Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air minum merupakan air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa

pengolahan. Air minum harus memenuhi persyaratan mikrobiologis, kimiawi, dan

radioaktif agar aman untuk kesehatan. Masyarakat memenuhi kebutuhan air

minum dengan cara merebus air yang berasal dari sumber air langsung seperti air

leding, pompa, sumur dan air hujan. Teknologi yang semakin maju membuat cara

pemenuhan kebutuhan air minum dimasyarakat menjadi bervariasi dengan

membeli Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan Depot Air Minum Isi Ulang

(DAMIU) karena dianggap lebih higeinis dan praktis. Penelitian penggunaan

AMDK yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2000 didapatkan hasil sebanyak

0,86%, dan meningkat pada tahun 2016 sebanyak 31,30 %. Hasil penelitian

penggunaan AMDK yang dilakukan di Kalimantan Selatan pada tahun 2000

sebanyak 0,19% dan meningkat pada tahun 2016 sebanyak 39,19%.1,2,3

Di Indonesia AMDK merupakan pilihan air minum yang paling banyak

digunakan oleh masyarakat dari awal kemunculannya, seiring berjalannya waktu

harga AMDK semakin mahal. Hal tersebut yang menyebabkan sebagian kalangan

masyarakat mulai beralih pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU), karena

harganya yang relatif jauh lebih murah. Peminat AMDK dan DAMIU masih

cukup tinggi di Indonesia maka perlu diperhatikan kualitas dari kedua jenis

1
33
Universitas Lambung Mangkurat
2

sumber air minum tersebut karena sangat berpengaruh pada kesehatan

masyarakat.1,4

Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan kepada 119 mahasiswa

Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM yang dilakukan pada tahun 2019

didapatkan 63,6% menggunakan AMDK untuk kebutuhan air minum sehari-hari,

19,3% menggunakan DAMIU dan 16,9% menggunakan air lainnya. Data tersebut

menunjukkan bahwa DAMIU dan AMDK merupakan sumber air yang paling

banyak digunakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) dan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009 telah mengatur syarat-syarat kualitas air minum

meliputi parameter bakteriologis, kimia, fisik, dan radioaktif. Pada AMDK dan

DAMIU termasuk jenis sumber air yang harus mematuhi syarat kualitas air

minum tersebut.5,6

Penelitian uji bakteriologis pada DAMIU di kota Jakarta Selatan pada tahun

2008 menunjukkan bahwa dari tiga belas sampel yang diuji terdapat empat sampel

yang terkontaminasi oleh bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian lain dilakukan

pada tahun 2014 di Manado didapatkan hasil penemuan bakteri gram positif yaitu

Staphylococcus aureus. Pada tahun yang sama dilakukan penelitian pada DAMIU

di Kabupaten Blora, yang menunjukkan bahwa air minum tersebut terkontaminasi

bakteri koliform. Penelitian lainnya pada DAMIU pada tahun 2017 di Samarinda

menunjukkan adanya pertumbuhan Staphylococcus aureus pada air minum yang

diteliti. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa DAMIU yang ada

dimasyarakat tidak memenuhi peraturan pemerintah dalam parameter

Universitas Lambung Mangkurat


3

bakteriologisnya sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.2,7,8,9. Penelitian uji

bakteriologis AMDK yang dilakukan pada tahun 2014 di kota Banda Aceh

didapatkan bahwa tiga dari sepuluh sampel air minum dalam kemasan terdapat

bakteri koliform. Hasil penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 2017

didapatkan bahwa dari lima sampel air minum yang diuji semuanya tercemar oleh

bakteri. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa rata-rata dari uji parameter

bakteriologis masing-masing air minum dalam kemasan tidak memenuhi standar

peraturan PERMENKES 2010 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun

2009.10,11

Air minum yang terkontaminasi bakteri merupakan penyebab 88% kematian

akibat diare diseluruh dunia termasuk Staphylococcus aureus didalamnya. Pada

studi pendahuluan terhadap 116 mahasiswa PSPD FK ULM ditemukan 44 orang

pernah mengalami diare selama mengkonsumsi AMDK dan atau DAMIU. Hingga

saat ini belum diketahui dampak penggunaan AMDK dan DAMIU terhadap

kejadian diare mahasiswa PSPD FK ULM, namun identifikasi Staphylococcus

aureus pada AMDK dan DAMIU harus dilakukan sebagai pencegahan terhadap

penyakit karena bakteri ini dapat memproduksi enterotoksin. Enterotoksin yang

dihasilkan menimbulkan efek akut yaitu diare hingga chorn’s disease dan

ulcerative colitic pada konsumsi jangka panjang dan dapat terjadi keracunan

dalam waktu singkat ditandai dengan gejala kram dan muntah yang hebat. Oleh

karena itu, sangat penting untuk mengetahui kualitas air minum terkait keberadaan

Staphylococcus aureus.6,12

Universitas Lambung Mangkurat


4

Berdasarkan uraian di atas berkaitan dengan ditemukannya Staphylococcus

aureus pada AMDK dan DAMIU yang beredar di masyarakat hingga efek yang

dapat menimbulkan penyakit apabila dikonsumsi jangka pendek dan jangka

panjang. Maka perlu dilakukan penelitian identifikasi Staphylococcus aureus pada

AMDK dan DAMIU.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat Staphylococcus

aureus pada air galon bermerek dan air galon isi ulang yang dikonsumsi oleh

mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Staphylococcus aureus

pada air galon bermerek dan air galon isi ulang dari depot air minum yang paling

banyak dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu sebagai penambah wawasan khususnya

dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang kedokteran untuk

mengetahui gambaran Staphylococcus aureus pada air galon bermerek dan air

galon isi ulang.

2. Manfaat praktis

Universitas Lambung Mangkurat


5

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dan

memberikan informasi tentang pemilihan air yang layak untuk dikonsumsi, serta

menjadi bahan kebijakan terhadap pengawasan depot air galon isi ulang dan air

galon bermerek.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Identifikasi Staphylococcus aureus pada Air Galon
Bermerek dan Air Galon Isi Ulang.
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1 Indah Puspitasari, Pengujian Bakteri yang waktu dan
Niken Indriyanti, kualitas aspek teridentifikasi tempat
Victoria Yulita F, mikrobiologi air pada air penelitian
Rolan Rusli minum isi ulang minum,metode
(2015)13 MPN

2 Perisai P. Identifikasi Bakteri yang Tempat


Rumondor, bakteri pada teridentifikasi penelitian
John Porotu’o, depot air pada air z
Olivia minum isi minum,penelian
Waworuntu ulang di kota berupa
(2014)2 Manado deskriftif
prospektif
3 Nur maulida Pola bakteri Bakteri yang Waktu dan
Aulia Sudrajat aerob pada teridentifikasi Tempat
,eko Kusumawati dispenser air pada air penelitian
(2017)9 minum minum,Media
kemasan Plate Count
galon pada Agar
konsumen di (PCA)
kecamatan
Malalayang
kota Manad
4 Indra Y Kaban Identifikasi Bakteri yang Waktu
Velma Buntuan bakteri teridentifikasi dan
Fredin E..S.Rares Escherichia pada air Tempat
(2015)14 coli pada air minum,penelitia penelitian
minum isi ulang n berupa
yang di deskriftif
produksi prospektif
DAMIU di
kelurahan
Lubuk Buaya
kota Padang

