Anda di halaman 1dari 9

MODEL PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS

KOMUNITAS PADA DESA NELAYAN DI


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Aditha Agung Prakoso Vina Dini Pravita
email: aaprakoso@gmail.com email: vinapratama@gmail.com

S1 Hospitality Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta

Abstract
Community-based tourism is a form of tourism that prioritize the locally ownership and active
participation from the community, provides education to the local community and visitors,
-
cal communities. In the development of community-based tourism villages there are three

locally organized. Pantai Baru is one of example of Fisherman Village tourist attraction that
has the potential to be developed into a community-based tourist destination. This research
used qualitative method and analysis from the several factors in the community-based tourism

decide the tourism development design that suitable to be applied in the Fisherman Village in
Pantai Baru, Yogyakarta.

Keywords: Tourism, Community-based Tourism, Village, Fisherman, Model

1. PENDAHULUAN Dalam konsep pariwisata berbasis ko-


munitas, masyarakat lokal memiliki peran
Pantai Baru merupakan salah satu pantai
yang sangat besar terhadap kelangsungan
yang berada di Dusun Ngentak, Desa Pon-
pariwisata setempat, yaitu berperan sebagai
cosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten kontrol yang sangat substansional dan ket-
Bantul, DIY. Pantai Baru baru dibuka untuk erlibatan penuh dalam pengembangan dan
umum pada akhir tahun 2010. Meskipun pengelolaan pariwisata setempat (Denman,
terhitung sebagai obyek wisata baru di Ban- 2001). Untuk itu, agar pengembangan pari-
tul, pantai ini selalu ramai oleh pengunjung. wisata dapat berjalan dan dikelola dengan
Pantai Baru menempati urutan ke 3 (tiga) baik, hal yang paling mendasar dilakukan
dalam jumlah kunjungan wisatawan terbesar adalah bagaimana memfasilitasi keterlibatan
di Kabupaten Bantul dengan total kunjungan yang luas dari komunitas lokal dalam proses
pada tahun 2016 sebesar 140.050 orang dan pengembangan dan memaksimalkan nilai
pendapatan sebesar Rp. 499.227.500. manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan
pariwisata untuk masyarakat setempat.
Meminimalisir terjadinya pariwisata
Pariwisata berbasis komunitas memung-
massal pada Wisata Pantai Baru akibat
kinkan masyarakat setempat untuk memper-
dari banyaknya kunjungan wisatawan yang
temukan lingkungan alam dan budayanya
menimbulkan dampak yang negatif baik dari dengan wisatawan. Masyarakat akan menya-
segi masyarakat dan lingkungan, munculah dari tentang nilai komersial terhadap warisan
sebuah model pengembangan pariwisata alam dan budaya yang dimilikinya yang
alternatif yaitu pariwisata berbasis komunitas dapat menimbulkan pemasukan ekonomi
yang merupakan salah satu bentuk perenca- melalui pariwisata, hal ini akan mendorong
naan yang partisipatif dalam pembangunan masyarakat untuk mengelola dan melestari-
pariwisata. kan lingkungan alam dan budayanya.

SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018 129


Dari uraian yang telah dijabarkan di atas mengedepankan kepemilikan dan peran
memunculkan ide untuk membuat suatu serta aktif masyarakat, memberikan edu-
model pengembangan pariwisata yang akan kasi kepada masyarakat lokal maupun
menjadi solusi bagi pariwisata massal, pence- pengunjung, mengedepankan perlindungan
gahan kerusakan ekologi dan eksploitasi kepada budaya dan lingkungan, serta mem-
kegiatan wisata di kawasan Pantai Selatan
berikan manfaat secara ekonomi kepada
DIY dengan studi kasus: Pantai Baru, Bantul,
masyarakat lokal. Sebagai sebuah konsep
DIY. Dari latar belakang tersebut maka dapat
ditarik beberapa pertanyaan penelitian dalam pengembangan pariwisata, pariwisata ber-
penelitian ini yaitu Bagaimana Penerapan basis masyarakat bukanlah konsep yang
Konsep Pariwisata Berbasis Komunitas di kaku (Tasci et al, 2013). Penerapan konsep
Kawasan Pantai Baru dan Model Pengem- pariwisata berbasis masyarakat harus dise-
bangan Pariwisata Berbasis Komunitas pada suaikan dengan karakteristik suatu destinasi,
Desa Nelayan?
Batasan dalam penelitian ini adalah men- kepentingan lainnya, serta sistem ekonom-
emukan model pengelolaan desa wisata ne- inya.
layan berbasis komunitas di kawasan pantai Dari beberapa teori dari pariwisata berba-
selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
sis komunitas disimpulkan menjadi 3 konsep
locally, antara lain: locally organize, locally
2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEM-
BANGAN HIPOTESIS yang dijabarkan dari konsep 3L tersebut.
Pariwisata berbasis komunitas meru-
pakan suatu bentuk kepariwisataan yang

8EFIP Prinsip 3L dalam Pariwisata Berbasis Masyarakat

03'%00=36+%2->) 03'%00=6)7396')7 03'%00=&)2)*-8

1. Masyarakat lokal terlibat 1. Diatur dan dimiliki oleh 1. Untuk Komunitas


langsung dalam proses komunitas 2. Pengembangan kapasitas
perencanaan, pengembangan 2. Merupakan kegiatan yang komunitas dan lingkungan
dan pengelolaan, serta berbasis komunitas 3. Pariwisata yang menyadari
dalam pengambilan
3. Keunikan komunitas lokal kelangsungan budaya, sosial
keputusan
yang berupa elemen fisik dan ekonomi lokal
2. Melibatkan partisipasi aktif maupun non fisik (tradisi 4. Memberikan manfaat untuk
dari warga setempat dan budaya) komunitas secara luas
3. Pemberdayaan masyarakat 4. Mengangkat tata cara hidup 5. Proporsi paling besar dari
lokal dipandang sebagai hal masyarakat lokal dampak manfaat pariwisata
yang esensial
5. Memanfaatkan sumberdaya dapat diserap oleh
4. Kepemilikannya adalah lokal komunitas setempat
dimiliki oleh komunitas
6. Memiliki karakter dan 6. Adanya hubungan timbal
5. Modal sosial yang dimiliki budaya lokal yang unik balik yang saling
adalah kelembagaan lokal menguntungkan antara
yang mengatur pergerakan wisatawan dan masyarakat
pariwisata dalam komunitas local
tersebut
7. Mendapatkan manfaat
ekonomi
8. Meningkatkan citra
kelokalan
9. Meningkatkan rasa
kebanggaan lokal
10. Pelestarian lingkungan

130 SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018


3. METODE PENELITIAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Sugiyono (2005) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang mengkaji A. Attraction (Atraksi)
perspektif partisipan dengan strategi-strategi Atraksi dalam hal ini dibagi dalam

penelitian ini berada di kawasan desa ne-


layan Pantai Baru Desa Poncosari, Kecama- berupa Vegetasi pantai dengan dominasi
tan Srandakan, Kabupaten Bantul, DIY. tanaman cemara udang, biota laut, men-
Fokus penelitian ini diarahkan pada gelilingi kawasan dengan menggunakan
model pengembangan Pariwisata Berbasis ATV, wahana bermain anak, jejeran ku-
Komunitas pada Desa Nelayan di Pantai liner dan souvenir/cinderamata, spot foto,
Baru, khususnya pada model kemitraan. dan kincir angin. Sedangkan atraksi Non
Jenis dan sumber data yang dibutuhkan Fisik berupa Event-event budaya seperti
dalam penelitian ini adalah sumber data prim- jathilan, campursari, koes plus dan tari-
er dan sekunder. Sumber data primer adalah
data yang langsung diambil dari sumbernya kepada kebudayaan yang dimiliki oleh
yaitu berupa wawancara mendaklam dan masyarakat lokal yang dapat dirasakan
observasi yang dilakukan di kawasan Pantai oleh wisatawan.
Baru Desa Poncosari, kecmatan Srandakan, B. Accsessibility (Aksesibilitas)
Kabupaten Bantul, DIY. Sedangkan sumber Pantai Baru memiliki kondisi akses
data sekunder diperoleh dari data-data yang jalan yang sudah cukup baik, jalan sudah
ada sebelumnya (Studi Dokumen) berupa ke- beraspal dan terhindar dari kerusakan.
bijakan pemerintah, catatan-catatan, koran, Lebar jalan juga dapat dilalui oleh kend-
dokumen, laporan, dan sumber-sumber lain araan roda empat, seperti bus pariwisata
yang berhubungan dengan pengembangan maupun mobil. Namun hingga saat ini
kawasan wisata baru. sarana angkutan umum untuk menuju
Analisis data dalam penelitian ini meng- Pantai Baru masih belum ada, karena
gunakan Teknik Trianggulasi. Trianggulasi sarana angkutan umum sudah tidak
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan tiba di terminal Pandansimo dan hanya
data dengan memanfaatkan sesuatu yang tiba di terminal Srandakan. Biasanya
lain diluar data itu untuk keperluan pengece- wisatawan yang berkunjung mengguna-
kan data atau sebagai pembanding terhadap kan kendaraan roda dua atau roda em-
data itu. pat maupun bus pariwisata untuk dapat
Dalam penelitian ini, triangulasi yang mengakses pantai ini. Rambu-rambu
digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu penunjuk jalan juga beberapa sudah ada
membandingkan hasil dari sumber data namun masih sangat minim, dikarenakan
yang didapatkan dari sumber data primer rambu-rambu seperti marka jalan hanya
(wawancara dan observasi) dengan sumber ada di beberapa titik menuju Pantai
data sekunder (studi dokumen). Analisis Baru, meskipun saat ini dapat diakses
triangulasi tentang model pengembangan menggunakan google maps sehingga
pariwisata berbasis komunitas pada desa ne- sedikit mempermudah untuk menemu-
layan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kan letak pantai ini. Waktu tempuh yang
studi kasus Pantai Baru adalah analisis yang digunakan tergantung pada jarak lokasi
dilakukan dan disimpulkan berdasarkan data asal wisatawan dengan Pantai Baru,
yang diperoleh melalui wawancara informan, jika wisatawan berasal dari ibukota ka-
observasi langsung ke obyek penelitian dan bupaten maka untuk mencapai Pantai
berdasarkan dokumen yang didapatkan dari Baru hanya membutuhkan waktu sekitar
berbagai sumber yang valid. 30 menit.

SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018 131


C. Amenity (Amenitas) mengelola kegiatan nelayan di Pantai
Pantai Baru memiliki beberapa ame- Baru.
nitas yang disediakan diantaranya ter-
dapat kawasan makanan dan minuman 4.2. Tinjauan Kebijakan Pemerintah
berupa warung-warung yang menjual Kebijakan-kebijakan pada Pantai Baru
makanan khususnya makanan yang ber- diatur dalam Rencana Induk Pembangunan
bau seafood. Selain kawasan makanan, Pariwisata Daerah Kabupaten Bantul No. 03/
terdapat toko souvernir, Gazebo, Tempat Tahun 2004 Bab 4 Pasal 12, di dalam kebi-
Penarikan retribusi (TPR), Pos SAR, dan jakan tersebut terdapat kebijaksanaan umum
Area Parkir. dalam pengembangan pariwisata daerah dan
D. Ancillary Service (Fasilitas Peraturan Daerah Provinsi daerah Istimewa
Pendukung) Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 menjabar-
kan arah kebijakan strategis dan indikasi
Fasilitas yang mendukung daya tarik
program terhadap Pantai Baru.
yang terdapat di Pantai Baru adalah:
Air bersih yang berasal dari pompa
4.3. Analisis Isu Strategis Pengemban-
air yang energinya berasal dari gan Pariwisata Berbasis Komunitas
PLTH. A. Isu Strategis Internal
Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) Daya tarik wisata pantai belum di-
yang cukup memadai.
manfaatkan secara optimal, hanya
Jaringan listrik dari PLN sudah dapat sekedar dijadikan sebagai atraksi
dinikmati 100% oleh penduduk. sightseeing.
Terdapat sarana ibadah musholla Minimnya kegiatan pariwisata yang
Tempat pembuangan sampah mengangkat keotentikan dan keuni-
E. Insititution (Kelembagaan) kan potensi budaya lokal.
Pantai Baru dalam pengelolaannya Kurangnya atraksi budaya yang
dikelola oleh masyarakat lokal dan juga dilakukan di perairan/laut dan lebih
mendapatkan dukungan positif dari pe- cenderung kepada atraksi budaya
merintah. Pantai Baru memiliki Kelompok yang dilakukan di darat.
Sadar Wisata (Pokdarwis) yang bertang- Kegiatan pariwisata dapat mendor-
gungjawab atas pengelolaan daya tarik ong pemberdayaan masyarakat
wisata Pantai Baru. Pokdarwis ini diben- untuk ikut serta dalam perencanaan,
tuk pada tanggal 7 maret 2010 dengan pengelolaan dan pengambilan kepu-
dikeluarkannya SK Lurah Desa Pon- tusan.
cosari No. 89/E/III 2010. Dengan diben- Peningkatan nilai tambah / penda-
tuknya Pokdarwis, maka pengelolaan patan dan kesempatan untuk bek-
Pantai Baru dilaksanakan berdasarkan erja bagi masyarakat lokal di bidang
nilai-nilai Sapta Pesona yang meliputi: pariwisata.
aman, tertib, bersih sejuk, indah, ramah
dan kenangan. Tidak hanya itu, terdapat B. Isu Strategis Eksternal
pula paguyuban kuliner yang merupakan
Tren wisata minat khusus yang
kumpulan dari pedagang-pedagang yang
mengedepankan kegiatan pariwisata
menjajakan kulinernya di sekitar pantai,
yang melibatkan interaksi wisatawan
serta adanya KP4 (Kelompok Pemuda
dengan masyarakat lokal.
Peduli Penyu Pandansimo) yang ber-
tanggungjawab atas konservasi penyu Global Warming atau pemanasan
di sekitar Pantai Baru serta kelompok global.
nelayan yang bertanggungjawab untuk Potensi bencana alam.

132 SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018


Mitigasi bencana yang masih sangat menonjolkan potensi alam berupa laut
lemah. biru dan pasir hitam dengan berbagai
D uk un g an p em er in t a h d a l am atraksi yang menarik.
pengembangan pariwisata di Pantai
Baru. C. Locally Organize
Sejauh ini pemberdayaan masyarakat
4.4. Analisis Prinsip Pariwisata Berba- lokal yang ada di Pantai Baru juga didu-
sis Komunitas
kung oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
A. Locally Resource Bantul, dimana Dinas Pariwisata juga
Seluruh sumberdaya yang ada di mengadakan kegiatan-kegiatan yang
Pantai Baru tidak semuanya diatur dan mengangkat potensi lokal.
dimiliki oleh komunitas wisatanya masih Dalam pengelolaannya, masyarakat
bersifat massal/konvensional yang me- lokal belum terlalu efektif dalam proses
nawarkan atraksi yang kekinian. Sumber- perencanaan, pengembangan dan
daya yang dimiliki oleh Pantai Baru beru- pengambilan keputusan karena masih
mendapatkan bantuan peran dari pe-
tradisi dan budaya yang dimiliki masih merintah maupun swasta, akan tetapi
sangat sedikit, dikarenakan masyarakat kepemilikan pengelolaanya dimiliki oleh
lokal belum terlalu mengangkat potensi masyarakat lokal dengan adanya Pok-
lokal optimal. Atraksi yang ditawarkan darwis yang bertanggungjawab untuk
di Pantai Baru belum sepenuhnya men- mengatur pergerakan pariwisata dalam
gangkat tata cara hidup masyarakat lokal komunitas Pantai Baru seperti terlihat
dan yang memanfaatkan sumberdaya pada petugas parkir, petugas kebersihan,
masih sebagian tempat saja dan atraksi dan penjual penjual yang ada di Pantai
yang ditawarkan di Pantai Baru belum Baru merupakan masyarakat lokal.
terlalu menonjolkan karakter dan budaya
lokal yang unik, karena atraksinya hampir 4.5. Analisis Peran Pemangku Kepen-
sama dengan atraksi yang ada di pantai tingan dalam 3L sebagai Dasar
lainya yang ada di Bantul. Pengembangan Model Pariwisata
Berbasis Komunitas
Pemangku kepentingan di kawasan
Kepariwisataan yang ada di Pantai Pantai Baru, yaitu unsur dari pemerintah,
Baru memberikan manfaat yang dipe- swasta/industri dan masyarakat merupakan
runtukkan untuk komunitas. Adanya unsur yang penting dalam pengembangan
kegiatan pariwisata di Pantai Baru turut kepariwisataan di kawasan tersebut. Perlu
mengembangkan kapasitas komunitas dijabarkan peran serta dan tanggungjawab
khususnya dalam meningkatkan kreati- dari ketiga pemangku kepentingan tersebut
dengan melihat dari sisi prinsip pariwisata
Baru masih belum menyadari kelangsun- berbasis komunitas (3L).
gan budaya, atraksi budayanya masih
sangat minim yaitu atraksi budaya di 4.6. Analisis Pengembangan Produk
darat namun untuk atraksi budaya yang Komponen Pariwisata
berhubungan dengan laut tidak ada. Pengembangan produk komponen
Kegiatan pariwisata di Pantai Baru mem- pariwisata di Pantai Baru ini berfokus pada
berikan dampak positif bagi peningkatan potensi lokal dan komunitas bukan semata-
pendapatan masyarakat lokal dan juga mata pembangunan fisik. Berikut adalah
terhadap PDRB Kabupaten Bantul, hal analisis pengembangan produk komponen
ini semakin meningkatkan citra kelokalan pariwisata yang terdiri dari atraksi, ak-
masyarakat lokal sebagai pantai yang

SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018 133


sesibilitas, amenitas, ancillary service dan Institutions (Kelembagaan)
kelembagaan. Meningkatkan kualitas dan kapasitas
SDM pariwisata
Attraction (Atraksi) Mensinergikan setiap kelompok-kelom-
Mengembangkan paket wisata berdasar- pok masyarakat di Dusun Ngentak
kan keotentikan dan keunikan potensi Meningkatkan kemitraan dan jejaring
lokal antar stakeholder untuk menghadapi
Mengembangkan atraksi wisata yang persaingan usaha
tidak hanya sekedar dipentaskan di
darat namun juga berhubungan dengan 4.7. Skema Model Pengembangan
perairan atau laut. Wisatawan yang berkunjung ke Pantai
Melakukan pemeliharaan intensif terh- Baru, mereka datang sebagai spending
adap vegetasi cemara udang agar tidak contributor. Spending contributor adalah pe-
punah nyumbang pendapatan bagi daya tarik wisata
Melakukan konservasi penyu secara di Pantai Baru, dimana wisatawan membe-
berkelanjutan lanjakan pengeluarannya dengan membeli
Menambah souvenir-souvenir yang produk-produk lokal seperti kuliner, souvenir,
berbasis kelokalan yang bisa dijadikan biaya parkir, biaya toilet, wahana bermain dan
sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang produk wisata lainnya. Wisatawan terhadap
oleh wisatawan pemerintah berperan sebagai tax contributor.
Tax contributor berarti wisatawan menjadi
penyumbang pajak terhadap pemerintah
Accessibility (Aksesibilitas)
saat melakukan kegiatan wisata di Pantai
Optimalisasi alat transportasi menuju dan Baru. Hal ini adalah peran yang dirasakan
dari Pantai Baru secara tidak langsung namun berdampak
Meningkatkan orientasi kawasan (rambu- terhadap pemerintah. Begitu pula hubungan
rambu dll) peran antar wisatawan dengan masyarakat,
Mengembangkan aksesibilitas berbasis wisatawan berperan sebagai spending con-
kelokalan dengan menggunakan trans- tributor terhadap masyarakat atau sebagai
portasi lokal sebagai daya tarik wisata konsumen yang melakukan kegiatan jual beli
(sepeda, becak dayung atau andong) dengan masyarakat lokal.
Pemerintah dalam pola kemitraan ini
Amenity (Amenitas) berperan sebagai pembuat regulasi atau
Peningkatan kualitas fasilitas pariwisata kebijakan di daya tarik wisata Pantai Baru.
Regulasi tersebut tidak hanya sekedar
Penataan Kawasan Pantai Baru
diperuntukkan untuk aktivitas di pantai Baru
Memanfaatkan komoditi lokal untuk di- namun juga diperuntukkan untuk mengatur
jadikan sebagai fasilitas kepariwisataan kegiatan wisata yang dilakukan oleh pihak
dengan tetap berprinsip pada konsep swasta dan masyarakat. Selain menjadi
keberlanjutan. pembuat kebijakan, pemerintah juga dapat
melakukan pendampingan dan pembinaan
Ancillary Service (Fasilitas Pendukung) terhadap masyarakat lokal. Seperti membuat
Peningkatan kualitas fasilitas pendu- kegiatan workshop dan penyuluhan atau
kung sosialisasi yang berhubungan dengan kepari-
Pembangunan dan penambahan fasilitas wisataan di Pantai Baru serta mendampingi
pendukung baru masyarakat dalam membuat pelatihan yang
menunjang keterampilan yang berhubungan
Pengembangan fasilitas pendukung
dengn pariwisata.
berbasis nilai kelokalan

134 SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018


Pihak swasta dalam kemitraan ini ber- 7. REFERENSI
peran sebagai tax contributor bagi daya tarik Adimihardja, Kusnaka. (1999). Petani: Mera-
wisata Pantai Baru dan bagi pemerintah serta jut Tradisi Era Globalisasi. Mendaya-
melakukan pendampingan terhadap usaha gunakan Sistem Pengetahuan Lokal
masyarakat lokal. Sedangkan masyarakat dalam Pembangunan Yang Berwa-
berperan sebagai pelaku pemeliharaan wasan Lingkungan dan Berkelanjutan.
terhadap daya tarik wisata Pantai Baru, Bandung: Humaniora.
sumberdaya manusia bagi pemerintah, serta
bekerjasama secara langsung (partner) den- Alves, Rogerio Dos Santos; Souza, Alex
gan swasta. Soares De. (2014). Hakikat Pengem-
bangan. Igarss 2014. 1, 1-5.
5. KESIMPULAN -
Berdasarkan penelitian yang telah di- tode dan Paradigma Baru. Bandung:
lakukan maka peneliti dapat menyimpulkan PT. Remaja
bahwa model pengembangan pariwisata Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian:
berbasis komunitas pada desa nelayan di Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
kawasan Pantai Selatan khususnya di Pantai Rineka Cipta
Baru dapat diterapkan dalam pola kemitraan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul.
antar pemangku kepentingan atau stake-
(2017). Kabupaten Bantul Dalam Angka
holder yang terdiri dari pemerintah, swasta
2017. Bantul: Badan Pusat Statistik
dan masyarakat. Ketiga stakeholder tersebut
Kabupaten Bantul.
saling bersinergi tanpa meminggirkan ke-
pentingan satu pihak namun memprioritas- Campbell, Lisa M.; Vainio-Mattila, Arja.
kan kepentingan bersama. Pola kemitraan (2003) Participatory development and
tersebut berbasis pada prinsip 3L dalam community- based conservation: Op-
pariwisata berbasis komunitas yaitu local portunities missed for lessons learned?
- Human Ecology. 31(3), 417-438.
ruh sumberdaya yang dimiliki harus berasal
Cayaray, Sarliaji (2014). Model Layanan Per-
dari potensi alam dan budaya yang dimiliki
pustakaan Sekolah Luar Biasa Univer-
masyarakat lokal, memberikan manfaat se-
sitas Pendidikan Indonesia | repository.
cara adil bagi masyarakat, dan dikelola oleh
upi.edu | perpustakaan.upi.edu.
komunitas atau masyarakat lokal. Model
pengembangan pariwisata berbasis komu- Cooper, Chris. Fletcher, John. Fyall, Alan.
nitas dalam bentuk pola kemitraan di desa Gilbert, David. Wanhill, Stephen. (2005,
nelayan kawasan Pantai Selatan khususnya Tourism: Principles and Practice, Pear-
di Pantai Baru ini harus terlaksana secara ter- son Education Limited, Harlow.
padu yaitu dari lapisan paling bawah hingga Creswell, J. W. (2013). Qualitative Inquiry
lapisan paling atas. and Research Design: Choosing Among
Five Approaches. Thousand Oaks, CA:
6. ACKNOWLEDGMENT Sage.
Direkt orat Riset dan Pengabdian Dangi, T.B. and Jamal, T. (2016). An in-
Masyarakat, Direktorat jenderal Penguatan tegrated approach to ‘sustainable
Riset dan Pengembangan, Kementerian community-based tourism’. Sustain-
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang ability (Switzerland) 8(5). doi: 10.3390/
telah mendanai dengan skema Penelitian su8050475.
Dosen Pemula tahun 2018
Denman, Richard. (2001). Guidelines for
Community-based Ecotourism Devel-
opment. WWF International.

SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018 135


Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogya- Murphy, P.E. (1988). Community Driven Tour-
karta. (2016). Statistik Kepariwisataan ism Planning. Tourism Management
2016. Yogyakarta: Dinas Pariwisata 9(2) 96-104.
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Musavengane, Regis. (2015) Does social
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, capital really enhance community-
Direktorat Pengembangan Destinasi based ecotourism? A review of the
Pariwisata, Kementrian Pariwisata & literature. African Journal of Hospitality,
Ekonomi Kreatif. (2013). Buku Panduan Tourism and Leisure. 4(41)
Kriteria Pengembangan Desa Wisata.
Nashrulhaq, M. I.; Nugraha, C.; Imran, Arif.
Goodwin, H; Santili, R. (2009). Community- 2014. Model Simulasi Sistem Antrean
based Tourism: A Success? ICRT Oc- Elevator. Jurnal Online Institut Teknologi
casional Paper No. 11, International Nasional. 2(1), 121 – 131.
Centre for Responsible Tourism. http://
Nurhidayati, S.E. (2012). Penerapan Prinsip
www.haroldgoodwin.info/uploads/
Community-based Tourism (CBT) Da-
CBTaSuccessPubpdf.pdf. (diakses
lam Pengembangan Agrowisata Di Kota
pada Kamis, 25 Januari 2018 pukul
Batu, Jawa Timur. Jejaring Administrasi
14.19 WIB).
Publik. TH IV. Nomor 1, Januari-Juni
Hadiwijoyo, S.S. (2012). Perencanaan Pari- 2012.
wisata Perdesaan Berbasis Masyarakat:
Pebriani, Ni Kadek D.; Erviantono, Tedi;
Sebuah Pendekatan Konsep. Yogya-
Wismayanti, Kadek W. D. (2010) Kemi-
karta: Graha Ilmu.
traan Pengembangan Sektor Pariwisata
Inskeep, Edward (1991). Tourism Planning: (Studi Kasus: Bali Elephant Camp,
an Integrated and Sustainable De- Desa Wisata Carangsari, Kecamatan
velopment Approach. New York: Van Petang, Kabupaten Badung).
Nostrand Reinhold.
Putra, Ami Suswandi (2013). Pola Kemitraan
Khairat, Ghada and Maher, Azza (2012). Inte- Pariwisata dalam Manejemen Atraksi
grating Sustainability Into Tour Operator Desa Wisata Pampang Kota Smarinda.
Business: An Innovative Approach In Jurnal Nasional Pariwisata. 5 (3), 189-
Sustainable Tourism. Tourismos: An 200.
International Multidisciplinary Journal
Ruiz-Ballesteros, Esteban. (2011). “Social-
Of Tourism. 7(1), 213-233.
Ecological Resilience and Community
Kodhyat, SH. (1997). Makalah Hakekat Based Tourism. An Approach from Agua
dan Perkembangan Wisata Alternatif. Blanca, Ecuador”. Tourism Manage-
Lokakarya Perencanaan Pariwisata ment. 32(3): 655–66.
Berkelanjutan. Bandung: Penerbit
Sandelowski, M. (2000). Focus on Research
ITB.
Methods: Whatever Happened to Quali-
Mtapuri, Oliver; Giampiccoli, Andrea. (2016). tative Description? Research in Nursing
Towards a comprehensive model of and Health, 23(4), 334-340.
community-based tourism develop-
Sebele, L.S. (2009). Community-based Tour-
ment. South African Geographical
Journal. 98(1), 154-168.
Khama Rhino Sanctuary Trust, Central
Mualisin, Isnaini. (2007). Model Pengemban- District, Botswana. Tourism Manage-
gan Pariwisata Berbasis Masyarakat ment. 31 (2010) 136-146.
di Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian
Bappeda Kota Yogyakarta 2 (2):34-36.

136 SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018


Sigala, M. (2008). A study chain management Wearing, Stephen. (2001). Volunteer Tour-
approach for investigating: The role of ism: Experiences That Make a Differ-
tour operators on sustainable tourism ence. Sydney: CABI.
the case of TUI. Journal of Cleaner Widayanti, Sri. (2012) Pemberdayaan
Products. 16(15), 1589-1599. Masyarakat: Pendekatan Teoritis. Ilmu
Stake, Robert E. (1995). The Art of Case Kesejahteraan Sosial. 1(1), 87-102.
Study Research. Thousand Oaks, CA: Yin, R. K. (2014). Case Study Research:
Sage. Design and Methods. Los Angeles,
Sugiarto, E. (2016). Pengantar Ekowisata. CA: Sage.
Yogyakarta: Khitah Publishing. Yotsumoto, Yukio; Han, Junwoo; Hatada, N.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian (2016). An Overview of Japanese Tour-
Kualitatif. Bandung: Alfabet. ism – Based Community Development:

Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan


Pembangunan Destisasi Pariwisata Yoeti, Oka A. (2003). Tours and Travel Mar-
Konsep keting, Cetakan Pertama, Jakarta, PT.
Pradnya Paramita.
dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
Veriasa, Thomas Oni; Waite, Mashuri. (2017)
Memahami Konsep “Pengembangan
Komunitas”. Researchgate. 1.

SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER, 15 DESEMBER 2018 137

Anda mungkin juga menyukai