Anda di halaman 1dari 17

Laporan Mini Project

Perencanaan Wilayah Dan Tata Ruang

PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN DI


KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

OLEH

Nama : Afifah Nur Fahira Amsal


Nim : G011181313
Semester :4
Kelas : Perencaan Wilayah Dan Tata Ruang C
Dosen : 1. Prof. Dr.Ir. Muchtar Salam Solle, PGD.,M.Sc
2. Dr. Ir. Zulkarnain Chairuddin, M.P.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Abstrak

Lahan-lahan di Indonesia merupakan lahan yang potensial di segi geografis dan


astronomis untuk didesain sedemikian rupa. Di dalam imu Desain dan Tata Ruang
Pertanian, setiap lahan didesain sedemikian rupa agar menjadi lahan yang potensial
sesuai dengan keadaan umum dan fungsinya masing-masing. Pada perencanaan lahan
kali ini yaitu Kabupaten Bulukumba yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan dinilai
sangat strategis dan memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar. tujuan dari
penulisan rencana penggunaan lahan ini adalah untuk menganalisis desain dan tata
ruang pertanian yang tepat untuk daerah Kabupaten Bulukumba. Adapun kegunaannya
yaitu sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menuangkan ide dan pikirannnya bagi
desain dan tata ruang pertanian. Tanaman kelapa tumbuh dengan baik dan berproduksi
tinggi di wilayah pesisir karena pada wilayah tersebut memiliki sinar matahari yang
cukup dan air tanah yang bergerak memiliki kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa.
Tanaman cengkeh menyebar di wilayah dataran tinggi yaitu Kecamatan Gantarang,
Bulukumpa, Rilau Ale dan Kindang sedangkan tanaman kopi banyak dibudidayakan di
Kecamatan Gantarang, Bulukumpa dan Kindang.

Kata kunci: Pertanian, Lahan, Bulukumba.

Abstract

Land in Indonesia is a potential land in terms of geographical and astronomical to


be designed in such a way. In the Agricultural Design and Layout, each land is designed
so that it becomes a potential land in accordance with the general conditions and their
respective functions. In this land planning, Bulukumba Regency in South Sulawesi
Province is considered to be very strategic and has considerable natural resource
potential. the purpose of writing this land use plan is to analyze the design and layout of
agriculture that is appropriate for the area of Bulukumba Regency. As for its usefulness
as a forum for students to express their ideas and thoughts for the design and layout of
agriculture. Coconut plants grow well and produce high in coastal areas because in
these areas have sufficient sunlight and groundwater that moves have land suitability
for coconut plants. Clove plants spread in the highlands, namely the Districts of
Gantarang, Bulukumpa, Rilau Ale and Kindang, while coffee plants are widely
cultivated in the Districts of Gantarang, Bulukumpa and Kindang.

Keywords: Agriculture, Land, Bulukumba.


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan-lahan di Indonesia merupakan lahan yang potensial di segi geografis dan
astronomis untuk didesain sedemikian rupa. Di dalam imu Desain dan Tata Ruang
Pertanian, setiap lahan didesain sedemikian rupa agar menjadi lahan yang potensial
sesuai dengan keadaan umum dan fungsinya masing-masing. Pada kenyataannya di
lapangan, masih ada beberapa wilayah/lahan atau daerah yang penggunaan lahan
dengan komoditi tanaman ataupun garapan fungsional yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya sehingga dalam aspek pertanian maupun tata ruang lainnya terjadi kerugian
secara ekonomis maupun pedologis.
Pada perencanaan lahan kali ini yaitu Kabupaten Bulukumba yang berada di
Provinsi Sulawesi Selatan dinilai sangat strategis dan memiliki potensi sumber daya
alam yang cukup besar. Kabupaten Bulukumba memiliki keistimewaan dari kondisi
wilayah yang bervariasi. Karakteristik yang dimiliki baik dari segi topografi,
kemiringan lahan, dan iklim merupakan peluang yang berpotensi untuk
mengembangkan berbagai komoditi pertanian, namun masih kurang dalam tata ruang
pertaniannya.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis memilih Kabupaten Bulukumba sebagai
daerah Mini Project Desain dan Tata Ruang Pertanian untuk menata dan
mengembangkan kawasan pertanian dalam mewujudkan pertanian secara berkelanjutan.

