Anda di halaman 1dari 6

SALEP

Peraturan Pembuatan salep menurut f.van duin

1. Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya jika perlu
dengan pemanasan
2. Kedua
Bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain dilarutkan lebih dahulu
dalam air, asal jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis
salep dan jumlah air yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya
3. Ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam air dan lemak harus
diserbukkan dahulu, kemudian diayak dengan pengayak no.60
4. Keempat
“Salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya haraus digerus sampai
dingin” bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20%
untuk mencegah kekurangan bobot

Persyarat an salep

1. Pemerian tidak boleh bau tengik


2. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat kera atau obat
narkotik, kadar bahan obat adalah 10%
3. Dasar salep: sebagai bahan dasar salep digunakan vaselin putih. Tergantung daris sifat
bahan obat dan tujuan pemakaian. Beberapa bahan dasar salep
a. Ds. Senyawa hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kuning, cera album, cera flavum
b. Ds. Serap: adeps lanae
c. Ds. Dapat dicuci air/ ds. Emulsi : misalnya emulsi minyak dalam air (M/A)
d. Ds. Dapat larut air: PEG
4. Homogenitas : jika dioleskan paada kaca harus homogen
5. Penandaan : etiket tertera obat luar

Penggolongan salep

1. Menurut konsistensinya:
a. Unguenta: salep punya konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu
biasa, mudah dioleskan
b. Krim: salep yang banyak mengandung air
c. Pasta : salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
d. Cerata: salep berlemak mengandung persentase wax yang tinggi sehingga
konsistensinya keras
e. Gelones/jelly: salep yang lebih halus
2. Menurut sifat farmakologi dan penetrasinya
a. Salep epidermis guna melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak
diabrsorbsi, kadang” ditambahkan antiseptik
b. Salep endodermis: salep yang bahan obatnya menembus ke dalam kulit tetapi
tidak melalui kulit, terabsorbsi sebagian, digunakan untuk melunakan kulit
c. Salep diadermis; salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh melalui
kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misal salep yang mengandung senyawa
merkuri iodida, beladona
3. Menurut dasar salep
a. Salep hidrofobik, salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak
tidak dapat dicuci air
b. Salep hidrofilik salep suka airbiasanya ds. Tipe M/A
4. Menurut fornas
a. Ds. Senyawaa hidrokarbon
b. Ds. Serap
c. Ds. Dapat dicuci air
d. Ds. Larut dalam air

Kualitas dasar salep

1. Stabil tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembapan dan selama dipakai harus bebas
dari inkompatibilitas
2. Lunak, harus halus dan homogen
3. Mudah diapakai
4. Dasar salep yang cocok
5. Dapat terdistribusi secara merata

Kelebihan dan kekurangan salep

Kelebihan: 1. Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basis

2. kontak sediaan dengan kulit lebih lama

3. lebih sedikit mengandung air sehingga sulit ditumbuhi bakteri

4. mudah digunakan

Kekurangan:

1. Terjadi tengik terutama sediaan dengan basis lemak tak jenuh


2. Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat
3. Terjadi perubahan warna
KRIM

Jenis atau tipe krim

1. Tipe air dalam minyak yaitu terdispersi dalam minyak. Krim air dalam minyak
mengandung pengemulsi spesifik seperti adeps lanae wool alkohol atau ester asam.
Contoh : cold cream, krim pemberi rasa dingin pada kulit
2. Tipe minyak dalam air
Yaitu minyak terdispersi dalam air. Krim minyak dalam air menggunakan pengemulsi
surfakatan. ContoH : vanishing cream, krim kosmetik

Kelebihan dan kekurangan krim

Kelebihan:

1. Mudah menyebar rata


2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama M/A

Kekurangan:

1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
2. Mudah pecah, karena dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan rusak, khususnya tipe A/M karena terganggunya sistem campuran,
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi oleh penambahan
salah satu fase secara berlebihan

Jenis kerusakan

1. Cracking: yaitu pemisahan fase dispersi


2. Creaming: yaitu terbentuknya emulsi yang terkonsentrasi sehingga membentuk krim
pada permukaan emulsi
3. Flokulasi/agregasi yaitu terbentuknya partikel-partikel yang saling berkumpul dan
bersifat reversibel
4. Koalesens yaitu bersatunya aglomerat menjadi globul yang lebih besar

Pasta

Penggolongan sediaan pasta menurut farmakope edisi 4


1. Pasta berlemak adalah : suatu salep yang mengandung lebih dari 50 % zat padat
(serbuk).
2. Pasta kering adalah :  suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat (serbuk).
Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis ichthanolum atau
Tumenol Ammonim zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer.
3. Pasta pendingin : merupakan campuran  serbuk minyak lemak dan cairan
berair  contoh : salep tiga dara.

Karakteristik pasta 

1. Daya adsorbs pasta lebih besar .


2. Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian,
sehingga cocok untuk luka akut.
3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
5.  Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7. Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan
serbuk (padat) antara 40 %- 50 %.

Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan :

1. Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan
tendensi mengeluarkan cairan
2. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja
local
3. Konsentrasi lebih kental dari salep
4. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.

Kekurangan:

1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak
sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit .
Cara Absorbsi Pasta
a.    Penetrasi
Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila
kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih
baik dari pada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi melalui epidermis
relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari
rute lainnya Stratum korneum, epidermis  yang utuh, dan dermis merupakan lapisan
penghalang penetrasi obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan
cara difusi melalui penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel),
penetrasi  transepidageal (melalui folikel rambut, keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus)
b. Disolusi
Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam larutan
dari bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut
dalam pelarut. Dalam sistem  biologis pelarut obat dalam media aqueous merupakan bagian
penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya partikel  padat terdisolusi molekul solut
pertama-tama harus memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi
permuk aan memasuki pelarut
c. Difusi
Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh
gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran
molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif merupakan bagian
terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif
ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi
Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi
obat rendah

Basis atau Pembawanya


Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda
dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a.      Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
Tidak diabsorbsi oleh kulit
 Inert
Tidak bercampur dengan air
 Daya adsorbsi air rendah
 Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan
meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin,  Paraffin substitute,
paraffin ointment
Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment
b.      Basis Absorbsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
Terbagi : 
Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi  emulsi air dalam minyak Terdiri
atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.
c.       Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam
air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat
pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada
pemakaian sediaan pasta.

Anda mungkin juga menyukai