Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat
populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal
dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan dan kesehatan kerja. Istilah
‘keselamatan dan kesehatan kerja’ mempunyai dua pengertian. Pengertian
yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific
approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan
atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu
terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu
program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit, kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin
terjadi di tempat kerja. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam
mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang
mungkin terjadi.1,2
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang
besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya
berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu, yaitu
timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber
daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh
teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja,
160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan
kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi
lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan

1
kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari
kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh
sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan
kerugian dunia usaha.3
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga
kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat
terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan
dilaksanakannya perlindungan K3 diharapkan dapat tercipta tempat kerja
yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif. Sehingga akan
meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Oleh
sebab itu K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan
produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah kejadian penyakit
maupun kecelakaan pada sumber daya manusia. Dengan demikian untuk
mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak
pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek
perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang
diperoleh.

1.2 Tujuan Praktik Belajar Lapangan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat secara langsung melihat lingkungan kerja
dan proses kerja suatu komunitas pekerja yang dapat merupakan
faktor risiko gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, sehingga
memahami pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui potensi hazard di bengkel Amin.
2. Mengetahui Risiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard di
bengkel Amin.
3. Mengetahui cara mengendalikan Hazard di bengkel Amin.

2
1.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu
pengetahuan tentang materi Kedokteran Okupasi, terutama dalam
pelaksanaan Plant Survey dan penerapannya dalam pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.3.2 Manfaat Bagi perusahaan


1. Tercapainya derajat kesehatan bagi para pekerja yang setinggi-
tingginya. Memberikan sarana dalam pelayanan kesehatan dan
keselamatan bagi pekerja.
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan kerja bagi pekerja
didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan bagi
pekerja.
3. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan para pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan tempat kerja.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan secara observasional dan wawancara.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Risiko dan Hazard Di Tempat Kerja


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai
potensi bahaya serta risiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara
kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping
faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu
yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau
kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang
kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut risiko. Baik
“hazard” maupun “risiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan dan
kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh:
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.4
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan
sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja
dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan
agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang
untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi
awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat
kerja, gizi kerja, dll.4

4
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,
kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi
lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll)
dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban
tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.4

2.2 Potensi Hazard


Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini
meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja,
kerusakan pada property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan,
kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya.
Selain itu hazard didefinisikan sebagai suatu material atau kondisi yang
berpotensi ditempat kerja dimana dengan atau tanpa interaksi dengan
variabel lain dapat menyebabkan kematian, cedera, atau kerugian lain.5

Komponen Bahaya:5
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pekerjaan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja.

2.3 Jenis-Jenis Hazard


Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu
jenis bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu
bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan
kerja (health hazard) dapat berupa bahaya fisik, kimia, biologi dan bahaya
berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja. Sedangkan, bahaya
keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat

5
dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat
akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.5

Bahaya keselamatan (safety hazard) dapat menimbulkan dampak


cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan
di tempat kerja. Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung
terlihat pada saat terjadi.5

Jenis-jenis safety hazard, antara lain:5


a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses
yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk,
terpotong, terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair,
dan padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan
korosif.

Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan


manusia. Bahaya keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia,
bahaya berkaitan dengan ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak pada
keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi
pada waktu singkat.5

Jenis-jenis health hazard, antara lain:5


a. Hazard Fisik, bentuk dari hazard fisik adalah radiasi, kebisingan,
temperature ekstrim, pencahayaan, getaran.
b. Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia. Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut,
simen, getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol,
insektisida, dan lain-lain.. Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan
perlu diambil langkah - langkah keselamatan apabila mengendalinya.
c. Hazard Biologis, hazard ini seluruhnya berasal dari makhluk hidup
dan berdampak pada kesehatan, berupa jamur, bakteri, virus.

6
d. Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain
desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat
melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan
yang berulang-ulang.
e. Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda
bergerak atau bersifat mekanis. Contoh: mesin-mesin pemotong,
bahaya getaran.
f. Hazard Listrik, hazard listrik adalah hazard yang ditimbulkan dari arus
listrik pendek, listrik statis.
g. Hazard Psikososial, stress, kekerasan ditempat kerja, waktu kerja yang
padat, kurangnya waktu istirahat.

