PENDAHULUAN
1
kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari
kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh
sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan
kerugian dunia usaha.3
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga
kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat
terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan
dilaksanakannya perlindungan K3 diharapkan dapat tercipta tempat kerja
yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif. Sehingga akan
meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Oleh
sebab itu K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan
produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah kejadian penyakit
maupun kecelakaan pada sumber daya manusia. Dengan demikian untuk
mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak
pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek
perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko yang
diperoleh.
2
1.3 Manfaat Praktik Belajar Lapangan
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu
pengetahuan tentang materi Kedokteran Okupasi, terutama dalam
pelaksanaan Plant Survey dan penerapannya dalam pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,
kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi
lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll)
dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban
tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.4
Komponen Bahaya:5
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pekerjaan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja.
5
dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat
akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.5
6
d. Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain
desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat
melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan
yang berulang-ulang.
e. Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda
bergerak atau bersifat mekanis. Contoh: mesin-mesin pemotong,
bahaya getaran.
f. Hazard Listrik, hazard listrik adalah hazard yang ditimbulkan dari arus
listrik pendek, listrik statis.
g. Hazard Psikososial, stress, kekerasan ditempat kerja, waktu kerja yang
padat, kurangnya waktu istirahat.
7
Gambar 1. Proses Manajemen Risiko6
1. Penetapan ruang lingkup
Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau
cara pelaksanaan manajemen risiko, serta pencapaian yang ditargetkan
oleh perusahaan.
2. Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola,
mencari tahu jenis hazard apa saja yang mungkin menimbulkan risiko,
bagaimana dan mengapa risiko tersebut muncul.
3. Analisis risiko
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor
probabilitas atau likelihood dan konsekuensi, dengan
mempertimbangkan upaya pengendalian risiko yang telah dilakukan.
4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses
analisis risiko dengan kriteria evaluasi yang digunakan, menentukan
apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.
5. Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko,
terutama risiko dengan tingkat tinggi dengan mempertimbangkan
aspek efektifitas dan efisiensi
8
6. Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat
risiko, serta efektifitas program, penanganan risiko yang telah
dilakukan agar selanjutnya dapat ditentukan tindakan koreksi dan
perbaikan yang perlu dilakukan.
9
Gambar 2. Hierarki Pengendalian Risiko7
1. Eliminasi
Proses dimana membuang atau menghilangkan sumber bahaya.
2. Substitusi
Proses dimana mengganti sumber bahaya dengan alat/mesin/bahan
yang lebih aman.
3. Perancangan
10
Proses yang berkaitan dengan modifikasi atau perancangan
alat/mesin/tempat kerja untuk meminimalisir bahaya.
4. Administrasi
Proses yang berkaitan dengan prosedur, aturan, pelatihan, durasi kerja,
tanda bahaya, dan sejenisnya untuk menghindari bahaya.
5. APD
Proses penggunaan alat pelindung diri agar aman dari bahaya.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
11
hazard berupa mekanik), bagian tubuh mengenai mesin yang panas
(safety hazard berupa fisik)
3. Penambahan air aki: terciprat air aki (safety hazard berupa kimia)
4. Pengecekan kelistrikan mobil: arus pendek listrik (safety hazard
berupa fisik)
5. Proses pembersihan komponen: pembersihan dengan bensin (safety
hazard berupa kimia)
6. Ganti ban: terkena alat pengungkit (safety hazard berupa mekanik)
7. Durasi kerja: 9 – 10 jam/hari, 6 hari/minggu (health hazard berupa
psikososial)
Risiko = 1 x 2 = 2
Kategori: risiko rendah
2. Proses servis:
- posisi tubuh saat menyervis dapat menyebabkan nyeri punggung.
12
Kategori: risiko rendah
3. Penambahan air aki: terciprat air aki pada mata dapat mengganggu
penglihatan.
Risiko = 3 x 2 = 6
Kategori: risiko sedang
7. Durasi kerja: 9 – 10 jam/hari, 6 hari/minggu dapat membuat beban
fisik dan mental.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
Pada Bengkel Mobil Amin didapatkan dua potensi bahaya
fisik, yaitu berkaitan dengan listrik dan suhu ekstrem.
a. Listrik
Di bengkel ini peletakan kabel-kabel listrik kurang tertata.
Biasanya digunakan untuk penyetruman aki dan pengecekan
kelistrikan mobil. Di sini jika peletakan kabel-kabel listrik kurang
tertata dan menyebabkan kerusakan pada kabel maka dapat
menimbulkan arus pendek listrik yang dapat menyebabkan
kebakaran.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi ringan.
b. Suhu ekstrem
Potensi bahaya suhu ekstrem di bengkel ini yaitu berkaitan
dengan suhu panas dari mesin-mesin mobil yang menyala
sehingga dapat melukai kulit pekerja ketika tersentuh atau
mengenai kulit.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi ringan.
15
bahaya kimia berupa:
a. Gas pembuangan (CO)
Alat transportasi tidak pernah luput dengan gas
pembuangan, begitu pula pada mobil. Mobil akan mengeluarkan
CO ketika mesin sedang dinyalakan. Hal ini dapat berisiko pada
pekerja yang sedang melakukan pengecekan mesin mobil, ia akan
menghirup CO yang dikeluarkan. Jika CO yang terhirup cukup
banyak maka dapat mengganggu saluran pernapasan.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi ringan.
b. Air aki
Cipratan air aki dari dalam aki ke mata saat proses
penambahan dapat mengganggu penglihatan. Dari hasil
penghitungan kemungkinan kejadian dengan konsekuensi yang
dapat ditimbulkan potensi bahaya ini merupakan risiko rendah.
Karena hal ini mungkin terjadi dengan konsekuensi berat yang
dapat ditimbulkan.
c. Bensin
Di sini pekerja akan berhubungan dengan bensin baik dari
komponen yang ada di mobil itu sendiri atau bensin yang
digunakan untuk membersihkan bagian-bagian tertentu di mobil.
Bensin yang merupakan salah satu senyawa kimia diidentifikasi
sebagai potensi bahaya karena senyawa ini dapat diabsorpsi oleh
kulit dengan mudah yang pada jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan iritasi kulit. Selain itu bensin juga dapat diabsorpsi
melalui pernapasan yang kemudian akan masuk ke dalam aliran
darah, jika paparan ini berlangsung dalam jangka panjang dapat
menyebabkan anemia, leukemia.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
16
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko rendah. Karena hal ini mungkin terjadi dengan
konsekuensi berat yang dapat ditimbulkan.
b. Alat pengungkit
Alat pengungkit biasanya digunakan saat mengganti ban.
Alat tersebut dapat menyebabkan luka terbuka jika tidak berhati-
hati dalam menggunakannya.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini
merupakan risiko sedang. Karena hal ini bisa terjadi dengan
konsekuensi ringan.
17
seimbang. Selain itu untuk memperbaiki bagian badan mobil biasanya
pekerja melakukannya dengan cara jongkok. Keadaan-keadaan
tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan berulang,
yang tentunya sangat berisiko pada kesehatannya. Postur tubuh yang
tidak tepat selama bekerja dapat menyebabkan berbagai gangguan
pada tulang dan persendian.
Dari hasil penghitungan kemungkinan kejadian dengan
konsekuensi yang dapat ditimbulkan potensi bahaya ini merupakan
risiko sedang. Karena hal ini bisa terjadi dengan konsekuensi ringan.
4.2 Pengendalian
Pengendalian terhadap risiko yang muncul dapat dilakukan mulai
dari eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan penggunaan APD.
Adapun pengendalian yang dapat dilakukan di Bengkel Mobil Amin
berdasar potensi bahayanya yaitu:
1. Memeriksa kondisi mobil: menghirup gas pembuangan / CO dapat
mengganggu pernapasan hingga keracunan.
Disini pengendalian yang dapat digunakan adalah dengan
penggunaan APD (alat pelindung diri) berupa masker agar
meminimalisir CO untuk terhirup.
2. Proses servis:
- Posisi tubuh saat menyervis dapat menyebabkan nyeri punggung.
18
Untuk meminimalkan risiko gangguan tulang dan persendian
akibat postur tubuh yang tidak tepat maka selama melakukan
proses servis, tinggi mobil dapat disesuaikan dengan aktivitas
yang dilakukan dan menggunakan alat bantu yang meminimalkan
beban kerja pada tulang atau persendian. Tinggi mobil mungkin
dapat digunakan hydrolic untuk mensubtitusi katrol. Kemudian
alas seadanya yang digunakan dapat disubtitusi dengan mechanic
creeper dan menambahkan kursi sebagai alat bantu agar tidak
jongkok.
- bagian tubuh mengenai mesin mobil yang tajam dapat
menyebabkan luka lecet hingga sobek dan bagian tubuh mengenai
mesin yang panas dapat menyebabkan luka bakar.
Bagian mesin seringkali bersudut tajam dan panas, sehingga dapat
melukai bagian tubuh. Oleh karena itu untuk menanganinya dapat
dilakukan dengan menggunakan APD berupa sarung tangan
sehingga tangan tidak tergores dan terbakar serta topi yang dapat
membantu menghindari benturan dengan bagian mesin tersebut.
Selain itu gunakan pakaian jumpsuit agar bagian tubuh tidak
terluka jika terkena mesin-mesin yang tajam dan menghindari kult
kontak langsung dengan mesin yang sedang panas.
3. Penambahan air aki: terciprat air aki pada mata dapat mengganggu
penglihatan.
Di sini dapat digunakan APD berupa kacamata agar air aki yang
terciprat tidak langsung mengenai mata.
4. Pengecekan kelistrikan mobil: arus pendek listrik dapat menyebabkan
kebakaran.
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka dibutuhkan
engineering control terhadap alat-alat yang digunakan agar dalam
kondisi baik, misalnya kabel tertata rapi agar tidak terjadi kerusakan.
Selain itu pekerja harus teliti dalam bekerja sehingga tidak melakukan
19
kesalahan. Alat pemadam api ringan juga harus disediakan untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran.
5. Proses pembersihan komponen: biasanya dengan menggunakan bensin
yang mana paparan bensin dapat menyebabkan iritasi kulit hingga
anemia.
Kontak langsung dengan bensin juga berbahaya bagi kesehatan. Oleh
karena itu, untuk mengendalikan risiko tersebut yang dapat dilakukan
salah satunya adalah memakai APD berupa sarung tangan dan
memakai masker. Selain itu, mekanik juga harus menjaga
kebersihannya dengan selalu mencuci tangan setelah melakukan
kontak dengan bensin, sehingga kandungan bezena tidak terakumulasi
di dalam kulit.
6. Ganti ban: terkena alat pengungkit saat mengganti ban dapat
menyebabkan terluka terbuka.
Di sini dapat menggunakan APD berupa sarung tangan untuk
emnghindari hal tersebut.
7. Durasi kerja: 9 – 10 jam/hari, 6 hari/minggu dapat membuat beban
fisik dan mental,
Untuk menghindari potensi ini upaya pengendalian administratif dapat
digunakan yaitu berupa penyesuaian durasi kerja berdasarkan yang
telah tertera pada permenkes.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN
23
24
25