Anda di halaman 1dari 7

10 ALASAN MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Ada Sepuluh alasan yang menjadikan pentingnya memperingati


Maulid Nabi yaitu:
Pertama, bahwa Allah swt memberkati dan mengagungkan hari dan
tanah kelahiran para nabi. Apalagi hari kelahiran Rasulullah saw. Oleh
karena itu sudah sepantasnya kita sebagai umat Rasulullah memuliakan
hari kelahirannya. Hal ini berdasar pada kisahkan dalam sebuah hadits
yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid VII bahwa ketika dalam
perjalanan Mi’raj, Rasulullah saw diperintahkan Jibril shalat dua rekaat di
Bethlehem. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat, Jibril lalu bertanya
“apakah kamu tahu di mana kamu shalat saat itu? Rasulullah saw
menjawab “tidak” dan jibril berkata lagi “kamu shalat di Bethlehem tempat
kelahiran Nabi Isa”. Demikian potongan hadits tersebut:
…‫ ق ال ص ليت في بيت لحم بناحي ة‬،‫ثم قال لي انزل فصل فنزلت وصليت فقال لي ات دري اين ص ليت ؟ فقلت ال‬
‫بيت‬
‫ حيث ولد عيسى بن مريم عليه السالم ثم ركبت فمضينا‬،‫المقدس‬
Hadits di atas membuktikan betapa Allah dan Rasul-Nya menghormati
tanah kelahiran Nabi Isa as sebagai Nabi Allah swt. Sekaligus juga
menunjukan kesadaran beliau akan arti sebuah sejarah bagi kehidupan
umat manusia. Demikian pula Allah swt merahmati hari hari kelahiran
Nabi Isa dengan kesejahteraan sebagaimana temaktub dalam surat Maryam
ayat 33.
ُ ‫ي يَوْ َم ُولِ ْد‬
‫ت‬ َّ َ‫َوالسَّال ُم َعل‬
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku
dilahirkan (Maryam: 33) Jikalau Allah swt memberkati hari kelahiran Nabi
Isa as, bukankah berarti hari kelahiran Rasulullah saw lebih diberkati dan
dilimpahi kesejahteraan? Sesungguhnya semua hari itu sama, diciptakan
dan ditentukan oleh Allah swt, oleh karenanya Ia berhak memuliakan dan
meng-istimewakan hari-hari pilihan-Nya. Hal ini dapat dibuktikan dalam
beberapa ayat dalam al-Qur’an dimana Allah dengan tegas menentukan
nilai dari hari-hari (ayyam) tersebut. Diantaranya dalam Surat Ibrahim ayat
5 dan al-Jatsiyah ayat 14
ِ ‫ور َو َذ ِّكرْ هُ ْم بِأَي َِّام هَّللا‬ ُّ َ‫ك ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ ‫َولَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا ُمو َسى بِآياتِنَا أَ ْن أَ ْخ ِرجْ قَوْ َم‬
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat
Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka
َ ‫قُلْ لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا يَ ْغفِرُوا لِلَّ ِذينَ اَل يَرْ جُونَ أَيَّا َم هَّللا ِ لِيَجْ ِز‬
kepada hari-hari Allah” (Ibrahim: 5) ‫ي قَوْ ًما بِ َما‬
َ‫ َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka
memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan
membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan (al-
Jasiyah: 14).

Alasan kedua, pentingnya memperingati maulid Nabi adalah bertolak


dari kisah Abu Lahab, paman Rasulullah saw yang memerdekakan
budaknya bernama Tsuwaibah al-Aslamiyyah pada hari kelahiran
Rasulullah saw. Begitu girangnya Abu Lahab atas kelahiran keponakannya
yang bernama Muhammad saw, sehingga ia memerdekakan Tsuwaibah al-
Aslamiyyah yang sekaligus berlaku sebagai orang pertama yang menyusui
Muhammad saw. Walaupun dalam Surat al-Lahab, Allah swt telah
memfonisnya sebagai orang yang celaka di dalam neraka, tetapi berkat rasa
girangannya semasa hidup atas kelahiran Muhammad saw, ia pun
mendapatkan syafaat setiap hari senin dengan merasakan kesejukan.
Begitulah di ceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wan
Nihayah halaman 272-273. Cerita Ibn Katsir ini juga termuat dalam hadits
shahih bukhari dalam kitab nikah “sesungguhnya Abu Lahab berkata
kepada saudaranya Abbas di dalam mimpinya: “sungguh dia telah
meringankan penderitaanku setiap hari senin”. Begitu pentingnya riwayat
ini sehingga al-hafidz Syamsyuddin bin Nashiruddin ad-Dimasyqi dalam
kitabnya Mawridus Shadi fi Maulidil Hadi menuturkan: Jikalau seorang
kafir ini telah dicela dengan ‘tabbat yada…’ yang kekal di neraka.Telah
diringankan setiap hari Senin karena bergembira dengan kelahiran
Muhammad. Maka, apa yang kira-kira akan dianugerahkan kepada hamba
yang selalu berbahagia dengan kelahiran Rasul-Nya selama hayat hingga
meninggal dalam Islam
Alasan ketiga, mengapa harus memperingati hari maulid adalah
bahwa Rasulullah saw sendiri mementingkan berpuasa pada hari tersebut.
Yaitu setiap hari senin seperti yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah dalam
Imam Muslim;<> ‫ص وْ ِم يَ وْ ِم ْااِل ْثنَي ِْن ؟‬ َ ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُس ئِ َل ع َْن‬
َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ اَ َّن َرسُوْ َل هللا‬
ِ ‫ع َْن اَبِ ْي قَتَا َدةَ َر‬
َّ َ‫زل َعل‬
‫ي فِ ْي ِه‬ ُ ‫ت فِ ْي ِه َويَ وْ ٌم ب ُِع ْث‬
َ ‫ت اَوْ اٌ ْن‬ ُ ‫ فَق ا َ َل َذلِ كَ يَ وْ ٌم ُولِ ْد‬Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya
Rosulululloh SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab :
"Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai
diturunkannya wahyu". (HR Muslim) Sabda ‘yauma wulidtu fihi (itu adalah
hari aku dilahirkan)’ adalah kalimat yang menekankan betapa hari tersebut
sangatlah berharga bagi Rasulullah saw. sehingga beliau berpuasa di hari
itu. Meskipun tidak ada perintah langsung dari Rasulullah mengenai
penghormatan tersebut, tetapi bagi umat yang tahu diri tentunya hadits
tersebut telah cukup menjadi tanda.
Alasan keempat, adalah bahwa Rasulullah saw sangat
mementingkan nilai kesejarahan sebuah kejadian. Sebagaimana beliau
sadari bahwa waktu tidak mungkin kembali lagi. Manusia hanya bisa
mengingat momentum tersebut dan menjadikannya sebagai ‘ibroh’
pelajaran di masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah Rasulullah saw
menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari 10 bulan Muharram
(asyuro’) untuk memeringati kemenangan Nabi Musa as ata raja Fir’aun.
Demikian tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin
Abbas radiyallahu ‘anhu dalam Shahih Bukhari No 1900
, ُ‫صالِ ٌح هَ َذا يَوْ ٌم نَجَّى هللا‬َ ‫ما َ هَ َذا؟ قَالُوْ ا هَ َذا يَوْ ٌم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ال َم ِد ْينَةَ فَ َرأَى اليَهُوْ َد تَصُوْ ُم يَوْ َم عَا ُشوْ َراء فَقَا َل‬
َ ‫قَ ِد َم النَّبِ ُّي‬
ِ ِ‫صا َمهُ َوأَ َم َر ب‬
‫صيَا ِم ِه‬ ُّ ‫ فَأَنا َ أَ َح‬:‫ قَا َل‬.‫صا َمهُ ُموْ َسى‬
َ َ‫ ف‬.‫ق بِ ُموْ َسى ِم ْن ُك ْم‬ َ َ‫“ بَنِ ْي إِس َْرائِ ْي َل ِم ْن َع ُد ِّو ِه ْم ف‬
Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah beliau melihat
orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu
‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab,
“Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari
musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa
dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan
memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. [HR Al Bukhari]
Kesadaran Rasulullah saw atas pentingnya nilai sejarah haruslah kita
teladani. Diantara bukti peneladanan tersebut dengan mengadakan
peringatan maulid nabi. Karena yang demikian itu sungguh akan
mengingatkan kita pada terbitnya ‘cahaya’ yang menginari jagad raya.

Alasan kelima adalah sebuah hadits yang dijadikan landasan oleh


as-Suyuthi dalam kitabnya Husnul Maqashid fi ‘Amalil Maulid bahwa
sesungguhnya Nabi Muhammad saw mengakikahkan dirinya setelah
menerima wahyu kenabian. Padahal telah diriwayatkan bahwa Abdul
Muthallib sang paman Rasulullah itu telah mengakikahkannya pada hari ke
tujuh setelah kelahirannya, sedangkan akikah tidak perlu diulang dua
kali.<> Oleh karena itu, menurut As-Suyuthi hadits ini memiliki makna lain
bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw merupakan bentuk syukur
kepada Allah swt yang telah menciptakannya sebagai rahmat bagi seluruh
alam serta penghormatan untuk semua umatnya. Sebagaimana beliau
bershalawat atas dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kita juga disunnahkan
untuk memperlihatkan rasa syukur atas kelahiran Rasulullah saw dengan
berkumpul sesama saudara, kawan, member makan fakir miskin serta
bentuk-bentuk peringatan lain yang menunjukkan kebahagiaan.
Alasan keenam, adalah keterangan dari beberapa hadits yang
mengistimewakan hari Jum’at sebagai hari kelahiran Nabi Adam as. hal ini
bisa dijadikan qiyas (analogi) kemuliaan hari kelahiran Rasulullah saw.
Dalam sunan at-Turmudzi hadits no. 491 Rasulullah saw menyatakan
bahwa ‫ خيريوم طلعت فيه الشمس يوم الجمعة فيه خلق أدم‬Hari yang paling mulia adalah hari
Jum’at, hari diciptakannya nabi Adam. Begitu juga yang diriwayat an-
Nasa’ai dan Abu Daud dengan sanad Sahih bahwa Rasulullah saw
bersabda: ‫إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق أدم وقبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصالة فيه‬
‫“ فإن صالتكم معروضة علي‬Sesungguhnya hari yang paling mulia diantara hari-hari
kalian adalah hari jum’at. Pada hari itulah Adam diciptakan, diwafatkan,
ditiupkan ruh dan dibangkitkan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku
(kepada Rasulullah saw) pada hari itu. Sesungguhnya shalawat kalian akan
sampai padaku…” Sebenarnya objek kajian dalam dua hadits di atas tidak
sekedar keisitmewaan hari Jum’at tetapi momentum yang termuat di
dalamnya yaitu hari kelahiran, hari kewafatan dan hari kebangkitan Nabi
Adam as sebagai bapak manusia. Dengan kata lain, kemuliaan dan
keagugan itu sama sekali tidak mengacu pada hari itu sendiri. Melainkan
pada apa yang pernah terjadi pada hari itu. Dengan demikian, ia bisa
diperingati berulang-ulang, baik setiap minggu, atau setiap tahun sebagai
wujud rasa syukur kepada Allah ata nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.

Selaras dengan hal itu adalah alasan ketujuh yang mengambil


pelajaran dari kisah para nabi (Nabi Yahya, Nabi Isa dan Maryam ) yang
diceritakan dalam al-Qur’an dengan tujuan meneguhkan hati Rasulullah
saw sebagai seorang rasul. Sebagaimana disebutkan dalam surat Hud ayat
120: Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Artinya, kisah-kisah
Nabi yang diceritakan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam al-
Qur’an sebenarnya bertujuan untuk menguatkan hati Rasulullah saw.
Maka kisah tentang kehidupan Rasulullah saw (sirah nabi) yang disebut-
sebut dalam acara maulidurrasul berfungsi sebagai peneguh hati (kita)
umatnya. Bukankah hal ini sebuah kebaikan dan perlu dilestarikan?
Alasan kedelapan, adalah alasan yang bersifat sosiologis. Peringatan
maulid nabi merupakan wasilah untuk melaksanakan berbagai macam
kebaikan, apalagi tradisi masyarakat kita yang selalu melaksanakan
bersama-sama.<> Secara otomatis hal ini akan menambah syiar agama
Islam itu sendiri sebagaimana dengan shalat Jum’ah. Dan lebih dari itu
perkumpulan ini selalu menuntut berbagai macam kegiatan yang baik-baik.
Sebut saja pengajian, majlis ta’lim, berdzikir, bersedekah dan yang pasti
adalah membaca shalawat dan menutur cerita kehidupan Rasululllah saw.
Seperti yang diperintahkan oleh Allah swt dalam Surat al-Ahzab ayat 56: ‫إِ َّن‬
َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬
ً ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما‬ َ ُ‫هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk
Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu sekalian
untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab:
56) Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna ayat tersebut bahwa
Allah swt menunjukkan kepada manusia derajat tingginya Rasulullah saw
sehingga Allah swt membacakan shalawat kepadanya. Dan memerintahkan
semua manusia dan juga para malaikat untuk bershalawat juga. Perintah
bershalawat kepada Rasulullah saw dan bukanlah sesuatu yang dilarang
bahkan Rasulullah saw memperbolehkannya.
Demikian yang diceritakan oleh sebuah hadits sebagaimana disebut
dalam shahih al-Bukhari yang diriwayatkan oleh Salmah bin al-Akwa’
“kami berperang bersama Rasulullah saw dalam perang Khaibar. Saat itu
kami berangkat pada malam hari. Lalu ada seorang lelaki berkata kepada
Amir bin Akwa’ “maukah kamu memperdengarkan kepada kami bait-bait
syairmu?” Amir adalah seorang penyair. Lalu dia tinggal beberapa waktu
dan bersyair: Tidak kami maupun mereka akan mendapatkan petunjuk jika
bukan karenamu Tidak juga kami akan bersedekah atau bersembahyang
Maka maafkanlah kami ketika membelamu Dan tetapkanlah kaki kami
ketika bertemu musuh Berikanlah ketenangan atas kami Sungguh jika
kami diseur, kami akan datang Alasan kesembilan adalah Surat Yunus ayat
58 yang berbunyi
‫قل بفضل هللا وبرحمته وبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون‬
Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan
itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik
dari pada apa yang merek kumpulkan. (Yunus: 58) Apakah yang dimaksud
dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para
mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an
diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain
merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi
dalam ad-Durrul Mantsur menafsirkan kata rahmat dengan Surat al-Anbiya
ayat 107: ‫ وماأرس لناك إال رحم ة للع المين‬Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al-Anbiya: 107)
Sebagaimana dikutip dari Ibnu Abbas:
‫ قال هللا (وما‬: ‫ فضل هللا العلم ورحمته محمد صلى هللا عليه وسلم‬:‫وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى األية قال‬
)‫أرسلنك إال رحمة للعالمين‬
Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan
rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad saw. Allah swt telah berfirman (Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam) (al-Anbiya: 107) Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah saw
memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka
kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi ‘hendaklah
mereka bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim
menyambit gembira atas rahmat tersebut. bukankah ini alasan yang sangat
penting mengapa kita harus bergembira menyambut maulidurrasul?
Sedangkan alasan yang kesepuluh, pentingnya memperingati
maulidurrasul adalah tidak adanya hukum yang jelas-jelas melarangnya.
Meskipun melaksanakan peringatan maulid juga bukanlah termasuk
ibadah tauqifiyah. Namun peringatan ini seringkali menjadi wahana
mendekatkan diri kepada Allah swt. yang sangat dianjurkan. Oleh karena
itu, jika kacamata syari’at mengategorikan berbagai macam praktek ibadah
menjadi dua yaitu yang disenangi dan dibenci, maka memperingati hari
maulid dapat dikategorikan sebagai ibadah yang disenangi syariat.
Demikianlah sepuluh alasan mengapa umat muslim perlu memperingati
hari kelahiran Rasulullah saw yang dijabarkan oleh Omar Abdullah Kamel
dalam kitabnya Kalimatun Hadi’atun fil Bid’ah, Kalimatun Hadi’atun fil
Ihtifal bi Maulid, Kalimatun Hadi’atun fil Istighatsah.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/41958/10-alasan-pentingnya-
memperingati-maulid-nabi-4-habis
Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/41908/10-alasan-pentingnya-
memperingati-maulid-nabi-3
Konten adalah milik dan hak cipta www.islam.nu.or.id

Anda mungkin juga menyukai