Anda di halaman 1dari 25

PEMANFAATAN KOLAGEN DARI SISIK IKAN NILA

SEBAGAI HYDRATING TONER PENYAMAR BEKAS LUKA


MENGHITAM (POST-INFLAMMATORY
HYPERPIGMENTATION)

DRAFT RANCANGAN PENELITIAN


Sebagai salah satu syarat ujian Objective Structured Oral Case
Analysis (OSOCA) Blok XVIII Angkatan 2017

Oleh:
HELEN OKTI MARANTIKA
NIM 702017030

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya bisa menyelesaikan draft rancangan penelitian ini. Penulisan
draft rancangan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk
ujian Objective Structured Oral Case Analysis (OSOCA) Blok XVIII Angkatan
2017 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan draft rancangan penelitian ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan draft rancangan penelitian ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Seluruh dosen narasumber kuliah Blok Metodologi Penelitian dan
Evidence Based Medicine yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan draft rancangan
penelitian ini;
2) drg. Dientyah Nur Anggina, MPH dan Ibu Hj. Ressy Asmalia, SKM,
M.Kes, selaku ketua dan sekretaris Blok Metodologi Penelitian dan
Evidence Based Medicine yang telah banyak membantu dan mengarahkan
saya dalam penyusunan draft rancangan penelitian ini;
3) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
4) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan draft
rancangan penelitian ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga draft rancangan penelitian
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3

1.3 Tujuan .......................................................................................... 3

1.4 Manfaat ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4

2.1 Landasan Teori .............................................................................. 4

2.1.1 Ikan Nila..................................................................................... 4

2.1.2 Sisik Ikan.................................................................................... 4

2.1.3 Kandungan Sisik Ikan ................................................................. 5

2.1.4 Kolagen ...................................................................................... 6

2.1.5 bekas Luka Menghitam ............................................................... 7

2.1.6 Proses Penyembuhan Luka.......................................................... 9

2.1.7 Peran Kolagen ............................................................................ 9

2.1.8 Pengertian Toner......................................................................... 10

2.2 Kerangka Teori .............................................................................. 12

2.3 Hipotesis ....................................................................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 14

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 14

3.2 Waktu dan Tempat......................................................................... 14

3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 14

iii
3.4 Variabel Penelitian ........................................................................ 15

3.5 Definisi Operasional ...................................................................... 16

3.6 Alat dan Bahan .............................................................................. 17

3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................ 18

3.8 Cara Pengumpulan Data................................................................. 18

3.9 Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data .................................. 18

3.10 Alur Penelitian ............................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Penampilan kulit merupakan hal yang sangat penting di kalangan
masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya
teknologi dan inovasi yang diciptakan sebagai solusi menjaga kecantikan dan
kesehatan kulit. Permasalahan pada kulit terutama pada kulit wajah yang
banyak dijumpai adalah bekas luka menghitam (hiperpigmentasi pasca-
inflamasi). HPI adalah hipermelanosis reaktif dapatan yang muncul setelah
inflamasi atau cedera kulit yang dapat terjadi pada semua tipe kulit. HPI bisa
disebabkan oleh infeksi, reaksi alergi, pengobatan yang menyebabkan reaksi
hipersensitivitas, atau kerusakan kulit dari bahan iritan, terbakar, atau prosedur
kosmetik radiasi non-ionisasi, reaksi fototoksik, prosedur laser, dan chemical
peeling. HPI yang paling sering adalah bekas akne pada pasien kulit berwarna
(Wardhani, 2016).
Toner merupakan salah satu skincare yang banyak diminati masyarakat
karena memiliki berbagai fungsi seperti mengangkat sisa kotoran dan sel kulit
mati, melembabkan kulit, menyeimbangkan pH kulit, mengatasi jerawat dan
bekas jerawat, mencerahkan serta mengontrol minyak di kulit. Exfoliating toner
merupakan salah satu skincare yang banyak diminati masyarakat karena
berfungsi untuk mengangkat sel kulit mati, mengangkat sisa kotoran,
menyamarkan bekas jerawat, mencerahkan serta mengontrol minyak di kulit.
Toner exfoliating terutama yang menggunakan bahan kimia tidak dapat
digunakan setiap hari dikarenakan dapat menyebabkan masalah kulit kering
ataupun iritasi. Oleh karena itu, penggunaan toner exfoliating berbahan kolagen
menjadi cara yang tepat untuk mengangkat sel kulit mati dan mempercepat
proses regenerasi kulit serta tetap menghidrasi kulit (Alviniari, 2019).
Kolagen merupakan komponen struktural utama jaringan ikat putih (white
connective tissue) yang hampir 30% total protein pada tubuh. Kolagen bekerja
sebagai bahan yang bersifat oklusif, yaitu menghambat penguapan air yang

