Anda di halaman 1dari 5

Absorption Costing dan Variabel Costing

Akuntansi manajemen adalah  ilmu akuntansi yang berorientasi pada pertanggung


jawaban kepada pihak internal . pihak internal disini bisa manajer, direktur, karyawan
perusahaan dll.  Tentu kosep yang akan dibahas oleh akuntansi manajemen adalah yang
berkaitan tentang biaya-biaya. Ilmu yang dipelajari akan mirip dengan apa yang sudah kita
pelajari dalam akuntansi biaya, namun disini akuntansi biaya merupakan
suatu hibrida(campuran) dari akuntansi manajemen dengan akuntansi keuangan. Singkat
cerita bila kita mempelajari akuntansi manajemen kita akan menemukan  ilmu-ilmu
akuntansi yang berkaitan dengan biaya , salah satunya metode Variabel Costing dan
Absorption Costing (Full Costing) .
Variabel costing yaitu “Metode yang hanya membebankan biaya manufaktur
variabel kepada produk”  sedangkan untuk Absorption costing sendiri adalah “Metode yang
membebankan seluruh biaya manufaktur baik itu variabel cost  maupun fixed cost ke
dalam produk.”

Perbedaan atau pengaruh penggunaan pada Variabel Costing atau Absorption Costing


(Full Costing)  yaitu :
Jika kita menggunakan metode variabel costing maka biaya tetapnya hanya pada
periode berjalan saja sedangkan ika menggunakan metode absorption costing maka biaya
tetap yang sebelumnya telah mengalami proses pada periode sebelumnya akan
diakumulasikan kembali pada periode berjalan karena pada metode ini beranggapan
persediaan awal pada periode berjalan telah mengalami proses produksi pada periode
sebelumnya dan itu harus diperhitungkan pada periode berjalan.

Hubungan antara  Variabel Costing dan Absorption Costing (Full Costing)


dengan laba adalah jika kita menggunakan metode variabel dan penjualan lebih besar
dari produksi maka laba akan lebih besar jika kita menggunakan variabel costing begitupun
sebaliknya . maka akan tercipta persamaan sebagai berikut :

1. Penjualan > Produksi –> laba absorption costing > laba variabel costing
2. Penjualan < Produksi –>  laba absorption costing < laba variabel costing
3. Penjualan = Produksi –> laba absorption costing= laba variabel costing
 

 
 

Hubungan Produksi, Penjualan dan Laba

Analisis biaya, volume dan laba merupakan sebuah teknik atau alat yang digunakan
untuk mempelajari hubungan antara votume, biaya total, pendapatan total dan laba,
analisis ini sangat berguna bagi perencanaan atau perencanaan laba dalam tahun anggaran
tertentu.

Analisis hubungan BVL tidak hanya bermanfaat untuk organisasi yang berorientasi
pada laba, tetapi juga dapat digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba.
Organisasi tersebut perlu memahami bagaimana biaya dapat dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan untuk membantu organisasi dalam mengendalikan biaya.

Dalam melakukan analsis BVL didasarkan pada suatu asumsi bahwa:

 Semua biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
 Jumlah biaya tetap tidak berubah dalam kisaran tertentu dari data yang dianalisis.
 Biaya variabel berubah seiring dengan perubahan dalam volume produk atau
kegiatan dalam kisaran tertentu dari volume yang dianalisis.

Yakni merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghitung
dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba untuk
membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.

Dengan Analisis Biaya-Volume Laba perusahaan dapat mengambil kebijakan atau


langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka untuk mencapai perolehan laba yang
diharapkan.

Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi Laba :

1. Volume produk yang dijual, berpengaruh terhadap volume produksi produk atau
jasa tersebut.
2. Harga jual produk,atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan
produk atau jasa yang bersangkutan.
3. Biaya produksi, adalah biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan
suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
Analisis biaya, volume dan taba dapat digunakan untuk menentukan titik impas dengan
beberapa pendekatan persamaan matematika, pendekatan contribution margin per unit,
pendekatan contribution margin ratio dan pendekatan grafik.

Anggapan yang Mendasari Analisis Titik Impas:

1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau
dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya,
volume dan laba.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume- laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai
dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume
laba.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.

Penggunaan Laporan Variabel Costing, untuk:


 
1) Evaluasi Kinerja Manajemen

Manejemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus
dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini
meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan
yang akan dilakukan (Bacal, 1994).

Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk: memperjelas
peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu
pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas,
dasar objektivitas dan kejujuran untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan
rencana perbaikan cara bekerja dikelola dan dijalankan.

Menurut Costello (1994) manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh


organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi
keseluruhan dari unit kerjanya. Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara
langsung mempengaruhi tidak saja  kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit
kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi.

Apabila pekerja telah  memahami tentang apa yang diharapkan dari mereka dan
mendapat dukungan yang diperlukan untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara
efisien dan produktif, pemahaman akan tujuan , harga diri dan motivasinya akan
meningkat.  Dengan demikian, manajemen kinerja memerlukan kerja sama, saling
pengertian dan komunikasi secara terbuka antara atasan dan bawahan.

Terdapat 10 prinsip dasar manajemen kinerja yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi
kinerja organisasi.

1. Menghargai Kejujuran
2. Memberikan Pelayanan
3. Tanggung jawab
4. Dirasakan seperti bermain
5. Adanya perasaan kasihan
6. Adanya perumusan tujuan
7. Terdapat konsensus dan kerja sama
8. Sifatnya berkelanjutan
9. Terjadi  komunikasi dua arah
10. Mendapatkan umpan balik
 
2) Untuk Pelaporan dan Evaluasi Kinerja Segmen
Pelaporan segmen yang berfungsi sebagai laporan tambahan pada laporan  keuangan. 
Segmen adalah bagian atau aktivitas suatu organisasi dimana para manajer menginginkan
data biaya dan laba dari organisasi tersebut. Segmen antara lain meliputi divisi
organisasi,wilayah pemasaran, toko perindividual,  pusat pelayanan, pabrik manufaktur
danlain-lain. Laporan  laba rugi tersegmen ini bermanfaat untuk menganalisis profibilitas
usaha dan mengukur kinerja manajer.
Laporan Segmen adalah laporan rugi laba yang menyajikan informasi tentang
laporan rugi laba untuk setiap segmen usaha. Dengan adanya laporan segmen maka akan
diketahui bagaimana kinerja dari masing-masing segmen usaha tersebut. Output dari
metode absorption berupa laporan rugi laba konvensional memberikan informasi untuk
penyusunan laporan segmen, maksudnya laporan rugi laba konventional kita olah lagi
dengan menggunakan analisa perilaku biaya yang menghasilkan laporan segmen.

Anda mungkin juga menyukai