Oleh:
HELEN OKTI MARANTIKA
NIM 702017030
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya bisa menyelesaikan draft rancangan penelitian ini. Penulisan
draft rancangan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk
ujian Objective Structured Oral Case Analysis (OSOCA) Blok XVIII Angkatan
2017 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan draft rancangan penelitian ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan draft rancangan penelitian ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Seluruh dosen narasumber kuliah Blok Metodologi Penelitian dan
Evidence Based Medicine yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan draft rancangan
penelitian ini;
2) drg. Dientyah Nur Anggina, MPH dan Ibu Hj. Ressy Asmalia, SKM,
M.Kes, selaku ketua dan sekretaris Blok Metodologi Penelitian dan
Evidence Based Medicine yang telah banyak membantu dan mengarahkan
saya dalam penyusunan draft rancangan penelitian ini;
3) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
4) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan draft
rancangan penelitian ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga draft rancangan penelitian
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
iii
3.4 Variabel Penelitian ........................................................................ 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
berlebihan sehingga kelembaban kulit tetap terjaga (Setyowati, 2015). Kolagen
komersial biasanya diperoleh dari kulit sapi, kulit babi dan kulit ayam.
Penggunaan ini kurang tepat mengingat pertimbangan agama dan kontaminasi
biologis seperti Mad Cow Disease, TSE (transmissible Spongiform
Encephalophaty), (Foot and Mouth Disease) dan sebagainya. Kandungan asam
amino yang tinggi pada hewan yang hidup didarat menyebabkan proses
denaturasi lebih cepat sehingga kualitas kolagennya juga rendah. Oleh karena
itu, pendayagunaan kolagen dari hewan yang hidup di air seperti ikan dapat
menjadi alternatif yang menjanjikan (Aberoumand, 2012).
Di Palembang produksi ikan yang digunakan sebagai bahan pembuatan
kuliner khas daerah yaitu pempek dapat mencapai 6,4 ton perhari. Jumlah ini
belum termasuk ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari sebagai
lauk. Tingginya angka produksi ikan di kota Palembang ini diiringi dengan
bertambahnya jumlah sampah organik yaitu sisik ikan. Sisik ikan khususnya
dikota Palembang merupakan limbah yang belum dimanfaatkan dengan optimal
dan dalam skala rumah tangga biasanya hanya dibuang. Hal ini dapat menjadi
masalah apabila tidak diatasi dengan benar, dikarenakan sampah organik sisik
ikan dapat menjadi mediator bagi bakteri untuk berkembang biak dan menjadi
sumber penyakit bagi penduduk kota Palembang khususnya yang dekat dengan
tempat pembuangan limbah sisik ikan tersebut ( Budirahardjo, 2015).
Persaingan di bidang industri dalam menciptakan toner berbahan dasar
kolagen semakin meningkat. Namun, belum ada produk toner yang
memanfatkan kolagen dari sisik ikan. Selain itu, beberapa toner
dikombinasikan dengan berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
“Pemanfaatan Kolagen dari Sisik Ikan Nila sebagai Hydrating Toner Penyamar
Bekas Luka Menghitam (Post-inflammatory hyperpigmentation)” sebagai upaya
untuk mendukung Gerakan Memasyarakatkan Ikan, mengatasi permasalahan
limbah organik, meningkatkan nilai ekonomis sisik ikan khususnya di kota
Palembang serta mencegah terjadinya iritasi kulit karena kandungan zat kimia
2
pada toner tanpa mengurangi manfaat exfoliating untuk menyamarkan bekas
luka tetapi tetap menghidrasi kulit.
1.4.2 Praktis
a. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan mahasiswa.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu dasar untuk
penelitian lebih lanjut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu
komoditas utama ikan air tawar unggulan di Indonesia. Berdasarkan
data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP 2018a),
ikan nila merupakan ikan air tawar dengan volume produksi
terbanyak di Indonesia. Produksi ikan nila pada tahun 2017 adalah
1.280.126,18 ton. Produksi ikan nila tiap tahun meningkat 13,13%
pada rentang waktu tahun 2012-2017 (KKP 2018b). Peningkatan ini
tentunya diikuti dengan adanya peningkatan permintaan pasar dan
industri pengolah ikan nila. Sebagian besar, ikan nila diekspor dalam
bentuk fillet. Sisa pengolahan fillet ikan, termasuk tulang, kulit, dan
sisik dapat mencapai 50-70% dari total bobot ikan (Muralidharan et
al, 2013). Besarnya sisa pengolahan yang tidak dimanfaatkan dapat
menimbulkan efek negatif pada kelestarian dan keseimbangan
lingkungan. Sementara itu, tulang, kulit, dan sisik ikan dapat
menjadi bahan baku ekstraksi kolagen (Arumugam et al. 2018).
4
sedangkan dalam skala rumah tangga biasanya hanya dibuang. Sisik
ikan mengandung proksimat, kalsium, kitin, alkaloid, steroid,
saponin, fenol hidrokuinon, molisch, benedict, biuret, dan ninhydrin
(Zhu et al, 2011).
5
2.1.4 Kolagen
Kolagen berasal dari bahasa Yunani yakni “cola” yang
bearti lem (glue) dan “genno” yang bearti kelahiran (birth). Hal ini
disebabkan karakteristik kolagen yang melekatkan sel untuk
membentuk kerangka jaringan dan organ tubuh. Molekul kolagen
berdiameter 1,5 nm dengan panjang 280 nm dan berat molekulnya
290.000 Dalton. Kandungan kolagen berupa tiga rantai polipeptida
dengan lebih dari 1000 asam amino dimasing-masing rantainya
(Asyiraf, 2011).
Senyawa ini merupakan komponen struktural utama jaringan
ikat putih (white connective tissue) yang meliputi hampir 30% total
protein pada tubuh. Terdapat 19 jenis kolagen, yaitu tipe I sampai
XIX. Tipe I, II, III dan V adalah kolagen fibrous. Kolagen tipe I
ditemukan di semua jaringan ikat, termasuk kulit dan tulang.
Strukturnya terdiri atas heteropolimer (rantai alfa-1 dan alfa-2) dan
glycine (tanpa tryptophan dan cysteine). Peran kolagen tipe I sebagai
matrik protein ekstraselular dengan karakteristik peningkatan
proliferasi sel sehingga secara langsung mempengaruhi sel sehingga
secara langsung mempengaruhi fisiologi dan morfologi sel.Tipe I ini
banyak ditemukan pada kulit, tulang dan sisik ikan. Sementara
kolagen tipe V terdapat pada jaringan ikat dalam kulit, tendon dan
otot ikan yangmengandung kolagen tipe I (Cardoso et al., 2014).
Kolagen merupakan protein sebagai penyusun utama
jaringan ikat tulang. Kolagen dapat ditemukan salah satunya dalam
lapisan dermis kulit, dan berperan penting bagi kekenyalan dan
elastisitas kulit sehingga mampu menopang permukaan kulit.
Protein kolagen menurut Hartati dan Kurniasari (2010) tersusun atas
asam amino alanina, arginina, lisina, glisina, prolina dan
hidroksiprolina. Kolagen sisik ikan memiliki spesifikasi yaitu
berwarna putih kekuningan, memiliki protein lebih dari 90%, berat
molekul kurang dari 3.000, serta pH 5.5- 6.6. Kolagen dapat
6
diperoleh dari beberapa sumber yaitu kulit dan tulang sapi, babi,
ayam dan ikan (Setyowati, 2015).
Alternatif sumber kolagen yang aman dan halal yaitu ikan.
Kolagen ikan banyak terdapat pada kulit, tulang dan sisik. Data
International UN Comtrade (2017) menyebutkan bahwa impor
gelatin (termasuk kolagen) ke Indonesia dengan HS code 3.503 pada
tahun 2016 adalah 4.362 ton dengan nilai mencapai US$
30.684.979. Kolagen dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan,
pangan, dan juga kecantikan atau kosmetik. Manfaat kolagen dalam
kosmetik yaitu untuk meningkatkan kelembaban kulit dan
mencegah penuaan dini (Setyowati, 2015).
7
menunjukkan property yang menstimulasi melanosit dari
leukotriene (LT), seperti LT-C4, LT-D4, prostaglandin D2,
thromboxane-2, interleukin (IL-I, IL-6, tumor necrosis factor (TNF-
α), epidermal growth factor, dan spesies oksigen reaktif seperti nitric
oxide (Wardhani, 2016).
HPI di dermis dihasilkan dari kerusakkan yang diinduksi
oleh inflamasi pada keratosit basal, sehingga menyebabkan produksi
melanin dalam jumlah besar. Pigemen bebas kemudian difagosit
oleh makrofag yang disebut melanofag pada dermis bagian atas dan
menghasilkan tampilan warna biru-abu pada lokasi yang terjadi
memar. HPI muncul sebagai macula atau bercak asimtomatik yang
dapat simetris atau asimetris. , terbatas atau difus, tergantung dari
distribusi dermatosis inflamasi sebelumnya. Lokasi kelebihan
pigmen dalam lapisan kulit akan menentukan warna HPI. Kulit
tampak berwarna kecoklatan, cokelat, atau cokelat tua jika
berlebihan pigmen di dalam epidermis. Hipermelanosis dermal akan
memiliki tampilan abu-abu tua atau biru keabuan (Wardhani, 2016).
HPI adalah hipermelanosis reaktif dapatan yang muncul
setelah inflamasi atau cedera kulit yang dapat terjadi pada semua
tipe kulit. HPI bisa disebabkan oleh infeksi, reaksi alergi,
pengobatan yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas, atau
kerusakan kulit dari bahan iritan, terbakar, atau prosedur kosmetik
radiasi non-ionisasi, reaksi fototoksik, prosedur laser, dan chemical
peeling. HPI yang paling sering adalah bekas akne pada pasien kulit
berwarna. Inflamasi jangka Panjang, atau berulang, dan radiasi UV
dapat memperburuk HPI (Wardhani, 2016).
8
seluler, dan terbentuknya senyawa kimia sebagai substansi mediator
di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses
penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh memiliki mekanisme
untuk mengembalikan komponen - komponen jaringan yang rusak
dengan membentuk struktur baru dan fungsional. Proses
penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang
bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti
umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, dan kondisi
metabolik. Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap,
meliputi tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan
maturasi (Masir, 2012).
9
Pada bekas luka menghitam (hiperpigmentasi pasca-
inflamasi) peningkatan aktivitas melanosit distimulasi oleh
prostanoid, sitokin, kemokin, mediator inflamasi lainnya seperti
spesies oksigen reaktif yang dikeluarkan selama proses inflamasi.
Berkaitan dengan hal tersebut fungsi kolagen dapat membantu
proses mulai dari fase inflamasi hingga fase maturasi.
(Setyowati, 2015)
10
kulit, terlebih dengan kulit sensitif. Toner alami dan bebas alkohol
diperlukan untuk membantu melindungi kulit dan menjaga
kelembaban kulit. Bahan alami yang biasa digunakan dalam
pembuatan toner yaitu asam jawa, fermentasi nasi putih, tanaman
Morinda citrifolia, dan bahan alam lainnya (Kusumadewi 2016).
11
2.2 Kerangka Teori
Kandungan kolagen
Exfoliating effect
Hydrating Toner
kolagen sisik ikan
12
2.3 Hipotesis
1. H0 : Tidak terdapat manfaat penggunaan hydrating toner kolagen sisik ikan
dalam melembabkan dan menyamarkan bekas luka.
2. H1 : Terdapat manfaat penggunaan hydrating toner kolagen sisik ikan
dalam melembabkan dan menyamarkan bekas luka.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
B. Besar Sampel
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus
Lemeshow, hal ini dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui :
4pq
𝑛=
𝑑'
Keterangan :
n : jumlah sampel
p : estimator proporsi populasi (jika tidak diketahui dianggap 50%)
q : 1-p (100%-p)
d : toleransi kesalahan yang dipilih (d=0,05)
15
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah penggunaan hydrating toner
kolagen sisik ikan.
16
3.6 Alat dan Bahan yang digunakan
3.6.1 Alat
1. Tampah, pisau pemotong; blender
2. Alat-alat gelas
3. Bejana pembuatan ekstrak
4. Saringan
5. Rotary evaporator
6. Jar toner dan penjepit
3.6.2 Bahan
1. Sisik ikan
2. Enzim protease
3. Aquadest
4. Ekstrak lemon
5. Cotton pad
6. Cetil alkohol
7. Allantoin
17
9. Sterilisasi produk.
10. Uji organoleptis, uji stabilitas fisik dan uji praklinis. (uji iritasi)
11. Produk siap dikemas dan digunakan.
18
3.10 Alur Penelitian
Informed consent
Pengumpulan data
Analisis data
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Wardhani, Putri. 2016. Pilihan Terapi Hiperpigmentasi Pascainflamasi pada Kulit
Berwarna. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Zhu, D., Ortega, C.f., Motamedi, R., Szewciw. 2011. Structure and Mechanical
Performance of a Modern Fish Scale. Advanced Engineering Materials.
13(20):1-10
21