Universitas Lambung Mangkurat


6

5 Lidya Ayu Kajian Kualitas Menggunakan Penelitian


Natalya, Siti Bakteriologis Metode MPN berupa
HarninaBintari, air minum deskriftif
Mustukaningty Isi ulang di kualitatif
As (2014)8 Kabupaten
Blora
Berdasarkan penelitian sebelumnya terkait Staphylococcus aureus yang

telah mencemari AMDK dan DAMIU. Penelitian tentang identifikasi

Staphylococcus aureus pada air minum masih jarang diteliti terutama di

Banjarmasin. Penelitian ini akan dilakukan untuk mengidentifikasi

Staphylococcus aureus pada AMDK dan DAMIU yang paling banyak dikonsumsi

oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif yang

memiliki khas, karena bentuknya seperti sekelompok anggur yang tidak beraturan,

berbentuk bulat memiliki diameter 0,7-1,2 μm, fakultatif anaerob, tidak

membentuk spora, halus, menonjol, berkilau. Staphylococcus aureus dapat

tumbuh pada suhu optimum 37ºC. Selama mengalami pertumbuhan

Staphylococcus aureus membentuk suatu pigmen yang dinamakan karotenoid

karotenosis yang menyebabkan koloninya berwarna kuning atau emas.

Staphylococcus aureus juga memiliki tujuh buah tipe enterotoksin.15

Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada jenis selektif salah satunya

Mannitol Salt Agar (MSA) yang merupakan media diferensial, proses uji dengan

menggunakan media ini dilakukan dengan masa inkubasi selama 24 jam. Media

ini berasal dari bahan sintetik. Staphylococcus aureus juga dapat diuji dengan

menggunakan media Mueller Hinton Agar (MHA), yang merupakan media

selektif dan media diferensial.16

1. Faktor virulensi

Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran

pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia yang dapat

menyebabkan gejala penyakit melalui kemampuannya yang dapat tersebar dalam

337
Universitas Lambung Mangkurat
8

tubuh manusia. Bakteri ini bersifat nontoksin, eksotoksin, dan enterotoksin.

Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein,

termasuk enzim dan toksin, contohnya katalase, koagulase, enterotoksin, toksin

eksfoliatif, dan hemolisin.17,18

Gambar 2.1 Bakteri Staphylococcus aureus pada media Mannitol


Salt Agar (MSA).16

Enterotoksin merupakan enzim yang bersifat tahan panas dan tahan terhadap

suasana basa di dalam usus. Staphylococcus aureus memproduksi enterotoksin

yang mampu menyebabkan keracunan pangan pada manusia dan dapat

menyebabkan penyakit gastroenteritis atau radang lapisan saluran usus.15,18,19

2. Staphylococcus pada air minum

Staphylococcus aureus dapat ditemukan pada air minum dikarenakan sumber

air yang digunakan telah tercemar. Hal tersebut terjadi karena sumber air minum

mengandung Staphylococcus aureus dan bakteri ini tidak dapat mati begitu saja di

Universitas Lambung Mangkurat


9

dalam air. Faktor yang dapat mempengaruhi bakteri ini tetap tumbuh dan

bertahan hidup di air minum walaupun telah melalui proses pengolahan, terjadi

karena air tidak memenuhi persyaratan pengolahan pada air minum yang

berkaitan dengan parameter bakteriologis.6

Faktor penyebab lainnya yang mempengaruhi Staphylococcus aureus dapat

bertahan hidup di dalam air minum karena bakteri ini dapat tumbuh dan bertahan

hidup dalam proses pemasakan dengan suhu 93-98oC. Bakteri ini memiliki

enterotoksin yang merupakan enzim yang dapat menginduksi diare dan gejala

penyakit lain seperti kram perut, mual, muntah, sakit kepala, keracunan minuman

dan makanan.7,15

B. Persyaratan Air Minum

Pemerintah telah menetapkan persyaratan mengenai kualitas air minum

yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat, peraturan tersebut telah diatur

dalam PERMENKES no.492MENKES/PER/IV/2010 pada tanggal 19 april 2010.

Persyaratan kualitas air minum terbagi menjadi dua parameter yaitu parameter

yang wajib dipatuhi, dan parameter tambahan yang disesuaikan dengan keadaan

lingkungan daerah tertentu. Parameter tambahan dibuat dan ditaati sesuai dengan

keadaan lingkuangan di suatu daerah. Parameter tambahan terdiri dari parameter

kimia anorganik, kimia organik, pestisida, desinfektan dan radioaktifitas.6 Pada

Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009 telah diatur jumlah batasan

maksimum cemaran mikroba pada air minum. Jumlah mikroba yang harus ditaati

agar tidak membahayakan kesehatan yaitu dengan batas maksimum 1x105.

Universitas Lambung Mangkurat


10

Air minum dikategorikan aman bagi kesehatan apabila telah memenuhi

persyaratan yang dimuat dalam parameter wajib, parameter tambahan dan Standar

Nasional Indonesia (SNI) yang wajib dipatuhi oleh semua penyelenggara air

minum termasuk produsen-produsen air minum. Parameter wajib Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 pada tanggal 19

april 2010 terbagi menjadi dua yaitu yang berhubungan langsung dengan

kesehatan dan yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan terdiri dari

parameter mikrobiologi, kimia, fisik, kimia anorganik.

Tabel 2.1.Persyaratan Kualitas Air Minum Berdasarkan PERMENKES


no.492MENKES/PER/IV/2010 pada tanggal 19 April 2010.
No. Jenis Parameter Satuan Kadar
maksimum yang
diperbolehkan
1. Parameter Mikrobologi

a. E.coli Jumlah per 100 0


ml sampel
b. Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 0
ml sampel

2. Kimia an-organik

a. Arsen mg/1 0,01


b. Flourida mg/1 1,5
c. Total Kromium mg/1 0,05
d. Nitrit mg/1 0,003
e. Nitrat mg/1 3
f. Sianida mg/1 50

3. Parameter fisik

a. Bau Tidak berbau


b. Warna TCU 15
c. Total zat padat terlarut mg/1 500
d. Kekeruhan NTU 5

Universitas Lambung Mangkurat


11

e. Suhu Suhu udara 3


f. Rasa Tidak berasa

4. Parameter Kimiawi

a. Aluminium mg/1 0,2


b. Besi mg/1 0,3
c. Kesadahan mg/1 500
d. Khlorida mg/1 250
e. Mangan mg/1 0,4
f. pH 6,5-8,5
g. Seng mg/1 3
h. Sulfat mg/1 250
i. Tembaga mg/1 2
j. Amonia mg/1 1,5

