Tugas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

TUGAS: Bahasa Indonesia

KELOMPOK:
1. Fadel Aidul Fiqri
2. Diva Latisya Putri
3. Raffy Putra Gustia
4. Topan Bayu Sagara

Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca,
bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana
menggabungkan kata-kata. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi
oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk,
terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan,
ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.
Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan
antara pemakai bahasa dengan ejaan.

Sejarah Perkembangan Ejaan


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun
dua puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama
memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan,
sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat
pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan
ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat
Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model
yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan
bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
a. Huruf (u) ditulis (oe).
b. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya
bapa’, ta’
c. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran
(i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
d. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
e. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
f. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
o Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
o Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-
sakit)
o Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan
dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan
huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret
1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan
suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
a. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
b. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
c. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis
dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.
d. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan
tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
e. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua
cara. Contohnya :
o Berlari-larian
o Berlari2-an
f. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga
cara. Contohnya :
o Tata laksana
o Tata-laksana
o Tatalaksana
g. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e)
lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan
(e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan
(peraktek).
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari
perumusan ejaan melayudan Indonesia. Perumusan ini berangkat dari
kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara. Ejaan
Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena
saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru
itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim,
Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi.
Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
5. Ejaan Bahasa Indonesia
EBI ditetapkan pada tanggal 26 November 2015 oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan yang menjabat saat itu
dan resmi diundangkan pada tanggal 30 November 2015 oleh Direktur
Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI. Penetapan tersebut memberikan arti, bahwa EYD
sudah tidak berlaku untuk dijadikan sebagai pedoman penulisan. Maka
dari itu, perubahan ini harus kita pahami secara saksama agar bahasa
Indonesia bisa menjadi bahasa yang bisa bersaing secara global. Adapun
yang menjadi alasan, sehingga dilakukan perubahan yaitu dampak
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, penggunaan bahasa
Indonesia dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun
tulisan semakin luas.
Perubahan ejaan ini bukan berarti mengubah secara keseluruhan isi dari
EYD. 

Penggunaan EYD yang Benar pada Penulisan Huruf dan Kata


1. Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertamaunsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin
Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional.Jabatan
tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut
bupati,anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b.      Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa
Indonesia, bahasa Inggris.Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai
bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-
Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-
sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.

c.       Nama geografi sebagai nama jenis


Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh,
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke
arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon,
pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan
telur brebes.
d.      Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, YayasanIlmu-
Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e.      Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen,
novel.
Contoh:
o Harimau Tua dan 
o AyamCentil, 
o Hari-HariPenantian dalam Gua  Neraka, 
o Kado untuk Setan, 
o Taksi yang Menghilang.
2. Penulisan Huruf Miring
a. Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia,
Majalah Sunda Mangle, Surat KabarBandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata. Contoh, boat modeling,
aeromodeling, motorsport.
c. Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring
dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple
amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
3. Penulisan Kata Turunan
a. Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang
berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, bertepuk tangan, garis
bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
b. Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah
satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi,
antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna,
dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus,
multifungsi, pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen,
tridaya, rekondisi.
4. Penulisan Kata Gabungan
a.       Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan,
gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh;alat
pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami.
b.        Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan
kata berikut harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya,
akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata,
kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal,
peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga,
sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.

Penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD


1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau
seruan. Contoh : Ayahku tinggal di Solo.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh : A.S.
Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan. Contoh : dr. (Dokter)
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan. Contoh : Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata tetapi  dan melainkan. Contohnya : Saya ingin datang, tetapi
hujan.
3. Tanda Titik Koma (; ) 
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-
bagian kalimat yang sejenisdan setara. Contoh : Malam makin
larut, kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung. Contoh : Ayah mengurus taman di kebun; ibu memasak
di dapur; saya sedang menonton tv.
4.       Tanda Titik Dua ( : ) 
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh : Yang
kita perlukan sekarang ialah barang berikut : kursi, meja, dan
TV.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian. Contoh :
Ketua              : Ahmad Wijaya 
Sekretaris        : S. Handayani
Bendahara       : B. Hartawan
5.       Tanda Hubung ( - ) 
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris. Contoh :
...  ada cara ba-ru juga. 
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya
jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris. 
b.       Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
c.        Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh :
kemerah-merahan, anak-anak.
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.
6.       Tanda Pisah ( - )
a.        Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.  Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri. 
b.       Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian
penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan
atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
      7.       Tanda Elipsis ( ... )
a.        Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.  
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak. 
b.       Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan
ada bagian yang dihilangkan.Misalnya: Sebab-sebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
8.         Tanda Tanya (?)
 a.        Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh :
Kapan dia pulang ke rumah?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh : Ia dilahirkan pada tahun
1683 (?).
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. Contoh : Ayo Cepat!
10. Tanda Kurung (  )
a.        Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan. Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 
b.       Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.  Misalnya:  Sajak Tranggono yang
berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962
c.        Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja. Misalnya:  Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
o alam, 
o tenaga kerja, dan
o  modal.
11.  Tanda Kurung Siku ([... ])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu
memang terdapat di dalam naskah asal. Misalnya: Sang Sapurba men[d]
engar bunyi gemerisik. 
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung.  Misalnya: (Perbedaan antara dua macam
proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.) 
12.   Tanda Petik ("... ") 
a.        Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.   Misalnya:  "Sudah siap?"
tanya Awal. "Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!" 
b.       Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalamkalimat.  Misalnya:  Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari
Suatu Masa.
13.   Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' ) 
a.        Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain. Misalnya:  Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring'
tadi?"           
b.       Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata
atau ungkapan asing Misalnya:  rate of inflation ’laju inflasi’
14.   Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa) 
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk
menyatakan pengulangan kata dasar. Misalnya:  kata2,  lebih2, sekali2 
      15.   Tanda Garis Miring ( / ) 
a.        Tanda garis miring dipakai dalam penomoran
kode surat.   Misalnya: No. 7/PK/1973 
b.       Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per,
atau nomor alamat. Misalnya:  mahasiswa/mahasiswi.
16.   Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' ) 
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.  Misalnya:
Ali 'kan kusurati        ('kan = akan)  Malam 'lah tiba        ('lah = telah).
                                                                                        
Penggunaan EYD yang benar pada pada singkatan dan
akronim
1. Penulisan Singkatan
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
a.       Penulisan singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas
tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik
dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam
setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom,
suratpembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan
tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel,
surat pembaca, atau judul-judul berita.
b.      Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan
ukuran , takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Penulisan Akronim
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.Pertama,
akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang
bukan nama diri berupa gabungan huruf.
a.       Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa
gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
b.      Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang
berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu
membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syaratPertama, jumlah
suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia.Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata
Indonesia yang lazim.

Pemakaian Huruf Pada EBI


1.      Huruf vokal
  Ada 5 huruf yang melambangkan huruf vokal yaitu ,a,i,u,e, dan o.
huruf vokal berfungsi sebagai pemberi suara huruf konsonan.
   

Contoh:
Huruf vokal Gambungan huruf vokal dan
konsonan
A Api , padi , anak
I Itu ,sisi ,sisa
U Untuk ,kuku ,paku
E Enak ,kena ,emas
O Oleh , kota , radio
2.      Huruf konsonan
Ada 21 huruf konsonan yang terdiri dari
b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,dan z. Huruf Konsonan adalah bunyi
ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan
hambatan atau halangan.biasa nya disebut dengan huruf mati maka harus
digabungkan dengan huruf vokal .
Contoh : m (masa)
3.     Huruf diftong
    Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang
menghasilkan bunyi rangkap.Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong
berbentuk ai, au, dan oi.
 Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb

Pemakaian Huruf Kapital dan Miring


1.      Pengunaan huruf kapital / huruf balok yang sering kita dengar
mempunyai fungsi dan tempat sendri dalam ejaan bahasa
Indonesia .
a.      Huruf kapital sebagai huruf pertama atau awal dalam kalimat.
b.     Huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : adik bertanya “Kapan kita pulang ?”
c.      Huruf kapital digunankan dalam menyebut nama Tuhan atau
kitab suci.
Contoh : Allah SWT , Al –Quran
d.     Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar
kerhormatan .
e.      Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan.
Contoh : M.Pd
f.      Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama orang.
2.      Penggunaan huruf miring
a.   Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat  kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
·       Majalah Bahasa dan Kesusastraan
·       Buku Negarakertagama karangan Prapanca
·       Surat kabar Suara Karya
b.     Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
·       Huruf pertama kata abad ialah a.
·       Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
·       Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
·       Buatlah kalimat dengan berlepas tangan

Penulisan Kata Depan Pada EBI


 Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dandaripada.
Misalnya:
·       Bermalam sajalah di sini.
·       Di mana dia sekarang?
·       Kain itu disimpan di dalam lemari.

Perbedaan EBI dan EYD


Adapun perbedaan yeng mendasar dari Ejaan yang
Disempurnakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia:
 Penambahan huruf vokal diftong ei,di EYD hanya ada tiga yaitu ai,
au, dan ao;
 Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan dalam penulisan
nama orang tidak termasuk julukan, sedangkan pada EBI huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.
 Penulisan huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring pada
EYD, sedangkan pada EBI huruf tebal dipakai untuk menegaskan
bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
 Penggunaan partikel pun,padaEYD ditulis terpisah kecuali yang
sudah lazim digunakan, maka penulisannya ditulis serangkai,
sedangkan pada EBI partikel pun tetap ditulis terpisah, kecuali
mengikuti unsur kata penghubung, maka ditulis serangkai.
 Penggunaan bilangan, pada EBI, bilangan yang digunakan sebagai
unsur nama geografi ditulis dengan huruf, sesangkan pada EYD
tidak ada hal yang mengaturnya.
 Penggunaan titik  koma (;) pada EYD digunakan dalam perincian
tanpa  penggunaan kata dan, sedangkan dalam EBI  penggunaan
titik  koma (;) tetap menggunakan kata dan.
 Penggunaan tanda titik koma (;) pada EBI dipakai pada akhir
perincian yang berupa klausa, sedangkan pada EYD tidak ada hal
yang mengaturnya.
 Penggunaan tanda hubung (-) pada EBI tidak dipakai di antara
huruf dan angka, jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf,
sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya. Misalnya:  
LP2M  LP3I.
 Tanda hubung (-) pada EBI digunakan untuk menandai bentuk
terikat yang menjadi objek bahasan, sedangkan pada EYD tidak
ada hal yang mengaturnya. Misalnya:             pasca-,  -isasi
 Penggunaan tanda kurung [( )]  dalam perincian pada EYD hanya
digunakan pada perincian ke kanan atau dalam paragraf, tidak
dalam perincian ke bawah, sedangkan pada EBI tidak ada hal yang
mengaturnya.
 Penggunaan tanda elipsis ( ... ) dalam EYD dipakai dalam kalimat
yang terputus-putus, sedangkan dalam EBI tanda elipsis digunakan
untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Anda mungkin juga menyukai