Latar Belakang
C. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas
kembali secara teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob
yaitu glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis
respiratorik karena gangguan metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini
terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat
sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak
terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/
persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi
akan menyebabkan kematian jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan gangguan ini dapat
reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
3. Asfiksia Berat
Klinis 0 1 2
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5,
bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5
menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai
keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir
bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
D. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik
ASFIKSIA
Nafas cepat
Bersihan jln nafas
Pola nafas
tidak efektif
inefektif
Apneu suplai O2 suplai O2
Ke paru dlm darah
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb
15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit
4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,
tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.
G. Penatalaksanaan Medis
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil
atau menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi
secara cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c.Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
b. Asfiksia sedang
H. Proses Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
i. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg
(diastolik).
ii. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
iii. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
iv. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
i. Berat badan : 2500-4000 gram
ii. Panjang badan : 44-45 cm
iii. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
i. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
ii. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
iii. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
e. Pernafasan
i. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-
10.
ii. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
iii. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
i. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
ii. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala
mungkin ada (penempatan elektroda internal)
C. PRIORITAS KEPERAWATAN
• Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.
• Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.
• Mencegah cidera atau komplikasi.
• Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Problem Etiologi Diagnosa
1. Obyektif (O) : Bersihan jalan Produksi mucus Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
a. Terdengar suara nafas nafas inefektif. yang banyak. produksi mukus banyak
tambahan
b. Terdengar ronkhi
basah ketika
auskultasi
c. RR > 24 kali per
menit
2. Obyektif (O) : Pola nafas Hipoventilasi Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/
a. Ekspansi dada tidak inefektif. /hiperventilasi hiperventilasi
sama kanan kiri
b. RR cepat > 24 kali per
menit
c. Terdengar suara nafas
tambahan
3. Obyektif (O) : Kerusakan Ketidakseimbangan Kerusakan pertukaran gas b.d
a. RR cepat > 24 kali per pertukaran gas. perfusi ventilasi ketidakseimbangan perfusi ventilasi
menit
4. Obyektif (O) : Risiko cedera. Anomali Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak
a. Anak tampak rewel kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada
b. Tampak cedera pada terdeteksi atau agen-agen infeksius
anggota tubuh anak tidak teratasi
pemajanan pada
agen-agen
infeksius.
5. Obyektif (O) : Risiko Kurangnya suplai Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d
a. Suhu anak < 365 0 C ketidakseimbangan O2 dalam darah. kurangnya suplai O2 dalam darah.
b. Anak tampak rewel suhu tubuh.
6. Obyektif (O) : Proses keluarga Pergantian dalam Proses keluarga terhenti b.d pergantian
terhenti. status kesehatan dalam status kesehatan anggota keluarga.
anggota keluarga.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
keperawatan diharapkan risiko cidera 3. Lakukan pengkajian fisik 3. Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada
dapat dicegah secara rutin terhadap bayi bayi.
pemberi pelayanan
kesehatan
5. Membantu memberi kekebalan anak
5. Berikan agen imunisasi
terhadap agen infeksi.
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis
B dari vaksin hepatitis B
bila serum ibu
mengandung antigen
permukaan hepatitis B
(Hbs Ag), antigen inti
hepatitis B (Hbs Ag) atau
antigen E (Hbe Ag).
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh 1. Hindarkan pasien dari 1. Menghindari terjadinya hipitermia.
b.d kurangnya suplai O2 dalam darah kedinginan dan tempatkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan pada lingkungan yang
keperawatan selama proses hangat.
keperawatan diharapkan suhu tubuh 2. Monitor temperatur dan 2. Mengetahui terjadinya hipotermi.
normal warna kulit.
Kriteria hasil : 3. Monitor TTV. 3. Perubahan tanda-tanda vital yang
a. Temperatur badan dalam batas signifikan akan mempengaruhi proses
normal regulasi ataupun metabolisme dalam
b. Tidak terjadi distress pernafasan tubuh.
c. Tidak gelisah 4. Jaga temperatur suhu 4. Menghindari terjadinya hipitermia.
d. Perubahan warna kulit tubuh bayi agar tetap
e. Bilirubin dalam batas normal hangat.
5. Tempatkan BBL pada 5. Mambantu BBL tetap berada pada
inkubator bila perlu. keadaan yang sesuai dengan keadaannya.
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian 1. Buat hubungan dan akui 1. Mambantu orang terdekat untuk
dalam status kesehatan anggota kesulitan situasi pada menerima apa yang terjadi dan
keluarga keluarga. berkeinginan untuk membagi masalah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan dengan staf.
keperawatan selama proses 2. Tentukan pengetahuan 2. Sediakan informasi untuk memulai
keperawatan diharapkan koping akan situasi sekarang. perencanaan perawatan dan membuat
keluarga adekuat keputusan. Kurangnya informasi dapat
Kriteria Hasil : mengganggu respons pemberi/penerima
a. Percaya dapat mengatasi masalah. asuhan terhadap situasi penyakit.
b. Kestabilan prioritas. 3. Ikutsertakan orang 3. Informasi dapat mengurangi perasaan
c. Mempunyai rencana darurat. terdekat dalam pemberian tanpa harapan dan tidak berguna.
d. Mengatur ulang cara perawatan. informasi, pemecahan Keikutsertaan dalam perawatan akan
e. Status kekebalan anggota keluarga. masalah dan perawatan meningkatkan perasaan kontrol dan harga
f. Anak mendapatkan perawatan pasien sesuai diri.
tindakan pencegahan. kemungkinan.
g. Akses perawatan kesehatan.
h. Kesehatan fisik anggota keluarga