C. Air Minum Dalam Kemasan

Berdasarkan Peraturan Perindustrian Indonesia no.96/M-IDN/PER/12/2011

air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah diproses tanpa bahan

pangan lainnya, dikemas dengan ukuran yang telah ditentukan serta menjaga

kesterilisasiannya agar aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Air minum

kemasan yang aman harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, diatur

sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009. Maka dari itu

perlu diperhatikan pada proses pengolahan air minum ini terkait, sumber air,

kebersihan alat dan lainnya.6,12

1. Penampungan air

Langkah awal pada produksi air minum dalam kemasan ialah menentukan

sumber air. Air yang telah didapatkan dari sumber air dialirkan melalui pipa, jika

sumber air terlalu jauh dengan tempat produksi maka air akan ditampung di bak

khusus. Pada proses ini air akan tercemar bakteri apabila pipa yang digunakan

Universitas Lambung Mangkurat


12

untuk mengalirkan air dan bak penampung tidak dibersihkan secara rutin dan

baik.20,21,22

2. Penyaringan

Penyaringam menggunakan tiga tahapan yaitu penyaringan dengan sand

filter, carbon filter dan micron filter. Penyaringan dengan sand filter berfungsi

untuk menyaring partikel-partikel kotoran dengan demikian air akan menjadi

bersih, setelah itu air dimasukkan ke dalam tanki carbon filter. Tahapan

penyaringan dengan carbon filter bertujuan untuk menghilangkan residu, bau,

warna, rasa, serta menyaring partikel-partikel air yang lolos dari sand filter. Pada

micron filter terjadi proses penyaringan partikel air dengan diameter 10 mikron, 5

mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron air yang masih lolos dari carbon filter terutama

bakteri. Proses penyaringan ini akan menghasilkan air yang diharapkan steril dan

kemudian ditampung dalam tangki stainless steel. Pada tahap ini apabila bahan

yang digunakan tidak dicuci dan diganti pada waktu tertentu maka partikel-

partikel yang seharusnya tersaring dengan baik akan lolos mencemari air 21,23

3. Desinfeksi ozon

Desinfeksi ozon berfungsi untuk membunuh bakteri patogen. Pada proses

ini dilakukan injeksi ozon pada air sebagai desinfektan dengan menggunakan alat

generator yang dapat mengubah oksigen menjadi ozon dengan melewatkan

oksigen pada lempengan kutub listrik tegangan tinggi (10.000- 20.000 volt).

Secara perlahan ozon akan berubah kembali menjadi oksigen sebelum

dimasukkan ke dalam kemasan. 20,21,23

Universitas Lambung Mangkurat


13

4. Penampungan upper tank

Setelah dilakukan proses desinfeksi lalu air ditampung dalam upper tank

yang terbuat dari stainless steel untuk selanjutnya diisikan ke dalam kemasan.

Pada proses ini air akan tercemar bakteri apabila bak penampung tidak

dibersihkan secara rutin dan benar.20

5. Pengemasan, distribusi

Wadah kemasan diletakkan pada mesin untuk pengisian air didalamnya.

Wadah kemasan tersebut akan dipindahkan kelubang-lubang pengisian. Pada

tahapan selanjutnya wadah kemasan tersebut akan melewati sinar ultra violet yang

bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada di dalam wadah. Selanjutnya proses

penutupan yang akan dilakukan secara otomatis oleh mesin kemudian diberi

pemanas untuk merekatkan penutupnya pada wadah kemasan. Pada proses ini air

akan tercemar bakteri apabila mesin tidak dirawat dengan baik. Setelah proses

pengisian hingga pengepakan selesai air dapat di distribusikan pada

masyarakat.20,21,23

D. Air Minum dari Depot Air Minum Isi Ulang

Air galon isi ulang merupakan air baku yang diproses menjadi air minum

oleh depot isi ulang dengan berat 19 liter, dan dijual langsung kepada konsumen.

Proses pengolahan air galon isi ulang harus memenuhi persyaratan dan peraturan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI

no.492MENKES/PER/IV/2010 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun

2009.24

Universitas Lambung Mangkurat


14

1. Penampungan air baku

Sumber air diambil dan diangkut dengan menggunakan tangki air kemudian

dilakukan penampungan dalam bak tendon. Tangki air yang digunakan adalah

yang khusus untuk air minum, mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi

pengaman, mempunyai penutup, pengisian dan pengeluaran air harus melalui

kran. Kendaraan tangki air harus terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan

zat-zat beracun ke dalam air dan pengangkutan air paling lama 12 jam sampai ke

depot air minum. Bak tendon, alat tangki, selang, pompa dan sambungan dibuat

harus dari bahan taraf pangan (food grade) agar terbebas dari bahan kimia dan

letak tendon air harus terlindung dari sinar matahari. Pada penampungan awal air

dapat terkontaminasi bakteri apabila tidak dilakukan pembersihan, sanitasi dan

desinfeksi pada bak tendon dan alat lainnya dalam minimal tiga bulan sekali.25

2. Penyaringan

Penyaringan dilakukan dalam 3 tahap, tahap pertama menggunakan saringan

yang berbahan pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama,

bahan yang digunakan adalah butir-butir silika minimal 80%. Saringan pasir

berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang kasar pada air. Saringan yang

kedua adalah karbon aktif yang berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa warna,

sisa khlor dan bahan organik yang ada pada air, saringan tersebut berasal dari batu

bara atau batok kelapa. Penyaringan yang terakhir menggunakan saringan halus

berukuran 10 mikron. Tabung filter dibersihkan menggunakan cara System back

washing dengan mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran

Universitas Lambung Mangkurat


15

atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar. Pada tahap ini dapat

terjadi kontaminasi, apabila kotoran dan residu yang tersaringan tersebut

mengalami sumbatan akibat tidak dilakukan pembersihan maka akan mencemari

air. Penyumbatan juga dapat menyebabkan fungsi filter tidak optimal sehingga

partikel-partikel kasar masih ada di dalam air. 24,25

3. Desinfeksi

Desinfeksi berfungsi untuk membunuh kuman patogen. Desinfeksi ini

menggunakan ozon yang berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon

lainnya. Pada proses ozonisasi ini menggunakan konsentrasi minimal 0,1.

Desinfeksi juga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan sinar ultra violet.