1
berlebihan sehingga kelembaban kulit tetap terjaga (Setyowati, 2015). Kolagen
komersial biasanya diperoleh dari kulit sapi, kulit babi dan kulit ayam.
Penggunaan ini kurang tepat mengingat pertimbangan agama dan kontaminasi
biologis seperti Mad Cow Disease, TSE (transmissible Spongiform
Encephalophaty), (Foot and Mouth Disease) dan sebagainya. Kandungan asam
amino yang tinggi pada hewan yang hidup didarat menyebabkan proses
denaturasi lebih cepat sehingga kualitas kolagennya juga rendah. Oleh karena
itu, pendayagunaan kolagen dari hewan yang hidup di air seperti ikan dapat
menjadi alternatif yang menjanjikan (Aberoumand, 2012).
Di Palembang produksi ikan yang digunakan sebagai bahan pembuatan
kuliner khas daerah yaitu pempek dapat mencapai 6,4 ton perhari. Jumlah ini
belum termasuk ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari sebagai
lauk. Tingginya angka produksi ikan di kota Palembang ini diiringi dengan
bertambahnya jumlah sampah organik yaitu sisik ikan. Sisik ikan khususnya
dikota Palembang merupakan limbah yang belum dimanfaatkan dengan optimal
dan dalam skala rumah tangga biasanya hanya dibuang. Hal ini dapat menjadi
masalah apabila tidak diatasi dengan benar, dikarenakan sampah organik sisik
ikan dapat menjadi mediator bagi bakteri untuk berkembang biak dan menjadi
sumber penyakit bagi penduduk kota Palembang khususnya yang dekat dengan
tempat pembuangan limbah sisik ikan tersebut ( Budirahardjo, 2015).
Persaingan di bidang industri dalam menciptakan toner berbahan dasar
kolagen semakin meningkat. Namun, belum ada produk toner yang
memanfatkan kolagen dari sisik ikan. Selain itu, beberapa toner
dikombinasikan dengan berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
“Pemanfaatan Kolagen dari Sisik Ikan Nila sebagai Hydrating Toner Penyamar
Bekas Luka Menghitam (Post-inflammatory hyperpigmentation)” sebagai upaya
untuk mendukung Gerakan Memasyarakatkan Ikan, mengatasi permasalahan
limbah organik, meningkatkan nilai ekonomis sisik ikan khususnya di kota
Palembang serta mencegah terjadinya iritasi kulit karena kandungan zat kimia

2
pada toner tanpa mengurangi manfaat exfoliating untuk menyamarkan bekas
luka tetapi tetap menghidrasi kulit.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah kolagen sisik sebagai Hydrating Toner dapat menyamarkan bekas luka
menghitam (Post-inflammatory hyperpigmentation)?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui manfaat kolagen dari sisik ikan dalam sediaan hydrating
toner untuk menyamarkan bekas luka menghitam (Post-inflammatory
hyperpigmentation).

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui bagaimana manfaat hydrating toner dari kolagen
sisik dapat menyamarkan bekas luka menghitam (Post-inflammatory
hyperpigmentation).
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan hydrating toner dari
kolagen sisik ikan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
Memperkenalkan suatu inovasi yang memanfaatkan limbah organik
berupa produk yang dapat membantu masyarakat untuk mencerahkan kulit
tanpa mengalami kulit kering.

1.4.2 Praktis
a. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan mahasiswa.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu dasar untuk
penelitian lebih lanjut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu
komoditas utama ikan air tawar unggulan di Indonesia. Berdasarkan
data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP 2018a),
ikan nila merupakan ikan air tawar dengan volume produksi
terbanyak di Indonesia. Produksi ikan nila pada tahun 2017 adalah
1.280.126,18 ton. Produksi ikan nila tiap tahun meningkat 13,13%
pada rentang waktu tahun 2012-2017 (KKP 2018b). Peningkatan ini
tentunya diikuti dengan adanya peningkatan permintaan pasar dan
industri pengolah ikan nila. Sebagian besar, ikan nila diekspor dalam
bentuk fillet. Sisa pengolahan fillet ikan, termasuk tulang, kulit, dan
sisik dapat mencapai 50-70% dari total bobot ikan (Muralidharan et
al, 2013). Besarnya sisa pengolahan yang tidak dimanfaatkan dapat
menimbulkan efek negatif pada kelestarian dan keseimbangan
lingkungan. Sementara itu, tulang, kulit, dan sisik ikan dapat
menjadi bahan baku ekstraksi kolagen (Arumugam et al. 2018).

2.1.2 Sisik Ikan


Sisik merupakan lapisan terluar dari kulit ikan yang
berfungsi sebagai barrier yang mencegah masuknya senyawa asing
ke dalam tubuh ikan. Variasi sisik ikan ini sangat luas, dapat
dibedakan atas bentuk, ukuran dan susunannya. Klasifikasi umum
terdiri atas cosmoid, ganoid, placoid, dan elasmoid (cycloid dan
ctenoid) yang sering ditemukan pada ikan kelas teleost (Zhu et al,
2011).
Sisik ikan merupakan limbah yang belum dimanfaatkan
dengan optimal. Sisik ikan dalam skala industri (diperoleh dari
industri fillet ikan) dapat dimanfaatkan sebagai sumber kolagen,

4
sedangkan dalam skala rumah tangga biasanya hanya dibuang. Sisik
ikan mengandung proksimat, kalsium, kitin, alkaloid, steroid,
saponin, fenol hidrokuinon, molisch, benedict, biuret, dan ninhydrin
(Zhu et al, 2011).

2.1.3 Kandungan Sisik Ikan


Sisik ikan mengandung bahan-bahan yang berpotensi
sebagai antimikroba. Sifat antimikroba tersebut menandakan sisik
ikan memenuhi syarat sebagai bahan kedokteran. Mekanisme
penyembuhan jaringan lunak sisik ikan diduga diperankan oleh
alkaloid, steroid, saponin, fenol hidrokuinone, yang dapat
memodulasi aktivitas sel imun. Senyawa kimia yang terkandung
dalam sisik ikan, antara lain adalah 41-84% merupakan portein
organik (kolagen dan ichtylepidin) dan sisanya merupakan residu
mineral dan garam inorganik seperti magnesium karbonat dan
kalsium karbonat. Komponen besar yang terdapat di sisik ikan
antara lain adalah 70 % air, 27% protein, 1 % lemak, dan 2 % abu.
Senyawa organik terdiri dari 40%-90% pada sisik ikan dan
selebihnya merupakan kolagen, tanpa memperhatikan spesies ikan
tersebut. Saat ini sisik ikan dalam jumlah besar dapat diperoleh dari
limbah buangan penjualan ikan atau perusahaan pengolahan ikan.
Akan tetapi, pemanfaatan sisik ikan masih rendah. Kolagen
merupakan bagian protein yang melimpah dalam tubuh mamalia
termasuk manusia, terdapat sekitar 25% dari total protein. Kolagen
banyak ditemukan pada kulit dan tulang, sedikit terdapat di otot.
Kolagen merupakan bagian dari protein serat atau protein fibrosa
yang memiliki beberapa rantai polipeptida yang dihubungkan oleh
berbagai ikatan silang membentuk triple helix. Kandungan
kandungan tersebut diduga dapat memodulasi aktivitas sel-sel imun
seperti neutrofil, monosit, makrofag, limfosit serta meregenerasi sel
tubuh (Setyowati, 2015).

5
2.1.4 Kolagen
Kolagen berasal dari bahasa Yunani yakni “cola” yang
bearti lem (glue) dan “genno” yang bearti kelahiran (birth). Hal ini
disebabkan karakteristik kolagen yang melekatkan sel untuk
membentuk kerangka jaringan dan organ tubuh. Molekul kolagen
berdiameter 1,5 nm dengan panjang 280 nm dan berat molekulnya
290.000 Dalton. Kandungan kolagen berupa tiga rantai polipeptida
dengan lebih dari 1000 asam amino dimasing-masing rantainya
(Asyiraf, 2011).
Senyawa ini merupakan komponen struktural utama jaringan
ikat putih (white connective tissue) yang meliputi hampir 30% total
protein pada tubuh. Terdapat 19 jenis kolagen, yaitu tipe I sampai
XIX. Tipe I, II, III dan V adalah kolagen fibrous. Kolagen tipe I
ditemukan di semua jaringan ikat, termasuk kulit dan tulang.
Strukturnya terdiri atas heteropolimer (rantai alfa-1 dan alfa-2) dan
glycine (tanpa tryptophan dan cysteine). Peran kolagen tipe I sebagai
matrik protein ekstraselular dengan karakteristik peningkatan
proliferasi sel sehingga secara langsung mempengaruhi sel sehingga
secara langsung mempengaruhi fisiologi dan morfologi sel.Tipe I ini
banyak ditemukan pada kulit, tulang dan sisik ikan. Sementara
kolagen tipe V terdapat pada jaringan ikat dalam kulit, tendon dan
otot ikan yangmengandung kolagen tipe I (Cardoso et al., 2014).
Kolagen merupakan protein sebagai penyusun utama
jaringan ikat tulang. Kolagen dapat ditemukan salah satunya dalam
lapisan dermis kulit, dan berperan penting bagi kekenyalan dan
elastisitas kulit sehingga mampu menopang permukaan kulit.
Protein kolagen menurut Hartati dan Kurniasari (2010) tersusun atas
asam amino alanina, arginina, lisina, glisina, prolina dan
hidroksiprolina. Kolagen sisik ikan memiliki spesifikasi yaitu
berwarna putih kekuningan, memiliki protein lebih dari 90%, berat
molekul kurang dari 3.000, serta pH 5.5- 6.6. Kolagen dapat

6
diperoleh dari beberapa sumber yaitu kulit dan tulang sapi, babi,
ayam dan ikan (Setyowati, 2015).
Alternatif sumber kolagen yang aman dan halal yaitu ikan.
Kolagen ikan banyak terdapat pada kulit, tulang dan sisik. Data
International UN Comtrade (2017) menyebutkan bahwa impor
gelatin (termasuk kolagen) ke Indonesia dengan HS code 3.503 pada
tahun 2016 adalah 4.362 ton dengan nilai mencapai US$
30.684.979. Kolagen dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan,
pangan, dan juga kecantikan atau kosmetik. Manfaat kolagen dalam
kosmetik yaitu untuk meningkatkan kelembaban kulit dan
mencegah penuaan dini (Setyowati, 2015).

2.1.5 Bekas Luka Menghitam (Post-inflammatory hyperpigmentation)


Kulit berwarna merupakan hasil dari spektrum cahaya yang
diabsorpsi dan direfleksi oleh kromofor di kulit. keadaan itu sangat
ditentukan oleh jumlah melanin, tipe (rasio eumelanin hitam/ coklat
hingga feomelanin merah/kuning), distribusi intraseluler, dan lokasi
dalam lapisan kulit. jumlah melanosit di kulit sama diantara semua
individu. Pigmen vaskuler oksihemoglobin dan deoksihemoglobin
juga berperan Bersama aliran darah kapiler, pigmen makanan
karoten, likopen, kolagen, spektrum cahaya, refleksi, refraksi,
absorpsi cahaya oleh kulit, ketebalan stratum korneum, dan
epidermis. Faktor endokrin, inflamasi, neural, dan farmakologi juga
berpengaruh pada warna kulit (Wardhani, 2016).
HPI dihasilkan dari produksi berlebih melanin atau
penyebaran pigmen yang tidak teratur setelah inflamasi kulit.
peningkatan produksi dan transfer melanin ke keratosit terdapat
pada HPI di epidermis. Walaupun mekanisme pasti belum diketahui,
peningkatan aktivitas melanosit distimulasi oleh prostanoid, sitokin,
kemokin, mediator inflamasi lainnya seperti spesies oksigen reaktif
yang dikeluarkan selama proses inflamasi. Beberapa penelitian

7
menunjukkan property yang menstimulasi melanosit dari
leukotriene (LT), seperti LT-C4, LT-D4, prostaglandin D2,
thromboxane-2, interleukin (IL-I, IL-6, tumor necrosis factor (TNF-
α), epidermal growth factor, dan spesies oksigen reaktif seperti nitric
oxide (Wardhani, 2016).
HPI di dermis dihasilkan dari kerusakkan yang diinduksi
oleh inflamasi pada keratosit basal, sehingga menyebabkan produksi
melanin dalam jumlah besar. Pigemen bebas kemudian difagosit
oleh makrofag yang disebut melanofag pada dermis bagian atas dan
menghasilkan tampilan warna biru-abu pada lokasi yang terjadi
memar. HPI muncul sebagai macula atau bercak asimtomatik yang
dapat simetris atau asimetris. , terbatas atau difus, tergantung dari
distribusi dermatosis inflamasi sebelumnya. Lokasi kelebihan
pigmen dalam lapisan kulit akan menentukan warna HPI. Kulit
tampak berwarna kecoklatan, cokelat, atau cokelat tua jika
berlebihan pigmen di dalam epidermis. Hipermelanosis dermal akan
memiliki tampilan abu-abu tua atau biru keabuan (Wardhani, 2016).
HPI adalah hipermelanosis reaktif dapatan yang muncul
setelah inflamasi atau cedera kulit yang dapat terjadi pada semua
tipe kulit. HPI bisa disebabkan oleh infeksi, reaksi alergi,
pengobatan yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas, atau
kerusakan kulit dari bahan iritan, terbakar, atau prosedur kosmetik
radiasi non-ionisasi, reaksi fototoksik, prosedur laser, dan chemical
peeling. HPI yang paling sering adalah bekas akne pada pasien kulit
berwarna. Inflamasi jangka Panjang, atau berulang, dan radiasi UV
dapat memperburuk HPI (Wardhani, 2016).

2.1.6 Proses Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks
karena adanya kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara
berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas

8
seluler, dan terbentuknya senyawa kimia sebagai substansi mediator
di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses
penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh memiliki mekanisme
untuk mengembalikan komponen - komponen jaringan yang rusak
dengan membentuk struktur baru dan fungsional. Proses
penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang
bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti
umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, dan kondisi
metabolik. Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap,
meliputi tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan
maturasi (Masir, 2012).

2.1.7 Peran Kolagen sebagai Penyamar Bekas Luka Menghitam


Fase regeneratif pada penyembuhan luka memerlukan tiga
komponen utama, yakni sel, nutrisi dan scaffold. Kolagen dapat
berperan sebagai ideal scaffold yang mendukung berbagai jaringan
ikat yang terpata pada kulit, tendon, tulang, kartilago, pembuluh
darah dan ligament. Dengan demikian, fungsi kolagen diantaranya
hemostasis, interaksi dengan trombosit, interaksi dengan
fibronektin, meningkatkan eksudasi cairan, meningkatkan
komponen seluler, meningkatkan faktor pertumbuhan dan
mendorong proses fibroplasia dan proliferasi pada epidermis
(Hayashi et al., 2014).
Kolagen dari luar berperan dalam fase maturasi dengan
membantu kolagen alami yang dari dalam tubuh untuk memberi
kekuatan pada jaringan baru serta meningkatkan organisasi serabut-
serabut kolagen pada waktu remodeling penyembuhan luka.
Kolagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan
lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kolagen baru menyatu, menekan
pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka,
menjadi rata dan tipis (Setyowati, 2015).

9
Pada bekas luka menghitam (hiperpigmentasi pasca-
inflamasi) peningkatan aktivitas melanosit distimulasi oleh
prostanoid, sitokin, kemokin, mediator inflamasi lainnya seperti
spesies oksigen reaktif yang dikeluarkan selama proses inflamasi.
Berkaitan dengan hal tersebut fungsi kolagen dapat membantu
proses mulai dari fase inflamasi hingga fase maturasi.

Tabel 1. Peran kolagen dalam proses penyembuhan luka

(Setyowati, 2015)

2.1.8 Pengertian Toner


Toner merupakan salah satu kosmetik yang berbentuk cair
dan memiliki fungsi utama sebagai penyegar. Penggunaan face
toner menurut Liao dan Lien (2011) yaitu setelah pembersih dan
sebelum pelembab wajah. Face toner juga dapat membantu
menghilangkan kotoran dan minyak berlebih tanpa mengeringkan
kulit sensitif. Fungsi toner bergantung pada bahan pembuatan toner.
Toner dapat berfungsi sebagai pembersih kulit, mengatur pH kulit,
atau melembabkan kulit. Bahan utama face toner yaitu air,
sedangkan bahan lainnya meliputi humektan, emolien, minyak
atsiri, surfaktan, dan pengawet. Banyak terdapat toner yang masih
mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada

10
kulit, terlebih dengan kulit sensitif. Toner alami dan bebas alkohol
diperlukan untuk membantu melindungi kulit dan menjaga
kelembaban kulit. Bahan alami yang biasa digunakan dalam
pembuatan toner yaitu asam jawa, fermentasi nasi putih, tanaman
Morinda citrifolia, dan bahan alam lainnya (Kusumadewi 2016).

11
2.2 Kerangka Teori

Bahan tambahan : Ekstrak sisik ikan


Allantoin
aquadest

Kandungan kolagen

Exfoliating effect
Hydrating Toner
kolagen sisik ikan

Menyamarkan bekas luka


Berperan dalam fase
inflamasi,proliferasi dan
maturasi

- Menarik makrofag dan sitokin


- Membantu proses hemostasis
- Menarik fibroblast ke daerah luka
- Didalam matrik menjadi model
untuk pertumbuhan jaringan baru
- Meningkatkan serabu kolagen
pada fase remodeling

Menekan aktivitas melanosit,


Hydrating Toner Kolagen
meratakan permukaan kulit
penyamar bekas luka
dan melembabkan

12
2.3 Hipotesis
1. H0 : Tidak terdapat manfaat penggunaan hydrating toner kolagen sisik ikan
dalam melembabkan dan menyamarkan bekas luka.
2. H1 : Terdapat manfaat penggunaan hydrating toner kolagen sisik ikan
dalam melembabkan dan menyamarkan bekas luka.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah true eksperimental dengan berupa
posstest-only control design.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan September sampai dengan bulan
November 2020.

3.2.2 Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki bekas
luka mengitam di Kota Palembang.

3.3.2 Populasi Terjangkau


Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki bekas
luka menghitam di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

3.3.2 Sampel dan Besar Sampel


A. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki bekas luka
menghitam di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
yang memenuhi kriteria inklusi.

14
B. Besar Sampel
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus
Lemeshow, hal ini dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui :
4pq
𝑛=
𝑑'
Keterangan :
n : jumlah sampel
p : estimator proporsi populasi (jika tidak diketahui dianggap 50%)
q : 1-p (100%-p)
d : toleransi kesalahan yang dipilih (d=0,05)

3.3.3 Kriteria Inklusi dak Eksklusi


A. Kriteria Inklusi
- Berusia 17 - 25 tahun.
- Bersedia menjadi responden.
- Memiliki bekas luka yang menghitam (hiperpigmentasi) pada wajah.
- Bersedia menggunakan hydrating toner kolagen sisik ikan nila
(menandatangani informed consent).
B. Kriteria Eksklusi
Memiliki permasalahan kulit kering dan sensitif.

3.3.4 Cara Pengambilan Sampel


Pada penelitian ini sampel diperoleh dengan metode purposive sampling.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah perubahan warna dan struktur
pada kulit yang terdapat bekas luka yang mengitam (hiperpigmentasi pasca
inflamasi).

15
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah penggunaan hydrating toner
kolagen sisik ikan.

3.5 Definisi Operasional


3.5.1 Bekas Luka Menghitam pasca-inflamasi
Kondisi yang bernama lain hiperpigmentasi pascainflamasi ini ditandai
dengan bercak kecoklatan pada kulit di bagian tubuh tertentu yang mengalami
cedera atau peradangan sebelumnya. Ukuran bercak besar namun bentuknya tidak
beraturan. Bercak hitam ini disebabkan karena cedera (misalnya luka bakar), reaksi
alergi, efek samping obat-obatan, serta peradangan pada kulit, seperti jerawat atau
eksim. Hiperpigmentasi pascainflamasi juga dapat terjadi pada orang yang
melakukan prosedur perawawatan kulit tertentu, seperti laser dan mikrodermabrasi.
Pemeriksaan perubahan warna pada bekas luka menghitam dapat diukur
menggunakan The Fitzpatrick Skin Tone Scale. Data yang dihasilkan berupa data
kategorik dan skala ukur variabel ini adalah ordinal.

3.5.2 Hydrating Toner Kolagen Sisik Ikan Nila


Hydrating toner kolagen sisik ikan nila merupakan suatu toner yang terbuat
dari bahan aktif berupa kolagen yang didapatkan dari proses ekstraksi sisik ikan
nila yang dipadukan dengan beberapa bahan aktif lainnya. Kolagen pada toner
tersebut dapat berperan dalam proses maturasi dan regenerasi sel kulit sehingga
dapat menjaga keelastisan sekaligus melembabkan kulit. kandungan bahan aktif
lainnya, seperti allantoin berfungsi sebagai bahan yang memberi efek exfoliating
pada sel-sel kulit mati ataupun bagian kulit yang mengalami hiperpigmentasi pasca
inflamasi. Kandungan kolagen sisik ikan nila dan bahan aktif lain yang terkandung
dalam toner ini dapat membantu menyamarkan bekas luka menghitam dengan tetap
menjaga kelembaban kulit. Toner kolagen ini digunakan dengan menuangkan pada
kapas dan diusapkan pada kulit 2x/hari, dianjurkan untuk digunakan setelah mandi
selama 30 hari secara rutin.

16
3.6 Alat dan Bahan yang digunakan
3.6.1 Alat
1. Tampah, pisau pemotong; blender
2. Alat-alat gelas
3. Bejana pembuatan ekstrak
4. Saringan
5. Rotary evaporator
6. Jar toner dan penjepit

3.6.2 Bahan
1. Sisik ikan
2. Enzim protease
3. Aquadest
4. Ekstrak lemon
5. Cotton pad
6. Cetil alkohol
7. Allantoin

3.6.3 Langkah Kerja


1. Pembuatan ekstrak kolagen sisik ikan dengan metode enzimatis
menggunakan protease.
2. Siapkan ekstrak kolagen kulit ikan, ekstrak lemon, aquadest, cetyl
alcohol dengan perbandingan 4% : 4% : 82% : 10%.
3. Campurkan semua bahan dengan perbandingan yang sudah ditetapkan
menggunakan gelas ukur.
4. Aduk campuran hingga homogen.
5. Pastikan campuran yang terbentuk 200ml.
6. Susun 30 lembar cotton pad didalam jar.
7. Tuang toner kedalam jar yang berisi cotton pad.
8. Tutup campuran toner dan cotton pad menggunakan penutup jar.

17
9. Sterilisasi produk.
10. Uji organoleptis, uji stabilitas fisik dan uji praklinis. (uji iritasi)
11. Produk siap dikemas dan digunakan.

3.7 Prosedur Penelitian


Penelitian ini melibatkan responden mahasiswa fakultas kedokteran
universitas Muhammadiyah palembang yang berusia 17-25 tahun dengan
bekas luka menghitam atau hiperpigmentasi pascainflamasi (bekas jerawat,
bekas garukkan, alergi dan lainnya). Responden akan diberikan toner beserta
kapas dan dianjurkan untuk menggunakan toner rutin selama 30 hari untuk
mengetahui apakah ada kenaikan pada skala ukur warna kulit.

3.8 Cara Pengumpulan Data


Data primer penelitian ini diperoleh melalui observasi perubahan warna
kulit dan peningkatan pada skala ukur warna kulit (The Fitzpatrick Skin Tone
Scale).

3.9 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data yang terkumpul merupakan hasil pengamatan atas perlakuan yang
diberikan terhadap sampel. Data yang didapatkan kemudian diolah dengan
menggunakan aplikasi analisis data berupa uji kruskall wallis sebagai uji
komparatif K sampel independen non parametris terhadap data ordinal yang
didapat, sehingga dalam pengujian tidak diperlukan asumsi normalitas melalui
uji normalitas. Uji median extention dapat digunakan sebagai uji alternatif.

18
3.10 Alur Penelitian

Responden mahasiswa yang memiliki bekas luka menghitam di Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Sampel memenuhi kriteria inklusi.

Informed consent

Pengumpulan data

Analisis data

Hasil dan Kesimpulan

19
DAFTAR PUSTAKA

Aberoumand, A. 2012. Comparative Studi Between Different Method of Collagen


Extraction from Fish and its properties. World Applied Sciences Journal.
16(3):316-319
Alviniari, Dinda. 2019. Uji Stabilitas fisik dan Praklinis Face Toner Berbasi
Kolagen dari Kulit Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) dan Kitosan. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Arumugam, G. 2018. Extraction, Optimization and Characterization of Collagen
from Sole Fish Skin. Chemistry and Pharmacy. 9:19-26
Asyiraf, N. 2011. Extraction of Collagen from Fish Waste and Determination of Its
Physico-chemical Characteristic. Food Science and Tecnology, Faculty of
Applied Sciences, Selangor : University Teknologi MARA
Budirahardjo, Roedy. 2010. Sisik Ikan sebagai Bahan yang Berpotensi
Mempercepat Proses Penyembuhan Jaringan Lunak Rongga Mulut,
Regenerasi Dentin Tulang Alveolar. Stomatognatic (J.K.G Unej). 7(2):136-
140
Cardoso, V. 2014. Collagen Based Silver Nanoparticles for Biological Application:
Synthesis and Characterization. Jurnal of Nanobiotecnology. 12(36):1-9
Hayashi, Y. 2014. The Application of Fish Collagen and Tissue Repair. New York:
CRC Press Taylor and Francis Group.
Kusumadewi LA. 2016. Produksi Toner dengan Fermentasi Nasi Putih. Surakarta.
Universitas Sebelas Maret.
Liao Wc, Lien CY. 2011. Facial Toner Prearation Using Distilled Fragrant
Compounds of Herbal Plants. Journal of Chemical Education. 88(4):470-
472
Masir. Oky. 2012. Pengaruh CFF terhadap Penyembuhan Luka. Jurnal Kesehatan
Andalas. 1(3):112-117
Setyowati, Hanny. 2015. Potensi Nanokolagen Limbah Sisik Ikan sebagai
Cosmeceutical. Jurnal Farmasi Dan Komunitas. 12(4):30-40

20
Wardhani, Putri. 2016. Pilihan Terapi Hiperpigmentasi Pascainflamasi pada Kulit
Berwarna. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Zhu, D., Ortega, C.f., Motamedi, R., Szewciw. 2011. Structure and Mechanical
Performance of a Modern Fish Scale. Advanced Engineering Materials.
13(20):1-10

21

Anda mungkin juga menyukai