau badan usaha dalam pengelolaan sampah. Kerja sama
dalam bidang pengelolaan sampah mencakup:
a. Penyediaan/pembangunan TPA;
b. Sarana dan prasarana TPA;
c. Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
d. Pengelolaan TPA; dan
e. Pengelolaan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.
Pengelolaan menurut kamus besar bahasa indonesia (2013:561) definisi
kelola atau mengelola adalah mengendalikan, mengatur, menyelenggarakan,
mengurus, dan menjalankan. Sedangkan pengertian pengelolaan adalah proses,
cara, dan perbuatan mengelola Dalam kamus besar bahasa indonesia mengartikan
sampah sebagai benda yang dibuang karena tidak terpakai dan tidak dapat
digunakan lagi. Menurut kamus istilah lingkungan pengertian sampah adalah

20
bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara
biasa atau khusus dalam produksi atu pemakaian, barang rusak atau cacat selama
manufaktur atau materi berlebihan atau buangan.
Sampah merupakan konsekuensi yang ada karena aktifitas masyarakat.
Akan tetapi, masyarakat tidak menyadari bahwa setiap hari akan menghasilkan
sampah baik organik maupun anorganik. Kebanyakan masyarakat tidak mau
untuk mengolah sampah yang telah mereka hasilkan tersebut, karena mereka
menganggap bahwa hal itu boleh untuk dilakukan. Oleh karena itu, peran serta
setiap masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi masalah sampah yang tidak
ada hentinya. Pembinaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan
atas kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan
mengembangankan peran seta masyarakat dalam meningkatkan kebersihan
lingkungan.

2. Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,


penanganan, dan pemanfaatan sampah
Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani akan menyebabkan
berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung. Selain penumpukan
di tempat pembuangan sementara, sampah pun akan semakin meningkat
jumlahnya di tempat pembuangan akhir, maka perlu dilakukan pengurangan dan
penanganan untuk menindak lanjuti permasalahan tersebut. Dalam Undang-
undang No. 18 Tahun 2008 pengurangan sampah meliputi kegiatan:
a. Pembatasan timbulan sampah;
b. Pendaur ulangan sampah; dan
c. Pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan penanganan sampah meliputi kegiatan:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah;

21
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Sejauh ini, berbagai upaya terus-menerus dilakukan meskipun dalam
perkembangannya masih terdapat berbagai kendala yang sering dijumpai.
Meskipun sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, sampah
tetap saja terlihat menumpuk. Tempat sampah khusus sudah disediakan seperti
tempat sampah terpilah untuk sampah khusus berbahan organik, tempat sampah
khusus untuk plastik, dan tempat sampah khusus logam. Namun tempat sampah
itu sepertinya tidak berfungsi dan jarang digunakan. Penyebab banyaknya
timbulan sampah dikarenakan pola konsumsi masyarakat itu sendiri, tambah
banyaknya bahan yang dikonsumsi akan bertambah banyak pula sampah yaang
dihasilkan. Perubahan pola hidup juga membawa permasalahan persampahan.
Sebagian besar sampah yang terlihat adalah kemasan atau pembungkus
(packaging). Hal yang rutin terlihat adalah ketergantungan masyarakat akan
kemasan yang pada umumnya berupa plastik berbagai jenis yang menghasilkan
sampah yang biasanya dibuang dimana saja.
Pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan. Oleh
karena itu dibutuhkan penanganan yang tepat, dan besarnya timbulan sampah
sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatannya. Timbulan sampah
yang terdapat di Kabupaten Bintan sebanyak 127 ton/hari, sedangkan 36,6
ton/hari di Kecamatan Bintan Timur. Sampah yang ditangani sebanyak 85%.
Sedangkan yang terangkut ke TPA yang terletak di Sei Enam sebanyak 63m 3
per/hari. Akan tetapi masih kurangnya sarana dan prasarana dalam pengelolaan

22
sampah dikarenakan jumlah armada yang terbatas, kurangnya armada
pengangkutan yang dibutuhkan serta tidak adanya anggaran untuk penambahan
armada pengangkut sampah.

3. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan sarana


dan prasarana pengelolaan sampah
Pengelolaaan sampah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan jika
memang kita tidak ingin lingkungan kita menjadi tercemar akibat penimbulan
sampah yang semakin memburuk. Berbagai upaya pun telah dilakukan pemerintah
namun terwujudnya lingkungan bersih dan sehat tidak terlepas dari partisipasi dan
peran masyarakat sekitar. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi
masalah sampah yakni mengadakan sosialisasi langsung kepada masyarakat.
Namun tetap saja tidak semua masyarakat sadar dan tidak mau berpartisipasi
dalam mengatasi masalah persampahan tersebut. Masyarakat masih menyepelekan
masalah sampah ini terbukti dengan banyaknya orang yang cenderung membuang
sampah sembarangan. Akibatnya lingkungan menjadi tercemar.
Masyarakat dan pemerintah harus dapat bekerja sama dalam mengatasi
masalah ini. Pemerintah juga masih menemui masalah dalam pengelolaannya
yaitu jumlah armada yang terbatas, serta dibutuhkannya anggaran untuk sarana
pengangkutan. Dalam Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah,
kegiatan reduce, reuse, dan recycle yang selanjutnya disebut kegiatan 3R adalaah
segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan
sampah, kegiatan penggunaan kembali sampah layak pakai untuk fungsi yang
sama atau fungsi yang lain, dan kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan
produk baru. Sedangkan bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan
sampah yang dapat didaur ulang atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.
Kondisi bank sampah masih kurang dijalankan karena belum adanya
sosialisasi kepada masyarakat mengenai bank sampah itu sendiri, akibatnya belum
banyak masyarakat yang tahu tentang adanya bank sampah. Diperikarakan baru
20% masyarakat yang ikut peduli terhadap bank sampah, selain dari pada itu

23
masyarakat belum mengetahui apa fungsi dan keberadaan bank sampah. Seperti
yang kita ketahui bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan. Membuang sampah pada
tempatnya itu adalah masalah yang sangat mudah dilakukan, tetapi tidak untuk
dianggap mudah, karena banyak masyarakat yang mengabaikan. Mungkin saja
tidak tersedianya tempat sampah dimana mereka berada, dan mereka terpaksa
untuk membuang sampah sembarangan.
Sekecil apapun yang kita lakukan, secara tidak langsung kita sudah turut
serta melestarikan lingkungan. Seperti yang kita ketahui bahwa sampah yang
tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada
lingkungan. Membuang sampah pada tempatnya itu adalah masalah yang sangat
mudah dilakukan, tetapi tidak untuk dianggap mudah, karena banyak masyarakat
yang mengabaikan. Mungkin saja tidak tersedianya tempat sampah dimana
mereka berada, dan mereka terpaksa untuk membuang sampah sembarangan.
Kebiasaan masyarakat membuang sampah, tanpa disadari masyarakat
menganggap membuang sampah sembarangan adalah hal yang biasa. Berawal
dari kebiasaan itulah masyarakat menjadi malas untuk membuang sampah pada
tempatnya. Saat ini, dalam menanggapi masalah membuang sampah sembarangan
sudah menjadi pola perilaku di masyarakat yang biasa karena semua orang
melakukannya. Secara tidak sadar perilaku membuang sampah sembarangan akan
menjadi satu bentuk perilaku yang di dalam pikiran setiap masyarakat atau
individu, membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang salah.
Perlu adanya usaha untuk membangkitkan perubahan bentuk perilaku
masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap dan perilaku terhadap kebersihan
atau sampah tidak lagi didasarkan kepada keharusan atau kewajiban, tetapi lebih
didasarkan kepada nilai kebutuhan. Untuk mengubah kebiasaan tersebut, maka
diperlukan pembinaan terhadap peran serta masyarakat yang dilakukan secara
menyeluruh. Pembinaan harus dilakukan secara terus menerus serta melibatkan
berbagai unsur yang terkait dalam proses menciptakan kebersihan lingkungan.

24
4. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengelolaan
sampah
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang
sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar adalah pembuangan sampah.
Sampah-sampah yang akan dibuang dan ditumpuk begitu saja pada tempat yang
sudah disediakan tanpa diapa-apakan lagi sebelum truk-truk khusus
mengangkutnya. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar, lingkungan akan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan
menjadi bibit penyakit dikemudian hari. Walaupun terbukti sampah itu dapat
merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi masih ada sisi manfaatnya. Hal
ini karena selain dapat merugikan masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi
barang yang bermanfaat.
Ketika masih dibutuhkan, sampah pun dapat dijaga dan diperlakukan
dengan baik, namun ketika tidak terpakai lagi akan dibuang dan tidak dipedulikan
lagi. Padahral, tidak semua sampah adalah musuh yang harus dimusnahkan.
Melalui pengelolaan secara terpadu, sebagian besar sampah dapat dimanfaatkan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah tangga pengolahan sampah
meliputi kegiatan:
a. Pemadatan;
b. Pengomposan;
c. Daur ulang materi; atau
d. Daur ulang energi
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, dan gas. Pengelolaaan
sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki
nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak
membahayakan bagi lingkungan hidup. Pengelolaan sampah dilakukan secara
beda-beda tergantung zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengelola, dan
ketersediaan area.

25
Metode pendaur ulang kembali sampah adalah cara untuk meminimalisir
dampak timbulan sampah, sehinga dapat dilakukan pencegahan termasuk
penggunaan kembali sampah sekali pakai, memperbaiki barang yang rusak,
mendesain produk agar bisa digunakan kembali, serta mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai, kemudian memperbaikinya kembali
untuk fungsi yang sama atau untuk fungsi yang lain.

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan temuan peneliti dari Peran Pemerintah
Dalam Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Bintan Timur, peneliti mencoba
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Peran Pemerintah Kabupaten Bintan dalam pengelolaan sampah sudah
dilakukan semaksimal mungkin namun kesadaran masyarakat yang masih
kurang menyebabkan sulit untuk menangani masalah sampah. Tanpa
adanya masyarakat yang ikut turut serta untuk meningkatkan kebersihan
lingkungan pemerintah tidak mungkin melakukan sosialisasi terus
menerus untuk menyadari masyarakat yang terus membuang sampah
sembarangan.
2. Pemerintah telah menyiapkan berbagai bentuk fasilitas untuk
memudahkan masyarakat dalam membuang sampah, seperti di
letakkannya tong sampah di tempat-tempat umum yang sering dikunjungi
masyarakat agar lebih memudahkan masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya, dan menyediakan tempat penampungan sementara di
sudut-sudut jalan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat penulis
sarankan, yaitu:
1. Pengelolaan sampah pada masyarakat yang hanya mengandalkan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akan menyebabkan
berbagai permasalahan yang nyata. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh individu masyarakat itu sendiri untuk mengurangi timbulan sampah
yaitu dengan mereduksi volume sampah yang dihasilkan.
2. Diharapkan pemerintah harus terus berupaya mengingatkan masyarakat
tentang kesadaran terhadap sampah dalam mewujudkan kebersihan

27
lingkungan dan menambahkan jumlah TPS, karena jika tidak ada campur
tangan masyarakat pemerintah pun tidak mampu untuk memaksimalkan
kebersihan lingkungan.
3. Untuk menumbuhkembangkan peran serta masyarakat diperlukan program
yang dilaksanakan secara terus menerus dan terarah serta melibatkan
pihak-pihak yang terkait dalam menciptakan kebersihan lingkungan, agar
masyarakat lebih dapat memahami melalui sikap penanaman kesadaran
dan pembentukkan perilaku untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Perubahan bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud apabila ada usaha
membangkitkan kesadaran masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap
dan perilaku terhadap kebersihan lingkungan dan menjadikan sampah
sebagai suatu keharusan atau kewajibannya yang didasarkan dengan nilai
kebutuhan.

28
Daftar Pustaka

Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Bandung:


Alfabeta.
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi, Kepemimpinan, Dan Efektivitas Kelompok.
Jakarta: Rineka Cipta.
Gadjong, Agussalim Andi. 2007. Pemerintahan Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Labolo, Muhadam. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rajawali Pers.
Lubis, Solly. 2014. Politik Hukum Dan Kebijakan Publik. Bandung: Mandar
Maju.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Mustafa, Delly. 2013. Birokrasi Pemerintahan. Bandung: Alfabeta.
Ndraha, Taliziduhu. 2011. Kybernology: Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ndraha, Taliziduhu. 2010. Metodologi Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2010. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. 2011. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi Dan Politik Di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Lainnya
DKPP.Bintankab.go.id
Disdukcapilbintan@gmail.com
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Kebersihan.

29
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

30

Anda mungkin juga menyukai