Hak Milik
Hak Milik
HAK MILIK
Pengertian Hak Milik yang termuat dalm UUPA adalah hak turun-menurun, terkuat
dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Hak milik ini dapat beralih dan
alihkan kepada pihak lain. Sebagai tanda bukti hak kepada pemegang Hak Milik
diberikan sertifikat hak atas tanah.
Makna dari kata “terkuat dan terpenuh” dalam pengertian hak milik bukan
dimaksudkan sebagai hak yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat
sebagaimana hak eigendom sebelum UUPA lahir. Akan tetapi, kata “terkuat dan
terpenuh” dalam pengertian hak milik dimaksudkan untuk membedakan hak milik
dengan hak-hak atas tanah lainya, seperti hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai
dan lain-lain. Pembedaan tersebut bertujuan untuk menunjukan bahwa hak milik
merupaka hak yang paling kuat dan terpenuh dibandingkan dengan hak atas tanah lainya.
Tanah yang telah menjadi hak milik seseorang, maka sang pemegang hak milik boleh
berbuat apa saja atas miliknya tersebut, dengan syarat tindakannya tidak bertentangan
dengan undang-undang atau melanggar hak atau kepentingan orang lain. Artinya,
meskipun pemegang hak milik bebas memperlakukan hak miliknya, akan tetapi bersifat
tidak mutlak.
Hal ini ditegaskan oleh pasal 6 UUPA yang menyatakan bahwa semua hak atas tanah
memilik fungsi sosial. Jadi, hak milik yang dipunyai seseorang tidak boleh dipergunakan
semata-mata untuk kepentingan pribadi atau perseorangan, tetapi juga untuk kepentingan
masyarakat banyak. Hak milk harus memiliki fungsi kemasyarakatan, yang memberikan
berbagai hak bagi orang lain.
Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan
bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian
yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang. Hal ini secara jelas
dinyatakan dalam pasal 18 UUPA, dan ditegaskan kembali pada Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1961 Tentang Pencabutan hak-hak atas tanah dan
benda-benda yang ada di atasnya.
Selanjutnya, permohonan atas hak tanah tersebut akan ditindak lanjuti oleh instansi
yang berwenang memberikan atau menerbitkan suatu surat keputusan pemberian hak
milik.
Terjadinya hak milik dengan cara yang disebutkan di atas disebut originair. Selain
cara tersebut, dikenal juga cara memperoleh hak milik yang disebut derivatin. Cara
derivatin terjadi ketika suatu subjek memperoleh tanah dari subjek lain yang semua
sudah berstatus tanah hak millik, seperti karena adanya proses jual beli, tukar menukar,
hibah, pemberian dengan wasiat atau warisan. Dengan terjadinya peristiwa-peristiwa
hukum itu maka hak milik yang sudah ada beralih kepemilikannya dari satu orang ke
orang lain.