2.4 Proses Manajemen Risiko


Pengertian dari risiko K3 (risk) adalah potensi kerugian yang bisa
diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap
kegagalan suatu fungsi. Setiap organisasi pasti akan menghadapi adanya
risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dari organisasi
tersebut. Tujuan tersebut dapat berkaitan dengan segala aktivitas yang
dilakukan oleh sebuah organisasi, oleh karena itu semua aktivitas yang
mengandung risiko harus dimanajemen dengan baik. Proses manajemen
risiko adalah rangkaian kegiatan yang tersusun secara logis dan sistematis
yang terdiri dari communication and consultation, establishing the context,
risk identification, risk analysis, risk evaluation, risk treatment, dan
monitoring and review.6

7
Gambar 1. Proses Manajemen Risiko6
1. Penetapan ruang lingkup
Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau
cara pelaksanaan manajemen risiko, serta pencapaian yang ditargetkan
oleh perusahaan.

2. Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola,
mencari tahu jenis hazard apa saja yang mungkin menimbulkan risiko,
bagaimana dan mengapa risiko tersebut muncul.

3. Analisis risiko
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor
probabilitas atau likelihood dan konsekuensi, dengan
mempertimbangkan upaya pengendalian risiko yang telah dilakukan.

4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses
analisis risiko dengan kriteria evaluasi yang digunakan, menentukan
apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.

5. Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko,
terutama risiko dengan tingkat tinggi dengan mempertimbangkan
aspek efektifitas dan efisiensi

8
6. Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat
risiko, serta efektifitas program, penanganan risiko yang telah
dilakukan agar selanjutnya dapat ditentukan tindakan koreksi dan
perbaikan yang perlu dilakukan.

7. Komunikasi dan konsultasi


Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan
pekerja untuk mendapatkan masukan mengenai implementasi
pengelolaan risiko di tempat kerja guna perbaikan system pengelolaan
risiko tersebut.

Komponen utama dalam proses manajemen risiko adalah risk


assessment (penilaian risiko). Penilaian risiko merupakan proses
keseluruhan yang terdiri dari proses identifikasi risiko, analisis risiko, dan
evaluasi risiko. Berbagai teknik dapat digunakan dalam penilaian risiko,
namun tentunya pemilihan teknik yang digunakan harus memperhatikan
kesesuaiannya dengan aktifitas yang dilakukan.6

2.5 Pengendalian Risiko

Langkah pengendalian risiko dapat dilakukan berdasarkan 5 (lima)


hierarki pengendalian risiko/bahaya K3, dimana cara eliminasi memiliki
tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara cara
pengendalian risiko yang lainnya. Pada urutan hierarki setelahnya, tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada
Gambar 2.7

9
Gambar 2. Hierarki Pengendalian Risiko7

Pengendalian risiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan


sampai dengan tingkat risiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman).
Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi,
perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat
pada Tabel 1 berikut.7

Tabel 1. Uraian Hierarki Pengendalian Risiko7

1. Eliminasi
Proses dimana membuang atau menghilangkan sumber bahaya.
2. Substitusi
Proses dimana mengganti sumber bahaya dengan alat/mesin/bahan
yang lebih aman.
3. Perancangan

10
Proses yang berkaitan dengan modifikasi atau perancangan
alat/mesin/tempat kerja untuk meminimalisir bahaya.
4. Administrasi
Proses yang berkaitan dengan prosedur, aturan, pelatihan, durasi kerja,
tanda bahaya, dan sejenisnya untuk menghindari bahaya.
5. APD
Proses penggunaan alat pelindung diri agar aman dari bahaya.

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Proses produksi dari awal sampai akhir


Bengkel Amin menyediakan layanan mulai dari ganti oli, servis
mobil dan setrum aki.

3.2 Aktifitas kerja di masing-masing unit kerja


Pekerja di bengkel Amin seluruhnya sebagai mechanical atau
montir. Mereka dapat mengerjakan seluruh pelayanan yang tercantum
tanpa pembagian unit kerja.

3.3 Faktor bahaya potensial (hazard) di masing-masing unit kerja.


1. Memeriksa kondisi mobil: menghirup gas pembuangan / CO (health
hazard berupa kimia)
2. Proses servis: posisi tubuh saat menyervis (health hazard berupa
ergonomi), bagian tubuh mengenai mesin mobil yang tajam (safety

11
hazard berupa mekanik), bagian tubuh mengenai mesin yang panas
(safety hazard berupa fisik)
3. Penambahan air aki: terciprat air aki (safety hazard berupa kimia)
4. Pengecekan kelistrikan mobil: arus pendek listrik (safety hazard
berupa fisik)
5. Proses pembersihan komponen: pembersihan dengan bensin (safety
hazard berupa kimia)
6. Ganti ban: terkena alat pengungkit (safety hazard berupa mekanik)
7. Durasi kerja: 9 – 10 jam/hari, 6 hari/minggu (health hazard berupa
psikososial)

3.4 Risk Assessment


1. Memeriksa kondisi mobil: menghirup gas pembuangan / CO dapat
mengganggu pernapasan hingga keracunan.
Risiko = kemungkinan x konsekuensi

Risiko = 1 x 2 = 2
Kategori: risiko rendah
2. Proses servis:
- posisi tubuh saat menyervis dapat menyebabkan nyeri punggung.