Pada proses ini dilakukan dengan melewatkan air kedalam tabung atau pipa yang

disinari dengan penyinaran ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm

dengan intensitas minimum 10.000 MW sec/cm2. Sangat penting untuk

memperhatikan intensitas lampu ultraviolet yang digunakan. Hal ini

memungkinkan bakteri tetap hidup di air minum apabila jumlah intensitas

penyinaran uv <10.000 MW sec/cm2. Perawatan lampu ultraviolet juga dapat

menyebabkan bakteri tetap hidup apabila lampu tidak dibersihkan secara teratur

dan tidak diganti selama 1 tahun.24,25

4. Pembilasan, pencucian, sterilisasi wadah

Pada proses ini menggunakan alat berupa wadah yang terbuat dari bahan

tara pangan seperti stainless stell. Depot air minum wajib memperhatikan dan

memeriksa wadah yang dibawa konsumen untuk pengisian ulang air, dan

Universitas Lambung Mangkurat


16

memastikan bahwa air tersebut layak untuk digunakan. Wadah yang akan

digunakan harus melalui proses sanitasi dengan menggunakan ozon atau air ozon.

Jika wadah tersebut harus dicuci maka harus dilakukan dengan menggunakan

berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan harus menggunakan air

bersih dengan suhu berkisar 60 –850, kemudian dibilas dengan air minum

secukupnya untuk menghilangkan sisa dari deterjen yang dipergunakan untuk

mencuci. Pada tahap sterilisasi wadah dengan air ozon harus diawasi dengan baik

untuk menghindari kontaminasi. Pembilasan wadah juga harus diperhatikan dan

dikerjakan dengan dengan bersih tanpa meninggalkan bekas pencucian 24,25

5. Pengisian, penutupan

Pengisian ketempat air (wadah) dilakukan dengan menggunakan alat serta

dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis dan ruangan yang tertutup.

Penutupan tempat air (wadah) dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa

konsumen dan atau yang disediakan oleh depot air minum. Pengisian air dan

penutupan wadah dilakukan oleh operator, hal ini memungkinkan kontaminasi

bakteri apabila operator tidak dalam keadaan sehat dan tidak memeperhatikan

kebersihannya. 24

Semua tahapan diatas mulai dari sumber air, proses pengolahan hingga

distribusi pada AMDK dan DAMIU dapat menyebabkan kontaminasi bakteri

salah satunya Staphylococcus aureus. Alat yang digunakan pada pengolahan air

tersebut harus selalu steril untuk memastikan hal tersebut maka sangat penting

untuk melakukan pembersihan secara rutin dan benar.24

Universitas Lambung Mangkurat


17

E. Metode Identifikasi Bakteri

Kualitas air dapat diuji dengan menggunakan metode Most Probable

Number (MPN) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri koliform. Metode tersebut

digunakan karena pada pengerjaannya relatif lebih sederhana dan cepat apabila

dibandingkan dengan metode lainnya. Metode MPN terdiri dari dua tahapan yaitu

presumptive test dan confirmed test. Tahapan presumptive test menggunakan

media lactose broth dan tahapan confirmed test yang bertujuan untuk menegaskan

hasil positif dari presumptive test dengan menggunakan media Brillian Green

Lactose Broth. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh atau unit

pembentuk-koloni dalam sampel, semakin kecil nilai MPN maka air tersebut

memiliki kualitas tinggi yang berarti baik layak untuk diminum. Pada media

lactose broth apabila hasil menunjukkan kekeruhan pada tabung reaksi maka

kemungkinan ada pertumbuhan lain selain bakteri koliform salah satunya

Staphylococcus aureus.13,16

Media kultur yang dapat digunakan untuk Staphylococcus aureus adalah

Lempeng Agar Darah (LAD), apabila pada kultur tersebut didapatkan ciri-ciri

koloni berbentuk bulat, berwarna krem atau putih, dengan permukaan yang licin

dan tepi rata yang maka diduga terdapat pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Pemeriksaan lainnya adalah pewarnaan gram yang paling sering digunakan

bertujuan untuk mengamati morfologi sel Staphylococcus aureus dan mengetahui

kemurnian sel bakteri. Pada pewarnaan gram jika hasil yang didapatkan berwarna

ungu maka dikelompokkan sebagai bakteri gram positif dan merah berarti gram

Universitas Lambung Mangkurat


18

negatif. Hasil yang menggambarkan Staphylococcus aureus dengan sel yang

berbentuk coccus, susunan sel yang bergerombol.13,16

Media pertumbuhan bakteri yang dapat digunakan pada Staphylococcus

aureus meliputi Mannitol Salt Agar (MSA), Mueller Hinton Agar (MHA), Voges

Proskuer (VP), Gula-gula (maltosa, laktosa). Mannitol Salt Agar (MSA)

merupakan media selektif untuk menumbuhkan bakteri Staphylococcus aureus

dan dapat juga berfungsi sebagai media diferensial untuk membedakan karakter

tertentu dari bakteri. Staphylococcus aureus pada Mannitol Salt Agar (MSA) akan

menunjukkan pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona kuning

keemasan. Hal tersebut dapat terjadi karena Staphylococcus aureus memiliki

kemampuan untuk mempermentasikan mannitol.16

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

LANDASAN TEORI

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak menyebabkan kebutuhan

akan air minum semakin meningkat juga. Sumber air minum yang sangat

bervariasi dan lebih praktis akibat dari kemajuan teknologi memudahkan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. AMDK merupakan salah satu

pilihan air minum yang populer di masyarakat karena dianggap lebih praktis dan

higienis. Persaingan dibidang air minum semakin meningkat dengan adanya

DAMIU di masyarakat. Sebagian kalangan masyarakat mulai meninggalkan

konsumsi AMDK dan beralih pada DAMIU dikarenakan harga yang terlampau

jauh lebih murah.1,6,26

Sumber air AMDK maupun DAMIU dapat memberikan manfaat apabila

terjamin kualitasnya. Persyaratan air minum yang layak dikonsumsi telah diatur

oleh Menteri Kesehatan RI NO.492MENKES/PER/IV/2010 pada tanggal 19 april

2010. Persyaratan kualitas air minum terbagi menjadi dua parameter yaitu

parameter yang wajib dipatuhi, dan parameter tambahan yang disesuaikan dengan

keadaan lingkungan daerah tertentu. Persyaratan tersebut meliputi parameter

mikrobiologis, fisik, kimiawi. Keberadaan Staphylococcus aureus menjadi

indikator bahwa air minum tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Persyaratan

yang telah di atur oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 tahun 2009

terdapat batasan maksimum cemaran mikroba pada air minum yang menyatakan

bahwa Staphylococcus aureus termasuk didalamnya.6,21,22

33
Universitas Lambung Mangkurat
19
20

Peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah tidak menjadikan dan tidak

menjamin bahwa AMDK dan DAMIU di masyarakat aman dan layak untuk

dikonsumsi. Hal tersebut dibuktikan dengan dilakukannya penelitian pada air

minum tersebut. Pada tahun 2015 di Samarinda dilakukan uji bakteriologis pada

DAMIU, ditemukan terdapat dua sampel yang mengandung Staphylococcus

aureus. Dari hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa DAMIU yang ada

