K4611016 Bab2 PDF
K4611016 Bab2 PDF
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tolak Peluru
a. Pengertian Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang terdapat dalam
cabang olahraga atletik. Meskipun termasuk dalam nomor lempar, namun
penyebutannya bukan lempar peluru, tapi tolak peluru. Hal ini karena peluru
tidak dilemparkan, tetapi ditolakkan atau didorong dari bahu. Eddy Purnomo
dan Dapan (2011:131) menyatakan, “Tolak Peluru adalah suatu gerakan
menolak suatu benda yang berbentuk bulat dengan berat tertentu yang terbuat
dari logam (peluru) untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
Berdasarkan pengertian tolak peluru tersebut menunjukkan bahwa
peluru adalah suatu alat yang bundar yang terbuat dari logam, tembaga tau
kuningan yang memiliki berat tertentu yang pelaksanaannya harus ditolakkan
dari bahu untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Ada dalam peraturan IAAF
untuk ukuran berat peluru yang digunakan adalah sebagai berikut : “(1) Putra
junior dan Putra/junior/senior adalah 4 kg ; (2) Putra remaja adalah 5 kg ; (3)
Putra junior adalah 6 kg ; dan (4) Putra senior 7,25 kg” (IAAF, 2006/2007:163).
Sedangkan dalam pelaksanaannya, menolak peluru dapat digunakan dengan
dengan menyamping (gaya ortodoks) atau membelakangi sektor lemparan (gaya
O’brien).
b. Teknik Tolak Peluru
Teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan
rasional yang memungkinkan tercapainya hasil yang baik dalam suatu
pertandingan maupun latihan. Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut
adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuan.
Peningkatan prestasi tolak peluru selalu menuntut perubahan teknik. Hal ini
7
8
berarti setiap saat teknik selalu berkembang sesuai dengan tuntutan peningkatan
prestasi olahraga atau terjadi sebaliknya dengan dikemukakannya teknik-teknik
baru, maka prestasi olahraga menjadi meningkat.
Menolak peluru sejauh-jauhnya merupakan tujuan utama dari tolak
peluru. Untuk dapat menolak peluru sejauh-jauhnya harus menguasai teknik
tolak peluru yang baik dan benar. Menurut Jess Jarver (2009.75) teknik tolak
peluru yang harus dikuasai meliputi, “(1) Cara memegang peluru, (2) Sikap
badan pada waktu akan menolakkan peluru, (3) Cara menolakkan peluru, (4)
Sikap badan setelah menolakkan peluru, (5) Cara mengambil awalan”. Untuk
lebih jelasnya teknik pelaksanaan tolak peluru diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
1) Cara Memegang Peluru
Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung telapak
tangan bagian atas, yang dekat dengan jari-jari tangan. Jari-jari tangan
direnggangkan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk,
dipergunakan untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang.
Sedangkan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang/menahan
peluru bagian samping, yaitu agar peluru tidak tergelincir ke dalam atau ke
luar. Ke dalam ditahan oleh ibu jari dan ke luar ditahan oleh jari kelingking.
Perhatikan gambar berikut ini:
Manusia sepanjang hidupnya akan terus belajar tentang hal-hal yang ada
di sekitarnya. Melalui pengalaman yang didapatnya, manusia mulai belajar
melihat, mengamati dan memahami sesuatu sehingga menjadi lebih bermanfaat
dalam kehidupannya.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Suprijono (2012: 4) menyatakan prinsip-prinsip belajar adalah sebagai
berikut:
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari,
2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
4) Positif atau berakumulasi
5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
6) Permanen atau tetap
7) Bertujuan dan terarah
14
c. Pengertian Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2003) dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
sisdiknas pasal 1 ayat 20, “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. (Udin S.
Winataputra, dkk, 2008: 1.20). Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati &
Mudjiono (2009: 157) bahwa “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.
Aunurrahman (2009:34) menyatakan bahwa “pembelajaran merupakan
sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancanag, disusun sedemikian
rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal, sehingga pembelajaran adalah proses belajar mangajar dimana
di dalamnya terjadi interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk
mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku
siswa”.