Risiko = kemungkinan x konsekuensi


Risiko = 3 x 2 = 6
Kategori: risiko sedang
- bagian tubuh mengenai mesin mobil yang tajam dapat
menyebabkan luka lecet hingga sobek.

Risiko = kemungkinan x konsekuensi


Risiko = 4 x 1 = 4
Kategori: risiko rendah
- bagian tubuh mengenai mesin yang panas dapat menyebabkan
luka bakar.

Risiko = kemungkinan x konsekuensi


Risiko = 1 x 2 = 2

12
Kategori: risiko rendah
3. Penambahan air aki: terciprat air aki pada mata dapat mengganggu
penglihatan.

Risiko = kemungkinan x konsekuensi


Risiko = 1 x 3 = 3
Kategori: risiko rendah
4. Pengecekan kelistrikan mobil: arus pendek listrik dapat menyebabkan
kebakaran.

Risiko = kemungkinan x konsekuensi


Risiko = 1 x 2 = 2
Kategori: risiko rendah
5. Proses pembersihan komponen: biasanya dengan menggunakan bensin
yang mana paparan bensin dapat menyebabkan iritasi kulit hingga
anemia.

Risiko = kemungkinan x konsekuensi


Risiko = 1 x 3 = 3
Kategori: risiko rendah
6. Ganti ban: terkena alat pengungkit saat mengganti ban dapat
menyebabkan terluka terbuka.
Risiko = kemungkinan x konsekuensi

Risiko = 3 x 2 = 6
Kategori: risiko sedang
7. Durasi kerja: 9 – 10 jam/hari, 6 hari/minggu dapat membuat beban
fisik dan mental.

Risiko = kemungkinan x konsekuensi


Risiko = 3 x 2 = 6
Kategori: risiko sedang

13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Potensi Hazard dan Besar Risiko


Kondisi kerja adalah serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan
kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para
karyawan yang bekerja di dalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud di
sini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja
untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala
sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi
kinerja, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya
atau hazard di tempat kerja. Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan
pengendalian. Pada kondisi lingkungan kerja Bengkel Mobil Amin dapat
dikenali potensi hazard dan seberapa besar risikonya yang ada, yaitu:
1) Potensi bahaya fisik

14
Pada Bengkel Mobil Amin didapatkan dua potensi bahaya
fisik, yaitu berkaitan dengan listrik dan suhu ekstrem.
a. Listrik
Di bengkel ini peletakan kabel-kabel listrik kurang tertata.
Biasanya digunakan untuk penyetruman aki dan pengecekan
kelistrikan mobil. Di sini jika peletakan kabel-kabel listrik kurang
tertata dan menyebabkan kerusakan pada kabel maka dapat
menimbulkan arus pendek listrik yang dapat menyebabkan
kebakaran.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi ringan.
b. Suhu ekstrem
Potensi bahaya suhu ekstrem di bengkel ini yaitu berkaitan
dengan suhu panas dari mesin-mesin mobil yang menyala
sehingga dapat melukai kulit pekerja ketika tersentuh atau
mengenai kulit.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi ringan.

2) Potensi bahaya kimia


Potensi bahaya kimia yaitu bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses kegiatan tertentu. Potensi
bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja
melalui: inhalation (melalui pernapasan), ingestion (melalui mulut ke
saluran pencernaan), dan skin contact (melalui kulit). Terjadinya
pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung
dari jenis bahan kimia atau kontaminan. Pada bengkel ini potensi

15
bahaya kimia berupa:
a. Gas pembuangan (CO)
Alat transportasi tidak pernah luput dengan gas
pembuangan, begitu pula pada mobil. Mobil akan mengeluarkan
CO ketika mesin sedang dinyalakan. Hal ini dapat berisiko pada
pekerja yang sedang melakukan pengecekan mesin mobil, ia akan
menghirup CO yang dikeluarkan. Jika CO yang terhirup cukup
banyak maka dapat mengganggu saluran pernapasan.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi ringan.
b. Air aki
Cipratan air aki dari dalam aki ke mata saat proses
penambahan dapat mengganggu penglihatan. Dari hasil
penghitungan kemungkinan kejadian dengan konsekuensi yang
dapat ditimbulkan potensi bahaya ini merupakan risiko rendah.
Karena hal ini mungkin terjadi dengan konsekuensi berat yang
dapat ditimbulkan.
c. Bensin
Di sini pekerja akan berhubungan dengan bensin baik dari
komponen yang ada di mobil itu sendiri atau bensin yang
digunakan untuk membersihkan bagian-bagian tertentu di mobil.
Bensin yang merupakan salah satu senyawa kimia diidentifikasi
sebagai potensi bahaya karena senyawa ini dapat diabsorpsi oleh
kulit dengan mudah yang pada jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan iritasi kulit. Selain itu bensin juga dapat diabsorpsi
melalui pernapasan yang kemudian akan masuk ke dalam aliran
darah, jika paparan ini berlangsung dalam jangka panjang dapat
menyebabkan anemia, leukemia.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan

16
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi berat yang dapat ditimbulkan.

3) Potensi bahaya mekanik


a. Mesin mobil yang tajam
Ketika proses servis pekerja akan memeriksa seluruh
keadaan mobil, tidak terkecuali memeriksa mesin-mesin. Dalam
proses pemeriksaan tersebut, mesin-mesin yang tajam dapat
melukai bagian tubuh dari pekerja.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini sering terjadi dengan
konsekuensi sangat ringan.

b. Alat pengungkit
Alat pengungkit biasanya digunakan saat mengganti ban.
Alat tersebut dapat menyebabkan luka terbuka jika tidak berhati-
hati dalam menggunakannya.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko sedang. Karena hal ini bisa terjadi dengan
konsekuensi ringan.

4) Potensi bahaya ergonomi


Di bengkel ini potensi bahaya ergonomi berkaitan dengan
posisi tubuh ketika sedang bekerja. Di sini para pekerja memperbaiki
mesin di bagian bawah mobil dengan sambil merebahkan diri di atas
alas seadanya, sehingga pegerakan posisi kurang nyaman. Keadaan
mobil yang dikaitkan dengan katrol kurang membuat nyaman posisi
pekerja saat memperbaiki bagian bawah mobil tersebut karena katrol
tidak dapat mengangkat seluruh bagian mobil dengan posisi yang

17
seimbang. Selain itu untuk memperbaiki bagian badan mobil biasanya
pekerja melakukannya dengan cara jongkok. Keadaan-keadaan
tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan berulang,
yang tentunya sangat berisiko pada kesehatannya. Postur tubuh yang
tidak tepat selama bekerja dapat menyebabkan berbagai gangguan
pada tulang dan persendian.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini merupakan
risiko sedang. Karena hal ini bisa terjadi dengan konsekuensi ringan.

5) Potensi bahaya psikologi


Waktu kerja di bengkel ini adalah 9 – 10 jam perhari selama 6
hari dalam seminggu. Di sini waktu kerja tersebut tidak sesuai dengan
waktu kerja yang tertera pada permenkes yaitu 8 jam perhari selama 5
hari atau 7 jam perhari selama 6 hari. Hal tersebut dapat menyebabkan
pekerja merasa kelelahan fisik dan mental (stres).
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini merupakan
risiko sedang. Karena hal ini bisa terjadi dengan konsekuensi ringan.

4.2 Pengendalian
Pengendalian terhadap risiko yang muncul dapat dilakukan mulai
dari eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan penggunaan APD.
Adapun pengendalian yang dapat dilakukan di Bengkel Mobil Amin
berdasar potensi bahayanya yaitu:
1. Memeriksa kondisi mobil: menghirup gas pembuangan / CO dapat
mengganggu pernapasan hingga keracunan.
Disini pengendalian yang dapat digunakan adalah dengan
penggunaan APD (alat pelindung diri) berupa masker agar
meminimalisir CO untuk terhirup.
2. Proses servis:
- Posisi tubuh saat menyervis dapat menyebabkan nyeri punggung.

18
Untuk meminimalkan risiko gangguan tulang dan persendian
akibat postur tubuh yang tidak tepat maka selama melakukan
proses servis, tinggi mobil dapat disesuaikan dengan aktivitas
yang dilakukan dan menggunakan alat bantu yang meminimalkan
beban kerja pada tulang atau persendian. Tinggi mobil mungkin
dapat digunakan hydrolic untuk mensubtitusi katrol. Kemudian
alas seadanya yang digunakan dapat disubtitusi dengan mechanic
creeper dan menambahkan kursi sebagai alat bantu agar tidak
jongkok.
- bagian tubuh mengenai mesin mobil yang tajam dapat
menyebabkan luka lecet hingga sobek dan bagian tubuh mengenai
mesin yang panas dapat menyebabkan luka bakar.
Bagian mesin seringkali bersudut tajam dan panas, sehingga dapat
melukai bagian tubuh. Oleh karena itu untuk menanganinya dapat
dilakukan dengan menggunakan APD berupa sarung tangan
sehingga tangan tidak tergores dan terbakar serta topi yang dapat
membantu menghindari benturan dengan bagian mesin tersebut.
Selain itu gunakan pakaian jumpsuit agar bagian tubuh tidak
terluka jika terkena mesin-mesin yang tajam dan menghindari kult
kontak langsung dengan mesin yang sedang panas.
3. Penambahan air aki: terciprat air aki pada mata dapat mengganggu
penglihatan.
Di sini dapat digunakan APD berupa kacamata agar air aki yang
terciprat tidak langsung mengenai mata.
4. Pengecekan kelistrikan mobil: arus pendek listrik dapat menyebabkan
kebakaran.
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka dibutuhkan
engineering control terhadap alat-alat yang digunakan agar dalam
kondisi baik, misalnya kabel tertata rapi agar tidak terjadi kerusakan.
Selain itu pekerja harus teliti dalam bekerja sehingga tidak melakukan

19
kesalahan. Alat pemadam api ringan juga harus disediakan untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran.
5. Proses pembersihan komponen: biasanya dengan menggunakan bensin
yang mana paparan bensin dapat menyebabkan iritasi kulit hingga
anemia.
Kontak langsung dengan bensin juga berbahaya bagi kesehatan. Oleh
karena itu, untuk mengendalikan risiko tersebut yang dapat dilakukan
salah satunya adalah memakai APD berupa sarung tangan dan
memakai masker. Selain itu, mekanik juga harus menjaga
kebersihannya dengan selalu mencuci tangan setelah melakukan
kontak dengan bensin, sehingga kandungan bezena tidak terakumulasi
di dalam kulit.
6. Ganti ban: terkena alat pengungkit saat mengganti ban dapat
menyebabkan terluka terbuka.
Di sini dapat menggunakan APD berupa sarung tangan untuk
emnghindari hal tersebut.
7. Durasi kerja: 9 – 10 jam/hari, 6 hari/minggu dapat membuat beban
fisik dan mental,
Untuk menghindari potensi ini upaya pengendalian administratif dapat
digunakan yaitu berupa penyesuaian durasi kerja berdasarkan yang
telah tertera pada permenkes.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Potensi hazard di bengkel Amin, diantaranya hazard kimia, fisik,


mekanik ergonomi dan psikososial.
2. Risiko yang bisa terjadi akibat adanya hazard di bengkel Amin rata-
rata risiko rendah dan ada sebagian kecil yang risiko sedang.
3. Cara mengendalikan Hazard di bengkel Amin ada dengan substitusi,
administrasi dan engineering control.

3.2 Saran

1. Diharapkan bagi pemilik untuk mengetahui dan memberikan


pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta
prosedurnya bagi pekerja.
2. Kesadaran menggunkan alat pelindung diri perlu ditingkatkan serta
penggunaannya sesuai dengan prosedur.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Milyandra, S. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 2009. Available from:


http://mily.wordpress.com/2009/02/27/kesehatan-dan-keselamatan-kerja
2. Rijanto B. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan kerja dan Lingkungan
(K3L). Jakarta: Mitra Wacana Media; 2010.
3. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). Visi, Misi,
Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Nasional 2007 – 2010. Jakarta; 2007.
4. Efendi, Ferry, Makhfud. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
5. Cahyanti W P D. Risk Assesment Pekerjaan Pengelasan pada Bagian Doubel
Bottom Pembangunan Kapal di PT X Surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health. 2013;Vol 2, 45-51.
6. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Cetakan ke 1. Surakarta: Harapan Press; 2008.
7. Dewi, PR. 2011. Identifikasi Bahaya Dan Pengendalian Risiko Di Line
Forging PT Komatsu Forging Indonesia Cikarang. Surakarta : DIII Hiperkes
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

22
Lampiran

DOKUMENTASI KEGIATAN

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai