PENDAHULUAN
Air minum merupakan air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa
minum dengan cara merebus air yang berasal dari sumber air langsung seperti air
leding, pompa, sumur dan air hujan. Teknologi yang semakin maju membuat cara
membeli Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Depot Air Minum Isi Ulang
AMDK yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2000 didapatkan hasil sebanyak
0,86%, dan meningkat pada tahun 2016 sebanyak 31,30 %. Hasil penelitian
harga AMDK semakin mahal. Hal tersebut yang menyebabkan sebagian kalangan
masyarakat mulai beralih pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU), karena
harganya yang relatif jauh lebih murah. Peminat AMDK dan DAMIU masih
cukup tinggi di Indonesia maka perlu diperhatikan kualitas dari kedua jenis
1
33
Universitas Lambung Mangkurat
2
masyarakat.1,4
Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM yang dilakukan pada tahun 2019
19,3% menggunakan DAMIU dan 16,9% menggunakan air lainnya. Data tersebut
menunjukkan bahwa DAMIU dan AMDK merupakan sumber air yang paling
Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009 telah mengatur syarat-syarat kualitas air minum
meliputi parameter bakteriologis, kimia, fisik, dan radioaktif. Pada AMDK dan
DAMIU termasuk jenis sumber air yang harus mematuhi syarat kualitas air
minum tersebut.5,6
Penelitian uji bakteriologis pada DAMIU di kota Jakarta Selatan pada tahun
2008 menunjukkan bahwa dari tiga belas sampel yang diuji terdapat empat sampel
pada tahun 2014 di Manado didapatkan hasil penemuan bakteri gram positif yaitu
Staphylococcus aureus. Pada tahun yang sama dilakukan penelitian pada DAMIU
bakteri koliform. Penelitian lainnya pada DAMIU pada tahun 2017 di Samarinda
bakteriologis AMDK yang dilakukan pada tahun 2014 di kota Banda Aceh
didapatkan bahwa tiga dari sepuluh sampel air minum dalam kemasan terdapat
bakteri koliform. Hasil penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 2017
didapatkan bahwa dari lima sampel air minum yang diuji semuanya tercemar oleh
bakteri. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa rata-rata dari uji parameter
peraturan PERMENKES 2010 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun
2009.10,11
pernah mengalami diare selama mengkonsumsi AMDK dan atau DAMIU. Hingga
saat ini belum diketahui dampak penggunaan AMDK dan DAMIU terhadap
aureus pada AMDK dan DAMIU harus dilakukan sebagai pencegahan terhadap
dihasilkan menimbulkan efek akut yaitu diare hingga chorn’s disease dan
ulcerative colitic pada konsumsi jangka panjang dan dapat terjadi keracunan
dalam waktu singkat ditandai dengan gejala kram dan muntah yang hebat. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengetahui kualitas air minum terkait keberadaan
Staphylococcus aureus.6,12
aureus pada AMDK dan DAMIU yang beredar di masyarakat hingga efek yang
B. Rumusan Masalah
aureus pada air galon bermerek dan air galon isi ulang yang dikonsumsi oleh
C. Tujuan Penelitian
pada air galon bermerek dan air galon isi ulang dari depot air minum yang paling
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
mengetahui gambaran Staphylococcus aureus pada air galon bermerek dan air
2. Manfaat praktis
memberikan informasi tentang pemilihan air yang layak untuk dikonsumsi, serta
menjadi bahan kebijakan terhadap pengawasan depot air galon isi ulang dan air
galon bermerek.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Identifikasi Staphylococcus aureus pada Air Galon
Bermerek dan Air Galon Isi Ulang.
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1 Indah Puspitasari, Pengujian Bakteri yang waktu dan
Niken Indriyanti, kualitas aspek teridentifikasi tempat
Victoria Yulita F, mikrobiologi air pada air penelitian
Rolan Rusli minum isi ulang minum,metode
(2015)13 MPN
Staphylococcus aureus pada AMDK dan DAMIU yang paling banyak dikonsumsi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Staphylococcus aureus
memiliki khas, karena bentuknya seperti sekelompok anggur yang tidak beraturan,
Mannitol Salt Agar (MSA) yang merupakan media diferensial, proses uji dengan
menggunakan media ini dilakukan dengan masa inkubasi selama 24 jam. Media
ini berasal dari bahan sintetik. Staphylococcus aureus juga dapat diuji dengan
1. Faktor virulensi
337
Universitas Lambung Mangkurat
8
Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein,
Enterotoksin merupakan enzim yang bersifat tahan panas dan tahan terhadap
air yang digunakan telah tercemar. Hal tersebut terjadi karena sumber air minum
mengandung Staphylococcus aureus dan bakteri ini tidak dapat mati begitu saja di
dalam air. Faktor yang dapat mempengaruhi bakteri ini tetap tumbuh dan
bertahan hidup di air minum walaupun telah melalui proses pengolahan, terjadi
karena air tidak memenuhi persyaratan pengolahan pada air minum yang
bertahan hidup di dalam air minum karena bakteri ini dapat tumbuh dan bertahan
hidup dalam proses pemasakan dengan suhu 93-98oC. Bakteri ini memiliki
enterotoksin yang merupakan enzim yang dapat menginduksi diare dan gejala
penyakit lain seperti kram perut, mual, muntah, sakit kepala, keracunan minuman
dan makanan.7,15
yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat, peraturan tersebut telah diatur
Persyaratan kualitas air minum terbagi menjadi dua parameter yaitu parameter
yang wajib dipatuhi, dan parameter tambahan yang disesuaikan dengan keadaan
lingkungan daerah tertentu. Parameter tambahan dibuat dan ditaati sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009 telah diatur jumlah batasan
maksimum cemaran mikroba pada air minum. Jumlah mikroba yang harus ditaati
persyaratan yang dimuat dalam parameter wajib, parameter tambahan dan Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang wajib dipatuhi oleh semua penyelenggara air
april 2010 terbagi menjadi dua yaitu yang berhubungan langsung dengan
kesehatan dan yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan terdiri dari
2. Kimia an-organik
3. Parameter fisik
4. Parameter Kimiawi
air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah diproses tanpa bahan
pangan lainnya, dikemas dengan ukuran yang telah ditentukan serta menjaga
kemasan yang aman harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, diatur
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009. Maka dari itu
perlu diperhatikan pada proses pengolahan air minum ini terkait, sumber air,
1. Penampungan air
Langkah awal pada produksi air minum dalam kemasan ialah menentukan
sumber air. Air yang telah didapatkan dari sumber air dialirkan melalui pipa, jika
sumber air terlalu jauh dengan tempat produksi maka air akan ditampung di bak
khusus. Pada proses ini air akan tercemar bakteri apabila pipa yang digunakan
untuk mengalirkan air dan bak penampung tidak dibersihkan secara rutin dan
baik.20,21,22
2. Penyaringan
filter, carbon filter dan micron filter. Penyaringan dengan sand filter berfungsi
bersih, setelah itu air dimasukkan ke dalam tanki carbon filter. Tahapan
warna, rasa, serta menyaring partikel-partikel air yang lolos dari sand filter. Pada
micron filter terjadi proses penyaringan partikel air dengan diameter 10 mikron, 5
mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron air yang masih lolos dari carbon filter terutama
bakteri. Proses penyaringan ini akan menghasilkan air yang diharapkan steril dan
kemudian ditampung dalam tangki stainless steel. Pada tahap ini apabila bahan
yang digunakan tidak dicuci dan diganti pada waktu tertentu maka partikel-
partikel yang seharusnya tersaring dengan baik akan lolos mencemari air 21,23
3. Desinfeksi ozon
ini dilakukan injeksi ozon pada air sebagai desinfektan dengan menggunakan alat
oksigen pada lempengan kutub listrik tegangan tinggi (10.000- 20.000 volt).
Setelah dilakukan proses desinfeksi lalu air ditampung dalam upper tank
yang terbuat dari stainless steel untuk selanjutnya diisikan ke dalam kemasan.
Pada proses ini air akan tercemar bakteri apabila bak penampung tidak
5. Pengemasan, distribusi
tahapan selanjutnya wadah kemasan tersebut akan melewati sinar ultra violet yang
bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada di dalam wadah. Selanjutnya proses
penutupan yang akan dilakukan secara otomatis oleh mesin kemudian diberi
pemanas untuk merekatkan penutupnya pada wadah kemasan. Pada proses ini air
akan tercemar bakteri apabila mesin tidak dirawat dengan baik. Setelah proses
masyarakat.20,21,23
Air galon isi ulang merupakan air baku yang diproses menjadi air minum
oleh depot isi ulang dengan berat 19 liter, dan dijual langsung kepada konsumen.
Proses pengolahan air galon isi ulang harus memenuhi persyaratan dan peraturan
2009.24
Sumber air diambil dan diangkut dengan menggunakan tangki air kemudian
dilakukan penampungan dalam bak tendon. Tangki air yang digunakan adalah
yang khusus untuk air minum, mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi
kran. Kendaraan tangki air harus terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan
zat-zat beracun ke dalam air dan pengangkutan air paling lama 12 jam sampai ke
depot air minum. Bak tendon, alat tangki, selang, pompa dan sambungan dibuat
harus dari bahan taraf pangan (food grade) agar terbebas dari bahan kimia dan
letak tendon air harus terlindung dari sinar matahari. Pada penampungan awal air
desinfeksi pada bak tendon dan alat lainnya dalam minimal tiga bulan sekali.25
2. Penyaringan
yang berbahan pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama,
bahan yang digunakan adalah butir-butir silika minimal 80%. Saringan pasir
berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang kasar pada air. Saringan yang
kedua adalah karbon aktif yang berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa warna,
sisa khlor dan bahan organik yang ada pada air, saringan tersebut berasal dari batu
bara atau batok kelapa. Penyaringan yang terakhir menggunakan saringan halus
washing dengan mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran
atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar. Pada tahap ini dapat
air. Penyumbatan juga dapat menyebabkan fungsi filter tidak optimal sehingga
3. Desinfeksi
menggunakan ozon yang berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon
Desinfeksi juga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan sinar ultra violet.
Pada proses ini dilakukan dengan melewatkan air kedalam tabung atau pipa yang
menyebabkan bakteri tetap hidup apabila lampu tidak dibersihkan secara teratur
Pada proses ini menggunakan alat berupa wadah yang terbuat dari bahan
tara pangan seperti stainless stell. Depot air minum wajib memperhatikan dan
memeriksa wadah yang dibawa konsumen untuk pengisian ulang air, dan
memastikan bahwa air tersebut layak untuk digunakan. Wadah yang akan
digunakan harus melalui proses sanitasi dengan menggunakan ozon atau air ozon.
Jika wadah tersebut harus dicuci maka harus dilakukan dengan menggunakan
berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan harus menggunakan air
bersih dengan suhu berkisar 60 –850, kemudian dibilas dengan air minum
mencuci. Pada tahap sterilisasi wadah dengan air ozon harus diawasi dengan baik
5. Pengisian, penutupan
Penutupan tempat air (wadah) dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa
konsumen dan atau yang disediakan oleh depot air minum. Pengisian air dan
bakteri apabila operator tidak dalam keadaan sehat dan tidak memeperhatikan
kebersihannya. 24
Semua tahapan diatas mulai dari sumber air, proses pengolahan hingga
salah satunya Staphylococcus aureus. Alat yang digunakan pada pengolahan air
tersebut harus selalu steril untuk memastikan hal tersebut maka sangat penting
digunakan karena pada pengerjaannya relatif lebih sederhana dan cepat apabila
dibandingkan dengan metode lainnya. Metode MPN terdiri dari dua tahapan yaitu
media lactose broth dan tahapan confirmed test yang bertujuan untuk menegaskan
hasil positif dari presumptive test dengan menggunakan media Brillian Green
Lactose Broth. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh atau unit
pembentuk-koloni dalam sampel, semakin kecil nilai MPN maka air tersebut
memiliki kualitas tinggi yang berarti baik layak untuk diminum. Pada media
lactose broth apabila hasil menunjukkan kekeruhan pada tabung reaksi maka
Staphylococcus aureus.13,16
Lempeng Agar Darah (LAD), apabila pada kultur tersebut didapatkan ciri-ciri
koloni berbentuk bulat, berwarna krem atau putih, dengan permukaan yang licin
dan tepi rata yang maka diduga terdapat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
kemurnian sel bakteri. Pada pewarnaan gram jika hasil yang didapatkan berwarna
ungu maka dikelompokkan sebagai bakteri gram positif dan merah berarti gram
aureus meliputi Mannitol Salt Agar (MSA), Mueller Hinton Agar (MHA), Voges
dan dapat juga berfungsi sebagai media diferensial untuk membedakan karakter
tertentu dari bakteri. Staphylococcus aureus pada Mannitol Salt Agar (MSA) akan
LANDASAN TEORI
akan air minum semakin meningkat juga. Sumber air minum yang sangat
pilihan air minum yang populer di masyarakat karena dianggap lebih praktis dan
konsumsi AMDK dan beralih pada DAMIU dikarenakan harga yang terlampau
terjamin kualitasnya. Persyaratan air minum yang layak dikonsumsi telah diatur
2010. Persyaratan kualitas air minum terbagi menjadi dua parameter yaitu
parameter yang wajib dipatuhi, dan parameter tambahan yang disesuaikan dengan
indikator bahwa air minum tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Persyaratan
yang telah di atur oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009
terdapat batasan maksimum cemaran mikroba pada air minum yang menyatakan
33
Universitas Lambung Mangkurat
19
20
Peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah tidak menjadikan dan tidak
menjamin bahwa AMDK dan DAMIU di masyarakat aman dan layak untuk
minum tersebut. Pada tahun 2015 di Samarinda dilakukan uji bakteriologis pada
aureus. Dari hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa DAMIU yang ada
layak untuk dikonsumsi. Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian DAMIU
lainnya pada tahun 2014 di kota Banda Aceh didapatkan bahwa tiga dari sepuluh
sampel air minum dalam kemasan terdapat bakteri, sehingga air minum tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi. Staphylococcus aureus yang ditemukan pada air
pencernaan lainnya. Sehingga penting bagi pengelola AMDK dan DAMIU juga
termasuk masyarakat untuk perduli terhadap kualitas air minum yang dikonsumsi
masyarakat karena pada proses pengolahannya teleh tercemar. Air baku yang telah
tercemar juga menjadi faktor kontaminasi bakteri pada air. Pada penampungan
sanitasi dan desinfeksi minimal tiga bulan sekali pada bak tendon dan alat lainnya.
Pada tahap penyaringan apabila bahan yang digunakan tidak dicuci dan diganti
baik akan lolos mencemari air. Pada penampungan terakhir air dan pengemasan
air dengan mesin otomatis perlu diperhatikan kesterilisasiannya agar terhindar dari
kontaminasi bakteri. Proses distribusi pada AMDK juga dapat menjadi faktor
sumber air yang digunakan oleh depot telah tercemar. Pada tahap penyaringan
seharusnya tersaring dengan baik akan lolos dan mencemari air. Pada tahap
bakteri, tahapan ini akan bekerja dengan baik apabila menggunakan penyinaran uv
Perawatan lampu uv harus dibersihkan secara teratur dan diganti selama satu
tahun sekali. Pada tahap sterilisasi wadah dengan ozon harus diawasi dengan baik
operator depot, hal ini memungkinkan kontaminasi bakteri apabila operator tidak
aureus pada AMDK dan DAMIU ialah dengan melakukan penanaman sampel air
pada media Mannitol salt agar (MSA). Staphylococcus aureus pada MSA akan
keemasan.16
AIR BAKU
AMDK DAMIU
Penampungan
Penampungan
awal
awal
Penyaringan
Penyaringan
Pengemasan
Pengisian
Distribusi
Penutupan
Air Baku
AMDK DAMIU
Diduga pencemaran
Bakteri
Uji Identifikasi
Staphylococcus
aureus (+)
Keterangan:
= Diteleti = Diteliti
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
bermerek dan air galon isi ulang yang dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah air galon bermerek dan air galon isi ulang
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air galon isi ulang yang
berasal dari depot dan air galon kemasan bermerek yang dikonsumsi oleh
digunakan adalah sepuluh sampel, yang dibagi menjadi dua jenis yaitu lima
sampel air galon kemasan bermerek dengan merek A, B, C, D, E dan lima sampel
air galon isi ulang dari depot air minum P, Q, R, S, T dengan menggunakan teknik
purposive sampling.
33 2
Universitas Lambung Mangkurat
4
34
dahulu.
1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan adalah sampel air galon kemasan bermerek, sampel
air isi ulang, Lactose broth(LB), media Mannitol salt agar (MSA), Lempeng Agar
Darah (LAD), Mueller Hinton Agar (MHA), larutan kristal violet, lugol, alkohol
2. Alat penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: termos es, botol sampel
steril, cawan petri, pipet steril volume 1 ml dan 10 ml, ose steril, aluminium foil,
lampu spiritus, object glass, cover glass, autoclave, inkubator, tabung reaksi,
penjepit kayu, rak pewarnaan, tabung durham, pipet tetes, rak tabung dan
mikroskop.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel utama
Variabel penelitian ini adalah air minum kemasan bermerek dan air galon isi
ulang yang berasal dari depot air minum yang paling banyak dikonsumsi oleh
yang diisolasi dari air galon isi ulang dan air galon bermerek dari sampel air galon
bermerek dan air galon isi ulang dari depot air minum yang paling banyak
2. Variabel pengganggu
a. Sterilitas alat dan bahan penelitian akan mempengaruhi hasil penelitian jika
alat dan bahan terkontaminasi dengan bakteri yang ada di luar hasil penelitian.
Hal ini dikendalikan dengan melapisi alat, bahan, dan sampel penelitian dengan
aluminium foil serta melakukan sterilisasi basah dan kering pada semua alat
lain yang tidak diharapkan. Hal ini dikendalikan dengan memasukkan sampel
inkubasi.
lain tumbuh. Hal ini dikendalikan dengan melakukan pemeriksaan sampel tidak
E. Definisi Operasional
1. Air galon kemasan bermerek adalah air baku yang sudah di proses, dikemas
dan aman untuk diminum mencakup air mineral yang di produksi oleh suatu
perusahaan industri air minum yang telah memiliki merek dagang resmi dan
2. Air galon isi ulang adalah air baku yang sudah diproses, dikemas dan aman
untuk diminum yang di produksi suatu depot air minum, di jual langsung kepada
3. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif yang diisolasi
pada air minum dalam kemasan bermerek dan air minum isi ulang yang berasal
dari depot isi ulang. Di okulasi pada media Mannitol salt agar (MSA),
F. Prosedur Penelitian
1. Etical cleareance
2. Perizinan
penelitian dan pengambilan sampel air minum di daerah yang paling banyak di
4. Pengambilan sampel
Sampel pada penelitian ini adalah lima sampel AMDK dari merek A, B, C,
D, E dan lima sampel air galon isi ulang dari depot air minum P, Q, R, S, T yang
homogenkan terlebih dahulu kemudian segel dibuka dan bagian atas mulut galon
di usap dengan menggunakan kapas alkohol. Sampel air diambil dan dimasukkan
kedalam wadah steril menggunakan pipet kaca steril sebanyak 100 ml. Botol
sampel ditutup dan dilapisi aluminium foil. Botol sampel kemudian dimasukkan
5. Uji MPN
7. Pewarnaan gram
dari lempeng agar darah (LAD) yang diduga Staphylococcus aureus. Preparat di
tetesi cat gram kristal violet selama 4 menit kemudian dicuci dengan air dan
ditiriskan. Langkah selanjutnya preparat digenangi dengan cat gram lugol selama
1 menit dan setelahnya dicuci dengan menggunakan air kran lalu ditiriskan,
selanjutnya menggunakan cat gram safranin selama 10-30 detik lalu dicuci,
ditiriskan dan diserap dengan kertas saring. Sampel yang telah kering diamati di
bawah mikroskop.
usa biakan dari media pepton, dan diusapkan pada media Mannitol Salt Agar
Pengambilan Sampel
Pertumbuhan MPN
terhadap isolat yang ditumbuhkan pada media agar dari sampel air galon kemasan
bermerek dan air galon isi ulang dari depot air minum yang paling banyak
terkait karakteristik bakteri Staphylococcus aureus pada air minum yang telah
aplikasikan pada sampel penelitian yang diambil dari air galon bermerek dan air
galon isi ulang dari depot air minum yang paling banyak dikonsumsi oleh
2019.
Tabel 4.1. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian Identifikasi Staphylococcus aureus
pada Air Galon Bermerek Dan Air Galon Isi Ulang.
Bulan Ke-
No
Kegiatan 1 1
. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12
0 1
1. Penyusunan proposal
2. Konsultasi
3. Seminar penelitian
4. Perbaikan
5. Pengambilan Data
6. Pengolahan Data
7. Penyusunan laporan
8. Seminar hasil penelitian
J. Biaya Penelitian
Rincian biaya penelitian ini adalah sebagai berikut:
No Komponen Biaya
1 Media Mannitol Salt Agar Rp 450.000
2 Set Pewarnaan Gram Rp 300.000
3 Media LAD Rp 200.000
4 Aluminium foil Rp 50.000
5 Penelusuran referensi Rp 50.000
6 Aquadest 1 liter Rp 20.000
7 Pengetikan dan Penjilidan Rp 100.000
Total Rp 1.170.000
BAB V
HASIL
sampel air galon, yang terdiri dari lima sampel air galon bermerek dan ar galon isi
ulang, maka diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan pada table dibawah ini:
PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa empat dari lima sampel air galon isi ulang yang diteliti
positif mengandung Staphylococcus aureus. Depot air minum isi ulang tersebut
berasal dari Jl. Kuripan, Jl. Manggis, Jl. Keramat dan Jl. Kayu tangi. Berdasarkan
1. Sumber air
Sumber air yang digunakan oleh DAMIU dalam penelitian ini ialah air yang
berasal dari sungai yang telah tercemar Staphylococcus aureus. Air sungai yang
telah tercemar karena telah mengalami kontak pada kulit dan selaput lendir
sungai sebagai tempat akhir pembuangan limbah dari daratan salah satunya
limbah domestik. Hal ini sangat membahayakan dan mempengaruhi kondisi air
2. Penampungan air
kran dan selang, pada proses ini sangat rentan terjadi kontaminasi yang
diakibatkan penyedia air baku tidak memperhatikan kebersihan dan masa pakai
selang yang digunakan untuk memasukkan air ke dalam tanki maka selang akan
mengalami kebocoran, berlumut, kotor, usang karena tidak dirawat dengan baik
akan membuat air menjadi tercemar bakteri. Alat-alat yang digunakan pada
penampungan air baku seperti bak tendon, alat tangki, selang, pompa dan alat
bulan sekali. Selain itu mengingat air baku diangkut dengan mobil tanki dan
3. Penyaringan
penyaringan ini berjenjang yang dapat mengurangi atau menurunkan kadar jumlah
zat padat terlarut, sehingga usia alat filter menjadi semakin pendek dan partikel
yang berukuran lebih kecil yang seharusnya tersaring dengan baik kemungkinan
dapat lolos salah satunya bakteri. Tabung filter yang digunakan tidak dibersihkan
menggunakan cara yang benar yaitu menggunakan System back washing dengan
mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran atau residu yang
selama ini tersaring dapat terbuang keluar. Pada tahap ini terjadi kontaminasi,
karena kotoran dan residu yang tersaring tersebut mengalami sumbatan akibat
menyebabkan fungsi filter semakin tidak optimal sehingga bakteri yang terdapat
pada air akan semakin berkembang dan membuat air semakin tercemar.
4. Desinfeksi
kedalam tabung atau pipa yang disinari uv. Sinar uv yang digunakan tidak sesuai
karena memiliki panjang gelombang dan intensitas yang tidak memenuhi standar
sehingga tidak berfungsi dengan baik. Penggunaan sinar UV yang tidak sesuai
antara kapasitas dan kecepatan air yang dilewatkan pada sinar UV mengakibatkan
air terlalu cepat sehingga bakterinya tidak mati. Standar untuk DAMIU kapasitas
UV yang digunakan minimal adalah Tipe 5 GPM atau daya lampu 30 Watt dan
kecepatan air yang melewati UV adalah 19 liter ( 1 Galon ) per 1 menit 15 detik.
Masa kerja lampu dan panjang gelombang lampu UV yang digunakan tidak
menyala atau tidak. Pada lampu UV yang menjadi indikator adalah lampu yang
berwarna merah dan hijau, indikator masa pemakaian lampu UV ialah jika tombol
on ditekan dan tidak menyala berarti lampu UV harus diganti dengan masa
selama lampu masih bisa menyala walaupun telah melebihi batas maksimal
kesalahan yang fatal mengingat fungsi dari sinar UV adalah untuk membunuh
bakteri yang ada pada air yang digunakan. Lampu UV dihidupkan hanya jika ada
pelanggan yang ingin membeli air namun pada saat setelah pengisian selesai
lampu di matikan dengan alasan hemat listrik dan agar lampu UV awet, hal ini
juga menyebabkan menurunnya fungsi dari sinar UV. Sinar uv yang tidak
memenuhi standar mengakibatkan bakteri yang ada didalam air akan tetap hidup
dan berkembang dengan baik. Perawatan lampu ultraviolet yang tidak benar
Pemilik usaha DAMIU tidak memastikan bahwa operator yang bekerja sudah
mengerjakan dan memegang secara langsung galon dan alat yang akan
mencuci tangan sebelum atau sesudah mengisi galon dan tidak menggunakan
penutup kepala atau sepatu saat bekerja . Menggaruk anggota tubuh berkaitan
penyakit pada kulit akibat infeksi bakteri terutama yang disebabkan oleh
6. Pengisian, penutupan
tidak dilakukan pada tempat pengisian yang higienis dan ruangan yang tertutup.
Pengisian air hingga penutupan wadah yang dilakukan diruang terbuka dengan
pada air. Penutupan tempat air (wadah) dapat dilakukan dengan tutup yang
dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh depot air minum. Pengisian air
kontaminasi bakteri apabila operator tidak dalam keadaan sehat dan tidak
memeperhatikan kebersihannya.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa dari sepuluh
sampel air minum yang dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan
aureus.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Tombeng RB, Polii B, Sinolungan S. Analisis Kualitatif Kandungan
Escherichia coli dan Coliform pada Tiga Depot Air Minum Isi Ulang Di
Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi. 2013.
2. Rumondor PP, Porotu’o J, Waworuntu O. Identifikasi bakteri pada depot air
minum isi ulang di Kota Manado. e-Biomedik. 2014.
3. Badan Pusat Statistik. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Sumber Air Minum 2000-2016. Jakarta; 2017.
4. Mairizki F, Hayu RE. Higiene Sanitasi dan Uji Escherichia Coli Depot Air
Minum Isi Ulang (Damiu) di Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh,
Kota Pekanbaru. Kesehatan Vokasional. 2018.
5. Survei data tidak dipublikasi.
6. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Republik Indonesia. 2010.
7. Radji M, Oktavia H, Suryadi H. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi
Ulang di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung
15. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Mikrobiologi
Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. EGC. 2013.
16. Dewi AK. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. J Sain
Vet. 1955.
17. Kenneth JR, Ray CG. Medical Microbiology : An Introduction to Infectious
Diseases. Sherris Medical Microbiology. 2004.
18. Warsa UC 1994. Penerbit Binarupa Aksara. Staphylococcus dalam Buku
Ajar Mikrobiologi Kedokteran Ed Revisi Jakarta. 1994.
19. R.F. Boyd and B. G. Hoerl. Basic Medical Microbiology. 4 ed. London.
1977.
20. Syamsul M. Studi Tentang Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan
(Amdk) Sebelum dan Sesudah Terpapar Oleh Cahaya Matahari Di Kota
Makassar. Jurusan Kesehatan Masyarakat. 2010.
21. Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. Persyaratan
Teknis-Industri dan Perdagangan Tentang Air Minum Dalam Kemasan
Nomor 167/MPP/Kep/5/1997.Jakarta;1997.
22. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 96/M-
Ind/Per/12/2011 Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam
Kemasan. 2011.
23. Pt DI, Sibayakindo T, Doli A, Barus I. Laporan Kerja Praktek di PT. Torta
Sibayakindo. Yogyakarta; 2017.
24. Putra IBAB. Kandungan Bakteriologis, Flourida pada Air Minum Isi Ulang
dan Evaluasi Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Wilayah
Kecamatan Denpasar Barat pada Tahun 2016. Denpasar; 2016.
25. Dilapanga MR, Joseph WBS, Loho H. Higiene Sanitasi dan Kualitas
Bakteriologis Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di
Kecamatan Sario Kota Manado Tahun 2014. 2014;5(2):70–8.
26. Sisca V. Penentuan Kualitas Air Minum Isi Ulang Terhadap Kandungan
Nitrat, Besi, Mangan, Kekeruhan, pH, Bakteri E.Coli dam Coliform.
Chempublish J. 2016;1(2):21–31.
27. Deril M, H N. Uji Parameter Air Minum dalam Kemasan (AMDK) di Kota
Surabaya. Ilmu Teknik Lingkungan. Surabaya; 2010.
28. Sofa WM. Kualitas Bakteriologis Air Minum Dalam Kemasan ''Ac" yang
Tidak Terdaftar di Bandung. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha. Bandung; 2001.