Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2017
LONGCASE
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Inisial : Ny. R
Usia : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Janda
Alamat : Pleret
Pekerjaan : Buruh pabrik roti
Dokter : DR. dr. Ronny Tri W., Sp.KJ
Ko-asisten : Rahmi Sofya
I. Anamnesis (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
1. Keluhan Utama
Pasien datang untuk kontrol ke poli jiwa RS Jogja
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang wanita datang ke Poli Jiwa RS Jogja untuk kontrol rutin. Pasien mengaku masih
mengeluh cemas dan takut. Keluh 1an pertama kali dirasakan 1,5 tahun yang lalu yaitu pada
awal tahun 2016. Pada awal tahun 2016 tersebut pasien merasa cemas sehingga hampir tiap
malam tidak bisa tidur. Setelah bulan puasa sekitar bulan Juni, keluhan diperparah dengan
mendengar suara polisi datang tanpa ada sumbernya. Pasien beranggapan bahwa polisi tersebut
ingin mengangkapnya dan anak laki-lakinya karena kesalahan anaknya. Pasien mengatakan
pernah sangat ketakutan hingga histeris dan bergemetaran ketika di kereta api dalam perjalanan
ke Jakarta untuk menemui anaknya. Pada Oktober 2016 pasien pernah di rukyah namun tidak
ada perubahan. Lalu dibawa ke RSUD Penembahan Senopati Bantul, namun pasien merasa
terapi tidak cocok sehingga lebih sering tertidur. Pasien mengatakan bahwa belakangan masih
merasa takut dan cemas dengan anak laki-lakinya. Sulit tidur sudah jarang, dan terkadang masih
mendengar suara polisi datang. Pasien merasa lesu dan kurang semangat untuk hidup. Pasien
jarang mengikuti kegiatan disekitar rumah. Pasien mengatakan kenapa sekarang dikasih cobaan
disaat umur sudah tua seperti ini. Pernah terlintas ingin bunuh diri namun pasien tahu bahwa itu
dosa
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Psikiatrik
Tidak ada riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.
b. Medis
1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
Pasien mengatakan pernah dirawat karena jantung bengkak, gagal ginjal akut dan radang
usus besar. Pasien pernah operasi amandel dan operasi katarak mata kiri. Tidak ada riwayat
trauma kepala.
c. Riwayat Penggunaan Alkohol atau Zat Lain (rokok, napza)
Disangkal
4. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara. Pasien menjadi single parent 1994 karena
ditinggal meninggal. Kakak kedua pasien juga mengalami keluhan serupa. Ayah pasien
meninggal karena sakit jantung, dan ibu pasien meninggal karena stroke. Pasien merasa cemas
dan takut terhadap anak tirinya. Karena saat SD-SMA anak tiri nakal, sering tawuran, bahkan
sempat sampai ke kantor polisi. Namun sekarang anak laki-laki sudah bekerja, tapi pasien masih
susah percaya bahwa anak tiri sudah berubah. Saat komunikasi dirumah antara pasien dan anak
tirinya selalu dibantu oleh anak perempuannya. Pasien cukup bangga dengan anak
perempuannya, dan cukup banyak menceritakan prestasi anak perempuannya.

Pasien

5. Riwayat Pribadi dan Sosial


a. Pranatal dan Perinatal
Riwayat kelahiran normal.
b. Masa Anak
Tidak pernah mengalami trauma maupun kejang.
c. Masa Remaja
Pasien bersekolah sepeti biasa, tidak ada kelainan yang terjadi

2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
d. Masa dewasa
Pasien bekerja sebagai buruh di pabrik roti dari pukul 07.00-15.00 WIB. Aktifitas sosial
kurang, namun selalu didorong oleh anak perempuan agar ikut acara di tetangga sekitar
maupun pengajian. Pasien rutin solat wajib dan biasanya setelah sholat isya, pasien
meminum obat dan langsung tidur.

II. Pemeriksaan
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Perempuan tampak sesuai usia dengan kesan status gizi baik, tampak sehat secara jasmani,
rawat diri baik, penampilan rapi dan cara berjalan normal.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien bersedia untuk diwawancara, dan mempersilahkan
pemeriksa duduk di kursi yang telah disediakan.
b. Selama wawancara : Terlihat tidak tenang dengan selalu memegang dan meraba
tangan sendiri. Pasien mempersilahkan pemeriksa untuk minum dan makan hidangan
yang telah disediakan.
c. Sesudah wawancara : pasien menjabat tangan saat pemeriksa mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
2. Kesadaran
Kompos mentis
3. Mood dan Afek
a. Mood
Cemas
b. Afek
menyempit
c. Keserasian Afek
Tidak dapat dinilai

3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
4. Pembicaraan
a. Kualitas : koheren
b. Kuantitas : selalu menjawab apa yang ditanya pemeriksa
c. Kecepatan produksi : normal
5. Persepsi
Halusinasi auditorik (+) mendengar suara polisi datang
6. Pikiran
a. Proses dan bentuk pikir
Cukup ide, koheren.
b. Isi pikir
Waham kejar. Merasa dikejar polisi
7. Orientasi
a. Tempat : pasien tahu bahwa sekarang berada di rumah, dan bisa memberikan arah
menuju rumahnya.
b. Orang : Pasien bisa mengidentifikasi diri sendiri, dan kedua anaknya.
c. Waktu : Pasien yang menentukan janji setelah ashar untuk ketemu
8. Daya Ingat
a. Jangka Pendek : Baik. Pasien ingat saat membeli telo ungu yang sedang dihidangkan.
b. Jangka Panjang : Pasien bisa menceritakan kejadian dahulu yang dialaminya
9. Konsentrasi dan perhatian
Baik, namun sedikit tidak nyaman
10. Kemampuan bahasa, membaca dan menulis
Baik
11. Pikiran Abstrak
Baik
12. Pengendalian Impuls
Baik. Saat diwawancarai, pasien tampak sopan dan bersahabat.
13. Insight
Derajat V (Pasien memahami dirinya sedang sakit dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
sakitnya, namun tidak diterapkan dalam perilaku praktisnya).

4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 56 tahun, orang tua tunggal sejak 1994 dan memiliki
2 orang anak, anak pertama merupakan anak tiri dari istri pertama suami, anak kedua adalah anak
kadung. Pasien dibawa ke poli Jiwa RS Jogja sendiri.
Pasien merasa cemas dan takut terhadap anak tirinya. Karena saat SD-SMA anak tiri nakal, sering
tawuran, bahkan sempat sampai ke kantor polisi. . Pada awal tahun 2016 tersebut pasien merasa cemas
sehingga hampir tiap malam tidak bisa tidur. Setelah bulan puasa sekitar bulan Juni, keluhan diperparah
dengan mendengar suara polisi datang tanpa ada sumbernya. Pasien beranggapan bahwa polisi tersebut
ingin mengangkapnya dan anak laki-lakinya karena kesalahan anaknya. Pasien merasa lesu dan kurang
semangat untuk hidup. Pasien menyakan kenapa sekarang dikasih cobaan disaat umur sudah tua seperti
ini.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan, kesan sesuai usia, rawat diri baik,
cukup kooperatif, afek menyempit, mood cemas, halusinasi auditorik, kurang bersemangat insight
derajat V,.
Pemeriksaan fisik, neurologis dalam batas normal. Pada pasien ada warna kecemasan, skizoafektif
depresif, kurang aktif, ketergantungan kepada anak.
IV. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ditemukan sindroma atau pola perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis
dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari pasien. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa
sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
Berdasarkan alloanamnesis ditemukan tidak ada riwayat trauma, kejang maupun tanda-anda
gangguan intrakranial sehingga disimpulkan saat ini tidak ditemukan kelainan yang mengarah pada
kelainan organik di otak. Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda yang
mengarah pada gangguan intrakranial sehingga adanya Gangguan Organik (F00-F09) pada pasien
dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif sehingga
kemungkinan adanya Gangguan Mental Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif (F10-F19) dapat
disingkirkan.
Pada pasien ini didapatkan beberapa sindroma:
1. Sindroma depresi :
- Insomnia
- hilangnya energi

5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
- kurang minat
- keputusasaan
- ide-ide bunuh diri
2. Sindrom psikotik/skizofrenia :
- Halusinasi auditorik (menyuruh sholat & melakukan kegiatan)
- Penurunan fungsi peran

III.DIAGNOSIS
F25. 1 Skizoafektif tipe depresi

IV. TERAPI
a. Farmakoterapi
R/ Fluoxetin 10 mg, 1 x tab 1
R/ Clorpromazine 25 mg, 2 x tab 1
R/ Valisanbe 2 mg, 1 x tab 1

 Psikoterapi :
 Memberikan pasien motivasi untuk bercerita kepada orang terdekat baik keluarga ataupun
teman terdekat pasien tentang masalahnya.
 Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan jangan bosan untuk minum
obat karna obat yang diberikan merupakan pengontrol agar tidak timbulnya gejala atau bisa
mengurangi gejala yang dirasakan pasien.
 Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak menimbulkan
ketergantungan, justru sebagai pengontrol agar gejala yang dialami pasien bisa terkontrol
dan pasien bisa menjalani kegiatan sehari hari seperti sebelum sakit.
 Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali melakukan aktivitas yang
lebih baik dan produktif kembali.

 Sosioterapi :
 Memberi saran kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi
dukungan kepada pasien.
 Menganjurkan pasien untuk lebih mendalami agama sesuai dengan kepercayaannya.

6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
 Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol dan mengambil obat secara teratur.
 Memberikan informasi pentingnya aktivitas daily living dalam kehidupannya sehari-hari
karena bisa mengalihakan perhatiaan pasien kepada hal hal yang positif.
 Meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pasien.

V. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad bonam

7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
GANGUAN SKIZOAFEKTIF

DEFENISI
Ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala
gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada saat bersamaan (simultaneously). Adanya
gabungan gejala-gejala dari spektrum divergen ini, membuat terapi pasien dengan gangguan
skizoafektif ini menjadi sulit. Onset yang tiba-tiba pada masa remaja, fungsi pramorbid baik,
terdapat stresor yang jelas, riwayat keluarga dan gangguan afektif.

ETIOLOGI
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan afektif
mungkin berhubungan secara genetic. Ada peningkatan resiko terjadinya gangguan
skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan skizoafektif.

KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizifrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau
dalam beberapa hari sesudah yang lain , dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien
gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik ,
depresif atau campuran keduanya.

KLASIFIKASI
- Skizoafektif tipe manik
•      Suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenik dan manik bersama-sama
menonjol dalam satu episode penyakit yang sama.
•      Gejala-gejala afektif diantaranya : elasi dan ide-ide kebesaran, tetapi kadang-kadang
kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ide-ide kejaran.
•      Terdapat peningkatan enersi, aktivitas yang berlebihan , konsentrasi yang terganggu,
dan hilangnya hambatan norma sosial .
•      Waham kebesaran, waham kejaran mungkin ada.
•      Gejala skizofrenik juga harus ada, antara lain : merasa pikirannya disiarkan atau
diganggu, ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha mengendalikannya., mendengar
suara-suara yang beraneka beragam atau menyatakan ide-ide yang bizarre.

8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
•      Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu, namun penyembuhan secara sempurna
dalam beberapa minggu.
- Skizoafektif tipe depresif
 Pada episode yang sama terdapat gejala-gejala skizofrenia maupun depresif yang sama-
sama menonjol.
 Gejala depresi disini ditandai dengan adanya perilaku yang retardasi, insomnia,
hilangnya enersi, perubahan nafsu makan, kurang minat, gangguan konsentrasi,
perasaan bersalah, keputusasaan, dan ide-ide bunuh diri
 Secara bersamaan dalam satu epsode terdapat gejala-gejala skizofrenia yg khas antara
lain :
o Merasa pikirannya sedang disiarkan, atau diganggu, ada kekuatan2 yang
mengendalikan pikirannya. Pasien yakin sedang di mata-matai, sedang diincar
o Mendengar suara-suara yang menghina, mengutuk dirinya, atau akan
membunuhnya. Bahkan seperti ada yang mendiskusikan dirinya.

 Episode berlangsung lebih lama dari pada episode manik, dan bisa sembuh sempurna.
  Namun ada sebagian yang akhirnya berkembang menjadi defek skizofrenik.

PENATALAKSANAAN
1.      Indikasi rawat nginap
–     Menditeksi penyebab nonpsikiatrik
–     Mengamati kemampuan mengendalikan impuls kekerasan
–     Menstabilkan hubungan sosial/ kerja
2.      Farmakoterapi
–     Antipsikotik adalah obat terpilih untuk penanganan gangguan waham menetap.
–     Mulai dengan dosis rendah anti psikotik (Haloperidol 2 mg) dan naikan bertahap.
–     Dosis maintenance biasanya rendah.
–     Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan.
3.      Psikoterapi
–     Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok.
–     Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku sering afektif.
–     Bina hubungan dan kepercayaan.

9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
–     Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh meremehkan ataupun
mendukung isi waham tersebut.
4.      Terapi Keluarga
–     Target hubungan sosial yang baik.

DIAGNOSA DIFFERENTIAL
1. Skizofrenia paranoid
Ini adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di Negara manapun.
Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relative stabil, sering kali
bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama halusinasi
pendengaran dan gangguan-gannguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak
(volition) dan pembeciraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol.
Beberapa contoh dari gejala-gejala paranoid yang paling umum :
a.    waham-waham kejaran, rujukan ( reference ), “ exaltied birth” ( merasa diriya tinggi,
istimewa ), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan.
b.    Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit ( whistling ), mendengung
( humming ), atau bunyi tawa ( laughing )
c.    Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersift seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh : halusinasi visual mungkin ada terapi jarang menonjol
Pedoman diagnostic
Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi sebagai tambahan , halusinasi dan
atau waham harus menonjol, sedangkan gangguan afektif , dorongan kehendak dan pemb
icaraan serta gejala katatonik secara relative tidak nyata. Keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam adalah yang paling khas

2. Gangguan afektif tipe depresif dengan gejala psikotik


Pedoman diagnostik
Semua jenis gejala utama depresi harus ada
 Afek depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktivitas.
10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LONGCASE
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintesitas berat.
 Kosentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah  dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang
Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi psikomotor ) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam
hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat
dibenarkan.

        3. Bipolar afektif disorder


Gangguan bipolar di dijelaskan sebagai periode depresi yang lama dan dalam yang
berbarengan dengan mania. Symptom dari mania termasuk berkurangnya kebutuhan untuk
tidur, libido yang tinggi, perilaku yang kasar, grandiositas, dan gangguan pikiran yang parah
yang mungkin disertai atau tidak disertai dengan psikosis.

11

Anda mungkin juga menyukai