15
d. Komponen Pembelajaran
Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana
Sudjana (2000: 30) adalah sebagai berikut:
2) Badan berputar ke belakang dan merendah sedikit dan lengan kiri dilipat
bebas di depan dada.
3) Putar kaki kanan ke depan, putar dan luruskan badan.
4) Luruskan kedua kaki dan tolakkan peluru tersebut.
c. Pembelajaran Ketiga
1) Berdiri dengan kaki kiri menghadap ke depan, badan tegak dan berputar
sedikit ke samping.
2) Berjingkat ke depan dengan badan condong ke belakang, kaki kanan
mendarat terlebih dahulu, kemudian disusul oleh kaki kiri.
3) Tolakan segera setelah kaki kiri mendarat dengan tujuan mempelajari gerak
meluncur dan disambung dengan gerakan akhir (tolakan).
d. Pembelajaran Keempat
1) Berdiri membelakangi arah tolakan dengan kaki kiri diluruskan ke arah
tolakan, tariklah kaki kiri ke dalam terhadap kaki belakang dan segera
kembalikan ke posisi semula, dengan tetap memelihara badan menghadap ke
belakang.
2) Tolakan dapat dibuat dari posisi ini dengan tujuan mempelajari luncuran
secara lengkap tanpa mengikutkan fase melayang.
e. Pembelajaran Kelima
1) Ulangi gerakan luncuran dengan tarikan dan tolakan kaki kiri, dorongkan
kaki kanan, mendarat dengan kaki yang sama.
2) Ulangi siklus ini (tubuh diusahakan tetap rendah dan lengan kiri rileks)
sebanyak 5 – 6 kali. Tujuannya adalah mempelajari teknik gerak meluncur.
f. Pembelajaran Keenam
1) Melakukan tolakan peluru selengkapnya, gerakan terkontrol dengan gerak
luncur pendek dan rendah.
2) Gerakan akhir dalam posisi tegak dengan mengkombinasikan berbagai fase
tolakan.
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Suprijono (2013: 5) mengatakan bahwa, “hasil belajar adalah pola
perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan”. Sementara
itu Sudjana (2013 :22) mengemukakan bahwa, “hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”.
Lebih lanjut Menurut Bloom yang dikutip oleh Suprijono (2012:6-7)
menyatakan bahwa: hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan) syntesis
(mengorganisasakan, merencanakan, membentuk hubungan) synthesis
(mengorganisasikan membentuk bangunan baru) dan eveluation (menilai).
Domain afektif adalah receving (sikap menerima), responding (memberikan
respons) valuing (nilai), organizatioan (organisasi), characteriza-pre-routine,
dan rountinized. Sedangkan domain yang ada dalam ranah Psikomotor adalah
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan meliputi kecakapan,
informasi, pengertian dan sikap.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah
melalui proses belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
yang dapat berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.
b. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar
Belajar memiliki beberapa tujuan dan fungsi yang akan dicapai dalam
pelaksanaannya. Menurut Hamdani (2010: 302) tujuan dan fungsi hasil belajar
adalah sebagai berikut:
20
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
penilaian hasil belajar merupakan proses pemberian nilai kepada siswa setelah
melalui interaksi tindak belajar dan tindak mengajar antara guru dan siswa
sehingga dapat diketahui seberapa jauh pencapaian hasil belajar yang telah
diraih siswa.
Hamdani (2010: 302) mengemukakan bahwa, “Penilaian hasil belajar
secara umum memiliki tujuan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa,
memperbaiki proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai bahan dalam
menyusun laporan kemajuan belajar siswa”. Penilaian hasil belajar yang
dilakukan secara objektif akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran
selanjutnya. Penilaian hasil belajar yang objektif akan mudah dilakukan apabila
berprinsip pada kaidah penilaian. Selain itu, guru dalam melakukan penilaian
harus memperhatikan prinsip penilaian yakni berisifat valid, objektif,
transparan, adil, terpadu, menyeluruh berkesinambungan, bermakna, sitematis,
akuntabel, dan beracuan pada kriteria.
Lebih lanjut Hamdani (2010: 303-304) mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan penilaian hasil belajar, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip
penilaian hasil belajar sebagai berikut”:
1) Valid (sahih), yang berarti penilaian hasil belajar harus mengukur
pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standart isi dan
standart kompetensi lulusan.
2) Objektif, yang berarti hasil belajar siswa hendaknya tidak
dipengaruhi oleh unsur subjektivitas penilai, perbedaan latar
belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan
hubungan emosional.
3) Transparan (terbuka), yang berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian , dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar
siswa dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.
22
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan
bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat
diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
(a) Memberikan perangsang yang sama;
(b) Mempersamakan pengalaman;
(c) Menimbulkan persepsi yang sama
Bola modifikasi ini terbuat dari bola plastik yang diisi pasir didalamnya
dan mempunyai berat yang lebih ringan dari peluru sesungguhnya. Bola Plastik
tersebut berdiameter 12 cm. Karakternya yang ringan dan ukurannya yang kecil
ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam melakukan pembelajaran tolak
peluru.
Bola ini hampir mirip dengan bola basket pada umumnya, namun bola
ini memiliki ukuran diameter 13 cm dan berat 400 gram. Melalui bola basket
yang kecil dan ringan ini diharapkan siswa lebih berani mencoba melakukan
pembelajaran tolak peluru.
Tali rafia ini diikat pada dua tiang dengan ketinggian sekitar 1,5 meter.
Media ini digunakan sebagai batasan tinggi lemparan agar peluru bisa terlempar
dengan sudut tolakan 40°.
Diketahui ketinggian net 1,5 meter, agar sudut tolakan bisa mencapai
40° maka harus menentukan jarak antara posisi menolak dan posisi net.
Tan 40° = 1,5 / x
x = 1,5 / Tan 40°
x = 1,5 / 0,70
x = 2,14 m
Jadi, jarak antara posisi menolak dan posisi net harus berjarak 2,14 meter agar
peluru bisa terlempar dengan sudut tolakan 40°.
31
B. Kerangka Berfikir
Media pembelajaran yang digunakan bola plastik yang diisi pasir, bola
basket mini, dan tali rafia. Dengan adanya media pembelajaran yang sudah
dimodifikasi diharapkan dapat membuat siswa kelas VII A SMP Negeri 3
Karangdowo merasa senang dan tertarik untuk mengikuti mata pelajaran olahraga.
Siswa secara tidak langsung telah melakukan teknik gerakan tolak peluru awalan
menyamping dan diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran.
Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan hasil belajar tolak peluru
awalan menyamping dengan menerapkan modifikasi media pembelajaran pada siswa
kelas VII A SMP Negeri 3 Karangdowo. Pemanfaatan media pembelajaran serta
modifikasi media pembelajaran dalam pembelajaran tolak peluru, guru dapat
memberi penjelasan yang mendetail dan mempermudah siswa dalam menangkap
penjelasan teknik pembelajaran tolak peluru gaya menyamping.
33
Penggunaan modifikasi
media pembelajaran. Siklus I : guru dan peneliti
menyusun bentuk
Tindakan pengajaran yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil
belajar tolak peluru awalan
menyamping dengan
menerapkan modifikasi
media pembelajaran yang
berupa bola plastik yang
diisi pasir, bola basket
mini, dan tali rafia.
Melalui penggunaan
modifikasi media
pembelajaran, siswa akan Siklus II : Apabila
capaian pada siklus I
lebih mudah menguasai
Kondisi akhir belum tercapai maka
materi tolak peluru gaya akan dilakukan siklus II
menyamping sehingga sebagai upaya perbaikan
hasil pembelajaran bisa dari tindakan siklus I
maksimal. untuk meningkatan hasil
belajar tolak peluru
awalan menyamping.
C. Hipotesis Penelitian