dimasyarakat tidak memenuhi peraturan pemerintah, sehingga air tersebut tidak

layak untuk dikonsumsi. Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian DAMIU

pada tahun 2014 di Manado dan Kabupaten Blora.6

Penelitian uji bakteriologis pada AMDK yang dilakukan di Bandung

menunjukan bahwa ditemukan adanya kontaminasi bakteri coliform. Penelitian

lainnya pada tahun 2014 di kota Banda Aceh didapatkan bahwa tiga dari sepuluh

sampel air minum dalam kemasan terdapat bakteri, sehingga air minum tersebut

tidak layak untuk dikonsumsi. Staphylococcus aureus yang ditemukan pada air

minum dapat menyebabkan penyakit gastroenteritis dan penyakit saluran

pencernaan lainnya. Sehingga penting bagi pengelola AMDK dan DAMIU juga

termasuk masyarakat untuk perduli terhadap kualitas air minum yang dikonsumsi

agar tidak menyebabkan penyakit.26,27,28

Staphylococcus aureus dapat ditemukan pada AMDK yang dikonsumsi

masyarakat karena pada proses pengolahannya teleh tercemar. Air baku yang telah

tercemar juga menjadi faktor kontaminasi bakteri pada air. Pada penampungan

awal air dapat terkontaminasi bakteri apabila tidak dilakukan pembersihan

sanitasi dan desinfeksi minimal tiga bulan sekali pada bak tendon dan alat lainnya.

Universitas Lambung Mangkurat


21

Pada tahap penyaringan apabila bahan yang digunakan tidak dicuci dan diganti

pada waktu tertentu maka partikel-partikel yang seharusnya tersaring dengan

baik akan lolos mencemari air. Pada penampungan terakhir air dan pengemasan

air dengan mesin otomatis perlu diperhatikan kesterilisasiannya agar terhindar dari

kontaminasi bakteri. Proses distribusi pada AMDK juga dapat menjadi faktor

resiko keberadaan bakteri apabila tidak sesuai standar.25

Kontaminasi Staphylococcus aureus pada DAMIU dapat terjadi apabila

sumber air yang digunakan oleh depot telah tercemar. Pada tahap penyaringan

apabila saringan tersebut mengalami sumbatan maka partikel-partikel kasar yang

seharusnya tersaring dengan baik akan lolos dan mencemari air. Pada tahap

desinfeksi uv merupakan tahapan terpenting karena bertujuan untuk membunuh

bakteri, tahapan ini akan bekerja dengan baik apabila menggunakan penyinaran uv

dengan panjang gelombang 254 nm dan intensitas minimum 10.000 MW sec/cm2.

Perawatan lampu uv harus dibersihkan secara teratur dan diganti selama satu

tahun sekali. Pada tahap sterilisasi wadah dengan ozon harus diawasi dengan baik

untuk menghindari kontaminasi. Pengisian air, penutupan wadah dilakukan oleh

operator depot, hal ini memungkinkan kontaminasi bakteri apabila operator tidak

dalam keadaan sehat dan tidak memperhatikan kebersihan..25

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan Staphylococcus

aureus pada AMDK dan DAMIU ialah dengan melakukan penanaman sampel air

pada media Mannitol salt agar (MSA). Staphylococcus aureus pada MSA akan

menunjukkan pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona kuning

keemasan.16

Universitas Lambung Mangkurat


22

AIR BAKU

AMDK DAMIU

Penampungan
Penampungan
awal
awal

Penyaringan
Penyaringan

Faktor Resiko Desinfeksi


Desinfeksi
Tercemar
Staphylococcus
aureus
Penampungan Sterilisasi
Wadah

Pengemasan

Pengisian

Distribusi

Penutupan

Standar Nasional Indonesia (SNI)


7388 tahun 2009

Ada Kontaminasi Tidak ada Kontaminasi

Staphylococcus aureus Layak Minum

Tidak layak minum

Gambar3.1. Kerangka Teori Identifikasi Staphylococcus Aureus pada Air Galon


Bermerek dan Air Galon Isi Ulang.

Universitas Lambung Mangkurat


23

Air Baku

AMDK DAMIU

Proses pengolahan dan distribusi tidak


sesuai dengan persyaratan AMDK dan
DAMIU

Diduga pencemaran
Bakteri

Uji Identifikasi

Staphylococcus
aureus (+)

Keterangan:

= Diteleti = Diteliti

= Tidak ditelit= Tidak diteliti

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Identifikasi Staphylococcus aureus pada Air


Galon Bermerek dan Air Galon Isi Ulang.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriftif dengan pendekatan

cross-sectional untuk mengidentifikasi Staphylococcus aureus pada air galon

bermerek dan air galon isi ulang yang dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi

Pendidikan Dokter FK ULM.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah air galon bermerek dan air galon isi ulang

yang dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air galon isi ulang yang

berasal dari depot dan air galon kemasan bermerek yang dikonsumsi oleh

mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM. Jumlah sampel yang

digunakan adalah sepuluh sampel, yang dibagi menjadi dua jenis yaitu lima

sampel air galon kemasan bermerek dengan merek A, B, C, D, E dan lima sampel

air galon isi ulang dari depot air minum P, Q, R, S, T dengan menggunakan teknik

purposive sampling.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi pada AMDK adalah sebagai berikut:

33 2
Universitas Lambung Mangkurat
4
34

a. AMDK yang masih tersegel, kemasannya tidak rusak dan bocor.

b. AMDK yang penyimpanannya sesuai standar.

c. AMDK yang diminum langsung tanpa melalui proses pemasakan terlebih

dahulu.

2. Kriteria inklusi pada DAMIU adalah sebagai berikut :

a. DAMIU yang berasal dari PDAM Bandarmasih

b. DAMIU yang masih tersegel, kemasannya tidak rusak dan bocor.

c. DAMIU yang penyimpanannya sesuai standar.

d. DAMIU yang diminum langsung tanpa melalui proses pengolahan.

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. AMDK yang berisi air galon isi ulang.

2. AMDK dan DAMIU yang telah kadaluwarsa.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan adalah sampel air galon kemasan bermerek, sampel

air isi ulang, Lactose broth(LB), media Mannitol salt agar (MSA), Lempeng Agar

Darah (LAD), Mueller Hinton Agar (MHA), larutan kristal violet, lugol, alkohol

atau aseton, karbol fuchsin, aquades.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: termos es, botol sampel

steril, cawan petri, pipet steril volume 1 ml dan 10 ml, ose steril, aluminium foil,

lampu spiritus, object glass, cover glass, autoclave, inkubator, tabung reaksi,

Universitas Lambung Mangkurat


35

penjepit kayu, rak pewarnaan, tabung durham, pipet tetes, rak tabung dan

mikroskop.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel utama

Variabel penelitian ini adalah air minum kemasan bermerek dan air galon isi

ulang yang berasal dari depot air minum yang paling banyak dikonsumsi oleh

mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM. Staphylococcus aureus

yang diisolasi dari air galon isi ulang dan air galon bermerek dari sampel air galon

bermerek dan air galon isi ulang dari depot air minum yang paling banyak

dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM.

2. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu pada penelitian ini adalah:

a. Sterilitas alat dan bahan penelitian akan mempengaruhi hasil penelitian jika

alat dan bahan terkontaminasi dengan bakteri yang ada di luar hasil penelitian.

Hal ini dikendalikan dengan melapisi alat, bahan, dan sampel penelitian dengan

aluminium foil serta melakukan sterilisasi basah dan kering pada semua alat

yang digunakan pada pengambilan dan penyimpanan sampel.

b. Suhu dan kelembapan lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri

lain yang tidak diharapkan. Hal ini dikendalikan dengan memasukkan sampel

ke dalam termos es dengan suhu sekitar 4oC selama pengambilan sampel

sampai dibawa ke laboratorium. Suhu penyimpanan yang berbeda dapat

mempengaruhi kecepatan pertumbuhan bakteri. Hal ini dikendalikan dengan

Universitas Lambung Mangkurat


36

memasukkan sampel ke dalam inkubator dengan suhu 37oC selama tahap

inkubasi.

c. Waktu pemeriksaan sampel yang melampaui batas akan menyebabkan bakteri

lain tumbuh. Hal ini dikendalikan dengan melakukan pemeriksaan sampel tidak

lebih dari 24 jam setelah sampel diambil.

E. Definisi Operasional

1. Air galon kemasan bermerek adalah air baku yang sudah di proses, dikemas

dan aman untuk diminum mencakup air mineral yang di produksi oleh suatu

perusahaan industri air minum yang telah memiliki merek dagang resmi dan

banyak di gunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

2. Air galon isi ulang adalah air baku yang sudah diproses, dikemas dan aman

untuk diminum yang di produksi suatu depot air minum, di jual langsung kepada

konsumen dan banyak di gunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

3. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif yang diisolasi

pada air minum dalam kemasan bermerek dan air minum isi ulang yang berasal

dari depot isi ulang. Di okulasi pada media Mannitol salt agar (MSA),

Staphylococcus aureus pada MSA menunjukan pertumbuhan koloni berwarna

putih kekuningan dikelilingi zona berwarna kuning.17,18

F. Prosedur Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


37

1. Etical cleareance

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

2. Perizinan

Mengajukan perizinan kepada Kesbangpol dan Linmas untuk melakukan

penelitian dan pengambilan sampel air minum di daerah yang paling banyak di

gunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat.

3. Persiapan alat dan bahan

Semua alat yang akan digunakan disterilisasi menggunakan autoklaf.

4. Pengambilan sampel

Sampel pada penelitian ini adalah lima sampel AMDK dari merek A, B, C,

D, E dan lima sampel air galon isi ulang dari depot air minum P, Q, R, S, T yang

paling banyak digunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK

ULM berdasarkan studi pendahuluan. Sebelum pengambilan sampel, air di

homogenkan terlebih dahulu kemudian segel dibuka dan bagian atas mulut galon

di usap dengan menggunakan kapas alkohol. Sampel air diambil dan dimasukkan

kedalam wadah steril menggunakan pipet kaca steril sebanyak 100 ml. Botol

sampel ditutup dan dilapisi aluminium foil. Botol sampel kemudian dimasukkan

ke dalam termos berisikan es batu dan siap di bawa ke laboratorium.

5. Uji MPN

Universitas Lambung Mangkurat


38

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menginkubasi sampel dalam Lactose

Broth selama 24 – 48 jam dengan suhu 35°C.

6. Inokulasi pada media lempeng agar darah (LAD)

Sampel ditanam di lempeng agar darah (LAD). Sampel diinkubasi selama

24 jam dengan suhu 37oC lalu diamati dengan menggunakan mikroskop.

7. Pewarnaan gram

Pewarnaan gram dilakukan dengan membuat preparat yang telah difiksasi

dari lempeng agar darah (LAD) yang diduga Staphylococcus aureus. Preparat di

tetesi cat gram kristal violet selama 4 menit kemudian dicuci dengan air dan

ditiriskan. Langkah selanjutnya preparat digenangi dengan cat gram lugol selama

1 menit dan setelahnya dicuci dengan menggunakan air kran lalu ditiriskan,

kemudian diberi alkohol selama 30 detik lalu dicuci kembali. Pewarnaan

selanjutnya menggunakan cat gram safranin selama 10-30 detik lalu dicuci,

ditiriskan dan diserap dengan kertas saring. Sampel yang telah kering diamati di

bawah mikroskop.

8. Inokulasi ke media Mannitol Salt Agar (MSA)

Pada pemeriksaan ini dilakukan penanaman dengan cara mengambil satu

usa biakan dari media pepton, dan diusapkan pada media Mannitol Salt Agar

(MSA), kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.15,18

Pengambilan Sampel

Pertumbuhan MPN

Universitas Lambung Mangkurat


39

Media LB ditandai kekeruhan Inkubasi dalam Lactose


Broth

Koloni Berwarna Krem atau Putih,


Berbentuk Bulat, Licin, Tepi Rata Media Agar Darah

Gram positif (ungu), bentuk Perwarnaan Gram


coccus, susunan sel bergerombol

Spesimen pada Mannitol


Salt Agar (MSA)

Inkubasi 37oC selama 24 jam

Berwarna merah atau koloni berwarna putih


merah muda kekuningan

Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian Identifikasi Staphylococcus


Negatif Staphylococcus aureus
Positif pada Air Galon
Staphylococcus
Bermerek dan Air Galon Isi Ulang.
aureus aureus

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis

terhadap isolat yang ditumbuhkan pada media agar dari sampel air galon kemasan

bermerek dan air galon isi ulang dari depot air minum yang paling banyak

dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM dicatat

dan dibuat dalam bentuk tabel dan grafik.

Universitas Lambung Mangkurat


40

H. Cara Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menganalisis penelitian-penelitian

terkait karakteristik bakteri Staphylococcus aureus pada air minum yang telah

disesuaikan dengan peraturan PERMENKES RI NO.146/MENKES/1990, dan di

aplikasikan pada sampel penelitian yang diambil dari air galon bermerek dan air

galon isi ulang dari depot air minum yang paling banyak dikonsumsi oleh

mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK ULM.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru pada bulan Mei – Desember tahun

2019.

Tabel 4.1. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian Identifikasi Staphylococcus aureus
pada Air Galon Bermerek Dan Air Galon Isi Ulang.