1.2. Tujuan dan Kegunaan


Adapun tujuan dari penulisan rencana penggunaan lahan ini adalah untuk menganalisis
desain dan tata ruang pertanian yang tepat untuk daerah Kabupaten Bulukumba.
Adapun kegunaannya yaitu sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menuangkan
ide dan pikirannnya bagi desain dan tata ruang pertanian serta untuk memberikan
manfaat pengetahuan bagi mahasiswa mengenai cara menganalisis desain dan tata
ruang pertanian yang nantinya bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi berbagai
pihak tertentu.
II. KONDISI UMUM WILAYAH

2.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah


Secara Geografis, Kabupaten Bulukumba berada di bagian Selatan Provinsi
Sulawesi Selatan, tepatnya terletak diantara 05°20´-05°40´ Lintang Selatan (LS) dan
119°58´-120°28´ Bujur Timur (BT). Kabupaten Bulukumba memiliki Luas Wilayah
1.154,58 km2 atau sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi
10 (sepuluh) kecamtan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Sinjai


Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Flores
Sebelah Barat :berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng
Sebelah Timur :berbatasan dengan Teluk Bone dan Kepulauan Selayar
Tabel 2.1 Luas Wilayah Setiap kecamatan

Sumber: Bagian Pemerintahan Setda Kab. Bulukumba, 2018


2.2 Klimatologi

Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82oC–


27,68oC. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan
tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis SmithFerguson (tipe iklim diukur menu rut
bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba
termasuk iklim lembab atau agak basah.
Kabupaten Bulukumba berada di bagian Timur, musim gadu antara Oktober-Maret dan
musim rendengan antara April-September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan yang
tersebar di beberapa kecamatan yakni: Stasiun Bettu, Stasiun Bontonyeleng, Stasiun
Kajang, Stasiun Batukaropa, Stasiun Tanah Kongkong, Stasiun Bontobahari, Stasiun
Bulo-Bulo, dan Stasiun Herlang.
Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah Barat Laut dan Timur
sedangkan pada daerah Tengah memiliki curah hujan sedang dan pada bagian Selatan
curah hujannya rendah. Adapun data curah hujan sebagai berikut:
1. Curah hujan antara 800 - 1.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagian
Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Kecamatan Bontobahari.
2. Curah hujan antara 1.000 - 1.500 mm/tahun meliputi sebagian Kecamatan Gantarang,
sebagian Ujung Loe dan sebagian Kecamatan Bontotiro.
3. Curah hujan antara 1.500 - 2.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian
Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian
Bontotiro, sebagian Herlang, dan Kecamatan Kajang.
4. Curah hujan diatas 2.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang,Rilau Ale,
Bulukumpa, dan Kecamatan Herlang.
2.3 Jenis Tanah
Tanah di Kabupaten Bulukumba didominasi jenis tanah Latosol yang lebih dikenal
dengan tanah dalam tekstur lempung, dan Mediteran yang merupakan hasil pelapukan
batuan kapur keras dan batuan sedimen. Secara spesifik terdiri atas tanah Alluvial
Hidromorf atau jenis tanah yang bersifat hidromorf dan berwarna kelabu, coklat dan
hitam dengan bahan induk endapan liat pasir terdapat dipesisir pantai dan sebagian di
daratan bagian utara. Sedangkan tanah regosol dan mediteran terdapat pada daerah-
daerah bergelombang sampai berbukit di wilayah bagian barat.
2.4 Hidrologi
Sungai di Kabupaten Bulukumba ada 43 aliran dengan panjang keseluruhan 772,5
km dan debit 57,668 m3/dtk yang mampu mengairi lahan sawah 23.151 ha meskipun
ada beberapa sungai yang belum disurvei debitnya.
2.5 Ketinggian dan Morfologi
Wilayah Kabupaten Bulukumba memiliki topografi yang bervariasi dari 0 meter
hingga di atas 1000 meter dari permukaan laut (dpl) yang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga)
satuan ruang morfologi yaitu:
1) Morfologi Daratan Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s.d. 25 meter
di atas permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir yaitu: Kecamatan
Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari,
Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang.
2) Morfologi Bergelombang Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s.d.
100 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang,
Kecamatan Kindang, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan
Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.
3) Morfologi Perbukitan Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai
dari Barat ke Utara dengan ketinggian 100 s.d. di atas 500 meter dari permukaan laut
meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan
Rilau Ale.
2.6 Keadaan Penduduk
Penduduk Kabupaten Bulukumba berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2019
sebanyak 420.603 jiwa yang terdiri atas 198.701 jiwa penduduk laki-laki dan
221.902 jiwa penduduk perempuan. Proyeksi jumlah penduduk tahun 2019,
penduduk Bulukumba mengalami pertumbuhan sebesar 0,54 persen dengan masing-
masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,54 persen dan
penduduk perempuan sebesar 0,55 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis
kelamin tahun 2019 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar
89,54.
2.7 Industri dan Jasa perorangan

Agroindustri yang berkembang di Kabupaten Bulukumba sampai saat ini


didominasi industri kecil/rumah tangga. Industri kecil/rumah tangga umumnya industri
pengolahan makanan berbahan beras, jagung, ubi kayu, buah, jahe dan kopi Jenis
olahan berupa kue, keripik, manisan, dodol dan minuman instant. Agroindustri
berbahan tanaman pangan skala besar baru berkembang pada tahun 2012 dengan
dibangunnya industri penggilingan padi dan industri pengolahan tapioka. Industri besar
lainnya yaitu industri pengolahan kapas, industri pengolahan veneer dan industri
pengolahan karet telah berkembang sejak dulu dan didukung oleh perkebunan yang
dikelola oleh masing-masing perusahaan terkait.
2.8 Budaya
Dari sisi budaya Bulukumba telah tampil menjadi sebuah “legenda modern”, dalam
kancah percaturan kebudayaan nasional. Bahkan melalui industri budaya dalam bentuk
perahu baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa-
lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata
layar memiliki pemahaman terhadap adanya subyek yang bernama perahu sebagai suatu
refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.
III. POTENSI WILAYAH
3.1 Potensi Pertanian
Kabupaten Bulukumba menempatkan sektor Pertanian sebagai salah satu potensi
unggulan yang memberikan konstribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten
Bulukumba. Hal ini didukung dengan sumberdaya lahan yang luas, iklim yang sesuai
dan keanekaragaman genetika sumberdaya hayati yang besar.
3.1.1 Potensi Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang sangat potensial yakni tanaman padi dan merupakan bahan
pangan utama masyarakat, terdapat pula tanaman bahan pangan lainnya seperti Jagung,
Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Ijo dan Kedelai, yang merupakan tanaman
sela atau tanaman antara yang ditanam oleh petani setelah sekali/dua kali panen
tanaman padi, khususnya di lokasi lahan persawahan sedangkan pada lokasi lahan non
persawahan tanaman tersebut diantaranya merupakan tanaman utama.
Tanaman hortikultura sayuran yang paling banyak dihasilkan di Bulukumba
adalah dari jamur dimana dari 6.980 hektar mampu menghasilkan 4.063 ton pada
tahun 2019. Sedangkan pada jenis buah-buahan, makanan khas Bulukumba yaitu
Duku/Langsat, masih menduduki peringkat pertama produksi buah-buahan pada
tahun 2019 dengan menghasillkan 4.132 ton duku/langsat.
3.1.2 Potensi Tanaman Perkebunan
Lahan perkebunan juga mempunyai proporsi yang cukup besar dengan 34,05% dari
luas lahan pertanian bukan sawah yang ada di Kabupaten Bulukumba. Lahan ini
sebagian besar ditanami dengan tanaman perkebunan besar seperti Kakao, Kopi, Karet,
Kelapa, Cengkeh, dan Lada.
3.1.3 Potensi Perikanan dan Kelautan
Potensi perikanan terdiri dari perikanan tangkap (perikanan laut) dan perikanan
budidaya (perikanan darat). Dari 10 kecamatan, 7 diantaranya mempunyai potensi
kelautan sedangkan potensi perikanan darat terdapat di semua kecamatan. Produksi
perikanan tangkap/laut di Kabupaten Bulukumba tahun 2014 mengalami peningkatan
62 % dari tahun 2013 dimana produksi terbesar berasal dari Kecamatan Kajang.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2015

Untuk jenis ikan laut yang dihasilkan, maka sebagian besar ikan laut diperairan
Kabupaten Bulukumba berpotensi ekspor, seperti: cakalang, tuna, tongkol, layang,
kembung, tambang, lamuru, kerapu dan beberapa ikan laut lainnya.
Selain perikanan laut, perikanan budidaya seperti tambak, laut, kolam, mina padi
juga merupakan potensi yang dapat dikembangkan. Komoditas budidaya tambak
mayoritas yakni Ikan Bandeng, Udang Windu, Udang Api-api dan mulai tahun 2006
telah dikembangkan budidaya rumput laut ditambak. Komoditas budidaya kolam
mayoritas yakni ikan mas dan ikan mujair. Komoditas budidaya sawah (mina padi)
mayoritas yakni ikan mas, mujair dan lele.
3.1.4 Potensi Ternak
Selain potensi unggulan di atas, Kabupaten Bulukumba juga mempunyai potensi
lain yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan produktifitas masyarakat. Potensi
peternakan yang dimiliki meliputi: ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda; ternak
kecil seperti kambing dan domba; ternak unggas seperti ayam dan itik.
3.1.5 Potensi Kehutanan
Luas kawasan hutan di kabupaten Bulukumba mencapai 9.294,78 Ha yang tersebar
di 6 (enam) kecamatan, dengan klasifikasi hutan lindung dan hutan produksi (terabatas
dan tetap) serta suaka alam.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Berdasarkan peta tersebut maka pengembangan kawasan tanaman perkebunan
terbagi menjadi beberapa komoditi. Bagian timur wilayah Kabupaten Bulukumba
didominasi oleh tanaman kelapa dan kakao. Tanaman kelapa tumbuh dengan baik dan
berproduksi tinggi di wilayah pesisir karena pada wilayah tersebut memiliki sinar
matahari yang cukup dan air tanah yang bergerak sehingga Kecamatan Ujung Bulu,
Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang sebagai wilayah pesisir
memiliki kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa. Data BPS Kabupaten Bulukumba
(2011) menunjukkan bahwa kelapa merupakan tanaman perkebunan yang memiliki luas
tanam tertinggi di antara semua tanaman perkebunan seluas 12.125 Ha. Tanaman kakao
merupakan tanaman perkebunan di lahan kering sehingga sangat sesuai dikembangkan
pada Kecamatan Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang.
Tanaman karet tumbuh optimal pada daerah dengan curah hujan antara 2.500 mm
hingga 4.000 mm per tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 hingga 150 HH per-
tahun. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik yaitu pada ketinggian antara 1-600m
dari permukaan laut (dpl). Sehingga tanaman karet sangat cocok ditanam di daerah
bulukumpa dengan curah hujan diatas 2.000 mm/tahun dan ketinggian
Cengkeh dan kopi merupakan dua tanaman perkebunan yang memiliki
persyaratan lingkungan tumbuh yang sama. yaitu tumbuh baik pada dataran tinggi.
Tanaman cengkeh menyebar di wilayah dataran tinggi yaitu Kecamatan Gantarang,
Bulukumpa, Rilau Ale dan Kindang sedangkan tanaman kopi banyak dibudidayakan di
Kecamatan Gantarang, Bulukumpa dan Kindang. Semakin tinggi dataran maka
komoditi kopi akan tumbuh lebih ideal dan memberikan cita rasa tertentu. Kecamatan
Kindang sangat sesuai untuk membudidayakan komoditi ini karena topografinya mulai
100 sampai di atas 1000 m dpl. Kecamatan lainnya seperti Gantarang dan Bulukumpa
memiliki potensi pengembangan kopi dilihat dari produksi yang tingi dibandingkan
komoditas perkebunan lainnya dalam kecamatan tersebut dan produksi tertinggi di
komoditi kopi. . Tanaman lada menyebar di wilayah Ujung Loe, Bonto Tiro, Herlang,
Kajang, Rilau Ale.
Berdasarkan data tersebut, kesembilan kecamatan kecuali Kecamatan Ujung
Bulu dijadikan sebagai kawasan pengembangan komoditi kelapa, kakao dan lada.
Komoditi cengkeh, pengembangannya meliputi Kecamatan Kajang, Gantarang,
Kindang, Rilau Ale dan Bulukumpa, sedangkan komoditi kopi Kecamatan Kajang,
Gantarang, Ujung Loe, Kindang, Rilau Ale dan Bulukumpa
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanaman kelapa tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi di wilayah pesisir
karena pada wilayah tersebut memiliki sinar matahari yang cukup dan air tanah
yang bergerak memiliki kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa. Tanaman cengkeh
menyebar di wilayah dataran tinggi yaitu Kecamatan Gantarang, Bulukumpa,
Rilau Ale dan Kindang sedangkan tanaman kopi banyak dibudidayakan di
Kecamatan Gantarang, Bulukumpa dan Kindang.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pembuatan Rancangan Desain dan Tata Ruang Pertanian
lebih memperhatikan aspek kondisi geografis dan iklim serta kesesuain lahan dan
sarana dan prasarana yang ikut menunjang pengembangan pertanian.
LAMPIRAN

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH


A. Rencana Pemantapan Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
menjaga kelestarian lingkungan hidup. mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan yang merupakan modal dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Pemantapan
kawasan lindung diuraikan atas jenis kawasan.
1. Kawasan yang memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya.
Jenis kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
dari Kabupaten Bulukumba berupa hutan lindung Lokasi kawasan sebagian besar
berada di Kecamatan Kindang (5.906 Ha) dan Kecamatan Bulukumpa (488 Ha). Selain
itu terdapat kawasan diluar hutan lindung, yang berlereng lapangan 40% atau lebih
dengan luas 7 .216 Ha tersebar di Kecamatan Ktndang. Bulukumpa, Herlang, Bonto
Tiro dan Kajang.
2. Kawasan Perlindungan Setempat.
Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Luas sempadan pantai di Kabupaten
Bulukumba yaitu 1.272 Ha yang terletak di Kecamatan Ganttarang (107.5Ha),
Kecamatan Ujung Bulu (118.7 Ha), Kecamatan Ujung Loe (121,9 Ha), Kecamatan
Bonto Bahari @75 Ha), Kecamatan Bonto Tiro (105,6 Ha), Herlang (155,6 Ha), dan
Kecamatan Kajang (187,5 Ha).
3. Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam dan cagar budaya di Kabupaten Bulukumba terdiri dari Hutan
Suaka Margasatwa di Kecamatan Bonto Bahari seluas 3.475 Ha. dan Kecamatan
Kajang seluas 331,17 Ha. Serta hutan bakau seluas 450 Ha. terletak di Kecamatan
Ujung Bulu 30 Ha Kecamatan Ujung Loe 170 Ha. Kecamatan Kajang'199 Ha.
Kecamatan Heriang 100 Ha. Kacamatan Bonto Tiro 25 Ha. dan Kecamatan
Gantarang 25 Ha.
B. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya merupakan kawasan yang berfungsi diluar kawasan lindung dengan
kondisi fisik dan potensi sumberdaya alamnya dapat dimanfaatkan baik bagi
kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman.
Pengembangan kawasan budidaya di Wilayah Kabupaten Bulukumba pada dasarnya
perlu ditunjang oleh pengembangan prasarana dan sarana pendukung agar sesuai
dengan kawasan tersebut dan dapat bertungsi sebagaimana mestinya serta memberikan
manfaat optimal. Sedang arahan kebijaksanaan dalam pengembangan kawasan
budidava ditunjukan pada upaya optimasi pemanfaatan sumberdaya
1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPB) diperuntukan bagi hutan produksi
terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih dan tanam.
Kawasan ini adalah hutan dengan faktor-faktor lereng lapang. curah hujan yang
mempunyai nilai skor 125-174 di luar hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan
konversi lainnya.
2. Pengembangan kawasan pertanian secara keseluruhan diarahkan untuk budidaya
pertanian tanaman pangan lahan basah dan lahan kering, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Pengembangan kawasan ini terutama diarahkan di
daerah yang memiliki kemiringan lahan 0-8% yang meliputi wilayah bagian
Barat dan Selatan Kecamatan Gangking, Ujung Bulu dan Rilau Ale dan
Bulukumpa. Arahan kebijaksanaan pengembangan pemanfaatan ruang kawasan
budidaya tanaman pangan lahan basah adalah :
a. Pengembangan prasarana pengairan, terutama di daerah yang memiliki
drainase buruk seperti di Kecamatan Ujung Loe. Selain itu pengembangan
prasarana pengairan dapatdikembangkan sepanjang aliran Sungai Bijawang,
Sungai Bialo, Sungai Bampang dan Sungai Malewang.
b. Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian.
c. Pengembangan kawasan budidaya perikanan diarahkan di bagian Selatan
Kecamatan Gangking Bagian Timur Kecamatan Ujung Bulu dan Kecamatan
Ujung Loe, Bagian Barat Kecamatan Bonto Bahari serta Kecamatan Kajang.
Arahan kebijaksanaan pengembangan pemanfaatan ruang kawasan ini
meliputi :
1. Pengembangan dari pengendalian kegiatan perikanan budidaya tambak
agar tidak mengganggu fungsi lindung hutan bakau.
2. Pengembangan perikanan air tawar dengan memanfaatkan potensi air
tawar pada sungai di Kabupaten Bulukumba dengan tetap menjaga fungsi
lindung sempadan sungai.
3. Pengembangan agribisnis perikanan pola PIR dan Bapak Angkat dari
perusahaan perikanan/investor.
3. Arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan permukiman didasarkan pada
tujuan untuk mengembangkan sarana dan prasarana penunjang dan
pengembangan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya
pertanian, meliputi :
a. Penataan ruang kcta yang mencakup penyusurlan dan peninjauan kembali
pola pemanfaatan ruang kota.
b. Pengembangan desa pusat pertumbuhan.
c. Pengembangan prasarana dan sarana dasar permukiman.
4. Pengembangan kawasan industri diarahkan di kecamatan Bonto Bahari berupa
industri pembuatan perahu Pinisi dan di Kecamatan Gangking. Ditinjau dari
lokasinya selain mempunyai akses yang tinggi, juga didukung oleh kedekatan
dengan pelabuhan baik lokal maupun regional. Diluar lokasi tersebut diarahkan
pengembangannya pada sentra industri kecil dan industri pengolahan hasil
perkebunan di sentra perkebunan.
C. Rencana Pengembangan Ekonomi.
Model pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah mendasari konsep
‘’perwilayahan Komodita’’. Menurut teori pembangunan pertanian, pengembangan
suatu komoditas pertanian di suatu wilayah harus mempertimbangkan prinsip
keunggulan komparatif. Artinya untuk mengembangkan suatu jenis komoditas
pertanian dipilih suatu lokasi, berdasarkan analisis kesesuaian lahan dan iklim
(agroekologi) yang diyakini potensial berproduktivitas tinggi dibanding
wilayah/daerah lain, atau dengan input yang relatif kecil diperoleh produktifitas yang
tinggi.
Untuk mencapai tujuan konsep perwilayahan komoditas, maka dalam pemilihan
komoditas pertanian yang akan dikembangkan di suatu lokasi, ada beberapa kriteria
yang dijadikan pertimbangan, yaitu :
1. Kesesuaian lahan berdasarkan kondisi fisik wilayah, mencakup ketinggian dari
muka laut, kemiringan lereng, morfologi, curah hujan, kesuburan tanah, PH
tanah, tekstur tanah, jenis tanah dan geologi .
2. Tersedianya potensi lahan untuk pengembangan berskala ekonomi.
3. Peluang pasai- dari komoditas yang bersangkutan.
4. Keunggr.rlan komparatif.
5. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang jalan, irigasi, kelembagaan.
6. kemampuan dan aspirasi petani setempat (kebiasaan, pengalaman berusahatani,
penguasaan teknologi budidaya, kebutuhan komoditas yang bersangkutan)
Berdasarkan hasil analisis kriteria tersebut, maka arahan rencana pengembangan
perwilayahan komoditas dalam penentuan lokasi dan komoditas utama di Kabupaten
Bulukumba, yang terdiri dari komoditas tanaman pangan dan holtikultura,
perkebunan, peternakan dan perikanan dapat diketahui.
Kebijaksanaan pengembangan Penataan Ruang Provinsi tersebut selanjutnya
dijabarkan kedalam beberapa kawasan prioritas pengembangan pada beberapa
wilayah kecamatan yang mewakili persyaratan dan kecenderungan prospek dimasa
depan yaitu :
1. Kawasan Andalan Bulukumba meliputi wilayah Kecamatan Ujung Loe dan
Kecamatan Ujung Bulu yang ditetapkan sebagai pengembangan kawasan
transportasi laut yaitu pelabuhan Leppe'E yang berfungsi sebagai penyeberangan
antara Bulukumba-Selayar serta sebagai pengembangan perikanan budidaya
tambak.
2. Kawasan Andalan Ponre meliputi wilayah Kecamatan Gangking dan Kecamatan
Kindang sebagai kawasan pengembangan perikanan dan pariwisata.
3. Kawasan Andalan Tanete meliputi Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau
Ale sebagai kawasan pengembangan pariwisata pertanian, peternakan dan
tanaman perkebunan.
4. Kawasan Andalan Kassi meliputi Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang
sebagai kawasan pengembangan pariwisata, perikanan dan laut.
5. Kawasan Andalan Tanah Beru meliputi Kecamatan Bonto Bahari dan Kecamatan
Bonto Tiro sebagai kawasan pengembangan industri dan Partwisata.

SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN DAN SUMBER DAYA


A. Kawasan Lindung
Pengelolaan kawasan ini melalui upaya:
1. Membentuk dan meningkatkan peran lembaga pengelola agar dapat berfungsi
sebagai pengendali dan pengewas terhadap kawasan yang dilindungi.
2. Mengembangkan sistem konservasi, pelestarian, rehabilitasi dan reboisasi dan
restorasi bagi bangunan-bangunan bersejarah
3. Menetapkan sanksi-sanksi pidana dan administrasi bagi pelanggar, yakni yang
memanfaatkan kawasan lindung diluar fungsi lindung
4. Lembaga pengelola terus meningkatkan koordinasi dengan lernbaga-lembaga
lain baik pemerintah maupun non pemerintah untuk lebih menetapkan fungsi
kawasan
B. Kawasan Budidaya
Pengelolaan kawasan ini direncanakan untuk dikembangkan sesuai dengan
kebijaksanaan pembangunan daerah. Khusus untuk kawasan pertanian direncanakan
untuk dikembangkan dalarn suatu wilayah tertentu sebagai suatu sentra pengembangan
produksi terutama bagi komoditas tanaman jangka pendek
Tujuan utama dari konsep ini adalah pemanfaatan sumber daya alam secara optimal
dalam kerangka pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Selain itu,
pengembangan kawasan pertambangan, permukiman, perindustrian, pariwisata dan
kawasan lainnya akan terus dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada.
PENATAGUNAAN TANAH ATAU LAHAN
Perencanaan penatagunaan lahan/tanah terdapat dua kepenttngan kegiatan yaitu non
budidaya dan budidaya lahan merupakan sumberdaya yang terbatas, maka
pengusahaan, penggunaan dan pemanfaatannya harus berwujud konsilidasi
pemanfaatan melalui pengaturan kelembagaan yang terkait. Pola pernanfaatan atau
penatagunaan diusulkan sebagai berikut:
a. Memanfaatkan lahan/tanah sesui dengan peruntukan yang tetuang daiam struktur dan
pola pemanfaatan ruang yang telah direncanakan.
b. Penguasaan atas lahan/tanah harus berdasarkan atas peraturan perundang-undangan
dan peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan Pemanfaatan lain.
c. Pemanfaatan lahan harus disesuaikan dengan fungsi kawasan budidaya maupun non
budidaya.
d. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan lahan/tanah dilakukan oleh lembaga
yang telah ditunjuk pemerintah daerah.
e. Pengaturan pemanfaatan lahan/tanah dengan wujud intensif harus memberikan
kemudahan tertentu dibidang ekonomi melalui tata cara pernberian konpensasi
imbalan dan tata cara penyelenggaraan sewa lahan/tanah dan urusan saham dan
dibidang fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana untuk
melayani pengembangan kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.
f. Pengaturan dengan perangkat disinsentif bertujuan membatasi pertumbuhan atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang dapat dilakukan
dalm bentuk pengenaan pajak yang tinggi, ketidaktersediaan sarana dan prasarana.
g. Melaksanakan intensif dan disinsentif tidak boleh mengurangi hak masyarakat
meliputi pengaturan atas harkat dan martabat yang sama. Hak mernperoleh dan
mempertahankan ruang hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Makassar Dalam Angka Tahun 2012. Makassar.Badan
Pusat Statistik Kota Makassar.

Badan Pusat Statistik. 2018. Makassar Dalam Angka Tahun 2018. Makassar.Badan
Pusat Statistik Kota Makassar.

Badan Pusat Statistik. 2020. Makassar Dalam Angka Tahun 2020. Makassar.Badan
Pusat Statistik Kota Makassar.

Bappeda Kabupaten Bulukumba, 2009. Profil Daerah Kabupaten Bulukumba. 2010.


Bulukumba

Anda mungkin juga menyukai