Anda di halaman 1dari 11

Dental Site Teaching

PULPEKTOMI NON VITAL PADA GIGI 22 DENGAN

DIAGNOSA NEKROSE PULPA EC TRAUMA

Oleh :

Resty Dian Syafitri

1311411013

Pembimbing :

drg. Deli Mona, Sp.KG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
A. Data Pasien

Nama : Putri Halimah

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 22 tahun

Alamat : Limau Manis Padang

No. Rekam Medik :

Elemen Gigi : 22

B. Pemeriksaan Subjektif

Chief Complaint :

Pasien mengeluhkan gigi depan kanan atas patah

Present Illness :

Pasien merasakan keluhan sejak kelas III SD, gigi patah akibat

terjatuh kelantai saat bermain, pada saat terjatuh gigi berdarah, dan

goyang, sekarang gigi tidak goyang.

Past Dental History :

Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumnya

Past Medical History :

Pasien pernah dirawat di rumah sakit, operasi amandel, tidak

memiliki riwayat alergi

Family History :

ibu : dicurigai tidak menderita penyakit sistemik

ayah : dicurigai tidak menderita penyakit sistemik


Social history :

Pasien merupakan seorang mahasiswa tahun akhir, kurang

istirahat, jarang mengonsumsi buah dan sayur, olahraga tidak teratur.

C. Pemeriksaan Objektif

Gambar 1. Gambaran klinis gigi 21

Fraktur ellis klas 1 gigi 21

Tes sondasi (-)

Tes termal dengan Chlor Etil (-)

Tes perkusi (+)

Tes palpasi (-)


D. Pemeriksaan Radiografis

Pada gigi 21 menampakan gambaran ujung apeks masih terbuka,gambaran radiolusen


berbatas jelas dan dibatasi oleh garis tipis tulang sklerotik yang radiopak pada area
apikal, hilangnya ruang ligamen periodontal pada area apikal, terputusnya lamina dura,
dan ujung akar terdapat didalam kavitas kista.

E. Diagnosis

Nekrose Pulpa

F. Rencana perawatan

Pulpektomi non vital

G. Prognosis

Baik, masih banyak struktur jaringan gigi tersisa, tidak terdapat fraktur

horizontal maupun vertikal pada akar gigi, dan pasien kooperatif untuk

datang berulang

H. Penatalaksanaan

Alat Bahan
Diagnostic Set Bahan devitek
Bur Set Cotton Roll
Jarum Miller Cotton Pelet
Jarum Ekstirpasi Spuit
Reamer TKF
File ChKM
Spreader Endometason
Spuit irigasi Gutta Perca
Plugger Cavit
Lentulo NaOCL dan H202
Mistar Paper point
Lampu Spiritus Caviton
Korek Api GIC Lining
Glass Slab Cotton Pellet
Semen Spatel Cotton Roll
Light cure Eugenol
Instrument plastis Gic restorasi

Kunjungan I

Pemeriksaan Subjektif, objektif, foto intra oral, foto rontgen periapikal,

diagnosis, penentuan rencana perawatan gigi 21 dan informed consent.

1. Tentukan panjang kerja berdasarkan rontgen foto

Panjang gigi sebenarnya = a x b /c

a = panjang gigi pada rontgen foto

b = panjang mahkota klinis

c = panjang mahkota pada rontgen foto

2. Preparasi  Buka Atap Pulpa

 Bentuk sesuai outline gigi


 Akses dari oklusal

 Straight line akses

 Pertahankan struktur gigi yang sehat

3. Membuka atap kamar pulpa dengan bur bundar dan cari orifis dengan

jarum miller.

1. Preparasi Biomekanis

 Menentukan panjang kerja dengan pengukuran panjang mahkota

klinis dengan mahkota pada rontgen foto serta panjang gigi pada

rontgen foto.

 Melakukan ekstirpasi jaringan pulpa pada saluran akar sesuai

panjang kerja menggunakan barbed broach/jarum ekstirpasi yang

diberi stopper dengan cara memutar alat searah jarum jam

kemudian ditarik ke atas. Ini dilakukan untuk membuang semua

bakteri, jaringan pulpa, dentin nekrotik dan debris.

 Menenentukan IAF (Initial Apical File). Ini dilakukan untuk

menentukan nomor reamer dan file yang pertama kali masuk pada

saluran akar. Selalu gunakan stopper agar jarum tidak mencapai

foramen apical.

 Setelah IAF didapat, naikkan ukuran reamer dan file sebanyak 3

nomor di atas IAF untuk mendapatkan MAF (Master Apical File)

atau MAC (Master Apical Cone).

2. Preparasi Step Back


 Setelah MAF/MAC didapat, naikkan lagi ukuran reamer dan file

sebanyak 3 nomor di atas MAF/MAC dan setiap peningkatan

nomor reamer panjang kerja dikurangi 1mm.

 Setiap pergantian ukuran reamer dan file diselingi dengan irigasi

menggunakan NaOCl dan H2O2 yang dimasukkan ke dalam spuit

yang jarumnya dibengkokkan untuk mencegah tekanan berlebihan.

 Reamer dipakai dengan gerakan ¼ - ½ putaran searah jarum jam.

 File dipakai dengan gerakan menarik.

 Keringkan saluran akar dengan paper point ukuran MAF/MAC.

Lakukan sampai saluran akar benar-benar kering dengan melihat

paper point. Jika paper point yang dikeluarkan dari saluran akar

tidak basah lagi, berarti saluran akar sudah benar-benar kering.

 Pada kamar pulpa, diaplikasikan cotton pellet dengan ChKM

dengan mengambil uapnya saja. Tutup dengan cotton pellet kering.

 Tutup kembali dengan caviton.

Sterilisasi

1. Sterilisasi saluran akar pada kasus ini menggunakan ChKM dan TKF

karena gigi pasien masih vital.

2. Kunjungan I digunakan ChKM. Pada kunjungan selanjutnya

digunakan TKF. Begitu selanjutnya secara bergantian sampai

perkusi (-). Diawali dengan ChKM dan diakhiri juga dengan ChKM.

3. ChKM diaplikasikan dengan meletakkan uapnya pada cotton pellet

kering pada kamar pulpa.


4. Aplikasi ChKM kemudian ditutup dengan cotton pellet kering.

5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. Pada kasus ini digunakan

caviton.

Kunjungan Ke II

1. Kunjungan kedua dilakukan 7 hari setelah kunjungan I.

2. Tes perkusi.

3. Bongkar tambalan sementara dengan bur diamond.

4. Keluarkan cotton pellet dan cotton pellet yang diberi uap ChKM dari

kamar pulpa. Lakukan tes bau : cotton pellet yang diberi uap ChKM

5. Irigasi kembali saluran akar dengan NaOCl dan H2O2

6. Keringkan dengan paper point.

7. Pada kamar pulpa, diaplikasikan cotton pellet dengan TKF dengan

mengambil uapnya saja. Tutup dengan cotton pellet kering.

8. Kavitas ditutup kembali dengan caviton.

Kunjungan Ke III

1. Kunjugan ketiga dilakukan 7 hari setelah kunjugan kedua.

2. Cek perkusi kembali

3. Bongkar tambalan sementara dengan bur diamond.

4. Keluarkan cotton pellet dan cotton pellet yang diberi uap TKF dari

kamar pulpa. Tes bau menunjukkan cotton pellet sudah berbau obat,

menandakan saluran akar sudah steril dari bakteri

5. Cek nomor terakhir file yang digunakan. Apakah file masih bisa

masuk atau tidak.


6. Irigasi dengan NaOCl dan H202.

7. Keringkan dengan paper point.

8. Karena diawali dengan ChKM, maka sterilisasi juga diakhiri dengan

ChKM. Pada kamar pulpa, aplikasikan cotton pellet dengan ChKM

dengan mengambil uapnya saja pada. Tutup dengan cotton pellet

kering.

9. Kavitas ditutup kembali dengan caviton.

Kunjungan Ke IV

1. Kunjugan keempat dilakukan sekitar 7 hari setelah kunjugan ketiga.

2. Dilakukan tes perkusi, jika tidak ada rasa sakit (-), dan saat

dibandingkan dengan gigi lain yang sehat, hasil tes perkusi sama

dengan gigi lain dan palpasi (-), hal ini menandakan bahwa saluran

akar sudah bisa diobturasi dengan gutta percha.

3. Bongkar tambalan sementara dengan bur diamond.

4. Keluarkan cotton pellet dan cotton pellet yang diberi uap ChKM dari

kamar pulpa.

5. Cek nomor terakhir file yang digunakan. Apakah file masih bisa

masuk atau tidak.

6. Irigasi dengan NaOCl dan H202.

7. Keringkan dengan paper point sampai benar-benar kering dengan cara

mengecek paper point terakhir.

8. Masukkan paper point ukuran MAC sebagai trial sebelum obturasi.

9. Lakukan rontgen foto.


10. Jika telah pas, lanjutkan dengan obturasi.

11. Aduk pasta sealer. Pada kasus ini digunakan endometason.

Endometason diaduk dengan eugenol di atas glass slab. Konsistensi

tidak terlalu cair.

12. Aplikasikan pasta sealer pada dinding saluran akar dengan

menggunakan lentulo.

13. Persiapkan gutta percha. Gutta percha pertama yang digunakan sesuai

dengan ukuran dan panjang MAC. Sebelum aplikasi, oleskan dulu

guttap dengan pasta sealer.

14. Sebagai guttap aksesoris, digunakan guttap dengan ukuran 1/2 nomor

dibawah ukuran MAC. Setiap guttap yang akan dimasukkan ke dalam

saluran akar, terlebih dulu harus diolesi dengan pasta sealer untuk

menutup bagian-bagian kecil yang kosong.

15. Setiap guttap yang masuk pada saluran akar harus ditekan dengan

spreader kearah samping sampai padat untuk mendapatkan ruangan

bagi guttap aksesoris. Teknik ini dinamakan Kondensasi Lateral.

16. Setelah terisi penuh, padatkan guttap dengan cara menekan

menggunakan plugger.

17. Kelebihan guttap dipotong dengan plugger yang dipanaskan dengan

lampu spiritus.

18. Buang seluruh kelebihan guttap sampai orifis. Jangan sampai pada

kamar pulpa masih tersisa guttap. Karena lama-kelamaan, guttap akan

mempengaruhi warna gigi.


19. Tutup dengan cotton pellet kering dan caviton.

20. Lakukan rontgen foto kembali. Hal ini untuk melihat apakah obturasi

hermetis atau tidak.

21. Jika hasil rontgen menunjukkan obturasi yang hermetis, buka

tambalan sementara dan cotton pellet dibuang.

22. Beri lining selapis tipis di atas guttap/ pada kamar pulpa dan lakukan

restorasi akhir.

Kunjungan Ke V

1. Kunjungan kelima dilakukan 1 minggu setelah obturasi.

2. Cek kembali perkusi.

3. Lakukan rontgen foto kembali sebagai rontgen control.

Anda mungkin juga menyukai