Bulan Ke-
No
Kegiatan 1 1
. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12
0 1
1. Penyusunan proposal
2. Konsultasi
3. Seminar penelitian
4. Perbaikan
5. Pengambilan Data
6. Pengolahan Data
7. Penyusunan laporan
8. Seminar hasil penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


41

Penyusunan data dan


9.
publikasi hasil penelitian

J. Biaya Penelitian
Rincian biaya penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Rincian Biaya Penelitian Identifikasi Staphylococcus aureus


pada Air Galon Bermerek Dan Air Galon Isi Ulang.

No Komponen Biaya
1 Media Mannitol Salt Agar Rp 450.000
2 Set Pewarnaan Gram Rp 300.000
3 Media LAD Rp 200.000
4 Aluminium foil Rp 50.000
5 Penelusuran referensi Rp 50.000
6 Aquadest 1 liter Rp 20.000
7 Pengetikan dan Penjilidan Rp 100.000
Total Rp 1.170.000

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Universitas Lambung Mangkurat


42

Berdasarkan hasil uji identifikasi Staphylococcus aureus terhadap sepuluh

sampel air galon, yang terdiri dari lima sampel air galon bermerek dan ar galon isi

ulang, maka diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan pada table dibawah ini:

PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan uji identifikasi Staphylococcus aureus pada DAMIU

menunjukkan bahwa empat dari lima sampel air galon isi ulang yang diteliti

Universitas Lambung Mangkurat


43

positif mengandung Staphylococcus aureus. Depot air minum isi ulang tersebut

berasal dari Jl. Kuripan, Jl. Manggis, Jl. Keramat dan Jl. Kayu tangi. Berdasarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi kontaminasi bakteri pada air minum yang

berasal dari DAMIU ialah sebagai berikut :

1. Sumber air

Sumber air yang digunakan oleh DAMIU dalam penelitian ini ialah air yang

berasal dari sungai yang telah tercemar Staphylococcus aureus. Air sungai yang

telah tercemar karena telah mengalami kontak pada kulit dan selaput lendir

manusia yang terkontaminasi bakteri tersebut. Sumber patogen yang

mengkontaminasi air sungai antara lain karena mayarakat masih menjadikan

sungai sebagai tempat akhir pembuangan limbah dari daratan salah satunya

limbah domestik. Hal ini sangat membahayakan dan mempengaruhi kondisi air

sungai tersebut karena limbah domestik sangat berpotensi membawa berbagai

jenis patogen termasuk Staphylococcus aureus.

2. Penampungan air

Pengambilan air dari bak penampungan air dan pengisiannya menggunakan

kran dan selang, pada proses ini sangat rentan terjadi kontaminasi yang

diakibatkan penyedia air baku tidak memperhatikan kebersihan dan masa pakai

selang yang digunakan untuk memasukkan air ke dalam tanki maka selang akan

mengalami kebocoran, berlumut, kotor, usang karena tidak dirawat dengan baik

akan membuat air menjadi tercemar bakteri. Alat-alat yang digunakan pada

penampungan air baku seperti bak tendon, alat tangki, selang, pompa dan alat

Universitas Lambung Mangkurat


44

sambungan harus dilakukan pembersihan, sanitasi dan desinfeksi minimal tiga

bulan sekali. Selain itu mengingat air baku diangkut dengan mobil tanki dan

melalui perjalanan untuk sampai ke tempat DAMIU, memungkinkan air baku

tercemar selama dalam perjalanan. Pengangkutan yang melebihi waktu 12 jam

memungkinkan berkembangnya bakteri pada air.

3. Penyaringan

Kualitas filtrasi merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya

pencemaran mikrobiologi pada air. Ukuran mikrofilter yang digunakan pada

penyaringan ini berjenjang yang dapat mengurangi atau menurunkan kadar jumlah

zat padat terlarut, sehingga usia alat filter menjadi semakin pendek dan partikel

yang berukuran lebih kecil yang seharusnya tersaring dengan baik kemungkinan

dapat lolos salah satunya bakteri. Tabung filter yang digunakan tidak dibersihkan

menggunakan cara yang benar yaitu menggunakan System back washing dengan

mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran atau residu yang

selama ini tersaring dapat terbuang keluar. Pada tahap ini terjadi kontaminasi,

karena kotoran dan residu yang tersaring tersebut mengalami sumbatan akibat

tidak dilakukan pembersihan dengan benar. Penyumbatan yang terjadi

menyebabkan fungsi filter semakin tidak optimal sehingga bakteri yang terdapat

pada air akan semakin berkembang dan membuat air semakin tercemar.

4. Desinfeksi

Universitas Lambung Mangkurat


45

Desinfeksi yang dilakukan menggunakan sinar uv dengan melewatkan air

kedalam tabung atau pipa yang disinari uv. Sinar uv yang digunakan tidak sesuai

karena memiliki panjang gelombang dan intensitas yang tidak memenuhi standar

sehingga tidak berfungsi dengan baik. Penggunaan sinar UV yang tidak sesuai

antara kapasitas dan kecepatan air yang dilewatkan pada sinar UV mengakibatkan

air terlalu cepat sehingga bakterinya tidak mati. Standar untuk DAMIU kapasitas

UV yang digunakan minimal adalah Tipe 5 GPM atau daya lampu 30 Watt dan

kecepatan air yang melewati UV adalah 19 liter ( 1 Galon ) per 1 menit 15 detik.

Masa kerja lampu dan panjang gelombang lampu UV yang digunakan tidak

diperhatikan, hanya memastikan bahwa lampu UV yang digunakan masih

menyala atau tidak. Pada lampu UV yang menjadi indikator adalah lampu yang

berwarna merah dan hijau, indikator masa pemakaian lampu UV ialah jika tombol

on ditekan dan tidak menyala berarti lampu UV harus diganti dengan masa

pemakaian maksimal 3 tahun. Pada kenyataannya banyak yang beranggapan

selama lampu masih bisa menyala walaupun telah melebihi batas maksimal

pemakaian yaitu 3 tahun bisa tetap menggunakannya. Hal ini merupakan

kesalahan yang fatal mengingat fungsi dari sinar UV adalah untuk membunuh

bakteri yang ada pada air yang digunakan. Lampu UV dihidupkan hanya jika ada

pelanggan yang ingin membeli air namun pada saat setelah pengisian selesai

lampu di matikan dengan alasan hemat listrik dan agar lampu UV awet, hal ini

juga menyebabkan menurunnya fungsi dari sinar UV. Sinar uv yang tidak

memenuhi standar mengakibatkan bakteri yang ada didalam air akan tetap hidup

dan berkembang dengan baik. Perawatan lampu ultraviolet yang tidak benar

Universitas Lambung Mangkurat


46

menyebabkan bakteri tetap hidup karena lampu uv yang digunakan tidak

dibersihkan secara teratur.

5. Hygiene operator atau karyawan

Kesehatan pada karyawan atau operator yang bekerja harus dIperhatikan.

Pemilik usaha DAMIU tidak memastikan bahwa operator yang bekerja sudah

terbebas dari penyakit menular, padahal seorang operator memiliki tugas

mengerjakan dan memegang secara langsung galon dan alat yang akan

digunakan untuk tahapan pengisian AMDK dan pembersihannya sehingga

meningkatkan risiko cemaran bakteri pada AMDK. Aktivitas yang wajib

dihindari oleh seorang operator saat bekerja ialah merokok, meludah

sembarangan, menggaruk pada anggota tubuh, saat melayani konsumen tidak

mencuci tangan sebelum atau sesudah mengisi galon dan tidak menggunakan

penutup kepala atau sepatu saat bekerja . Menggaruk anggota tubuh berkaitan

dengan cemaran bakteri pada AMDK apabila seorang operator memiliki

penyakit pada kulit akibat infeksi bakteri terutama yang disebabkan oleh

Staphylococcus aureus. Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa karyawan

yang menangani depot memiliki sertifikat pelatihan penjamah makanan dan

minuman untuk memastikan bahwa operator tersebut memaham pentingnya

berlaku bersih dalam melakukan pekerjaannya.

6. Pengisian, penutupan

Universitas Lambung Mangkurat


47

Pengisian ketempat air (wadah) dilakukan dengan menggunakan alat namun

tidak dilakukan pada tempat pengisian yang higienis dan ruangan yang tertutup.

Pengisian air hingga penutupan wadah yang dilakukan diruang terbuka dengan

keadaan lingkumgan sekitar yang tidak bersih menjadi penyebab kontaminasi

pada air. Penutupan tempat air (wadah) dapat dilakukan dengan tutup yang

dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh depot air minum. Pengisian air

dan penutupan wadah dilakukan oleh operator, hal ini memungkinkan

kontaminasi bakteri apabila operator tidak dalam keadaan sehat dan tidak

memeperhatikan kebersihannya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Lambung Mangkurat


48

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa dari sepuluh

sampel air minum yang dikonsumsi oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan

Dokter FK ULM, ditemukan empat sampel DAMIU positif Staphylococcus

aureus.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai identifikasi bakteri

Staphylococcus aureus yang mungkin masih terdapat di DAMIU lainnya di

Banjarmasin berkaitan dengan kelayakan air tersebut untuk dikonsumsi.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai

Universitas Lambung Mangkurat


49

DAFTAR PUSTAKA
1. Tombeng RB, Polii B, Sinolungan S. Analisis Kualitatif Kandungan
Escherichia coli dan Coliform pada Tiga Depot Air Minum Isi Ulang Di
Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi. 2013.
2. Rumondor PP, Porotu’o J, Waworuntu O. Identifikasi bakteri pada depot air
minum isi ulang di Kota Manado. e-Biomedik. 2014.
3. Badan Pusat Statistik. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Sumber Air Minum 2000-2016. Jakarta; 2017.
4. Mairizki F, Hayu RE. Higiene Sanitasi dan Uji Escherichia Coli Depot Air
Minum Isi Ulang (Damiu) di Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh,
Kota Pekanbaru. Kesehatan Vokasional. 2018.
5. Survei data tidak dipublikasi.
6. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Republik Indonesia. 2010.
7. Radji M, Oktavia H, Suryadi H. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi
Ulang di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah Lenteng Agung

Universitas Lambung Mangkurat


50

dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Concr Prod. 2008.


8. Natalia LA. Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di
Kabupaten Blora Melalui Metode Most Probable Number. Unnes J life Sci.
2014.
9. Aulia NM, Sudrajat, Kusumawati E. Identifikasi Bakteri Air Minum Isi
Ulang Dari Depot yang Menggunakan Sumber Air Non PDAM Di Kota
Samarinda. 2017;3(2):1–8.
10. Ulfa A. UJI Bakteriologi Air Minum Dalam Kemasan yang Beredar di Kota
Banda Aceh. 2014.
11. Rahayu SA, Gumilar MM. Uji Cemaran Air Minum Masyarakat Sekitar
Margahayu Raya Bandung Dengan Identifikasi Bakteri Escherichia coli.
Indonesia J Pharm Sci Technol. 2018.
12. Sni. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan. Badan Standarisasi
Indonesia. 2009;17.
13. Puspitasari I, Indriyati N, Fitriani VY, Rusli R. Pengujian Kualitas Aspek
Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang. 2018.
14. Afrisetiawati R. Artikel Penelitian Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada
Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi DAMIU di Kelurahan Lubuk Buaya
Kota Padang. 2014;5(3):570–4.

15. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Mikrobiologi
Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. EGC. 2013.
16. Dewi AK. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. J Sain
Vet. 1955.
17. Kenneth JR, Ray CG. Medical Microbiology : An Introduction to Infectious
Diseases. Sherris Medical Microbiology. 2004.
18. Warsa UC 1994. Penerbit Binarupa Aksara. Staphylococcus dalam Buku
Ajar Mikrobiologi Kedokteran Ed Revisi Jakarta. 1994.
19. R.F. Boyd and B. G. Hoerl. Basic Medical Microbiology. 4 ed. London.
1977.
20. Syamsul M. Studi Tentang Kualitas Fisik Air Minum Dalam Kemasan
(Amdk) Sebelum dan Sesudah Terpapar Oleh Cahaya Matahari Di Kota
Makassar. Jurusan Kesehatan Masyarakat. 2010.
21. Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. Persyaratan
Teknis-Industri dan Perdagangan Tentang Air Minum Dalam Kemasan

Universitas Lambung Mangkurat


51

Nomor 167/MPP/Kep/5/1997.Jakarta;1997.
22. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 96/M-
Ind/Per/12/2011 Tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam
Kemasan. 2011.
23. Pt DI, Sibayakindo T, Doli A, Barus I. Laporan Kerja Praktek di PT. Torta
Sibayakindo. Yogyakarta; 2017.
24. Putra IBAB. Kandungan Bakteriologis, Flourida pada Air Minum Isi Ulang
dan Evaluasi Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Wilayah
Kecamatan Denpasar Barat pada Tahun 2016. Denpasar; 2016.
25. Dilapanga MR, Joseph WBS, Loho H. Higiene Sanitasi dan Kualitas
Bakteriologis Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di
Kecamatan Sario Kota Manado Tahun 2014. 2014;5(2):70–8.
26. Sisca V. Penentuan Kualitas Air Minum Isi Ulang Terhadap Kandungan
Nitrat, Besi, Mangan, Kekeruhan, pH, Bakteri E.Coli dam Coliform.
Chempublish J. 2016;1(2):21–31.
27. Deril M, H N. Uji Parameter Air Minum dalam Kemasan (AMDK) di Kota
Surabaya. Ilmu Teknik Lingkungan. Surabaya; 2010.
28. Sofa WM. Kualitas Bakteriologis Air Minum Dalam Kemasan ''Ac" yang
Tidak Terdaftar di Bandung. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha. Bandung; 2001.

Universitas Lambung Mangkurat


52

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai